Dunia Baru.

A Naruto High School DxD Fanfiction

By. Keris Empu Gandring.

•••••

Rate :: T (M untuk kekerasan dan kata yang kurang/tidak pantas untuk diucapkan).

•••••

Jangan merasa sungkan untuk memberikan Review (^,~)

•••••

Tertarik untuk membagikan Fiksi ini?. Silahkan, saya merasa bangga dengan itu. Tapi, mohon tuliskan Nick Author dan Link asal Fiksi ini.

Terimakasih.

•••••

Warning :: AU, OOC, TYPO(s) dan lain-lain.

•••••

Kurama punya Keluarga?!.

Punya anak-istri?!.

Sebuah tanda tanya besar muncul di Kepala pirang Naruto. Bagaimana bisa Monster berbulu dengan Mata dan suara yang menyeramkan seperti itu, memiliki keluarga?!. Ditambah lagi, Kuku dan Taring runcing itu ... Yang seperti itu bisa memiliki keluarga?!.

Ah sudahlah!. Dunia memang penuh misteri, dan keajaiban. Dan siapa sangka ada yang mau dinikahi oleh Monster menyeramkan sepertinya ... Dan kesanggupan Naruto untuk mengantarkan sang Monster menemui anak-istrinya, ternyata malah membawa petualangan baru untuk Naruto!.

Dunia Baru.

A Naruto High School DxD Fanfiction.

by. Keris Empu Gandring.

Chapter 2.

•••••

Pabrik tak Terpakai.

Di Pabrik tak terpakai itu kini sedang berlangsung pertarungan seru, antara sang Kyuubi no Yoko melawan Tim Elit Pengikut Surga. Tanpa memperdulikan Api yang semakin besar membakar Pabrik, mereka masih sibuk bertarung disana. Dan jika kalian bertanya dimana Naruto, sang Nanadaime Hokage itu masih terlihat santai berjongkok di Tiang Penyangga Pabrik.

"Sepertinya Rubah itu tidak memerlukan bantuan" gumam Naruto dalam aksi santainya, menyaksikan pertarungan Kurama melawan Griselda dan kawan-kawannya. Ya ... Dalam pengelihatannya, Kurama sama sekali tidak terlihat kesulitan menghadapi para Pengikut Surga itu.

Yang ada justru sang Kyuubi ini terlihat bermain-main saja, sejak tadi.

Sementara disisi Kurama, Rubah itu memang terlihat tak membutuhkan bantuan. Ya ... Kurama dengan mudah mampu menghindari serangan ke empat lawannya. Tebasan membabi-buta dari Irina, Xenovia, atau pun Griselda, juga tembakan manipulasi Cuaca dari Dulio. Semuanya dihindari atau ditahan dengan Sihir Apinya dengan cukup mudah.

Bosan terus-menerus menghindar, sang Bijuu mulai melakukan serangan balik. Dan target pertamanya adalah gadis bersurai biru, bernama Xenovia. Ya ... Dengan kecepatannya Kurama mulai berlari ke arah Xenovia. Dan siap menghadiahkan Tinjunya yang sudah terlapisi Sihir Api.

Traannggg!.

Suara itu terdengar nyaring, saat Xenovia berhasil menahan Tinju Kurama dengan Pedang Excaliburn Destructionnya. Namun meski serangannya gagal, sang Kyuubi no Yoko sama sekali tidak terlihat kesal. Malah sebaliknya, senyum santai sempat terlihat menghiasi Bibirnya.

Dan ...

Duaakkkk!.

Sebuah tendangan memutar dari Kaki kanan Kurama, mendarat sempurna di Pinggang bagian kiri Xenovia. Yang memaksa gadis bersurai biru itu, harus jatuh terpelanting ke belakang. Melihat temannya diserang, Irina tentu saja tak tinggal diam. Dengan Excaliburn Mimic yang sudah dirubah dalam bentuk Cambuk. Gadis berkuncir dua itu, mencoba menyerang si Rubah berekor sembilan, dengan Pedang-Cambuknya.

Namun Kurama sudah siap dengan serangan Irina. Itu terbukti, dari mudah Kurama menangkap Cambuk yang mengincarnya. Ya ... Dengan Tangan kanan yang berlapis Sihir Api, sang Bijuu menangkap Pedang-Cambuk Irina. Senyum santai kembali diperlihatkan Kurama, sebelum ahirnya menggerakan Tangannya ke samping.

Dan efeknya, membuat Irina yang memegang erat Pendang,-Cambuk itu diujung lain, harus rela terlempar menabrak Mesin di Pabrik ini. Puas dengan hasil kerjanya pada Irina, Kurama mulai mengalihkan pandangannya pada Griselda. Dan tentu saja, wanita ini tidak bodoh, untuk tahu jika dia merupakan target Kurama berikutnya.

