The Miracle Pendant
Chapter 3
By Sunrisehime
Thankyou untuk para readers yang telah membaca The Miracle Pendant. Terimakasih juga buat para pembaca yang telah memberi saran, komentar, dan kritik untuk cerita ini. Terimakasih juga untuk para pembaca yang menjadikan cerita ini sebagai salah satu cerita favorit kalian dan mengikutinya. :)
Selamat membaca….
Chapter Sebelumnya
Sementara itu di keluarga Namikaze, sang Nyonya Namikaze Kushina tiba-tiba terjatuh ketika hendak menuju ruang keluarga. Minato, Kurama, dan Menma yang mendengar bunyi jatuhnya Kushina langsung menghampiri sang Nyonya Namikaze.
"Kushina? Apa kau tidak apa-apa?" tanya Minato panik sambil mengecek tubuh Kushina apabila terjadi luka-luka.
"Okaa-san tidak apa-apa?" tanya Kurama melihat ibunya yang terjatuh di lantai.
"Aku tidak tahu! Tiba-tiba saja terasa perih di sini (menunjuk dadanya) dan aku langsung terjatuh! Aku tidak tahu ini pertanda apa yang jelas ini terasa sakit Minato!" ujar Kushina sambil terisak-isak dengan turunnya air matanya.
"Aku juga merasakan sakit itu, Kushina!" ujar Minato sambil memeluk Kushina erat.
"Okaa-san , Otousan aku juga merasakan sakit itu. Di sini!" ujar Menma sambil menunjuk dadanya.
"Aku juga!" kali ini Kurama yang berbicara.
Sebuah pesawat mendarat dengan mulus ke bandara Tokyo International Airport. Seorang gadis manis berambut merah menggunakan kacamata hitam turun dari pesawat itu. Gadis itu dengan santainya berjalan menuju pintu keluar bandara tanpa menyadari tatapan dari semua pengunjung di bandara. Gadis itu kemudian menyegat sebuah taksi dan menyuruh taksi itu untuk berhenti ke The House apartemen yang berada di kawasan Minato-ku, Tokyo.
Tiba-tiba dering ponsel gadis itu berbunyi. Dengan sigap gadis itu menerima telpon itu.
"Hello" tanya Naru
"Hello Naru, this is your nii-san. Apakah kamu sudah sampai di Jepang?" tanya laki-laki di seberang sana.
"Aku sudah sampai, nii-san. Kakak tidak perlu mencemaskanku. Aku baik-baik saja di sini. Jepang tidak asing denganku, kak!" ujar gadis itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tahu, Naru! Tapi sebagai kakakmu ini apa salah mencemaskan adiknya sendiri? Apakah kau sudah sampai di apartemen yang kakak pesankan?"
"Okay, okay! Kakak tidak salah tapi kakak terlalu berlebihan tahu! Lagi pula, Naru sekarang sudah dewasa bukan lagi gadis berumur 13 tahun yang tidak tahu apa-apa. Aku masih dalam perjalanan ke The House Apartemen, kak."
"Hati-hati di jalan, Naru! 1 bulan lagi kakak akan menysulmu ke Jepang! Kakak heran dengamu kenapa kamu kembali ke Jepang seharusnya kalau kamu tidak kembali ke Jepang hari ini kamu bermain Orchestra di Praha." Terdengar hembusan nafas dari sana.
"Kakak tidak perlu menyusulku ke Jepang. Aku disini baik-baik saja, kak! Kakak, bisakah kakak tidak membicarakan hal itu. Aku ingin libur sejenak dari dunia musik dan aku merindukan suasana di Jepang, kak!"gadis itu menjawab sambil mendengus. Sebal karena kakaknya mengungkit Orchestra di Praha.
"Baiklah! Tapi kakak tetap akan menyusulmu 1 bulan lagi. Kakak harap kamu tidak macam-macam disana! Kakak menyayangimu, Imoutou! Jaga dirimu baik-baik!"
"Aku juga menyayangimu Nii-san. Kakak juga jaga diri baik-baik. Bye!" dan sambunganpun terputus.
Gadis itu pun kemudian memasangkan earphone dan mulai memutar lagu klasik dengan judul The Pathetique. Gadis itu terhanyut hingga tertidur di taksi itu.
