Chapter 1

The Pervert Glasses

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Angst, Friendship

WARNING!

TYPO, EYD hancur, banyak kata-kata yang kasar, Rate M (SemiLemon)

Haruno Sakura mengayuh pedal sepedanya semakin cepat. Gara-gara tidur kemalaman, ia bangun terlambat pagi ini dan dua menit lagi pintu gerbang akan ditutup.

"TIDAK!" teriak Sakura saat melihat seorang cowok mulai menutup pintu gerbang. Cowok itu mendongak dan menatap Sakura yang mengayuh sepedanya semakin cepat, tapi ia sama sekali tidak menghentikan kegiatannya menutup pintu gerbang.

Cowok itu menatap Sakura selama beberapa detik sebelum membalikkan badannya dan berjalan menjauhi pintu gerbang.

Sakura mengerang dengan geram. Kalau saja cowok itu berbaik hati dan menunggu selama beberapa detik, ia tidak akan terkunci di luar gerbang dan tidak perlu berurusan dengan guru BP yang super galak. Beberapa siswa lain yang juga datang terlambat memiliki ekspresi yang sama muramnya dengan Sakura.

"Oh, tidak. Tamatlah riwayatku." Omel Sakura pada dirinya sendiri sambil melihat ke sekeliling.

"Tidakkah dia sangat tampan?" tanya Yamanaka Ino—teman baik Sakura—sambil menunjuk ke arah seorang cowok yang baru saja keluar dari ruang guru dan sedang membungkuk sebelum meninggalkan ruangan itu.

Sakura dan Ino sedang berjalan berdampingan di koridor sekolah menuju ke cafetaria. Setelah hukuman—karena terlambat—yang ia terima tadi, ia merasa sangat lapar dan tidak ingin memikirkan hal lain kecuali makan untuk saat ini.

"Apa bagusnya dia? Dia kan hanya seorang kutu buku." Jawab Sakura tidak tertarik, ia lebih memikirkan apa yang sebaiknya ia makan nanti. Sakura bukan orang yang terlalu suka memperhatikan cowok-cowok disekitarnya, atau bisa dibilang ia tidak begitu tertarik pada percintaan karena menurutnya itu hanya membuang-buang waktu karena tidak berguna, tidak seperti Ino yang sangat tergila-gila pada cowok tampan.

"Oh, come on! Dia memang kutu buku, tapi dia tidak mengenakan kacamata tutup botol—setidaknya ia memakai kacamata yang cukup modis. Dan wajahnya sangat tampan—apalagi senyumnya yang sangat manis. Dan dia juga sangat baik dan sopan! Keluarganya kaya raya. Lihat, dia perfect kan?" tanya Ino lagi meminta persetujuan Sakura, tapi lagi-lagi Sakura tidak tertarik.

"Tidak ada manusia yang sempurna, kau tau itu." Sakura masih saja terus berdebat dengan Ino karena tidak ingin menyerah begitu saja pada kesimpulannya.

"Tapi—tapi… Dia tidak hanya bagus di akademis, di non-akademis pun ia sangat menonjol. Lalu, tidakkah menurutmu hebat jika seorang kutu buku seperti dia memegang kendali atas geng yang paling ditakuti diwilayah kita—di sekolah kita?" Sakura berhenti melangkah dan memiringkan tubuhnya agar bisa melihat Ino dengan lebih jelas. Sakura memicingkan matanya dan mendekat ke arah Ino.

"Jangan katakan padaku kalau kau suka pada kutu buku seperti dia?" Tanya Sakura dengan tatapan curiga. "Apa? Kau sedang bercanda padaku kan?" Ino balik menatap Sakura dengan tidak percaya. Sakura mengangkat pundaknya dengan acuh lalu kembali meluruskan tubuhnya dan kembali berjalan."Aku hanya tertarik karena dia itu cowok yang tampan dan mempesona, tidak lebih."

"Ohh, bukankah kau sudah punya Sai, huh? Mana mungkin kau suka pada kutu buku itu." Ejek Sakura. Sakura tertawa kecil setelah mendengar Ino mendengus kesal. "Ya, ya, sesukamu sajalah." Ino tertawa sinis dan memutar bola matanya.

"Apakah kalian sedang membicarakan Uchiha Sasuke?" Hyuuga Hinata muncul di tengah-tengah Sakura dan Ino lalu menggandeng lengan mereka. "Nah, ini dia si Uchiha Sasuke lover." Goda Ino. Ino melingkarkan lengannya di pundak Hinata dan menarik cewek itu untuk ke cafetaria bersama mereka. "Astaga, sejak kapan aku dapat jabatan seperti itu? Aku hanya mengaguminya karena …"

"Karena dia sangat dewasa, seperti kakakmu!" Potong Sakura dan Ino bersamaan lalu tertawa. Mereka sudah sangat mengenal karakter Hinata yang pasti akan luluh pada orang-orang—siapapun itu—yang bersikap dewasa. "Kudengar tadi kau datang terlambat, benarkah itu?" Tanya Hinata tanpa memalingkan wajahnya dari menu makan siang sesampainya mereka di cafetaria.

