Title : Anemone

Cast(s) : Luhan, Sehun, Baekhyun, and more will reveal on the next chapter

Rate : T

Warning : BOYXBOY YAOI, MPREG (in the future)

CHAPTER 1


Anemone - a flower on a darker note indicates fading hope and a feeling of having been forsaken


Hari Minggu yang lumayan panas ini, seorang pria berusia 25 tahun bermarga Byun ini masih bergelung di kasur kesayangannya. Mulut kecilnya menganga, matanya masih terpejam, dengkuran halus terdengar.

"Byun Luhan!"

Sang pemilik nama hanya bergumam, merasa tidur manisnya terganggu.

"Luhan, bangun sekarang pemalas kecil. Sudah siang ini..."

"Ngggh tidak mau!", bukannya bangun, Luhan malah semakin mengeratkan pelukannya terhadap guling tercintanya.

"Oke fine, sekarang bahkan kekasihku sendiri lebih memilih guling daripada melihat wajahku", suaranya dibuat sesedih mungkin. Sebenarnya wajahnya juga sih, hanya saja sekarang Luhan tidak dapat melihatnya.

Luhan mulai menolehkan kepalanya, sebenarnya ia masih ingin tidur, tetapi ia juga tidak suka mendengar nada sedih dari kekasih tampannya itu. Bibirnya masih melengkung kebawah. "Iya Sehunnie aku bangun"

Dan wajah Sehun seketika tersenyum cerah, ya karena tadi dia hanya berpura-pura. "Sana mandi!", ia menepuk pantat Luhan seenaknya.

Mata Luhan mengerjap cepat, "Loh memang mau kemana?", dirinya tidak ingat ada janji kencan dengan Sehun atau semacamnya.

Sehun hanya tersenyum misterius. "Aku ingin mengajakmu makan keluar. Ayo sana cepat mandi", Sehun melempar handuk warna pink tempat Luhan -yang Sehun belikan saat natal kemarin- . Luhan melihat Sehun dengan curiga. "Bukannya kemarin kita sepakat hari minggu akan makan di ruma-"

"Sudah sudah sana mandi! Kita berganti rencana!", dan Sehun benar-benar menyeret Luhan ke kamar mandi.

"Aish Oh Sehun kau aneh sekali hari ini!", terdengar gerutuan Luhan dari dalam kamar mandi. Sehun hanya mengendikkan bahu dan terkekeh. Sambil mengamati sebuah kotak kecil di tangannya, ia tersenyum penuh arti.

- o - o -

"Dan kau mengajakku kesini, membangunkanku dari tidur cantikku, hanya untuk ke sebuah restoran yang bahkan selama 5 tahun kita berpacaran sudah ratusan kali kita makan disini"

Mulut Luhan tidak berhenti mengomel. Tangannya bersedekap, seakan dia adalah lelaki paling garang di dunia ini.

"Aku kira kau akan mengajakku makan di tempat lain yang belum kita kunjungi atau tempat romantis di menara eiffel", dan luhan masih saja menggerutu saat pelayan sudah membawakan pesanannya -pesanan Sehun sih sebenarnya, karena Luhan menolak untuk memesan makanan disini- . Melihat rainbow parfait favoritnya didepan mata sebenarnya membuat Luhan meneguk ludah. Lagipula ini sudah siang dan perutnya minta diisi. Hanya saja ceramahnya untuk Sehun masih belum selesai.

Dilihat-lihat lagi, parfait itu seakan memanggil-manggil namanya. 'Makan aku Lu, makan aku', dan pada dasarnya Luhan tidak tega melihat permohonan makhluk selucu itu, akhirnya ia mengambil sendok eskrim dan memasukkan ke dalam mulutnya.

Pipinya merona merasakan manisnya es itu didalam mulutnya.

"Katanya tidak mau makan disini"

Luhan menggembungkan pipinya. "Kau yang memaksa!'

