"Ini seragam yang kau pesan sudah tiba, jadi aku membawakannya untukmu!"

"Arigatou, Momoi-san"

Kuroko melihat seragam basketnya dengan berbinar-binar.

"Ah ada satu pesan untukmu, ada anak baru yang akan bergabung di grup satu besok"

"Yah aku sudah mendengarnya"

"Dia baru bermain selama dua minggu di tim basket ini jadi mereka ingin kau agar membimbingnya. Namanya Kise Ryouta"

Kuroko ditugaskan menjadi pembimbing bagi Kise. Kise masih kelas dua dan baru bergabung jadi dia membutuhkan seorang pembimbing dan Kuroko adalah orang yang ditugaskan untuk itu.

Akhir-akhir ini Akashi mulai sibuk karena ia sudah diangkat sebagai kapten. Akashi jadi jarang meluangkan waktunya dengan Kuroko, bahkan untuk sekedar pulang bersama. Selain itu akhir-akhir ini tatapan Akashi menjadi semakin mendingin.

Hubungan mereka menjadi hampa

Kesibukan Akashi tidak bisa dihindari jadi mau bagaimana lagi. Lagipula Kuroko masih bisa pulang bersama dengan Aomine, Midorima, Murasakibara, Aomine, dan Momoi. Mereka teman yang baik. Menyenangkan menghabiskan waktu bersama mereka setelah pulang dari aktivitas klub. Pergi ke kombini membeli es krim bersama dengan Kise yang membayarnya. Bermain street ball jika mereka merasa bosan dan bingung mau melakukan apa dan pergi kemana. Pergi ke arcade dan bermain bersama. Dan banyak hal lainnya.

Seandainya Akashi ada bersama mereka

Akashi menjadi dingin akhir-akhir ini. Mereka juga jadi jarang saling berkirim pesan, hanya saling sapa dan mengobrol seperlunya. Akashi jadi terlihat sedikit berbeda.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dan di hari itu, semuanya menjadi semakin jelas...

.

.

.

.

.

.

Kuroko sudah lelah membujuk Aomine untuk ikut latihan. Hari itu hujan, dan Kuroko kebasahan karenanya. Ia kembali berlatih dan bertemu dengan Akashi di lapangan. Akashi memberinya sebuah handuk untuk mengeringkan tubuh Kuroko.

"Sudahlah, biarkan saja Aomine"

Eh? Bukankah biasanya Akashi dan yang lain berusaha untuk membujuk Aomine latihan. Namun apa yang tadi Akashi katakan, biarkan saja? Ini seperti bukan Akashi.

Tatapan Akashi semakin dingin, tidak ada lagi kehangatan di kedua bola matanya. Warnanya pun berubah, bahkan iris mata sebelah kanannya berwarna mati.

"Akashi-kun? Apa maksudmu? Bukan... Maksudku... Kau siapa?"

Kuroko menatap horor Akashi. Keringat mengalir dari tubuh Kuroko walau udara sedang terasa dingin. Sosoknya memang Akashi tapi seperti orang lain. Kuroko tidak mengenal Akashi yang seperti itu.

"Tentu saja aku adalah Akashi Seijuro, Tetsuya"

Di dalam Akashi ada orang lain. Akashi yang berbeda. Sesuatu yang teman dekat Akashi, Midorima pun tidak mengerti.

Kuroko tahu, Akashi yang ia temui di hari itu adalah bukan Akashi. Sosok Akashi yang asli sedang tertidur dan entah berada dimana.

Kise pun merasakan hal yang sama. Semuanya berubah sejak Akashi berubah. Rasanya tidak enak, seperti mereka itu bukanlah satu dan mereka sudah bukan lagi teman.

Akashi menghampiri Kuroko yang sedang berlatih di lapangan basket. Kuroko kini tidak pernah lagi menampilkan senyumnya. Ia bermain dengan hampa, tanpa perasaan senang. Ia merindukan waktu yang dulu. Ia merindukan Akashi yang dulu.

"Akashi-kun, apa kau merasa bahagia?"

"Aku tidak mengerti dengan pertanyaanmu. Apakah perasaan seperti itu ada hubungannya dengan kemenangan?"

"Aku tidak tahu. Kau sekarang sudah berubah Akashi-kun"

"Lagi-lagi tentang itu. Aku tidak berubah sama sekali. Sejak awal kami memang ada dua. Kami hanya bertukar tempat"

Kuroko kaget mendengarnya. Ia memang sering mendengar kepribadian ganda seperti itu. Hal tersebut memang kasus yang langka juga. Namun ia tidak menyangka jika kekasihnya sendiri yang mengalami hal itu.

"Aku tidak berniat menyembunyikannya darimu. Entah kau percaya atau tidak, itu terserah kau Tetsuya. Tapi jika kau menyebutnya sebagai perubahan, maka itulah yang diperlukan"

Akashi yang sekarang tatapannya dingin, bahasa bicaranya kaku, sikapnya juga kaku, dan yang paling penting adalah Akashi tidak mau dibantah. Ini membuat Kuroko sedih. Ia tidak bisa menahan lagi airmatanya sehingga airmatanya mengalir.