Dan Griselda pun mulai bersiap, terlebih saat melihat manufer Rubah berekor sembilan itu yang mulai meluncur ke arahnya.

Namun belum serangan Kurama sampai pada Griselda, sang Bijuu harus direpotkan oleh serangan dadakan Dulio. Ya ... Dengan memanipulasi Cuaca Dingin, satu-satunya pria dalam Kelompok Surga itu, menyerang Kurama dengan Bilah-Bilah Esnya. Tapi hebatnya, meski sempat dikejutkan oleh serangan ini, Kurama masih bisa menghindarinya dengan sempurna.

Ya ... Dengan gerakan lincah, Kurama melompat zig-zag untuk menghindari Bilah-Bilah Es Dulio. Disisi Dulio, pemuda tampan itu terlihat kesal dengan kegagalan serangannya. Namun ini bukan waktunya untuk meratapi itu, karena Kurama kini menjadikannya target serangan selanjutnya.

'Baiklah target selanjutnya dia dulu!' batin Kurama, yang mengalihkan target serangannya dari Griselda ke Dulio. Dan tanpa berlama-lama lagi, Kurama mulai menghilang dalam Lingkaran Sihirnya, untuk muncul dibelakang pemuda tampan itu secara tiba-tiba.

Tring!.

Kurama sudah berada dibelakang Dulio, siap memberikan Pukulan di Tengkuk pemuda tampan itu. Namun meski dalam keadaan menguntungkan karena lambatnya respon Dulio akan kehadirannya, si Kyuubi ini tak juga menyerang, meski ancang-ancang memukul sudah diambil sejak kemunculannya.

'Kenapa?!. Tubuhku ...' batin Kurama saat menyadari dirinya terasa membatu dan tak bisa bergerak. Bukan hanya itu, Sosoknya yang meniru wujud Naruto pun mulai memudar. Memanfaatkan situasi ini, Dulio segera mengambil jarak dari Kurama, sementara Griselda mulai kembali menyerang.

"Sial!" umpat Kurama yang membatu dalam ancang-ancang memuluknya. Melihat si Bijuu dalam bahaya, ahirnya Naruto pun turun Tangan. Sembari melakukan Shunsin, Naruto mengeluarkan Kunai yang tersembunyi dibalik Baju Hokagenya, dan menahan tebasan Pedang Suci Griselda. Chakra Angin pun digunakan untuk melapisi Kunainya, karena mengetahui jika Pedang Griselda, bukanlah Pedang sembarangan.

"Kau berbuhutang padaku Rubah!" ucap Naruto setelah berhasil menyelamatkan sang Bijuu. Sementara yang diselamatkan hanya medesis tak suka mendengar ucapan Naruto yang sarat kesan meledek itu.

"Cih!" umpat Kurama seraya mulai menurunkan ancang-ancang memukulnya. Bisa kembali bergerak?. Ya ... Saat Kurama dan Naruto berdekatan, Rubah berekor sembilan itu, bisa bergerak lagi. Selain itu sosoknya yang sempat memudar kini kembali terlihat sempurna.

Mengabaikan itu, Griselda sudah mundur tepat saat serangannya berhasil ditahan Naruto dengan Kunai berlapis Chakra Anginnya. Dan bergabung dengan Dulio, Irina, juga Xenovia yang dipapah Shizuka, karena Pinggangnya masih terasa nyeri pasca ditendang sang Bijuu berekor sembilan itu.

"Apa ini artinya aku tidak bisa jauh-jauh dengan bocah pirang ini?!" gumam Kurama, merasakan keanehan yang beberapa saat lalu dirasakannya.

"Ucapanmu terdengar menjijikan" komentar Naruto. Tentu saja!. Apa lagi yang membuatmu merasa ngeri, selain ucapan seorang pria yang mengatakan jika dia tidak bisa jauh-jauh darimu!. Bermakna luas memang, namun yang terfikirkan Naruto, yang seperti itu!.

"Apa maksudmu!" desis Kurama kesal, dengan kesalah-fahaman Naruto dalam mengartikan ucapannya.

"Harusnya itu yang kutanyakan!. Aku adalah pria normal, kau tahu?. Aku sudah punya istri dan anak!" balas Naruto sinis.

Dan adu argumen pun tak terhindari lagi. Bahkan sampai melupakan kehadiran para Exorcist yang sedang mereka lawan.

"Mereka bertengkar disaat seperti ini ... Bahkan sampai melupakan kehadiran kita?!" gumam Irina.

"Selain itu, dilihat dari ciri fisiknya yang sangat mirip, apa mereka Yokai kembar?. Tapi ... Auranya terasa berbeda satu sama lain" lanjut gadis cantik berkuncir dua itu.