"Nona? Nona? Ini sudah sampai di The House Apartment!" ujar supir taksi itu pada Naru, gadis rambut merah. Mata itu kemudian terbuka dan langsung keluar dari taksi itu.
"Ini pak uangnya! Terimakasih!" ujar Naru sambil memberikan uang pada supir taksi itu. Sang supir taksi itu pun menerima uang itu dan tak lupa mengucapkan terimakasih kemudian pergi meninggalkan Naru.
Naru melangkahkan kakinya menuju resepsionis. Dilihatnya ada 2 orang yang satu wanita dan yang satu lagi pria.
"Permisi?" tanya Naru dengan senyuman di wajahnya.
"Ada yang bisa kami bantu, nona?" tanya petugas wanita itu.
"Ah, aku ingin mengambil kunci kamar atas Nama Akasuna Naruto yang telah di pesan oleh Akusuna Sasori."
"Ah, Nona Naruto. Kamar anda terletak di lantai 30. Kondominium nomor 1. Mari saya antar" ujar petugas wanita itu. Naru mengikuti langkah wanita itu dan tibalah di depan pintu kondominium milik Naruto. Wanita itu meninggalkan Naru sendiri.
"Sepertinya Nii-san terlalu berlebihan membelikanku kondominium ini. Seharusnya aku bisa menebaknya." Ujar Naru geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Naru mulai mengelilingi condominiumnya, ada 3 tempat tidur dengan 1 master room, kamar mandi, kolam renang, Jacuzzi, ada ruangan yang penuh dengan alat musik, perpustakaan, dapur, tempat gym, balkon, ruang keluarga, ruang makan.
"Sepertinya aku mengerti sekarang kenapa tempat ini menjadi salah satu apartment termahal di Tokyo," bisiknya pelan.
Kring… Kring…
"Halo?"
"Hai, Naru! Bagaimana? Apakah kamu suka dengan condominium yang kakak beli untukmu?"
"Kakak, ini terlalu berlebihan! Kenapa kakak tidak membeli apartemen yang murah saja. Kenapa harus condominium?" kesal Naru.
"Tidak apa-apa! Lagi pula, yang beli kan pakai uang kakak! Oh ya Naru, kaka sudah membelikanmu sebuah mobil untukmu! Kakak harap kamu suka dengan mobil yang kakak belikan!" kata orang diseberang sana dengan riang.
"OMG! Jangan bilang kaka membelikanku mobil sport yang mahal?!" jerit Naru histeris.
"Nope! Kakak hanya membelikanmu Lamborgini Veneno," ujarnya dengan nada sing song.
"Astaga! Itu sama saja kakak! Lamborgini Veneno? Mobil sport termahal kedua setelah Koenigsegg CCXR Trevita? Gila, kakak gila!" teriak Naru kesal.
"Hei, imoutou-chan! Jangan ngambek dong! Ini terakhir kalinya kakak membelikanmu barang mahal!" janji laki-laki di seberang sana.
"Yang benar? Jangan bilang janjinya untuk bulan ini!"
"Haha…, memang seperti itu! Ah, Naru-chan! Kakak pergi dulu sebentar ada urusan sebentar. Haha. Bye, cantik!" Sambungan pun terputus. Naru hanya menghembuskan nafasnya pertanda bahwa dia sangat amat kesal pada kakaknya.
Sebenarnya dia ingin ke Jepang karena dia rindu dengan suasana Jepang. Entah kenapa, dia merasa ada sesuatu yang menariknya untuk ke Jepang. Niatnya, dia ingin melanjutkan sekolahnya di Tokyo tentu saja tanpa menggunakan nama aslinya. Kalau dia menggunakan nama aslinya, dia yakin hidupnya tidak akan aman. Hmm, terus dia juga ingin menyamar. Bisa gawat kalau dunia tahu bahwa Hime-chan sang putri di dunia musik adalah orang yang sama dengan Akasuna Naruto. Apa boleh buat, sepertinya dia akan menyamar menjadi gadis biasa di sekolah barunya. Ngomong-ngomong masalah sekolah barunya. Naru baru sadar bahwa dia belum mendaftar ke sekolahnya mengenai kepindahannya.