"Mungkin. Itulah yang terjadi sebenarnya"

.

.

.

.

.

"Apa Kuroko-kun di sini?"

"Oh ya, tapi dia masih belum sadar"

Teman Kuroko dari sekolah Meiko menghampiri ruang perawatan. Kuroko mengalami kecelakaan saat pertandingan dan langsung tidak sadarkan diri. Hingga saat ini, Kuroko belum membuka kedua matanya.

"Siapa kau? Ada perlu apa dengan Tetsuya?"

"Aku Ogiwara Shigehiro dari SMP Meiko. Aku datang ingin menjenguk keadaannya"

Akashi mencegah Ogiwara untuk menjenguk keadaan kekasihnya. Ia menatap Ogiwara dengan dingin dan seram. Ogiwara tidak gentar atau takut. Keadaan mentalnya saat ini sedang bagus.

Akashi terus menjaga Kuroko dengan ditemani oleh Momoi. Walau lama, tapi Kuroko akhirnya sadar juga.

"Akashi-kun, Momoi-san"

Nama yang pertama kali disebut oleh Kuroko adalah Akashi. Tapi itu bukanlah hal yang membahagiakan karena Akashi yang sekarang tidak tahu apa itu arti kebahagiaan.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Aku tidak apa. Bagaimana pertandingannya?"

"Tentu saja kita menang. Pertandingan selanjtnya adalah final"

"Aku ingin bermain"

"Tidak boleh. Dokter menyuruhmmu untuk tetap beristirahat. Jadi tenanglah dan nikmati saja pertandingannya"

"Tapi"

"Aku mengerti. Ogiwara-kun 'kan?"

Kuroko kaget. Bagaimana bisa Akashi mengetahui soal Ogiwara? Seingatnya ia tidak pernah menceritakan tentang Ogiwara sedikitpun.

"Aku bertemu dengannya di lorong"

Akashi pergi meninggalkan Kuroko karena pertandingan akan segera dimulai. Kuroko beristirahat di ruang kesehatan dengan ditemani oleh Momoi.

"Aku ingin lihat pertandingannya sebentar"

"Sebaiknya jangan Tetsu-kun"

"Setidaknya aku ingin melihatnya dengan mata kepalaku sendiri"

Kuroko berlari menuju lapangan dengan kepalanya yang masih di perban. Ia melihat Ogiwara yang menitikkan air mata kekecewaan. Permainan yang dimainkan oleh kiseki no sedai hanyalah untuk mencapai skor dengan angka bagus ini.

111-11

Kuroko menatap punggung Akashi dari bench. Airmata Kuroko kembali menetes karena Akashi yang sekarang. Akashi merusak hubungan baik Kuroko dan Ogiwara. Dada Kuroko terasa sesak.

Ruang ganti Teiko

Akashi begitu pintar memainkan pion-pionnya. Dengan emperror eyenya, ia kini dapat melihat masa depan dengan mudah. Ia sangat pandai berdebat hingga Kuroko tidak dapat membantah apa yang Akashi katakan. Perkataannya benar-benar mutlak.

Kuroko sedih. Teman-temannya juga kini sudah berubah. Mereka semua sama dengan Akashi. Ia bersedih di ruang ganti seorang diri dan memutuskan untuk berhenti bermain basket.

.

.

.

.

.

.

.

.

Di hari kelulusan SMP Teiko

"Bagaimana dengan jawabanmu, Tetsuya? Apa kau akan melanjutkannya atau tidak?"

"Aku tidak tahu. Tapi aku tidak akan lari lagi. Begitulah keputusanku"

Sebuah seringaian tergaris di bibir Akashi. Jadi beginikah akhir dari kisah mereka. Berlanjut atau tidak, Kuroko menggantungkannya.

TAMAT

dengan tidak elitnya :v

AN: hallo author update lagi, kangen yah? :v *najis*

Kalo pada bertanya-tanya dan kecewa dengan ending yang author buat, jawabannya adalah karena author malas melanjutkan fic ini. Author terlalu terlena dengan berlayar di kapal cerita-cerita yang lain, jadi beginilah :v *gajelas*

Kalau berlanjut, mungkin bakal jadi sekuel dari cerita ini. Kalau ada sekuelnya mungkin akan bercerita tentang AkaKuro di masa SMA. Jadi yang jelas, ini cerita benar-benar tamat. Jangan terlalu menunggu sekuelnya karena bulan depan author mau UTS dan mau fokus kuliah juga :3 *sok rajin*

Kenapa endingnya Akashi jadi Bokushi? Karena Akashi tanpa Bokushi itu kurang menarik :'v Hayo yang fansnya Akashi jujur, daya tarik Akashi itu berada di dua kepribadiannya itu 'kan? Oreshi doang gak akan seru, bokushi doang juga gak akan seru :'v *alasan macam apa ini*

Happy AkaKuro Week yah, peluk kecup basah dari author *amit-amit*