High School
.
.
.
.
Sasuke Uchiha, Sakura Haruno
.
.
.
.
Puisi ©Aomine Sakura
.
.
.
Masashi Kishimoto
.
.
.
DLDR! DILARANG COPAS dalam bentuk APAPUN!
Selamat membaca!
oOo High School : Puisi oOo
"Kita akan melanjutkan pelajaran hari ini. Buka buku kalian dan saya akan menerangkan materi yang akan digunakan sebagai bahan ujian."
Sakura memandang angka-angka alien yang tertera di bukunya. Dua jam pelajaran Fisika itu sama dengan dua ratus tahun di Neraka. Benar-benar membuat jantung berdegub kencang dan bulir-bulir keringat mengalir di pelipisnya. Seperti bulir buah jeruk.
Tidak hanya Sakura yang merasakan Frustasi. Ino bahkan menguncir rambutnya asal-asalan. Rambutnya yang biasanya rapi bisa mendadak acak-acakan karena pelajaran keramat yang susah itu. Naruto bahkan sudah frustasi, dan Kiba yang sudah pasrah dengan tertidur, Sai asyik menggambar entah apa itu dan Chouji yang diam-diam makan.
"Kalau ada orang mengatakan jika Api neraka berwarna merah maka itu adalah salah. Api neraka yang sesungguhnya berwarna biru, karena api merah dan biru lebih panas api biru."
Mereka semua berpandangan satu sama lain. Anjay! Gokil ini guru. Sakura mulai menyenggol lengan Ino.
"Psstt.. Ino," panggil Sakura. Dan Ino menatap sahabatnya itu. "Ibiki sensei pasti kalau My Trip My Adventure ke Neraka, sepertinya berpengalaman sekali."
"Pfftttt!" Ino menutup wajahnya dengan bukunya ketika mendengar perkataan sahabatnya. Rasanya tawanya bisa keluar kapan saja.
"Kalian jangan salah." Suara Ibiki mulai terdengar. "Saya itu paling berpengalaman jika berhubungan dengan alam ghaib. Bahkan pernah saya menangani orang kesurupan, saya juga tahu dukun paling ampuh di dunia ini."
Apa-apaan ini! Ini guru apa dukun?!
.
Sakura mencoret-coret bosan buku di hadapannya. Anko sensei kembali memberikan mereka tugas untuk membuat puisi. Dan baginya ini adalah hal mudah, yang sulit itu ketika ditinggal pacar selingkuh dan harus menghitung kepingan hatinya yang tersisa. Bukan-bukan masalah sakit hatinya, tetapi dia bingung harus menggunakan rumus yang mana.
Naruto sudah menggaruk-garuk belakang kepalanya, mencoba mencari inspirasi. Lee mencari inspirasi dengan cara berjongkok dan mengupil, mungkin dengan begitu dia akan mendapatkan inspirasi. Sai mencoret-coret bukunya sembari memandang Ino yang sedang mengibas-ngibaskan rambutnya. Duhh.. Jatuh cinta memang berjuta rasanya.
Anko sensei sendiri malah sibuk mengotak-atik ponselnya sambil tertawa-tawa kecil sendiri. Membuat Kiba dan Shino yang duduk tepat dihadapan Anko sensei mendelik ngeri. Mungkin sebentar lagi Anko sensei akan tertawa terbahak-bahak dan terguling-guling di lantai.
Kemudian emeraldnya memandang gelang pink yang dia kenakan. Pipinya bersemu merah ketika teringat dengan kejadian di kantin kemarin. Apa-apaan itu, rasanya dia seperti bermimpi.
Matanya kemudian melirik Sasuke yang ada di bangku paling pojok. Wajah tampan itu terlihat tenang meski dirinya bisa melihat bahwa Sasuke sedang berfikir. Dan entah mengapa baginya wajah Sasuke saat berfikir begitu tampan.
Memikirkan Sasuke membuat perutnya bergejolak. Dia harus segera ke toilet sebelum ngompol di celana.
"Ino, aku mau ke toilet dulu." Sakura segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelasnya.
"Sasuke, kumpulkan pekerjaan teman-temanmu." Anko sensei meletakan ponselnya.
Sasuke bangkit dari duduknya dan mulai mengambil pekerjaan milik teman-temannya. Ino mengambil buku Sakura untuk dikumpulkan oleh Sasuke.
"Terimakasih, Sasuke."
Sakura kembali tak berapa lama dan duduk di bangkunya. Anko sensei memandang pekerjaan murid-muridnya.
"Baiklah, sensei akan membacakan pekerjaan milik Sakura." Suara Anko sensei terdengar.
"Ada orang yang mengatakan padaku, kenapa penampilanku jadi berantakan sekali?"