"Aku tidak memaksamu memakan parfait itu Lu"

"Tapi ini favoritku! Kau curang!"

Sehun tersenyum geli sambil menyeruput americano panas di cangkir. Ia melirik Luhan yang masih mengomel tetapi mulutnya penuh dengan eskrim.

"Kita ini sama-sama belum sarapan Hunnie! Tapi kau hanya memesan kopi panas itu, bagaimana dengan lambungmu? Kau mau sakit perut lagi? Kalau aku sih tidak masalah, karena eskrim sudah seperti nasi bagiku-AWW!"

Sehun mengangkat alisnya, dia tidak menyangka akan secepat ini. Tapi bibirnya tidak tahan untuk tidak tersenyum memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Wajah Luhan saat ini benar-benar lucu, dan Sehun sangat ingin mencium dan mencubit pipi gembilnya. Matanya melotot kaget, mulutnya menggembung, dan semua pergerakannya terhenti beberapa detik. Dengan perlahan jari Luhan masuk ke dalam mulutnya dan mengambil sesuatu yang keras yang masuk ke dalam tadi -sempat tergigit juga-.

Dan Luhan benar-benar terkejut ketika ia melihat sebuah cincin perak keluar dari mulutnya. DEMI TUHAN IA HAMPIR SAJA MENELAN SEBUAH CINCIN. APA JADINYA JIKA CINCIN ITU BENAR-BENAR TERTELAN DAN MEMBUATNYA MATI KEHABISAN NAFAS PADAHAL DIA MASIH INGIN MENIKAH DENGAN SEH-

TUNGGU.

MENIKAH?

Spontan Luhan menatap Sehun. Sehun hanya tersenyum lembut.

"Syukurlah tidak tertelan", ia tertawa kecil

"KAU!", Luhan benar-benar ingin menangis sekarang juga.

"Jadi apa jawabanmu Lu?"

Luhan mengusap matanya yang tiba-tiba berair.

"Bodoh"

"Aku anggap itu iya", dan Sehun memeluk Luhan sambil mengecup pucuk kepalanya.

- o - o -

Dan begitulah 3 bulan setelah acara lamaran agak tidak elit tersebut, Sehun dan Luhan menikah, dan tinggal bersama di sebuah apartemen baru. Hari ini tepat 2 minggu setelah kepindahan mereka dan artinya resmi menjadi suami-istri (ehem, suami)

"Lu, carikan kaos kakiku"

"Iya sayang", Luhan meletakkan roti yang baru saja ingin ia siapkan untuk sarapan. Tetapi mendengar suami nya meminta tolong, ia segera bergegas ke kamar dan mencari kaos kaki permintaan Sehun. Setelah menemukannya, ia turun ke bawah, dan ternyata Sehun sudah memakan roti -dan mengoleskan selainya sendiri- .

"Lain kali jangan taruh kaos kakimu bercampur dengan baju dan celana, letakkan di tempat lain"

"Thanks sayang", Sehun mengecup pipi Luhan, dan melanjutkan sarapannya. Luhan balas menciumnya, lalu duduk dan menatap Sehun.

Sehun yang ditatap terus akhirnya penasaran. "Kenapa Lu? Ada yang aneh?"

Luhan menggeleng. "Tidak...aku minta maaf hanya bisa membuatkanmu roti. Lain kali aku akan belajar memasak agar bisa membuatkanmu sarapan yang bergizi"

Sehun meminum kopi didepannya, lalu mengelus kepala Luhan dengan lembut. "Hey, tidak perlu sedih seperti itu. Kau seperti baru pacaran denganku saja. Kita sudah 5 tahun bersama Lu, walaupun tiap hari kau memberiku makan batu, tetap saja aku akan tetap bertahan"

Dan Luhan sukses tertawa, "Aku tidak sekejam itu membuatmu makan batu!"