"Ya ... Kau benar. Selain itu, aku juga tidak merasakan keberadaan yang satunya sebelum dia muncul" timpal Griselda, sementara yang lain hanya mengangguk setuju dengan ucapan sang ketua. Karena mereka pun tidak merasakan keberadaan Naruto, sebelum ikut dalam pertarungan ini.

Entah mereka terlalu berfokus pada Kurama, atau Naruto yang hebat dalam menyembunyikan Hawa Keberadaannya. Yang pasti jawabannya adalah salah satu, atau bisa juga keduanya. Mengingat Naruto sudah sangat fasih dengan yang namanya pertarungan.

"Lalu bagaimana?. Mereka bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan" ucap Dulio. Ya ... Faktanya memang seperti itu. Naruto dan Kurama memang berada ditingkat yang jauh berada diatas mereka.

Dalam pertarungan singkat ini, semua itu sudah terlihat. Aksi Kurama yang main-main menghadapi mereka, atau kemunculan Naruto yang tak pernah terasa keberadaannya sebelumnya. Semua itu sudah cukup untuk membuktikan jika mereka berdua lebih superior dari ke lima Exorcist itu.

"..." Griselda selaku ketua dalam tim ini tidak menjawab. Namun dilihat dari mimik Wajahnya, wanita cantik ini terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sementara disudut lain, Naruto dan Kurama masih saja sibuk berdebat tentang kedekatan yang dimaksud si Kyuubi. Dan tentu saja masih mengabaikan kelompok Pengikut Surga itu.

"Kalau seperti itu, lain kali katakan dengan jelas agar tidak ada kesalah-fahaman lagi!" desis Naruto, yang tak mau disalahkan. Meski perdebatan bodoh itu, terjadi karena kebodohannya.

"Hah!. Ya sudah, susah berbicara dengan orang Keras Kepala sepertimu!" balas Kurama seraya mengalihkan pandangannya pada orang-orang Surga. Namun, keberadaan mereka sudah lenyap. Ya ... Tempat yang harusnya diisi oleh Griselda dan kelompoknya, kini sudah kosong.

"Hah!. Jadi mereka kabur ya ... Ini semua salahmu!" desis sang Bijuu.

"Bukan lah!. Coba lihatlah ke atas" ucap Naruto seraya mununjuk ke Langit-Langit Pabrik. Dan saat sang Bijuu mengikuti arah yang ditunjuk Naruto, yang terlihat disana adalah Api yang sudah mencapai bagian itu.

"Mereka mundur karena tempat ini akan runtuh" lanjut Naruto. Baru saja Naruto mengatakan itu, dari luar, sebuah tembakan Manipulasi Cuaca panas menghantam Bangunan itu.

Dan ...

Buuummmm!.

Serangan itu, sudah cukup untuk meledakan Pabrik yang sudah terbakar, hingga luluh-lantah tak bersisa. Pecahannya, berserakan kemana-mana menghantam Bangunan-Bangunan lain yang ada didekatnya. Sehingga menimbulkan ledakan beruntun, dalam kebakaran yang cukup serius di area itu.

Dulio yang bisa disebut dalang dari kebakaran masal ini, terlihat diam dengan Wajah yanh pucat. Pasalnya, dia tidak pernah menyangka jika efek samping tembakannya bisa separah ini. Selain itu, dia juga takut dimarahi para Pemimpin Gereja.

Meski Griselda yang menyuruhnya menembak, namun jika sisi buruknya sampai seperti ini, sudah tentu Griselda akan angkat Tangan dan melimpahkan segala kesalahan ini pada Dulio dihadapan para Pemimpin Gereja nanti.

Namun setelah mendengar ucapan sang ketua dalam kalimat gagapnya, mungkin Dulio harus bersyukur karena kesalahan ini tidak dilimpahkan padanya. Melainkan pada dua Yokai itu.

"Ehem ... Kita samakan pengelihatan kita. A-aku melihat du-dua Yokai itu membakar Kawasan Pabrik ..."

"A-apa kalian melihat hal yang sama?" tanya Griselda, setelah mengucapkan rangkaian kata penuh kebohongan itu, dalam kalimat gagapnya. Irina, Shizuka, dan Xenovia mengangguk dengan gerakan kaku. Sementara Dulio mengucapkan kata iya dengan bersusah payah.

Ya ... Adalah hal yang wajar terjadi untuk seorang Exorcist, karena berbohong adalah perbuatan yang sangat dihindari oleh mereka. Namun saat ini, hal itu terpaksa dilakukan untuk menghindari amukan dari Petinggi Gereja.

"Tuhan ... Izinkan kami berbohong untuk kali ini saja. Demi menghindari kemarahan para Petinggi Gereja ..." gumam Griselda, dalam Do'a penuh penyesalan, sekaligus penuh harap.

"Amin!" tanpa perlu diminta, ke empat anggota timnya segera meng-amini Do'a sang ketua. Juga dalam keadaan penuh penyesalan dan penuh harap. Mengabaikan itu, berarti selama kebohongan ini tersimpan rapi, Dulio akan tetap aman.

