Kita menang…

Yeah kita menang…

Hore…

Hebat

Kita menang..

Aku hanya menatap kearah wajah-wajah yang begitu antusias, kemenangan atas semua yang telah kami raih. Semuanya telah selesai, setidaknya untuk saat ini. Apakah dunia ini sudah damai? Apakah tidak ada permusuhan kembali?

Tou-san, Kaa-san, Ero-sennin, Nagato-nii, Sasuke apakah ini yang disebut perdamaian? Inikah semua impian kalian? Dan untuk terakhir kalinya, aku bertanya apakah kalian bahagia disana?

Aku berdiri, bersandar pada pohon Shinjuu yang sudah kutebas menggunakan Nunoboko no Tsurugi. Sepertinya aku memang tak bisa ikut dengan mereka untuk merayakan kemenangan ini, tak banyak yang dapat kulakukan, tapi aku bisa menyembunyikannya.

Aku bersandar pada pohon shinjuu, memandang melalui mata biru yang terus memancarkan sinarnya. Kulihat terdapat kaca tebal di jendela tepat beberapa meter di depanku, kaca itu kini telah berembun karena kondensasi, tapi aku masih bisa mengenali dunia yang merupakan milik kami. Aku menyentuh kaca tebal itu, terkejut akan kehangatan yang ditawarkannya.

Aku tahu semuanya, bahwa semak-semak yang tinggi disebut pohon dan bahwa kayu dari pohon sama dengan kayu meja yang digunakan oleh Sandaime-jiji. Aku tahu tanah di bawah sana, meskipun menghitam akibat kelakuan kami, tidak akan sama dengan tanah yang halus bertekstur sempurna seperti yang dulu.

Tapi aku tidak memandang semua itu.

Aku memandang ke arah mereka, melewati ribuan liquid yang awan berikan, pepohonan yang patah, batangnya berpilin dan meliuk bagaikan benang kusut, melewati cakrawala dan akhirnya menatap langit.

Dan tak peduli setajam apa mataku menatap, tidak ada dinding. Tak ada satu pun dinding terkutuk.

Sesuatu yang gelap melintas di langit biru, sesuatu yang tak wajar, dan menembus tubuhku dan mencengkeram jantungku.

Pandanganku bergerak ke atas, bagaimana mungkin aku melupakan sosok itu. Sepertinya ini memanglah waktunya, aku memang tidak pantas untuk mendapatkan semua ini. Terimakasih semuanya, untuk semua kebahagiaan yang kalian berikan. Aku tidak bisa tinggal bersama kalian lagi, karena aku akan mengikuti-Nya.

Bukankah begitu…

Shinigami?


Desclaimer © Masashi Kishimoto

.

.

.

Naruto no Koganei Senkou :: Draco

.

.

.

Warning :

TimeTravel, Strong!Naru, Smart!Naru, NewStyle!Naru, Over!Powered, etc

.

.

.

.

Genre :

Adventure

.

.

Rating :

M

.

Draco, In!

.

.

~Kehidupan ke dua~

Chapter 1

.

.

Start!


Naruto membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit. Hal pertama yang ia rasakan adalah rasa sakit, tubuhnya terasa kaku seperti terkena palu godam dengan kekuatan ratusan ton. Ketika kelopak mata itu terbuka secara penuh, mata biru mulai terpancar dengan jelas dari kedua matanya. Tapi dengan cepat pula ia menutup kembali matanya ketika cahaya terang yang menusuk membuatnya harus beradaptasi untuk beberapa saat. Ia masih bisa mendengar suara yang sedang membicarakannya.

"Anak itu, memiliki luka-"

"-parah sekali, apakah ada orang tua sekejam itu"

"Entahlah. Tapi aku berdoa agar anak itu tidak mengalami trauma berat"

Setelah perkataan itu, Naruto terdiam dalam kondisi kebingungan. Bukankah ia sudah berumur 20 tahun? Tapi kenapa orang-orang menyebutnya seorang anak-anak? Bukankah semua orang juga tahu kalau ia sudah terbiasa mengalami trauma akibat perlakuan penduduk?

Karena merasa bingung dengan situasi seperti ini, kemudian Naruto membuka matanya, kali ini tidak terlalu sakit karena ia sudah beberapa saat beradaptasi dengan cahaya yang berada di depan wajahnya. Ia membuka matanya, dan melihat seluruh tubuhnya yang terbungkus oleh perban kecuali bagian tangan kanan dan kaki kiri. Masing-masing telapak tangannya tertutupi oleh sebuah sarung tangan berwarna hitam.