"Aku tahu sayang, itu hanya perumpamaan"

DRRRT DRRRRT

Tanpa diduga, ponsel Luhan bergetar terus menerus menandakan ada sebuah panggilan. Luhan menilik siapakah yang meneleponnya pagi-pagi begini. Dan ia sedikit kaget ketika ia menemukan nama adik kandungnya di layar ponselnya.

"Halo Baekkie?"

"Hyung apakah aku boleh kerumahmu?"

Luhan mengernyit ketika mendengar suara adiknya itu sedikit bergetar.

"Kau kenapa Baekkie? Apa ada masalah?"

"Nanti akan kuceritakan hyung, tapi bisakah sekarang aku kerumahmu?"

Mata Luhan menatap khawatir ke arah Sehun yang masih bertanya-tanya.

"Boleh, apa hyung perlu menjemputmu?"

"Tidak perlu hyung, aku akan naik taksi saja kesana"

"Baik Baek, hati-hati di jalan, hyung menyanyangimu"

"Aku juga hyung"

Dan sambungan pun terputus. Sehun menaikkan alisnya, tanda bertanya apa yang baru saja terjadi. Luhan hanya menghela nafas. Ia menghampiri Sehun dan merapikan dasinya. "Baekhyun tiba-tiba bilang ingin kesini"

"Kenapa?"

"Tidak tahu, dia ingin bercerita nanti, tapi dari suaranya aku yakin dia sedang ada masalah besar". Luhan tumbuh besar bersama adiknya itu, sudah pasti ia mengetahui kapan adiknya itu menyembunyikan sesuatu.

"Yasudah, semoga tidak terjadi apa-apa. Aku ke kantor dulu ya?"

Luhan mengangguk. "Hati-hati. Jangan lupakan makan siangmu"

"Siap bos!"

Mereka berdua terkekeh. "Aku mencintaimu Sehun. Bekerja yang baik ya, jangan nakal"

"Apapun untuk istriku", dan Sehun mengecup dahi Luhan, sebelum akhirnya pergi.

Luhan kembali ke dapur untuk menyiapkan sesuatu yang bisa dimakan sebelum Baekhyun datang kemari. Biasanya adiknya itu suka sekali ngemil apapun yang berbau strawberry, tapi ia baru sadar bahwa dirinya dan Sehun tidak ada yang begitu menyukai rasa itu sehingga ia tidak menemukan camilan apapun dengan rasa strawberry. "Hmm apa aku harus ke minimarket sebentar"

TING TONG

"Astaga apakah itu Baekhyun?", Luhan sedikit berlari untuk membukakan pintu. Dan benar saja, didepannya berdiri adik satu-satunya, memakai sweater coklat dan celana panjang denim biru, serta koper hitam besar disampingnya.

Baekhyun tersenyum tipis, "Hai hyung, apa kau merindukanku?"

Luhan langsung memeluk Baekhyun. "Kau kenapa Baek? Jangan membuatku khawatir seperti ini...", bagaimana tidak khawatir jika wajah Baekhyun saat ini lusuh, mata bengkak seperti habis menangis, dan menyedihkan.

"Pasti hyung kaget ya, aku bahkan membawa koper kesini hehe"

Luhan mendesah pelan. "Masuk dan ceritakan Baek"

Kini setelah Baekhyun meletakkan koper dan barang-barangnya ke dalam, ia duduk di sofa bersama Luhan. Hyung nya itu mengelus pipi Baekhyun dengan sayang. Baekhyun secara tidak sadar meneteskan kembali air matanya yang sedari tadi ditahannya. Merasakan kehangatan hyung nya membuatnya ingin mencurahkan segala isi perasaannya.

"Kris meninggalkanku..."

Mata luhan membelalak kaget. Tetapi dia tidak bertanya lebih lanjut. Ia membiarkan Baekhyun yang meneruskan ceritanya.