Dan setelah Opera singkat itu selesai, mereka mulai kembali ke Gereja untuk melaporkan semuanya.

Lima Jam Kemudian.

Kebakaran di Kawasan Pabrik sudah berhasil dipadamkan oleh belasan Mobil Pemadam Kebakaran yang datang beriringan bersama dengan Mobil Polisi. Dan itu artinya, sisa Malam ini, dihabiskan oleh cerita sang Pemadam Kebakaran yang bersusah payah, berjibaku untuk menjinakan si Jago Merah.

Merasa sudah berhasil memadamkan Api sampai ke akar-akarnya, Garis Polisi segera dibentangkan disana agar Penduduk, atau pekerja yang Pabriknya terkena sial, tidak berkeliaran disana, mengingat Pihak Berwajib, masih harus menyelidiki asal-muasal kebakaran ini.

Dan setelah semuanya beres, iring-iringan Mobil Polisi dan Pemadam Kebakaran, kembali ke Posnya masing-masing.

Sementara itu, atas sebuah Pabrik yang selamat dari kebakaran, meski jaraknya tidak terlalu jauh. Terlihatlah Naruto sedang duduk santai seraya menyaksikan aksi para Pemadam Kebakaran yang sibuk memadamkan Api, beberapa saat lalu. Agaknya aksi sang penakluk Api itu memberikan tontonan tersendiri bagi sang Nanadaime.

"Alat itu sungguh bagus ... Alat itu bisa mengeluarkan Air dalam jumlah besar, tanpa menggunakan Chakra. Konoha harus memilikinya!" gumam Naruto seraya mengelus-elus Dagunya, merasa terkesima dengan kehebatan Mobil Damkar .

Dunia Baru.

A Naruto High School DxD Fanfiction.

By. Keris Empu Gandring.

•••••

Gereja.

Hari sudah Siang, dan entah bagaimana Naruto sudah berada disana. Sementara Kurama tidak terlihat ada disamping pria bersurai pirang itu, agaknya sang Bijuu memilih untuk kembali ke dalam Tubuh Naruto. Ya ... Walau bagaimana pun, fakta bahwa Kurama masih tesegel dalam Tubuh Naruto tetap tak berubah, meski saat ini dia bisa bebas keluar-masuk Tubuh sang Jinchuriki dengan kekuatan Sihirnya.

Lebih dari itu, batasan Kurama hanyalah lima belas meter dari Naruto, saat berada diluar Tubuh sang Jinchuriki. Itu terbukti dari membatu dan mulai memudarnya sosok sang kyuubi no Yoko saat jarak itu terlewati.

"Kau yakin akan melakukan ini?. Walau bagaimana pun ini seperti masuk ke Kandang Macan" tanya Kurama untuk kesekian kalinya tentang maksud Naruto mendatangi Gereja, yang merupakan markas besar para Pengikut Surga.

"Tentu saja!. Mana bisa aku membiarkan kesalah-fahaman ini berlarut-larut ... Walau bagaimana pun aku ini Hokage, dan sudah suatu keharusan dimanapun aku berada, Hokage harus terus menjaga nama baiknya demi citra Desa!" jawab Naruto.

"Tapi kan Dimensiku tidak tahu dimana Konoha dan apa itu Hokage—"

"Sudah kubilang kan ini adalah keharusan!. Tidak ada tapi-tapian, mau mereka tahu atau tidak. Kenyataan aku adalah Hokage tetap tidak berubah!" ucap Naruto memotong keluhan sang Bijuu tanpa ampun. Malas beradu argumen dengan pria bersurai pirang ini, pada ahirnya Kurama memilih menyerah. Namun tetap saja disertai sebuah ancaman.

"Terserah kau saja lah. Tapi ... Awas saja jika kita sampai gagal menemui anak dan istriku, karena ditangkap Fraksi Surga!" ancam Kurama.

"Iya ... Iya ..."

'Sebenarnya aku juga malas untuk melakukan ini. Tapi mau bagaimana lagi, sebagai Nanadaime Hokage, aku harus bersikap layaknya sebagai seorang pemimpi. Selain itu, mana bisa aku membiarkan mereka menganggapku Yokai!' batin Naruto.

Ya ... Intinya, Naruto mau merepotkan dirinya dengan masalah diluar pencarian anak dan istri kurama, hanya karena tidak terima disebut Yokai.

Selain itu, ucapan Griselda sebelum memulai pertarungan dengan Kurama, cukup membuatnya penasaran.

"Jangan berbohong. Kau pasti bekerja sama dengan Fraksi Malaikat Jatuh!. Kau pasti sengaja membunuh Manusia biasa untuk mengalihkan perhatian kami dari Pencurian beberapa pecahan Pedang Excaliburn yang dilakukan Malaikat Jatuh!"

