Uchihamelia Presents a Story

Kimochi

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

I didn't receive any profits in writing this fanfiction

.

.

CHAPTER 1

.

Petang telah berlalu. Langit senja yang berwarna jingga kemerahan pun telah pudar. Angin bertiup semakin dingin. Menggelap, menggelap, langit juga mulai berwarna hitam menggelap. Sunyi. Meja-meja berjejer kosong dengan komputer diatasnya yang telah mati. Ruangan yang luas ini juga gelap. Hanya ada satu cahaya yang masih bersinar, dari satu lampu yang berada didekat satu buah meja. Meja yang masih berpenghuni. Duduk disebuah kursi dihadapan meja tersebut seorang gadis. Mata hijau zamrud gadis ini menatap monitor pc. Tapi pikirannya melayang, jauh terbang menyelami angan. Tangannya ditengkuk diatas meja. Menopang dagu dan kepala merah muda. Sang gadis menghela napas pelan yang dikeluarkan dari mulutnya.

Ruangan yang luas ini adalah kantor pusat sebuah perusahaan besar; tempat gadis ini bekerja. Jam kerja sudah usai dari berjam-jam yang lalu, rekan-rekan kerjanya juga telah pulang. Disini sepi dan juga— gelap. Satu alasannya mengapa ia masih berada dikantor hingga selarut ini sendirian. Dia.

Kata orang, menyibukkan diri sendiri adalah cara yang paling ampuh untuk melupakan seseorang. Ya, gadis ini melakukannya. Ia menyibukkan dirinya sendiri. Berharap dengan itu, ia akan lupa dengan dia. Tapi nyatanya apa? Disaat kantor telah sunyi, dan hanya tinggal ia sendiri, pikirannya kembali. Kembali pada sosok lelaki yang sangat ia cintai.

Lelaki itu dingin. Cuek, dingin, beku, kaku seperti es. Biasanya, es mampu membekukan apapun. Namun dalam kasus ini berbanding terbalik. Karena, es ini justru mampu melelehkan hatinya. Terkadang, gadis ini membenci sikap kelewat dingin yang dimiliki lelaki bermanik obdidian hitam— sehitam malam tanpa bulan ini.

Gadis ini butuh ungkapan. Ia membutuhkan kata cinta dari sang lelaki, sebagai simbol kepastian hati. Tak peduli bagaimana mata lelaki itu memandang. Tak peduli bagaimana cara lelaki itu bersikap. Tak peduli seberapa besar lelaki itu perduli. Tanpa kata cinta, bagi gadis ini semuanya hambar. Ibarat sayur tanpa garam. Hambar, mengambang, ambigu, dan tak berasa.

Namun meski lelaki itu dingin, irit bicara, dan hanya berkata seperlunya. Tapi, lelaki itu selalu perduli padanya. Lelaki itu diam-diam tanpa sengaja sering bersikap manis padanya. Dan lelaki itu selalu menatap dalam gadis ini ketika berbicara. Mereka dekat, bahkan— lelaki itu pernah menciumnya sekali. Ketika dipenghujung acara wisuda kelulusan mereka. Lelaki itu menariknya ke pojok belakang. Menjauh beberapa meter dari keramaian pesta. Hanya berciuman sekilas, sebentar. Selanjutnya, tetap tak ada kata cinta yang keluar.

Hubungan yang terjalin diantara keduanya masih tetap tanpa status. Oh ada, hanya status pertemanan biasa. Hingga kini sudah setahun berlalu, sejak lelaki itu pergi meninggalkan Tokyo. Tapi gadis ini masih sama. Ia masih memendam perasaan cintanya sendirian dalam ketidakpastian. Dengan setumpuk kenangan yang lelaki itu tinggalkan di memori.

Dari caranya bersikap, dari caranya berbicara meski tak pernah mengucap cinta, dari caranya menatap, dan dari caranya menyentuh, gadis ini akhirnya menyimpulkan asumsinya sendiri. Bolehkah ia berspekulasi bahwa hipotesanya benar? Bolehkah ia menganggap bahwa feelingnya akurat? Bolehkah hubungan pertemanannya dengan lelaki itu berubah menjadi cinta? Dan dari segala kenangan yang telah lelaki itu berikan, bolehkah ia berharap—

"Apa kau mencintaiku, Sasuke-kun?"

.

To be continued—

.

.

A/N:

Story only 500 words. Ini fict pembuka dariku untuk para readers ku diawal tahun 2016 ini. Selamat tahun baru, minna. Hanya ditulis dalam waktu 30 menit pas perjalanan menuju pantai. Inspirasinya didapet kalo aku lagi lembur sendirian ditempat kerja, dan kebetulan udah hampir setahun juga aku gak ketemu dia. Tapi ini bukan kisahku ya, whahaha. Oke. terimakasih sudah baca.

REVIEW?

Terimakasih :)

Uchihamelia