Beau;daddy

Ficlet

Chanbaek/Baekyeol – Romance, Family – M

The caracters belongs to themselves, and the plot is mine

Warning; Male x Male, YAOI, INCEST, OOC

.

.

"Mati saja!"

Jongin berjalan berlalu lalang seperti setrika yang sedang di gunakan asisten rumah tangga di rumahnya. Bukannya apa, masalahnya adalah sebentar lagi ibunya yang paling cantik (puji Jongin) seKorea Selatan akan datang ke sekolah untuk mengambil laporan nilai-nilai ujian. Ia mengusak rambutnya yang mulai kusut seakan benar-benar akan menggunduli kepalanya.

"Ibumu cantik," Sehun duduk di atas meja dengan mengangkat salah satu kakinya pada meja tersebut, terlihat seperti bapak-bapak yang sedang makan di warung makan tegal. Tidak elit sama sekali.

Tentu saja dahi Jongin mengkerut. "Tidakkah kau menggelikan?" Ia ikutan duduk di sebelah Sehun dan tak lupa juga mengangkat salah satu kakinya. Kepalannya tangannya itu sudah terlanjur tidak tahan untuk menjitak Oh Sehun. Ia tahu bahwa ibunya cantik, ia bahkan sudah mengeluarkan seratus pujian untuk ibunya agar wanita tersebut tidak datang ke sekolah dan mengambil rapotnya. Hah, dasar penjilat. "Film-film pornoku akan dimusnahkan semua jika ibu tahu rata-rata nilaiku jongkok!"

"Asshole, Jong!" Sekarang Jongdae yang menjitak kepala Jongin dengan tidak berperasaan. Tidakkah ada hal lain yang bisa anak itu pikirkan selain hal-hal berbau mesum? Chanyeol tersenyum simpul, ia memainkan bola pingpong yang dari tadi berada genggamannya, "Kau'kan bisa membeli atau mendownloadnya lagi," Kemudian bola pingpong itu terlempar tepat ke arah kepala Jongin. Membuat Jongin mengaduh dengan berlebihan, padahal hanya sebuah bola pingpong. "Tidak bisa! Aku bahkan belum mengajak Kyungsoo untuk nonton bareng."

Silakan lihat, sekarang Jongdae sudah bersiap untuk melemparkan kursi kepada Jongin. "Holly-shit, Jongin. Pikiranmu tidak pernah lurus!" Sehun sudah menyingkir terlebih dahulu tentu saja, mana mau ia ikut terkena imbas karena Jongin. Sedangkan Jongin sudah berjongkok di bawah meja, menghindari Jongdae kalau-kalau pemuda itu benar-benar akan melemparnya dengan kursi.

"Chanyeol?"

Keempat anak di situpun segera menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Mendapati seorang pria yang bahkan lebih pendek dari Chanyeol. Pria tersebut mengenakan setelan kemeja berwarna biru langit dan celana hitam. Chanyeol menghampiri, tersenyum lebar ketika si pendek membenahi dasi Chanyeol yang sudah jauh dari kondisi rapih. "Kau ini sudah besar, lalu kenapa masih saja meninggalkan noda di seragam sekolah?" Tanya pria itu mengusap kemeja Chanyeol, seakan-akan ia dapat membersihkannya saat itu juga.

Dengan tetap melebarkan senyum ala bintang pasta gigi, Chanyeol menjawab, "Karena itulah aku memilikimu untuk membersihkannya,"

Dia tersenyum, wajahnya mendongak menatap Chanyeol dan mengusak rambutnya dengan sayang. "Baiklah, dimana aku bisa mendapatkan laporanmu?"

"Temui guru Lu, ayah."

Tidak salah lagi— dia adalah orang tua tunggal dari Chanyeol, sebut saja Byun Baekhyun.

.

Akhirnya Jongin berkedip setelah Byun Baekhyun pamit undur diri kepada mereka untuk mengambil rapot milik Chanyeol. "Tidakkah dia sangat mengagumkan?" Katanya dengan sangat lantang. Ekor matanya benar-benar mengikuti hingga Baekhyun tidak terlihat lagi. Bagaimana tidak, Baekhyun sangat sensual dengan bibir merah muda alaminya, pinggulnya memiliki lekukan tidak seperti laki-laki kebanyakan. Hidungnya mungil dan senyumnya renyah seperti wafer tango.

Sekedar pemberitahuan saja, Kim Jongin ini adalah penggemar nomor satu ayah Chanyeol (walaupun itu hanya ultimatumnya).

"Liurmu hampir menetes, tuh. Menggelikan. Masa mau embat ayah teman sendiri" Sehun menajamkan lidahnya untuk menyinggung Jongin yang pada dasarnya tidak akan tersinggung. Hati dia terbuat dari biji baja, sih. "Bukankah seseorang baru saja mengatakan bahwa ibuku cantik?" Balas Jongin menyindir Sehun. Ia melirik manusia albino disebelahnya.

"Tapi aku tidak menatap ibumu seperti seorang maniak".