Tuduhan Griselda sesaat sebelum pertarungan dimulai, kembali terngiang dalam Telinga Naruto. Ya ... Malaikat Jatuh!. Sosok yang membuat Naruto tertarik. Sebenarnya, seperti apa mereka?!.

"Hinata-Chan, sepertinya kepulanganku akan lebih lama dari yang seharusnya" gumam Naruto sebelum ahirnya mulai memasuki Gereja, untuk menemui sang pemimpin dari Fraksi Surga.

Tidak ada masalah pada awalnya, beberapa sosok berjubah putih yang terlihat atau berpapasan dengan sang Hokage ke tujuh itu, terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Namun seiring semakin dalamnya Naruto memasuki Gereja, keadaan aman itu perlahan-lahan berubah.

Dan puncaknya adalah, saat sang Nanadaime dihadang oleh seorang wanita cantik bersurai pirang nan anggun, dengan pakaian Biarawati yang sedikit berbeda dari yang sedari tadi dilihat Naruto.

"Bukankah ini hal yang langka?. Sebagai seorang Yokai, kau cukup berani memasuki Wilayah Gereja. Bahkan sampai sedalam ini" ucap wanita itu seraya tersenyum lembut.

"Hahahaha!. Entah ini keberuntungan atau kesialan, karena bertemu dengan wanita ini. Naruto, dengar. Dia adalah Gabriel, salah satu dari empat Seraph yang menjadi Tangan Kanan Tuhan!" ucap Kurama dalam konfirmasinya.

Ucapan Kurama mungkin sedikit banyak membuat Naruto kehilangan konsentrasinya, karena saat pria bersurai pirang itu kembali berfokus pada Gabriel,entah sejak kapan ada Griselda yang menghunuskan Pedang Sucinya di Leher Naruto, dari samping kanannya.

"Sebelumnya aku minta maaf, tapi ini tidak seperti yang kalian kira—"

"Tidak usah banyak alasan Yokai!. Keberadaanmu disini adalah sebuah Dosa besar!" potong Griselda cepat, dan tidak perduli dengan ucapan Naruto. Sang Nanadaime Hokage mengeluh untuk sesaat, namun masih saja terlihat santai meski keadaannya saat ini, tidak bisa dibilang bagus.

Dan itu semua terjawab, saat suara khas dari Bunshin yang menghilang, terdengar nyaring. Disertai Asap putih yang menggantikan posisinya.

Poft!.

Ya ... Naruto yang ditodong Griselda ternyata adalah sebuah Bunshin. Terlepas dari itu, kini dibelakang wanita cantik bernama Griselda Quarta, juga sudah berdiri Bunshin Naruto yang balik menodongnya dengan sebuah Kunai. Hal yang sama juga dialami Gabriel, hanya saja yang menodongnya adalah Naruto asli dengan Rasengannya.

"Gabriel-Sama ..." gumam Griselda, mengkhawatirkan sang junjungannya. Namun yang dikhawatirkan tetap terlihat tenang.

Ya ... Gabriel sudah tentu bisa dengan mudah lepas dari situasi ini. Rekornya sebagai salah satu Malaikat yang berkecimpung dalam Perang besar antara tiga Fraksi dibarisan terdepan, tentu saja sudah cukup untuk menjelaskan seberapa kuat sang Seraph wanita itu.

Namun daripada bertarung dengan Naruto, ada sesuatu yang cukup mengganggu fikirannya. Ucapan Naruto tadi!. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan oleh pria bersurai pirang ini?!.

Jika memang itu hanya akal-akalan pria yang disangka Yokai ini, sudah pasti yang dilakukan Naruto adalah menyerang, bukan malah melakukan ini. Selain itu, kegaduhan ini cukup untuk memancing para Pengikut Surga yang lain. Dan singkatnya, Naruto sudah terkepung saat ini.

"Mohon tunggu sebentar, aku datang kesini hanya untuk bicara. Bukan untuk bertarung atau berbuat rusuh" ucap Naruto, mencoba meyakinkan kembali Gabriel tentang maksud kedatangannya. Aksi menodongnya pun telah Naruto ahiri agar Gabriel dan para Exorcist yang mengepungnya percaya.

"Percayalah. Aku datang kesini hanya untuk bicara" lanjut Naruto seraya mengangkat ke dua Tangannya untuk lebih meyakinkan mereka. Namun tentu saja itu tidak mudah, karena nyatanya para Exorcist masih saja menyerangnya.

Ya ... Salah satu Pengikut Surga yang ada dibelakangnya dengan cepat mendekati Naruto, dan mendorongnya hingga terjatuh. Tidak sampai disitu saja, sang Exorcist itu juga mengunci ke dua Tangan sang Hokage dibelakang Tubuhnya. Dan puncaknya sebuah Pedang kembali mengalungi Leher Naruto.

