Kuroko no basuke © Fujimaki Tadatoshi

Indonesia!AU | Ide cerita dari kisah Siti Nurbaya.

Mayuzumi x Haizaki x Nijimura.

Untuk Mayuzumi ngomongnya masih Aku-kamu-kau. Untuk Haizaki sama Nijimura pakai Gue-elu.

Bahasa sehari-hari. Baku/non Baku.


.

Seminggu kemudian

Laki-laki kelabu itu selalu lewat di dalam otak bagaikan angin, hilir dan mudik seenak hati. Wajah ketusnya yang cukup berekspresi itu membuat nilai tambahan untuknya. Kata-kata yang keluar dari bibirnya terdengar busuk namun seolah minta untuk ditusuk—oleh benda apapun pastinya.

Mayuzumi Chihiro menghela napas panjang, memandang keluar jendela dengan menopang dagunya dengan tangan kanan. Melihat rintikan hujan yang turun dari Sang langit. Menikmati sepinya kediaman yang megah bak istana namun senyap bagaikan kuburan. Hampa.

"Kalau mirip katanya jodoh—" Mayuzumi Chihiro mengulang kalimatnya kembali, entah sudah keberapa kalinya, tetapi ia tetap senang dengan kalimat itu. Sebab, orang yang ia temui beberapa waktu lalu sangat mirip dengannya.

Minus wajah ketusnya yang minta dibujuk dan rayu sampai akhirnya ditusuk.

Selembar kertas digamit oleh Mayuzumi, pena sudah bersandar pada jari untuk menari, menuliskan kalimat cantik untuk sedikit menggoda sang preman antik.

Atau malah membuat rencana busuk? entahlah. Hanya Mayuzumi yang tahu.


.

Usaha yang dilakukan oleh keluarga Haizaki perlahan dibangun kembali dari uang pinjaman dari Mayuzumi, Berusaha keras dan banyak berdoa adalah hal yang dilakukan oleh orang tua Haizaki. Takut-takut kalau terlalu lama jangka membayar hutangnya akan membengkak bunganya. Itu akan menjadi hal yang paling merepotkan.

Haizaki menatap tumpukan kertas yang telah dibatik oleh Nijimura diseberang pulau sana. Tulisan yang pastinya ditulis dengan cengiran bibir monyong yang kelewat najong. Ia menghela napas, menggerakkan pena yang ia kenakan untuk membalas surat dari Nijimura,

'Heh Ji Bego, sini lu monyong, kalo lu berani ngomong yang najis-najis depan gue!'

Lu sini goblok, gue kangen—

'Halah, lu paling nggak bakalan berani. Lu kan cemen.'

Lu payah Ji,lu payah takut gak bisa bahagiain gue makanya merantau, bego—

Haizaki menarik napas panjang. Ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sangat merindukan orang brengsek semacam Nijimura. Orang yang selalu memukulinya, mengomelinya, mengaturnya, dan ba-bi-bu lainnya tentang Nijimura.

Mungkin, sekarang tidak ada yang peduli dengan Haizaki, mau ia bertengkar seperti apapun atau sebonyok apapun. Karena tidak ada Nijimura.

'Ji, pantun yang lu kasihin najis semua haha, gue jadi pengen nampol mulut monyong lu'

Najis, mana bisa gue lepas dari pelet (rasa sayang Jaki ke Niji) lu, bokek juga itu pelet tetep nempel ke gue, anjir lu ke dukun mana—

"… Ji, usaha Bapak lagi jelek semenjak lo pergi—"

Haizaki selalu berpikir bahwa rasa sayangnya terhadap Nijimura adalah pelet karena ia terlalu menyayangi Nijimura lebih dari apa yang Nijimura kira.


.