"Secara tiba tiba hyung. Dia tidak meninggalkan pesan apapun", dan semakin deras air mata Baekhyun saat menceritakan tentang suaminya.

Ya, Baekhyun memang sudah menikah dengan Kris, kekasihnya setelah menjalani hubungan 1 tahun. Mereka menikah lebih dulu sebelum Sehun dan Luhan.

Luhan sendiri sebenarnya tidak terlalu dekat dengan Kris, dia hanya mengenal sosok suami Baekhyun tersebut sebagai General Manager di sebuah Bank swasta. Sering pergi ke luar negeri sehingga jarang berkumpul dengan keluarga besar.

"Apa...kau tahu penyebabnya?"

Baekhyun menggeleng. "Aku tidak tahu hyung...tapi sudah satu minggu ia jarang sekali pulang ke rumah. Dan aku sering mendengarnya menelpon seorang wanita"

"Dan kau tidak menanyakannya?"

"Aku takut dia marah hyung"

"Astaga Baek kau ini suami sahnya, kau berhak bertanya padanya!", Luhan kesal sendiri melihat ketidakberdayaan adiknya itu terhadap suaminya.

Baekhyun mengusap wajahnya, "Aku hanya tidak ingin membuatnya kesal dan menimbulkan kesan aku adalah pasangan pencemburu. Tapi tiba-tiba saja dia pergi, dia benar-benar meninggalkanku hyung", Baekhyun tidak dapat menghentikan tangisannya.

Luhan sekali lagi memeluk Baekhyun dengan erat. "Sssst sudah Baek. Sudah cukup adikku ini mengeluarkan air matanya. Pria seperti dia tidak berhak mendapat air matamu yang berharga ini Baek"

"Tapi aku benar-benar mencintainya hyung... Apa dia selama ini tidak pernah mencintaiku? Apa aku selama ini hanya dibohongi? Apa aku sebegitu bodohnya?"

"Tidak Baek. Kau tidak bodoh, yang bodoh adalah Kris. Dia menyia-nyiakan pria sesempurna dirimu. Dia yang akan menyesal.", Jari luhan bergerak mengusap air mata di pipi Baekhyun. "Sekarang berhentilah menangis, hyung akan menelpon pizza. Apa kau lapar?"

Baekhyun menggeleng, "Aku tidak lapar hyung"

"Ayolah Baek, hyung tahu kau belum makan dengan benar dari kemarin. Iya kan?"

Baekhyun tidak dapat menyangkal bahwa tebakan hyung nya itu benar. Dari kemarin ia baru makan sebungkus snack ringan.

"Tapi aku benar-benar sedang tidak nafsu makan hyung. Bolehkah...aku tidur sebentar?"

Luhan terlihat sedih dengan penolakan Baekhyun tersebut. Bagaimanapun ia sangat khawatir dengan kesehatan adiknya.

"Maaf hyung, aku bahkan belum meminta izinmu untuk tinggal disini sementara. Tetapi aku tidak dapat hidup dengan tenang di rumahku, terlalu banyak kenangan bersama Kris disitu jadi-"

"Sudahlah Baekhyun, anggap saja ini rumahmu sendiri hm? Nah sekarang kau boleh beristirahat, pakai saja kamarku dan Sehun dulu, kamar tamu akan kubereskan terlebih dahulu karena kau tau kan, itu sudah lama tidak dipakai, dan hyung akan tetap memesan makanan agar saat bangun nanti kau wajib memakannya, mengerti?"

Baekhyun tersenyum lemah, "Aku mengerti hyung, aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu. Terimakasih banyak", dan ia berjalan sempoyongan ke arah kamar Luhan dan menutup pintunya.

Luhan menghela nafas. Ia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Dan tentu saja ia benar-benar ingin mengutuk pria bernama Kris itu.

- o - o -

"Aku pulang Lu"

Sehun meletakkan sepatunya di rak, melonggarkan dasinya, dan mencari keberadaan istri tercintanya.