"Kami tidak perlu bicara dengan Mahluk sepertimu!" desis Griselda. Sementara Gabriel masih terlihat diam, saat beradu pandang dengan Naruto. Agaknya sang Seraph wanita itu sedang mencari kebenaran ucapan Naruto dari sorot Matanya.

"Segera exsekusi Yokai ini" lanjut Griselda. Dan seperti yang diperintahkan, orang yang menodong Leher Naruto, mulai mengayunkan Pedangnya. Siap untuk memenggal Kepala sang Nanadaime.

"Ck!"

"Apa kubilang. Mereka ini adalah tipe orang yang menyebalkan, dan susah diajak bicara!"desis Kurama yang sedari tadi diam.

'Diamlah Kurama. Percaya saja padaku' balas Naruto. Dan ucapan itu cukup untuk membuat sang Kyuubi no Yoko mendengus kesal. Namun ini buka waktu yang tepat untuk mempermasalahkannya, karena ada hal yang lebih penting untuk dilakukan. Terlebih jika melihat Pedang Cahaya yang sedang mengincar Lehernya!.

Tanpa gerakan mencolok, Naruto segera menautkan Jari Tengah dan Jari Telunjuknya untuk kembali menggunakan Kage Bunshin no Jutsu. Skill yang didapat Naruto saat masih berlengan satu tampaknya cukup membantu disaat seperti ini. Namun sebelum Naruto benar-benar merilis Jutsunya, Gabriel terlebih dulu bertindak.

"Tunggu ..." ucap sang Seraph seraya menahan Tangan Exorcist yang sedang mengayunkan Pedangnya ke arah Naruto. Senyum simpul menghiasi Bibir Naruto saat melihat Gabriel melakukan ini. Karena artinya, seorang Malaikat sekaliber Gabriel mulai mempercayainya.

"Tapi ... Gabriel-Sama, kenapa?"

"Sepertinya aku terterik untuk mendengar apa yang ingin dia bicarakan. Jadi ... Bisakah kalian melepaskannya?" pinta Gabriel tenang. Dan tidak perlu meminta dua kali, untuk seorang petinggi Malaikat yang agung. Meski terdengar keluhan dan ketidak-puasan disana-sini, namun para Exorcist itu tetap melaksanakan titah sang Seraph.

Singkatnya, Naruto sudah dilepaskan. Dan saat ini mereka sudah berada disebuah Ruangan yang mungkin bisa dibilang tempat untuk Miting atau sebagainya, jika melihat besarnya Meja bundar dan banyaknya Kursi yang ada di Ruangan ini. Namun yang ada disana hanyalah tiga orang. Naruto, Gabriel, dan Griselda.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Gabriel, memulai pembicaraan ini. Merasa diberi kesempatan, Naruto mulai berdehem sebelum ahirnya mulai berbicara.

"Baiklah. Tapi sebelumnya izinkan aku untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Namaku adalah Uzumaki Naruto, seorang Hokage generasi ke tujuh dari Desa Konoha" ucap Naruto seraya memperkenalkan dirinya.

"Dan ... Aku Manusia" lanjut pria bersurai pirang itu.

Pada poin ini, baik Gabriel maupun Griselda terlihat tak percaya. Ya ... Bagaimana bisa mereka mempercayai ucapan tak meyakinkan itu. Dilihat bagaimana pun, tidak mungkin mereka ucapan itu benar. Semua itu terlihat jelas dari pancaran Aura yang terpancar dari Tubuhnya.

Chakra yang bercampur Senjutsu, ditambah keberadaan Chakra Kurama ... Sudah tentu kesan Yokai itu terasa semakin menjadi-jadi. Menyadari itu, Naruto kembali mengeluh singkat. Sebelum ahirnya mengaktifkan Mangekyou Sharingannya.

"Lihat aku ..."

Dan ...

Splash!.

Gabriel bersama Griselda langsung terperangkap dalam Dunia Genjutsu, yang menampilkan kesehariannya sebagai Hokage. Juga beberapa pengetahuan umum tetang Dunianya, seperti Manusia yang mampu menggunakan kekuatan Emental, Senjutsu atau semacamnya.

Dan setelah dirasa cukup, Naruto mengahiri Genjutsunya.

"Kalian percaya sekarang?" tanya Naruto, karena sedari tadi dua wanita itu malah terlihat bingung dengan apa yang terjadi barusan.

"Menarik ... Meski aku adalah salah satu dari Tangan kanan Tuhan, aku sama sekali tidak mengetahui ini" ucap Gabriel.

"Itu wajar saja, Kehidupan yang kalian lihat tadi berada di Dimensi yang Berbeda" ucap Kurama yang muncul secara tiba-tiba. Dan tanpa memperdulikan Raut terkejut dari dua Wanita cantik itu, dengan santai dan seenaknya sendiri, sang Kyuubi itu langsung duduk disamping Naruto.