~ Naru POV
Baiklah, mungkin saat ini aku harus mencari nama baru dan membicarakan hal ini dengan kepala sekolah yang baru. Mana mungkin aku memalsukan document bisa-bisa aku di penjara. Hmm, nama apa yang cocok ya? Ah, bagaimana dengan Mina? Tidak-tidak kurasa itu tidak cocok. Aha, aku tahu nama apa yang cocok untukku. Narumi, jadi bisa dipanggil Naru deh. Well, sebaiknya aku mulai mandi dan pergi berbelanja untuk mengisi tempat tinggal ini.
Selesai mandi, Naru langsung berhias setidaknya jika dia ingin keluar harus terlihat rapi. Naru memakai dress bewarna biru dengan liontin yang menghias di kakinya. Tak lupa juga, dia melepaskan wig merahnya yang kini memperlihatkan rambu pirangnya. Untuk alas kaki dia menggunakan sepatu. Tinggal satu semprotan terakhir, yaps parfum warna citrus dan selesai.
"Nah, aku cantik juga rupanya!" ujarku pede di depan cermin. Well, saatnya berbelanja sekarang. Aku turun menemui resepsionis meminta kunci mobilku. Saatnya pergi ke Mall.
Aku tidak tahu berapa juta uang yang telah kuhabiskan untuk membeli semua belanjaanku. Oke, jika dilihat dengan kondisiku saat ini. Aku yakin mereka pasti akan mengira bahwa aku adalah gadis yang hanya doyan dengan shopping dan matre. Ah, sudahlah biarkan saja. Aku tidak peduli dengan itu. Salahkan saja atas nii-sanku yang menyuruhku untuk berbelanja di Tokyo sehingga membuatku tidak memiliki barang-barang disini. Andai saja aku boleh mengirim semua barang-barangku yang ada di Paris mungkin aku tidak perlu berbelanja sebanyak ini.
Bruk…
"Oh no!" Aku menjerit dalam hati. Mampus sepertinya aku menabrak seseorang. Kuharap dia baik-baik saja.
~ Naru POV end
Naru mendongakkan kepalanya melihat siapa yang dia tabrak. Seorang laki-laki berambut pirang dengan mata berwarna biru sapphire sama seperti miliknya. Tampan itu lah kesan pertama Naru untuk laki-laki itu.
"Hey, Menma! Kau ini? Kenapa bisa sih menabrak seseorang! Dasar, baka!" ujar laki-laki di sebelah rambut pirang itu. Naru meneliti laki-laki yang barusan berbicara terhadap laki-laki pirang itu, rambutnya hitam dengan model bentuk yang Naru tidak tahu itu model apa yang jelas seperti model ayam.
"Apa kau tidak apa-apa?"ujar Menma lembut dengan senyuman manisnya. Naru yang tersadar akan pertanyaan Menma langsung saja tersenyum dan membalas pertanyaan Menma.
"Hei, Dobe! Ayo kita segera pergi! Kita sudah telat tahu! Kau tahu kan bagaimana Si Rusa Pemalas itu kalau tau kita terlambat" ujar laki-laki berambut hitam itu sambil menepuk bahu si pirang.
"Ah iya, Teme!" ujar Menma.
"Maaf telah menubrukmu. Seperti yang kau tahu temanku telah menungguku. Aku permisi dulu." Ujar Menma pamit terhadap Naru.
Deg Deg Deg
Bunyi jantung Naru berdebar lebih kencang dari biasanya. Apakah dia menyukai lelaki barusan tersebut. Tapi, dia yakin bahwa itu bukan perasaan cinta. Ah sudahlah, lebih baik dia segera ke apartemen dan beristirahat.
Keesokan harinya
~ Naru POV
"Hmm, Selamat pagi Naru! Namaku adalah Yamada Narumi! Aku adalah gadis sederhana yang memiliki rambut merah yang selalu menggunakan kacamata. Aku memiliki karakter cupu dan misterius. Menarik, aku suka dengan peranku saat ini. Well, sudah jam berapa ini? Sepertinya aku harus ke Tokyo International Senior High School." Ujar Naru sambil memperhatikan dirinya di kaca.