Sakura membulatkan matanya. Sedetik kemudian, Sakura menepuk dahinya menyadari apa yang terjadi padanya saat ini. Ino yang melihat tingkah sahabatnya memandang keheranan.
"Sakura, ada apa?" tanya Ino.
"Itu bukan puisiku, Ino!" pekik Sakura. "Buku Bahasaku yang ini, bukan yang dipegang Anko sensei!"
"Hah?"
"Kemudian aku menjawabnya. Tentu saja, hal ini terjadi karena memikirkan pelajaran Matematika itu sama seperti memikirkan pacar yang tidak memberi kabar. Memikirkan Kimia seperti memikirkan kenapa rambut Naruto seperti duren-"
"Apa-apaan itu-ttebayou!" protes Naruto.
"DIAM BAKA!"
Naruto menciut ketika mendengar bentakan dari teman-temannya satu kelas. Wajah Sakura sudah memerah sekarang. Teman-temannya sudah mulai tertawa geli dan begitu tertarik dengan curhatan hatinya karena frustasi memikirkan pelajaran Fisika. Kami-sama, kesialan apalagi yang hadir dalam hidupnya.
"-Memikirkan Biologi itu seperti memikirkan bagaimana caranya Charles Darwin bertelur. Memikirkan Fisika seperti memikirkan beban hidup, berat. Ditambah lagi, ujian yang mengejar-ngejarku seperti mantan yang ngajak balikan. Asoylah pokoknya."
Tawa seluruh kelas terdengar dan Sakura sudah menenggelamkan wajahnya pada bukunya. Dia sudah tidak punya muka lagi dengan kesialan demi kesialan yang menimpanya.
Emeraldnya memandang Sasuke yang tersenyum tipis memandangnya. Kami-sama, apalagi ini?! Dosa apa dia di masa lalu hingga menjadi seperti ini!
oOo High School : Puisi oOo
Sakura membolak-balikan badannya ke kiri dan ke kanan. Ponselnya terus menerus berbunyi tanda notification media sosialnya. Dia sedang tidak mood melihat media sosialnya. Tanpa diberitahu juga, dia mengetahui jika media sosialnya pasti ramai membicarakan puisi nistanya.
"Sakura, ada temanmu diluar."
Sakura memandang pintu kamarnya yang diketuk ibunya.
"Siapa, Kaa-san?" tanyanya.
"Teman cowokmu, ayo cepat keluar."
Bangkit dari posisinya, Sakura memandang wajahnya di cermin. Setelah memastikan wajahnya cantik, Sakura membuka pintu kamarnya. Melangkahkan kakinya menuju ruang tamunya, betapa terkejutnya dirinya ketika melihat siapa yang datang.
"Sasuke-kun?!"
"Hn." Sasuke tersenyum tipis melihat keterkejutan Sakura.
"Apa ini? Kenapa kamu datang kemari?" tanya Sakura keheranan.
Bukannya menjawab, Sasuke menyerahkan sekotak coklat strawberry yang terlihat begitu lezat. Sakura memandang keheranan kearah Sasuke.
"Sasuke-kun, katakan apa ini?" Sakura masih tidak mengerti.
"Di puisi yang dibacakan Anko sensei, kamu mengatakan jika Memikirkan Matematika itu seperti memikirkan pacar yang tidak memberi kabar. Jadi, kamu tidak perlu menulis puisi aneh itu lagi karena aku ada disini sekarang."
"Apa maksudmu?!" Sakura tersinggung ketika Sasuke membicarakan tentang puisi yang tertukar itu. "Itu bukan puisiku, yang dipegang Anko sensei itu.. curahan hatiku."
"Jadi, apa kamu mau mengatakan jika kamu sudah memiliki pacar?" tanya Sasuke dengan pandangan mengintimidasi.
"Mou! Bukan begitu, aku tidak memiliki pacar, hanya saja aku malu jika kamu mengungkit masalah puisi nista itu."
"Kesimpulannya, aku sudah ada disini sekarang. Kalau kamu memang mau aku memberikanmu kabar, seharusnya kamu mengatakannya padaku. Aku tidak keberatan jika harus mengirimimu pesan atau menelponmu."
"Tunggu dulu-" Sakura memotong pembicaraan Sasuke. "Sejak kapan kita jadian?"
"Sejak kamu memakai gelang Couple itu."
Demi Kami-sama! Apa lagi yang terjadi sekarang?!
.
.
.
.
.
Owari
Wwkwkwk.. Fict apa ini? nista banget -_- past garing banget ya :3 intinya, semakin Sakura frustasi, semakin fict gila akan muncul kekekekekek...
Pokoknya, itu fict berisi curahan hati karena ada yang protes kenapa penampilan Saku sekarang berantakan banget _-
Sebelum saya semakin gila..
Review?
-Aomine Sakura