Perhatian ketiganya teralihkan begitu mendengar suara kursi yang terhempas ke lantai. "Aku tidak sengaja," Jelas Chanyeol, ia baru saja berdiri dari duduknya dan membuat kursi yang semula didudukinya jatuh. "Tapi bukankah lebih asik kalau kita tidak membicarakan ayahku?"

Senyuman licik terukir jelas pada wajah Jongdae, bagaimanapun akting Chanyeol terlalu amatir dimatanya. Dasar father-complex, Jongdae membatin.


BEAU;DADDY


Chanyeol sebenarnya bukan anak yang nakal— dan juga anak yang baik, ia juga bukan anak yang bodoh. Chanyeol hanyalan seorang anak dengan kecerdasan pas-pasan, dan beruntungnya ia memiliki modal tampang yang lumayan. Lumayan untuk memikat hati Vanessa, gadis blasteran yang menjadi tetangganya. Tapi jangankan menanggapi, memikirkannya'pun Chanyeol ogah.

Tidak banyak hal yang begitu ia pedulikan di dunia ini. Ia tidak perduli bila Jongin akan merengek pada ibunya karena film-film dewasanya dimusnahkan semua, ia tidak perduli apabila pernyataan cinta Oh Sehun akan ditolak mentah-mentah oleh gurunya; Luhan, dan ia juga tidak perduli jika manga-manga milik Jongdae robek karena di gigit oleh Bulldog yang dipelihara oleh pemuda berwajah kotak tersebut. Memikirkannya'pun Chanyeol tidak pernah.

Yang Chanyeol tahu dari hidup ini ya hanya menjalankannya saja. Ia bukan tipikal anak yang akan menangis ketika sepatunya menginjak permen karet. Yang ia akan lakukan adalah membersihkan sepatunya dari permen karet tersebut. Ketika seorang anak merampas mainan gundam kesukaannya, maka Chanyeol akan merebutnya kembali. Dan ketika teman-teman SMP-nya mengejeknya karena tidak memiliki ibu, maka Chanyeol hanya berpikir; ibu bukan milikku, lantas mengapa aku harus bersedih? Menangis itu tidak akan menyelesaikan masalah, kan?

Chanyeol bukan anak manja seperti Kyungsoo yang harus di cium pipinya setiap pagi oleh sang ibu— diusianya yang menginjak 17! Bayangkan, gebetan Jongin itu super sekali, kan? Chanyeol sendiri hanya memaklumkan teman-temannya yang dengan tidak sengaja melontarkan pertanyaan; mana ibumu? di setiap pengambilan raport. Maka ia akan dengan bangga mengatakan; Ayahku akan mengambilkannya!

Dalam hidup ini hanya ada satu orang yang menurutnya sangat berharga; Byun Baekhyun. Orang tua tunggal yang membesarkannya hingga setinggi ini tidak kenal lelah membanting-tulang untuknya. Baekhyun merupakan pemilik kedai makanan dan cukup ramai palanggan hingga mereka hidup dengan tidak kekurangan. Bahkan ditengah-tengah kesibukannya mengurus kedainya, Baekhyun selalu menyempatkan diri membuatkan bekal untuk putra semata wayangnya. Jika satu orang tua saja sudah membuat Chanyeol merasa cukup, mengapa ia harus memiliki dua?

Pernah sekali dalam hidupnya Chanyeol ingin menangis, ia menekan egonya dengan menahan habis-habisan agar bulir air matanya tidak keluar. Kejadian itu sudah berlalu dua tahun silam. Ketika Baekhyun melepaskannya untuk mencari siapa ibunya. Tapi, saat itu, dengan mata yang memerah, emosinya mendidih, Chanyeol menuduh Baekhyun bahwa pria itu memang tidak menginginkannya di dunia ini.

'Aku hanya tidak ingin menjauhkanmu dari ibumu,' Dan kemudian diakhiri dengan tangisan Baekhyun yang meminta maaf kepada Chanyeol.

Semua ini bermula dari malam sebelumnya, Chanyeol mendapati Baekhyun yang pulang pada tengah malam. Ia sedikit heran mengapa ayahnya pulang dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, pakaiannya kusut dan Chanyeol dapat mencium bau alkohol yang menguar. Ia bertanya, tetapi Baekhyun hanya meracau dan berkata dengan nada frustasi; Mengapa harus kau, Chanyeol, sayangku?— Tentu saja hal itu membuat tanda tanya besar dalam kepala Chanyeol. Tapi alih-alih bertanya, Chanyeol lebih memilih untuk merengkuh sang ayah ke dalam pelukannya. Tanpa Baekhyun memberikan sebuah penjelasan kepadanya, Chanyeol sudah tahu bahwa ayahnya berada dalam tekanan.

Baekhyun yang Chanyeol tahu adalah sosok ayah yang paling sempurna, dengan segala ketidakseriusan pria itu mampu membuat Chanyeol menjadi anak yang tegar. Baekhyun mampu melunakkan Chanyeol yang seperti batu sekalipun. Ia akan menceritakan sebuah lelucon apabila Chanyeol sedang kesal hingga rasanya ingin membunuh seseorang. Tapi, malam itu, saat Chanyeol masih memeluk erat ayahnya, ia tersentak karena Baekhyun menggigit telinganya.