Kemudian matanya bergulir ke samping, menatap kearah kaca besar yang terpahat bersama dengan dinding berwarna putih terang tersebut. Tiba-tiba matanya terbelalak selebar-lebarnya, melihat kalau dirinya bukanlah sosok Uzumaki Naruto yang dikenal.

Penampilan Naruto saat ini berambut perak berantakan dengan poni yang menutupi mata sebelah kanannya dan sepasang kalung magatama di lehernya. Mengenakan pakaian dengan kaos berkerah warna putih tanpa lengan, jubah panjang berwarna putih dengan aksen api emas di pinggirnya. Dan tak lupa sebuah pedang yang berada di belakang pinggangnya.

Tapi dari semua itu, yang membuatnya terkejut adalah…

Umurnya yang tak lebih dari tiga belas tahun!

Damn!

"Ukh" ringis Naruto sambil memegang kepalanya yang terasa sakit, menaruh satu tangannya tepat di kepala untuk meredam semua rasa sakit itu.

"Kamu tidak apa-apa?" ucap seorang suster dengan panik sambil berlari kearahnya. "Kondisimu belum pulih benar, sebaiknya kamu tidur kembali."

Naruto hanya menurut ketika suster menidurkan kepalanya dan mengusap-usap rambutnya dengan lembut. Tanpa sadar, Naruto terhanyut kedalam perasaannya sendiri.

Inikah rasanya jika ada seseorang yang mengkhawatirkannya? Apakah memiliki ibu juga seperti ini? Akankah ia bisa merasakan ini setiap harinya?

"Tenanglah, kamu berada di rumah sakit Uzushiogakure. Besok kamu sudah boleh kembali"

Naruto hanya mengangguk sambil tersenyum. Syukurlah, ia masih bisa bernafas hingga saat ini.

Tunggu dulu…

Uzushiogakure?

NANII?!

~•~

Naruto menghela nafasnya panjang sebelum ia meloncat dari batang pohon. Ia mengusap rambut peraknya ke belakang dan membiarkan poni terjatuh menutupi matanya. Tak menyangka kalau ia berada di Uzushiogakure yang merupakan tempat bagi Klan Uzumaki.

Ia kemudian berjalan melewati ramainya desa Uzushio masih menggunakan pakaian rumah sakit berwarna merah dengan lambang pusaran ditengahnya. Naruto memandang desa Uzushio sambil menyilangkan pedang Kusanagi tepat di punggungnya.

"Huh…ternyata tentram sekali, tapi kenapa desa sedamai ini harus dihancurkan?" semenjak ia berada di rumah sakit selama satu hari penuh, ia terus berpikir dan berpikir kalau dirinya berada di masa lalu. Naruto tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena yang terpenting baginya adalah menjalani kehidupannya yang sekarang. Tapi ia tetap menyadari kalau ia takkan merubah takdir orang lain, sebagaimana takdir mereka dimasa depan.

"Sebaiknya aku pergi ke Rumah Besar" ia kemudian berjalan sambil sesekali menyapa beberapa orang yang 'sok' kenal kepadanya. Ia terus berjalan, sesekali membantu pak tua yang terjatuh ketika membawa belanjaannya dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Tanpa sadar Naruto kini sudah berada di Rumah Besar, menatap sekilas pada papan besar di atas sana dengan corak pusaran. Tersenyum sesaat lalu ia mendekati salah satu penjaga dengan jubah berwarna hijau yang ia duga seorang Jounin.

"A-ano…apakah ini Kantor Uzumaki?" tanya Naruto dengan kalem.

Jounin itu mengangguk. "Benar, tapi…" wajahnya nampak kebingungan. "…aku tak pernah melihatmu sebelumnya"

Naruto mengangguk lantas berkata. "Benar, aku orang baru disini. Kata suster, aku mengalami amnesia berat hingga tidak tahu kenapa tiba-tiba aku sudah berada di rumah sakit"

"Lalu, apa yang kamu ingin lakukan kemari?"

Naruto menggaruk pipinya sambil menatap ke atas. "Emm…aku tidak tahu, tapi entah kenapa aku merasa kalau tujuanku kemari."

Jounin itu menghela nafasnya dan menepuk kepala Naruto pelan. "Masuklah, kamu pasti akan mendapatkan pencerahan dari Uzukage-sama"

Naruto mengangguk dengan cepat dan masuk kedalam kantor, tak lupa membungkukkan kepalanya ketika meninggalkan mereka. Sedangkan Jounin itu hanya tersenyum melihat tingkah yang begitu unik dari orang baru di Uzushiogakure.

~•~

Tok

Tok

Tok

Pintu diketuk.