Hal yang paling menyakitkan dan juga menyenangkan bagi Nijimura adalah membaca surat balasan dari Haizaki. Ia senang karena bisa merasa kata-kata kasar Haizaki meskipun sebatas lewat tulisan, yang membuatnya sedih adalah sesuatu yang ada disurat itu. Dalam hatinya, ia ingin segera kembali, memukul laki-laki tercintanya sampai dia meringis dan mengomel pedas.

Buku tabungan ia cek, masih belum cukup, bahkan masih sangat jauh. Tersenyum dengan uang yang ada, ia mencoba tabah. Toh, kini ia tidak dekat-dekat dengan Haizaki. Bukan, bukan karena Nijimura membencinya, melainkan ingin melindunginya. Karena setiap kali di dekat Haizaki, badannya terasa panas dan ingin melakukan 'ini-itu' dengan Haizaki.

Haizaki memang saiton untuk otak Nijimura dan juga Batinnya.

Dalam pikiran Nijimura, Haizaki mengomel dengan semburat merah yang sempurna, punggung tangannya menutupi mulutnya yang hendak bersuara nakal. Kakinya membuka seolah memberikan jalan liar menuju kenikmatan. Bisa melihat tubuh indah milik Haizaki seutuhnya. Bukannya memilikinya sekedar untuk memukulinya, Nijimura juga ingin membelai Sang kekasihnya.

"Anjir, hush hush, siaton emang lu Jak, bikin gue ampir tegang siang bolong gini—" umpat Nijimura melempar buku tabungannya ke atas ranjang. Ia beranjak menuju laci dimana ia menyimpan surat-surat dari Haizaki. Mengambil salah satu dari balasan surat itu. Menerawangnya dengan cerahnya matahari yang ada.

"Nulisnya sambil nangis Jak?" kertas diperhatikan dengan detail, seolah ada bekas terkena air. Entah itu air mata atau air mani—Nijimura tidak tahu dengan jelas.

"Kalo lu nangis, gak ada yang narik kerah baju lu—ngomel ke elu.. Jaki, gue kang—"

"NIJI! LU DICARIIN JURAGAN NASH TUH!"

"SIALAN, GUE LUPA TADI IZIN KE KAMAR MANDI DOANG!" balas Nijimura langsung meletakkan surat dari Haizaki ketempat semula dengan terburu-buru. "Lo sabar Jak! Gue pulang bakal langsung nikahin elo!" ucap Nijimura dengan tekat yang kuat seraya keluar dari kamar untuk bertemu dengan majikannya.


.

Dilain sisi, Mayuzumi Chihiro tersenyum picik,

"Haizaki ya—" jeda, surat yang dipegang Mayuzumi ia pandangi. "Sebentar lagi, Kau akan menjadi istriku—" ucapnya melipat surat itu dan memberikannya ke salah satu anak buahnya.

"Aku akan membantu ayahmu dan membuatnya ingin menikahkanmu dengan diriku—" lanjutnya membiarkan anak buahnya pergi, cangkir teh ia gamit, raut wajah tenangnya tak berubah saat mulai menyeruput teh tersebut, sampai—

"GILA—TEHNYA PANAS!" ia memekik dengan tidak elit.

Bersambung—

Lagi laper pengen makan roti sobek

Sialnya malah dapet tempe penyet.

Lagi baper sambil flashback

Sialnya malah dipanggil Si Monyet.

.

Hai~ mencoba istikomah /apa/ XD maapin ini gariiiing banget duh.

Makasih udah fav/follow/baca… Cuma bisa bilang makasiiiiih banyaaak yang udh baca *kasih emot lope*

Makasih buat Erry-kun yg udah nyempetin review :"3 beb capslock lu penuh cinta beneran tapi bagian bawah repiu lu macem nagih utang #eh makasih udah review.. kalo ada NasHai ini malah cerita segiempat lagi /udah/ makasih udh sempetin review.

Sekian dari saya—kalau ada salah-salah kata mohon maaf. Terima kasih!

Haisaki. 7 / Januari / 2016