"Selain itu, kami memiliki Tuhan lain yang disebut Kami-Sama. Jadi cukup wajar jika kalian tidak mengetahui tentang Dimensiku" lanjut Naruto, melengkapi ucapan Kurama. Ya ... Untungnya saja, mereka sudah berbagi informasi tentang Dunia ini. Jadi sedikit banyak Naruto sudah memahami semuanya.

"... Lalu untuk apa kalian mengacau disini?" setelah cukup lama terdiam, ahirnya Gabriel menanyakan itu. Ya ... Terserah dengan itu semua, yang lebih penting saat ini adalah apa tujuan mereka?!.

Terlebih setelah mendapatkan informasi yang sedikit menyimpang dari Kelompok Griselda.

"Tujuan?. Sebenarnya tidak ada ... Kami berada disini karena salah memasuki Portal akibat diganggu Great Red" jawab Naruto seraya kembali menceritakan kejadian itu.

"Sayang sekali itu terasa tidak masuk akal. Terlebih setelah yang kalian lakukan!" balas Gabriel tenang. Namun tetap saja terkesan menyimpan kemarahan disetiap katanya.

"Apa karena ketidak-sengajaanku membunuh seorang Manusia. Atau karena kecurigaan kalian soal keterlibatan kami dengan apa yang dilakukan Malaikat Jatuh?" tanya Kurama.

"Ya ... Selain itu, setelah apa yang terjadi di Kawasan Pabrik, kami tentu saja tidak bisa mempercayai ucapan kalian begitu saja" jawab Gabriel.

"Pabrik?" gumam Naruto bingung. Begitu pun Kurama yang terlihat tidak mengerti dengan arah pembicaraan salah satu dari ke empat Seraph itu. Sementara Griselda mulai berkeringat dingin, karena takut kebohongannya akan terbongkar.

"Ya ... Kebakaran di Pabrik" jawab Gabriel tenang. Dan saat itu juga baik Naruto atau pun Kurama langsung mendelik pada Griselda. Mereka tidak mmengatakan apa pun memang, namun dari arti tatapan itu semuanya sudah bisa ditebak.

"E-ehhh~ Aaaaahhh~" Griselda bergumam tak jelas seraya menghindari tatapan mengintimidasi dari Naruto dan Kurama.

"Ada apa Griselda?" tanya sang Seraph.

"I-itu ... G-Gabriel-Sama, sebenarnya i-itu ..." saat ini Griselda semakin salah tingkah dengan situasi ini. Ya ... Pada ahirnya, Do'a sang Pengikut Surga itu tidak terkabulkan.

Dunia Baru.

A Naruto High School DxD Fanfiction

By. Keris Empu Gandring.

•••••

Naruto terlihat sedang berjalan menyusuri Lorong Gereja dengan santainya , tanpa memperdulikan tatapan benci dari para Exorcist yang ditemuinya. Hingga ahirnya, langkah santai sang Hokage terhenti tepat didepan dua sosok gadis remaja.

"Maaf menunggu. Ayo berangkat sekarang" ucap Naruto masih dengan gaya santainya. Tepat setelah mengatakan itu, tanpa memperdulikan Wajah terkejut dari dua remaja cantik yang bernama Xenovia dan Irina itu, si pria bersurai pirang ini kembali melanjutkan langkahnya.

"T-tidak mungkin!"

"apa d-dia ..." mendengar gumaman Irina dan Xenovia yang hampir bersamaan, Naruto kembali menghentikan langkahnya.

"Kenapa?. Ya ... Aku adalah orang terahir yang dalam Kelompok yang dikirim ke Jepang" ucap Naruto santai.

"Namun meski kita berada dalam satu Kelompok, jangan berharap banyak padaku. Karena aku memiliki urusan yang berbeda dengan kalian" lanjut Naruto seraya kembali melangkah.

"Jadi kita akan naik apa?. Pesawat, atau Kapal?" gumam sang Hokage. Sementara Irina, dan Xenovia masih diam ditempat mereka masing-masing akibat masih tidak bisa menerima kenyataan ini. Ya ... Sebagai seorang Pengikut Surga sejati, bekerja sama dengan Manusia yang disangka Yokai tentu saja bertentangan dengan keyakinan mereka.

Ruang Rapat.

Tempat yang digunakan Gabriel dan Naruto berbincang beberapa saat lalu, kini tinggal diisi oleh sang Seraph dan Griselda. Agaknya perbincangan ini selesai dengan terbongkarnya kebohongan wanita cantik ini. Itu terbukti dari Wajah Griselda yang saat ini terlihat sangat menyesal.