Sakura hanya mengangguk pelan, mengingat kejadian itu membuatnya kembali tidak bersemangat. Sakura mungkin memang bukan tipe anak teladan yang selalu tampil rapi dan manis—seperti Hinata. Tapi ia juga bukan tipe orang yang terlalu cuek terhadap dirinya sendiri dan peraturan—seperti Ino. Tadi pagi adalah kali pertamanya datang terlambat, padahal hari ini masih termasuk ajaran baru di tahun keduanya.

"Oh, pantas saja dia sangat sentimen saat aku menceritakan tentang Sasuke. Bukankah dia yang selalu bertugas untuk menutup pintu gerbang, si ketua badan kesiswaan kita itu?" Ino seolah mendapat titik terang mengapa Sakura sangat ketus tadi.

Meski itu bukan 100% alasan mengapa Sakura sangat sangat sangat tidak tertarik pada Sasuke, tapi memang ada sekian persen karena kejadian itu membuat ia semakin tidak suka pada Sasuke. Sasuke si ketua OSIS dan ketua geng, apakah itu masuk akal?

Ya, cowok yang mereka sebut-sebut sebagai kutu buku itu memang cukup dihormati—atau ditakuti—oleh geng sekolah mereka. Tidak ada seorang pun yang tau mengapa ia bisa menjadi ketua diatas diketua dalam geng tersebut.

Entah karena ia tampan, pintar, kaya atau memang memiliki karisma seorang leader? Entahlah, tapi yang pasti, tidak ada seorangpun yang pernah melihatnya berkelahi. Jadi memang patut dipertanyakan, bagaimana bisa ia menjadi ketua geng jika ia tidak pernah berkelahi untuk mempertahankan dirinya ataupun untuk menunjukkan kualitasnya sebagai seorang ketua geng?

Sakura mengambil makanannya dengan cepat, ia tidak suka jika mereka mulai membicarakan Sasuke, karena itu akan menjadi sangat lama.

Hyuuga Hinata—si pecinta pria dewasa, dan Yamanaka Ino —si pecinta cowok tampan, apa yang bisa menghentikan mereka kalau sudah menyangkut hal-hal yang mereka sukai? Sakura membalikkan badannya, bermaksud mencari tempat duduk kosong, tapi ia justru tidak menyadari ada orang di belakangnya, alhasil hampir saja makanan yang ia bawa mengotori pakaian orang itu kalau saja orang itu terlambat satu detik untuk membantu Sakura memegang nampan makanannya.

"Astaga, Gomenasai…" ucap Sakura penuh penyesalan. Ya, dia memang gadis yang ceroboh dan ia rasa ia harus segera menghilangkan sifatnya itu. "Tidak apa-apa." Sahut cowok yang ada dihadapannya. Sakura mendongak dengan cepat. Benar saja, yang berada di hadapannya adalah Uchiha Sasuke bersama 4 cowok lain. Sasuke tersenyum ramah pada Sakura yang hanya dibalas dengan tatapan tidak bersahabat dari Sakura.

"KYAAA! Konoha Boys!" teriak beberapa murid perempuan yang berada di cafetaria begitu melihat kelima orang cowok itu. Sakura memutar bola matanya setelah mendengar teriakan itu.

Ia tidak mengerti, bagaimana mungkin murid-murid perempuan begitu mengidolakan kelima makhluk yang terlihat sama dengan cowok lainnya? Hanya karena mereka tampan? Tapi apa yang bisa menjadi jaminan bahwa sifat mereka juga bagus? Dan Konoha Boys, entah bagaimana mereka bisa memberikan nama grup seperti itu pada mereka.

Mereka bukanlah artis idola yang multi talenta, mereka hanya lima orang cowok SMA yang terkenal akan ketampanan dan ketajiran, jadi apa hebatnya mereka? Mereka itu anak geng—anak-anak yang suka kekerasan.

"Astaga, kau akan memakan ini sendirian? Kau yakin? You're not a pig, aren't you?" Suara Sai menyadarkan Sakura dari lamunannya. Ia tidak perlu menoleh ke tempat di mana Sai berada sekarang, karena ia yakin Sai sedang berbicara dengan Ino—mengkritik porsi makan Ino, dan itu berarti sebentar lagi mereka akan kembali memulai perang mereka. Sakura menghiraukan cowok yang ada dihadapannya dan mencari tempat kosong diikuti oleh Hinata yang sesekali menoleh ke belakang dan bertemu pandang dengan Naruto.

Sakura mengerutkan keningnya, benarkah apa yang dilihatnya? Hinata melirik ke arah Naruto? Dan sepenglihatan Sakura, Naruto juga melirik ke arah Hinata dan menyeringai. "Ada sesuatu yang kulewatkan?" tanya Sakura sambil melirik sekilas ke arah Naruto. "Huh, tidak.." Hinata menopang dagunya menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya terus mengaduk makanan yang ada dihadapannya dengan malas.

"Urgh! Lihat saja si Sai itu! Tingkahnya sudah seperti ibuku saja!" Ino menghempaskan tubuhnya dengan kasar dihadapan Sakura dan Hinata.

To Be Continue . . .

Mind to review?

Lanjut or delete?

Salam kecup buat reviewer

Miko Yuuki