Ia melihat Luhan sibuk mengeluarkan baju-baju dari sebuah koper hitam, lalu melipat dan menatanya. "Ah Sehun kau sudah pulang rupanya. Maaf tidak menyambutmu didepan"

Sehun berjalan menghampiri Luhan. Ia heran koper itu milik siapa dan apa yang sedang dilakukan Luhan.

"Ini milik Baekhyun", Luhan tersenyum saat melihat wajah penuh tanya dari Sehun.

Luhan akhirnya bercerita panjang lebar soal kedatangan Baekhyun kemari dan rencananya untuk tinggal di rumah ini sementara.

Dan Sehun hanya bisa geleng-geleng kepala. "Sudah kuduga ada yang tidak beres dengan si alis tebal itu. Sejak pertama bertemu dengannya dulu itu aku sudah menduga dia bukan pria baik-baik"

"Kenapa kau bisa berkata seperti itu?"

"Firasat seorang lelaki Lu"

"Aku juga lelaki pabo", Luhan memukul lengan Sehun pelan.

"Maksudku lelaki jantan", dan dengan cepat Sehun mengecup bibir Luhan.

"Yak! Oh Sehun", pipi Luhan memerah, malu sekaligus jengkel. Dia kira Luhan tidak jantan?

"Apa sudah ada makanan?", kepala Sehun menyembul dari arah dapur.

"Sudah sayang, tadi aku memesan makanan sekaligus untuk Baekhyun juga. Kau mandi dulu saja aku sudah menyiapkan air"

Sehun mengagguk, "Baiklah aku akan mandi dulu", Sehun membuka pintu kamarnya, dan ia kaget saat melihat Baekhyun tertidur pulas di tempat tidurnya dan Luhan. Baiklah, ia akan cepat mengambil baju dan mandi lalu keluar saja menemani Luhan di kamar tamu.

Saat ia melepas jam tangannya dan meletakannya di meja sebelah tempat tidur, tiba-tiba Sehun merasakan sebuah tangan memeluk kakinya. "Mmh...Kris..jangan tinggal..kan..aku", Sehun berjengit kaget, lalu ia tersadar bahwa itu adalah Baekhyun yang menggumam didalam tidurnya. Sehun mendesah pelan. Dengan perlahan ia menyingkirkan tangan Baekhyun. Tetapi yang ada malah Baekhyun yang semakin mengeratkan pelukannya dan membuat Sehun terjungkal ke tempat tidur.

"Ouch!", keluh dua orang itu bersamaan.

Sehun merasa tubuhnya kaku, ia sekarang bisa-bisanya berada di atas tubuh adik istrinya tersebut.

"Ng...Baek.."

Mata Baekhyun membelalak lebar. "AAAAA!", spontan ia melepaskan pelukannya dan menyingkir ke pojokan tempat tidur.

"Ma-maafkan aku hyung!"

Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedikit canggung. "Tidak apa-apa, kau pasti ngelindur ya"

Baekhyun mengangguk pelan. "Maaf hyung...aku kira kau adalah...", Baekhun menelan ludahnya. Rasanya sulit menyebutkan nama itu lagi.

Sehun tersenyum tipis, "Sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan dia terus. Sekarang keluarlah, Luhan sudah menyiapkan makanan", Sehun mengacak rambut Baekhyun. Dan Baekhyun hanya terdiam.

"Aku akan mandi dulu, Jja, kau harus makan. Hyung mu diluar benar-benar mengkhawatirkanmu"

Baekhyun mengangguk kecil, dan memegang kepalanya bekas usapan Sehun tersebut.

Mungkin Sehun tidak dapat melihatnya..

Tetapi muncul semburat tipis di pipi Baekhyun. Dan ia tersenyum.

-TBC-

- o - o -


Mau tau dong, pendapatnya soal chapter 1 ini gimana?

(ketawa cantik)