Irine shappire freaking present

.

.

IKON x VIXX

|| Kim Jiwon / Bobby || Kim Hanbin / B.I || Kim Jinhwan / Jinan || Kim Wonshik / Ravi || others ||

.

.

.

.

.

.

.

As my slave , my oder is absolute

.

Ravi bahkan menyadari dengan betul , posisi dirinya didalam keluarga besar Kim. Sebagai salah satu golongan terakhir ia bergabung agar ia bisa membantu sedikit nama baik untuk keluarga.

Tapi sepertinya Ravi sudah salah jika menyangka keturunan penenerus dari golongan atas adalah orang yang baik dan terhormat seperti yang ia bayangkan.

"kim Wosnhik , bernafas satu tempat dengan mu bahkan membuat ku sangat jijik"

.

.

.

.

Dirty Doll.

.

.

.

.

.

.

.

Sebuah marga hanyalah nama. Tidak dapat dipungkiri semakin terkenal marga mu maka nama dan keberuntungan akan seperti sungai yang mengalir. Setidaknya itu yang dipikirkan Ravi, dia anak pertama dari keluarga Kim. Ia memiliki seorang adik perempuan yang sangat cantik bernama Jiwon Kim. Ravi sedikit risih memakai nama aslinya, Wonshik entah kenapa ia tidak percaya diri dengan namanya.

Ravi melihat ke jendela kamarnya. Sekarang sedang hujan lebat dan hawa dingin di kamarnya begitu memeluknya dengan erat hingga merembes ke tulang-tulangnya. Ravi tidak ingin beranjak kemanapun, ia merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya dan menggulung tubuhnya seperti ulat. Pagi ini ia tidak ingin sekolah ataupun bekerja di kedai paman nya.

"Oppa.. kau terlihat seperti larva." Jiwon tertawa melihat Ravi yang menyelimuti tubuhnya seperti cacing kuning yang mungil. Ravi berdecak kesal karena hinaan adik manisnya itu. Ravi melihat adiknya membawa bingkisan hitam di tangannya.

"kamu mau pergi ? aku antar." Ucap Ravi langsung dan tidak memikirkan Jiwon yang mengpoutkan bibirnya. Yah Ravi terlalu posesif untuk adik satu satunya.

"baiklah, ayo oppa.. kita ke rumah bibi Jin." Jiwon beranjak keluar dari kamar Ravi dan menunggu di depan. Ravi mengenakan hoddie putihnya dan memperhatikan wajahnya. Sweeter biru keunguan yang hangat. Ditambah rambut hitam rapinya. Ravi memuji sendiri wajahnya yang begitu tampan. Ravi mengambil sebuah syal hitam untuk Jiwon dan mengenakannya untuk adik tercinta.

"kajja.." Ravi menggandeng jemari Jiwon dengan erat seolah Jiwon adalah anak kecil yang bisa saja hilang di tengah jalan. Mereka berdua memakai mobil mungil mereka menerjang lebatnya hujan saat itu menuju rumah bibi mereka yang jauh beberapa tingkat dari keluarga mereka.

=o0o=

Mereka sampai didepan rumah besar milik bibi mereka. Hujan sudah reda dan hanya tinggal gerimis sedang. Jiwon tengah berbincang sesaat dengan bibi Jin didepan pintu. Ketika mereka dipersilahkan masuk Ravi terhenti sesaat ketika mendengar suara aneh dari atas sana. Kaca jendela kamar mereka terbuka dan ia mendengar suara riuh disana.

Ravi berusaha mengacuhkannya , ia kembali melangkah kedalam.

"bibi Jin, ini pesanannya.." Jiwon memberikan bingkisan hitam itu kepada bibi Jin, dia menerimanya dengan senang.

"terima kasih Jiwon, Wonshik kalian mengantar barang ini dengan selamat.. ayo makan dulu bibi baru saja selesai memasak ayam kecap. " tawar bibir Jin dengan ramah. Ravi melihat adiknya sudah berada dimeja makan dengan bibi Jin. Ravi duduk disofa menunggu mereka. Karena dia memiliki sedikit masalah dengan lambungnya ia tidak bisa makan sedikit lebih banyak dari porsi yang biasa ia makan.

"hei.. kau anak bibi Won ?"

Ravi melihat seseorang dengan tubuh sedikit lebih pendek dari dirinya. Kalau tidak salah ia kelahiran 90' namanya Kim Jinan. Dengan tahi lalat di area mata kanannya yang tampak membuatnya sangat manis. Ia berambut kecoklatan yang hampir merah.

Ia menghampiri Ravi dan tersenyum. Ia duduk disebelah Ravi dan berbisik pada Ravi.

"cepatlah pulang adik-adikku tengah kelaparan.." bisik Jinan. Ravi menatap Jinan tidak mengerti.

"jika begitu kenapa mereka tidak makan saja ?" tanya Ravi dengan polos, Jinan tertawa meremehkan dan menyentuh perut Ravi , mengusapnya dengan jemari lentiknya.

"kelaparan mereka hanya sanggup dipuaskan dengan jeritan." Kekeh Jinan dan meninggalkan Ravi yang masih dengan keadaan bingung. Hingga ia melihat anak nomor dua mereka. Kim Bobby. Ia bergigi kelinci yang juga terlihat manis dimata Ravi. Mata kecil nan sipit namun sangat tajam juga hidung yang sangat manly.

Bobby menghampiri Ravi dan ia berjongkok dihadapan Ravi yang tengah duduk dengan membuka lebar kedua kakinya.

Ravi tidak mengerti kenapa ia merasa malu dan terintimidasi oleh tatapan mata Bobby yang melihat dirinya dan ditambah dia ada diposisi memalukannya sekarang ini.