"Masuk"

Naruto menarik nafas sesaat sebelum akhirnya mengukir sebuah senyuman di wajahnya. Kemudian membuka pintu tua tersebut, memandang sekelilingnya ketika ia merasakan hawa yang begitu damai dari dalam ruangan ini.

"Permisi"

Arashi hanya tertawa kecil, melihat seorang anak yang masuk kedalam kantornya dengan wajah polos. Ia kira ia akan mendapatkan laporan dari para Daimyo karena ada beberapa penjahat yang mengintip onsen wanita.

Setelah mengamati lebih jelas anak tersebut, Arashi menjentikkan jarinya. Muncul lima ANBU dari tiap sudut dan keluar dari ruangan ini tanpa meninggalkan bekas sedikit pun.

"Anu Ojii-san…"

Arashi tertawa kembali.

Naruto hanya memiringkan kepalanya dengan heran. "Aku salah apa ya?"

Arashi langsung bungkam seketika, ia kemudian menyeringai kecil sembari berdiri dari tempat duduknya. Mengangkat Naruto kecil dan menaruhnya di punggung lantas keluar dari kantor.

"Aku sudah tahu maksud dari kedatanganmu kemari" tutur Arashi ketika melihat wajah bingung Naruto. "Aku yang menemuimu ketika terluka di pinggir hutan dengan luka yang sangat parah dan yang lebih parahnya kamu amnesia"

Naruto mengangguk. "Naruto…"

"Hm?"

"Namaku Naruto"

Arashi mengangguk kecil. "Souka…karena kamu tidak memiliki nama marga, maukah kamu menggunakan marga Uzumaki?"

"Uzumaki…Naruto"

"Wah nampaknya namamu memang sepasang dengan Uzumaki. Tapi aku juga heran ketika kami mengambil tes DNA milikmu, sampelnya menunjukkan kalau kamu itu bukan dari Klan manapun" ucap sekaligus curhat Arashi sambil memberi kode kepada penjaga yang hanya mengangguk.

Mereka kemudian berjalan di kerumunan orang, banyak yang menatap mereka dengan aneh dan juga senyuman. Naruto menyadari kalau tatapan mereka itu memiliki beberapa arti, bisa saja diantaranya mereka beranggapan kalau dirinya memiliki hubungan dengan pria ini.

Mereka kemudian berhenti tepat pada toko baju dan memutuskan untuk mencari pakaian yang pantas untuk Naruto, karena tak mungkin ia pergi dengan pakaian rumah sakit. Ketika di dalam toko tersebut, Naruto harus menahan dirinya untuk tidak mengerang panjang saat seorang wanita menganggapnya imut dan lucu. Tak lupa memilihkan beberapa baju yang terkesan feminim kepadanya yang langsung ditolak oleh Arashi dengan tawa terhibur.

'Cih, aku sadar kenapa Sasori tidak suka dengan wajahnya' batin Naruto menggerutu dengan wajah kesal.

Membutuhkan waktu tiga puluh menit bagi Naruto untuk memilih baju yang menurutnya bagus, tapi entah kenapa di sini tidak menjual baju yang berwarna oranye ataupun yang terang kecuali merah. Mungkin mereka tahu kalau warna yang mencolok dapat membuat musuh mengetahui lokasi keberadaannya.

"Ojii-san, apakah ini tidak berlebihan?"

Arashi menggeleng. "Tidak, desa kami cukup makmur karena mereka saling membantu satu sama lain. Mau kerumahku?"

Naruto menggeleng. "Tidak usah Ojii-san, semua yang anda berikan sudah sangat membantuku"

"Souka? Baiklah, ini kunci apartementmu. Alamatnya berada pada bandul tersebut, besok datanglah ke kantor untuk membicarakan sesuatu"

"Ha'I Ojii-san"

Arashi tertawa. "Perkenalkan, namaku adalah Uzumaki Atarashi. Kamu bisa memanggilku Arashi-jiji ataupun yang lainnya, asal jangan menggunakan kata yang formal. Karena aku membenci itu"

Naruto hanya mengangguk. "Ha'I, terimakasih atas semuanya. Arashi-jiji"

"Yeah"

~•~

Dua puluh empat jam kembali berlalu, kini Naruto sedang berada di apartement yang cukup untuk ditinggalinya. Memandang sekeliling apartement miliknya yang mirip sekali dengan kamar VIP di rumah sakit.

Tapi toh, Naruto tidak mempermasalahkan hal itu. Karena semua ini adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepadanya. Dan ketika Naruto memutuskan untuk hidup di desa ini, ia takkan membiarkan semua pemberontak akan menghancurkan desa ini untuk kedua kalinya.