"Griselda ... Apa kau percaya apa yang diucapkannya?" tanya Gabriel tiba-tiba. Meski masih terlarut dalam penyesalan, beruntungnya yang ditanya masih bisa tanggap dengan pertanyaan itu, meski sedikit tergagap akibat keterkejutannya.

"Ahhh!. I-iya ..."

"Jika anda bertanya padaku, aku jelas tidak mempercayai cerita mustahil seperti itu. Tapi ... Entah kenapa aku melihat kejujuran dari sorot Matanya" lanjut Griselda, mengemukakan pandangannya. Mendengar jawaban itu, Gabriel terlihat menerawang.

"Jadi kau pun melihat hal yang sama ya ..." gumam sang Seraph. Dan setelah cukup lama terdiam, ahirnya Gabriel mulai mengambil keputusan.

"Griselda ... Awasi pria itu. Walau bagaimana pun kita tidak bisa percaya begitu saja tanpa sebuah bukti yang nyata"

"Ah!. Ba-baiklah"

"Tapi sebelum itu, ada kabar bagus untukmu. Uriel baru saja menyelesaikan sebuah Sistem yang disebut Brave Saint, Sistem yang hampir sama dengan mekanisme Evil Piece's dari Fraksi Iblis"

"Dan maksud kedatanganku sebenarnya adalah untuk mengangkat Tim kalian sebagai Malaikat terainkarnasi pertama. Sayangnya, karena masalah ini, mungkin sisa anggota Kelompokmu akan menyusul nanti" ucap Gabriel.

"Ahhhh~" Griselda tampaknya masih kurang mengerti dengan situasi ini. Itu terlihat jelas raut Wajahnya yang sukar diartikan.

"Intinya ... Aku memilihmu sebagai Ratuku dalam Sistem Brave Saint"

"Tapi ..." bukan bermaksud lancang untuk menolak sesuatu yang bisa dibilang berkah ini, namun Griselda merasa tidak pantas untuk menerimanya. Terlebih setelah terbongkarnya kebohongan yang dia buat. Dan untungnya, Gabriel cukup mengerti dengan apa yang difikirkan calon Ratunya.

"Tenang saja, aku tidak mempermasalahkan perihal kebohonganmu sedikit pun" ucap sang Seraph dengan senyum lembutnya, mencoba menenangkan Hati seorang Griselda Quarta.

"Gabriel-Sama ... Hiks!. Hiks!. Terimakasih, terimakasih banyak, Gabriel-Sama. Aku bersumpah akan menjunjung tinggi Nama besarmu sebagai satu dari empat Seraph, sebagai Ratu Gabriel-Sama!" ucap Griselda dalam tangis harunya. Sementara Gabriel hanya tersenyum manis menanggapi janji yang terucap dari Mulut Griselda.

Disebuah Pesawat Terbang.

Terlihat Naruto, sedang duduk berhadapan dengan Xenovia, dan Irina dalam Pesawat itu. Meski ke tiganya sedang memegang Buku tentang Negara Jepang, namun tidak ada satu pun dari mereka yang benar-benar membacanya.

Jika Naruto menggunakannya untuk berklamufase, menutupi kenyataan jika sebenarnya dia sedang bertukar informasi dengan Kurama. Lain halnya dengan dua wanita cantik itu. Mereka dengan terang-terangan terus menatap Naruto dengan pandangan menyelidik dan penuh kecurigaan.

Acara bertukar informasi Naruto dan Kurama sudah selesai sedari tadi, namun aksi menatap Irina, dan Xenovia tidak jua usai. Meski sudah mencoba mengabaikannya, namun lama-lama sang Nanadaime Hokage itu merasa risih juga dika terus dipandangi seperti itu.

'Ini akan menjadi perjalanan yang membosankan!' batin Naruto, mengexpresikan perasaan risihnya.

BERSAMBUNG.

Note ::

Halo ... Halo ... Saya hadir lagi nih. Haduh tapi maaf ya, updatenya lama banget. Soalnya ada beberapa alasan yang cukup mengganggu. Mulai dari tugas saya yang hampir 3 minggu di Negara Upin-ipin. Terus masalah ini-itu buat persiapan merit, yang kesemuanya menyita waktu.

Lalu juga ... Pas pulang ke Kosan, adik saya yang disuruh jagain Kosan malah bikin Kosan saya kaya kapal pecah!. Bahkan PS4 saya dia rusakin!. Emang dodol tu orang -"

Ya ... Segitu dulu curhatan 'anak malang' ini. Soal pembahasan, saya lupa hahahaha. Yah, kalo ada yang membingungkan silahkan tanyain aja ya.

Oh iya, terimakasih untuk kalian yang sudah membenarkan masalah Mata Obito. Anggap saja Mata si Obito selamat xD.

Okeh segitu dulu!. Makasih buat kalian yang udah mampir, membaca, dan meninggalkan jejak.

Keris Empu Gandring Off