At Tokyo International Senior High School
"Lumayan luas sekolah ini. Well, untuk anak cupu tidak akan baik terlihat menggunakan mobil mewah. Lebih baik aku parkir mobil ini di dekat parkir guru dan menutupinya dengan kain." Aku parkir mobilku ini di sebelah mobil guru dan segera menutupi mobil itu dengan tudung mobil. Semoga saja tidak ada yang tahu bahwa mobil ini milik seorang siswa. Kuperhatikan beberapa anak berlari-lari menuju sekolah.
Ku lihat sekali lagi penampilanku. Tidak buruk untuk gadis yang cupu. Well, saatnya menemui kepala sekolah yang baru. Ku langkahkan kakiku ke gedung sekolah ini dan menuju ke ruangan kepala sekolah.
"Ah ini dia! Aku harap membawa semua berkasnya!" Aku berhenti di depan persis ruang Kepala Sekolah. Ku ketuk pintu kepala sekolah. Aku mendengar suara "masuk". Ku langkahkan kakiku menuju ke dalam.
Aku melihat sesorang berumur 50tahunan berambut putih sedang menulis sesuatu. Sengaja aku sedikit berdeham untuk menarik perhatian sang kepala sekolah. Ketika kepala sekolah itu melihatku tiba-tiba saja dia terkejut. Apakah ada yang aneh denganku? Kurasa tidak ada?
~Naru POV end
Jiraiya Namikaze, kepala sekolah Tokyo International Senior High School sekaligus pemilik dari sekolah ini menatap tidak percaya pada sosok gadis di depannya ini. Gadis ini seperti menantunya, Kushina Namikaze, hanya saja gadis ini terlihat lebih cupu dengan gaya rambutnya yang dikepang dan menggunakan kacamata.
"Permisi, Pak! Nama saya Akasuna Naruto. Saya pindahan dari Paris ingin melanjutkan sekolah di Tokyo International Senior High School. Ini surat rekomendasi dari sekolah saya yang dulu dan ini berkas-berkasnya, Pak!" ujar Naru sambil memberikan berkas-berkasnya.
"Ah, iya! Silahkan duduk,nak! Boleh saya tahu alasan anda kenapa anda memutuskan untuk pindah ke sekolah di akhir tahun sekolah. Bukankah sekolah disana merupakan salah satu sekolah terbaik?" tanya Jiraiya sambil mengamati gadis di depannya itu.
"Ah, itu karena saya ingin bersekolah di Jepang. Ah, kepala sekolah bolehkan saya meminta satu permohonan?" tanya Naru cemas takut bahwa permintaannya akan ditolak.
"Apa itu Akasuna-san?" tanya Jiraiya tanpa melepaskan pandangannya dari Naru.
"Apa Anda bisa menyamarkan diri saya, saya tidak ingi menjadi Akasuna Naruto selama di sekolah ini. Saya ingin merasakan suasana sekolah yang berbeda dari sekolah saya sebelumnya. Saya takut bila sayang menggunakan nama Akasuna Naruto hidup saya tidak tentram. Anda tahu sendiri bagaimana terkenalnya keluarga Akasuna. Saya harap anda bisa membantu saya." Ujar Naru sambil membungkukan badannya.
"Baiklah, Akasuna-san. Anda ingin mengganti nama anda dengan…?"
"Panggil aku Natsumi, Yamada Natsumi. Bisakah anda juga mengganti profilku. Bahwa aku adalah gadis dari desa yang bisa bersekolah disini karena mendapatkan beasiswa." Pinta Naruto sekali-lagi.
"Baiklah! Ada lagi yang perlu saya bantu, Natsumi-san?" tanya Jiraiya dengan memanggil nama baru Naru.
"Tidak, kepala sekolah! Terimakasih atas bantuannya!" ujar Natsumi sambil membungkukkan badan.
"Tidak apa-apa. Ah, Natsumi segera berikan kertas ini kebagian resepsionis di depan. Kau bisa memulai sekolahmu hari ini setelah melunasi pembayaran dan mengambil seragammu. Aku harap kau betah bersekolah disini-sini. Ngomong-ngomong kau memiliki liontin yang indah, Natsumi!" ujar Jiraiya sambil tersenyum.
Ditunggu review, komen, kritik, dan saran :D