Karena ia yang akan menjadi Uzukage, menurutnya tidak bisa menjadi Hokage tetapi Uzukage pun tak masalah.

Naruto kemudian mengeluarkan sebuah kunai cabang tiga dari kertas Fuuin, mengeluarkan beberapa senjata dari sana. Namun yang membuatnya memasang wajah serius adalah kunai cabang tiga milik ayahnya.

"Tou-san…" ucap Naruto memandang ke langit yang luas. "…berarti kau masih hidup di Konoha"

"Kalau begitu, kita akan bertemu suatu saat nanti. Dalam pertemuan antar Kage, tunggu aku!" ucap Naruto sambil merapal beberapa handseal yang cukup cepat.

"Kunai Kagebunshin no Jutsu!"

Boff!

Naruto mengambil satu per satu kunai cabang tiga tersebut dan menaruhnya pada beberapa sudut apartementnya. Tak lupa menaruhnya di kantung ninja sebagai perlengkapan menjadi shinobi pertamanya, menurutnya kesan pertama dalam menjadi shinobi yang menentukan semuanya.

"Baiklah, aku akan mempelajari penggunaan Hiraishin milik Tou-san. Meskipun itu membutuhkan waktu yang lama"

Kemudian Naruto menuju pintu keluar, tak lupa menyilangkan pedang Kusanagi milik teme di punggungnya. Membuka pintu dan tiba-tiba cahaya terang menyeruak masuk kedalam apartementnya, lalu menampakkan pemandangan sekumpulan anak-anak yang sedang bermain.

"Sepertinya perjalanan Uzumaki Naruto dimulai dari sini!"

Wush!

Anak-anak yang tak sengaja melihat anak seumuran dengan mereka menghilang dari kepulan asap pun berbinar-binar.

"Keren…"

Sesampainya di depan kantor Uzukage, Naruto pun menyapa Jounin kemarin. Yang dibalas senyuman oleh pria itu, kemudian Naruto berjalan menuju ruangan Uzukage sembari bernyanyi-nyanyi kecil.

Membutuhkan waktu lima menit untuk sampai di depan ruangan Uzukage, kemudian Naruto mengetuk pintu tiga kali sebelum ia masuk tanpa mendapatkan jawaban dari dalam.

"Arashi-jiji" panggil Naruto dengan pelan.

Namun Naruto langsung diam ketika ia melihat tiga ANBU sedang memasang postur tubuh serius bersamaan dengan Arashi yang sedang marah-marah. Melihat hal tersebut, Naruto pun langsung keluar dari ruangan dan duduk di balik pintu.

Sayup-sayup Naruto mendengar pembicaraan mereka.

'Kenapa bisa..?"

'Maaf Uzukage-sama, ketika saya sedang berpatroli para penjaga Uzumaki Mansion sudah terbunuh dan Kushina-himesama diculik. Saat ini istri anda sedang berada di rumah sakit, beliau hanya mendapatkan luka ringan'

'Perintahkan satu batalion ANBU untuk mencari putriku!'

'Ha'i Uzukage-sama'

Naruto yang mendengar hal itu pun melebarkan matanya. Ibunya, jadi ibunya…anak dari Uzukage?

Shit!

Apakah semua ini yang memicu perang? Dengan di culiknya putri Uzukage dan mengerahkan seluruh pasukannya. Bisa jadi, yang menculik adalah Kumogakure dengan kata lain ini semua adalah jebakan.

Memancing singa kedalam sarang buaya.

Naruto tidak bisa membiarkan hal ini terjadi, matanya tiba-tiba saja menajam dan serius. Menggenggam pedang Kusanagi yang berada di punggungnya kemudian menghilang dalam kepulan asap.

Arashi yang merasakan hawa keberadaan orang lain pun sedikit terkejut sebelum ia menaikkan satu alisnya. 'Naruto, apa yang kau lakukan?'

.

.

~•~

To be Continued

Seperti yang kalian tahu, ini adalah Fic milik Author bernama Shades of Seth. Dia memutuskan untuk discontinued dan memberikan Fic nya kepada hamba untuk melanjutkannya. Yah meskipun hamba masih banyak Fic yang numpuk…

Oke, segini dulu pemberitahuannya. Untuk kelanjutannya mungkin akan hamba rombak dan membuat ulang.

.

Profil:

Name : Naruto Uzumaki (Si Kilat Emas)

Afiliasi : Uzushiogakure

Rank : -

Element : -

Weapon : Kusanagi no Tsurugi & Jikkukan Kunai

.

Arigatou…

Salam Ez-Life

-Hidup itu mudah, jangan dibuat sulit-


Draco, out!