Dan dengan mengikuti nalurinya sebagai laki-laki yang memasuki masa pubertas, mereka berakhir di atas tempat tidur.

Keesokkan paginya Baekhyun tersentak ketika menyadari bahwa ia dan putra semata wayangnya itu sudah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Itu salah, jelas sangat salah. Hingga pada akhirnya Baekhyun mengatakan kata-kata kejam itu, menyuruh Chanyeol untuk mencari ibunya.

Menurut Chanyeol, itu sangat menyakitkan.

Chanyeol tahu bahwa ia bukanlah anak hasil dari pernikahan yang sah. Ia tahu bahwa ayahnya itu meniduri seorang gadis dan membuatnya hamil ketika berusia 15. Ia juga tahu bahwa Baekhyun membawa diam-diam Chanyeol dari ibunya karena kedua orang tua ibu Chanyeol -kakek dan nenek Chanyeol- tidak merestui Baekhyun untuk bertanggung jawab dan tidak memperkenankan Baekhyun untuk merawat anaknya sendiri.

Tapi Chanyeol tidak memperdulikannya sama sekali, ia bahkan mengabaikan bahwa ia dilahirkan tanpa cinta. Baekhyun dengan jelas mengatakan bahwa ia dan ibu Chanyeol hanyalah seorang kenalan di sebuah café. Ia tidak perduli, yang ia tahu bahwa ia hidup sekarang, dan memiliki seorang ayah. Ia bahkan tidak pernah menanyakan siapa nama ibu yang telah melahirkannya.

Ayah saja sudah cukup, menurutnya.

Hubungannya dengan Baekhyun semakin hari semakin membingungkan. Perlakuan Baekhyun memang tidak berubah semenjak insiden di hari itu. Tapi siapa sangka, Chanyeol, dengan mulut lancangnya, berkata; ayah, aku tidak masalah menjadi partner seksmu jika kau memang membutuhkannya. Aku bahagia jika kau bahagia. Bukankah itu membuat Baekhyun terlihat seperti ayah yang paling brengsek di dunia?

Gilanya, Baekhyun menyetujuinya. Mungkinkah logikanya sudah membeku begitu saja?

Seperti yang sudah dijelaskan, Baekhyun adalah orang yang paling berharga untuk Chanyeol. Dan ia akan melakukan apapun yang membuat Baekhyun bahagia.

Seks bagi mereka adalah sesuatu hal yang biasa, sekarang ini. Chanyeol melakukannya dengan sukarela, bagaimanapun ia adalah remaja dan pada saat ini hormon testosteronnya sedang meluap-luap. Ia selalu memperlakukan Baekhyun dengan hati-hati. Melakukan seks dengan Baekhyun adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Ia bahkan dapat mengingat dengan jelas bagaimana rasanya lubang senggama milik ayahnya itu.

Baekhyun memiliki tubuh yang hangat, Chanyeol bahkan sudah meneliti setiap lekuk tubuh Baekhyun. Wajahnya indah tidak bercela, ia menyimpulkan siapapun yang berada di dekat Baekhyun, pasti akan merasakan bagaimana Baekhyun terlihat seperti Aprodite. Ia sangat menyukai bibir cherry milik ayahnya, bagaimana Baekhyun dengan khas bersuara untuknya; desahan yang sangat sensual. Jemari Baekhyun yang senang sekali menjambak rambutnya, dan dengan lihainya tangan tersebut bermain dengan kemaluan Chanyeol, membuat pandangan Chanyeol mengabur merasakan kenikmatan yang tidak dapat di definisikan.

Ataupun saat Chanyeol membiarkan lidah Baekhyun bermain-main kejantanannya, merasakan benar-benar bagaimana basahnya mulut Baekhyun; membuatnya meleguh. Chanyeol juga sangat menyukai perpotongan leher dan bahu sang ayah. Walaupun Baekhyun adalah pria berusia 33, Chanyeol dapat memahami dengan jelas bahwa ayahnya itu gemar menggunakan wewangian berbau berry; dan sekarang sudah menjadi favorit Chanyeol. Semua perlakuan pada ayahnya Chanyeol lakukan dengan penuh perasaan. Dan Chanyeol tahu, bahwa ia sangat mengasihi Baekhyun.

Juga mencintainya, lebih dari apapun.

Cinta itu— bukan sekedar cinta dari anak kepada ayahnya.


BEAU;DADDY


Mengapa harus kau, Chanyeol, sayangku? Mengapa aku mencintaimu?Byun Baekhyun

.

.

.

FIN

.

.

Unbetaed, maaf kalau ada typo.

Honestly ini fiksi yang tiba-tiba aku buat setelah tadi aku rewatching Kirepapa OVA 1, hehe. But I swear, storyline fiksi ini beda jauh sama anime itu~ kalo di sana pairingnya bukan FatherXSon tapi FatherXSon'sfriend.

Jadi, gimana? Amburadul? Iya lols

Review as respect

Thankyou guys!