"Hyung.." panggil Bobby pada Ravi , namun Bobby memasang senyum aneh dibibirnya.

"I-iya ?" Ravi tergagap menyahut panggilan Bobby. Ravi memundurkan posisi duduknya hingga punggungnya menempel ke sofa.

"kau menduduki remot tv." Bobby menunjuk remot hitam yang ada diduduki Ravi.

"m-maaf.. aku tidak tau." Ravi ingin bangkit berdiri namun hidung mancung bobby bisa saja menyenggol miliknya saat ia mencoba untuk bangun.

Bobby bangkit berdiri mendadak dan mendorong Ravi hingga jatuh ke samping. Bobby mengusap bokong Ravi dan menepuk-nepuknya.

"aku tidak pernah melihat laki-laki dengan pantat semenggairahkan seperti milikmu hyung.." Bobby berbisik ke telinga Ravi tanpa melepas tangannya yang menakup pipi pantat Ravi.

"D-dasar mesum !"

Ravi menyentak kasar tangan Bobby dan menuju meja makan dengan bibi Jin dan Jiwon disana. Jiwon menatap Ravi dengan heran dan ia melihat Bobby terkekeh sendirian.

"oppa, kau tidak menularkan Jiwon hal-hal mesum kan ?"

Jiwon menatap kakak laki-lakinya dengan tatapan menyelidik.

"Jiwon ? siapa ?" tanya Ravi heran. Bibi Jin tertawa pelan ia selalu lupa mengenalkan anaknya dengan nama aslinya. Sesaat ia lupa apa yg telah terjadi padanya.

"dia yang begigi kelinci itu namanya kim Jiwon, tapi dia lebih sering ku kenalkan sebagai Bobby, karena namanya dan Jiwon adikmu itu sama.." jelas bibi Jin dan membuat Ravi mengangguk mengerti. Tapi seketika suasana bertambah riuh saat entah siapa namanya turun dengan berlari menuju kearah bibi Jin.

"Mama.. Bobby dan Jinan mulai lagi tertawa seperti Hyena.." ucapnya dengan wajah sedikit ngeri. Bibi Jin tampak tidak mengerti.

"kim Hanbin ku sayang mereka hanya tertawa karena ada yang lucu.." jelas bibi Jin ke anak bungsunya. Namanya Kim Hanbin , si maniak mickey mouse. Ia mengenakan piyama dengan motif mickey yang imut.

"benarkah ? ku pikir tidak.."

Ravi mematung saat Hanbin melihatnya dengan seringaian mengerikan. Ravi mengalihkan pandangan ke kulkas putih di ruang makan. Ia menatap pantulan buram dirinya disana.

"apa kalian akan menginap ?" tanya Hanbin pada Jiwon.

"tidak , oppa bilang ia ada tugas yang harus ia kerjakan.. mungkin lain kali ya Hanbinnie.." ucap Jiwon dan tersenyum manis pada Hanbin.

"aku punya permen mint , mau ?" Hanbin menawarkan permen itu pada Ravi dan Jiwon.

Ravi menerimanya dan memakannya. Mulutnya kering sedari tadi saat ia bertemu dengan Bobby.

Hanbin tak lama kemudian pergi dari sana dan meninggalkan mereka bertiga lagi.

"hoammh~..." Ravi menutup mulutnya. Ia melihat sekelilingnya mulai berputar.

"kenapa ? kau mengantuk oppa ?" tanya Jiwon khawatir dan menepuk punggung Ravi. Ravi hanya mengangguk. Kepalanya terasa lebih berat seperti vertigo ringan.

"tidurlah disini.." bibi Jin terlihat khawatir.

"tidak , kami akan pulang.." tolak Ravi dengan sopan dan dia bangkit berdiri. Ia membungkuk sopan pada bibinya. Jiwon mengehela nafas melihat kakak nya mulai keras kepala.

"aku akan mengantar Jiwon nunna pulang, hyung istirahat saja." Hanbin melihat Ravi dengan khawatir.

"ah benar kau tidur saja diatas aku akan pulang dengan Hanbinie. Tenang saja dia cukup kuat oppa.." Jiwon tersenyum. Ravi tampak tidak rela tapi baiklah ia juga tidak sanggup lagi rasanya sekarang.

Jiwon berpamitan dengan Ravi dan bibi Jin kemudian keluar dari kamar Ravi dengan Hanbin.

Bibi Jin meninggalkan Ravi dikamar sendirian.

Ravi tiduran tengkurap dan menyamankan posisinya dan memejamkan matanya. Hingga suara seseorang membangunkannya lagi.

"obat itu cepat sekali bereaksi.."

Ravi dengan susahnya membuka matanya lagi untuk melihat siapa yang bersuara. Rupanya Bobby yang ada diujung pintu dengan celana pendek hitamnya tanpa kaos yang melekat ditubuhnya.

"kau ? mau ap- ahh.." Ravi bergidik geli saat Bobby yang mendadak menghampirinya dan mengusap punggung Ravi dengan tangannya yang dingin.

Bobby hanya tersenyum seperti seekor singa yang mendapatkan mangsanya.

Memuakan.

Ravi ingin sekali menghajar Bobby yang seenaknya menyentuh tubuhnya tapi kekuatannya entah hilang kemana. Yang bisa Ravi lakukan adalah meremas kuat bantalnya saat Bobby mendekatkan tubuhnya dan meniup lembut lehernya.

-TBC-

Ff ini hanyalah imajinasi ku

Jikapun bentuk penulisan ku terlalu jelek maaf aku tidak sengaja

btw ini hanya pembukaan kkk~

Terima kasih sudah bersedia membaca

Karena sedikit sibuk, jika ingin FF ini dilanjut kuharap ada 5 comment untuk review nya

Hahaha,-