Author : fishyhaerin

Main cast : - Oh Sehun/Sehun Wu

- Kris Wu

Genre : Brothership, family

Length : Chaptered

.

.

.

Yihaaa comeback setelah belom lanjutin Step Brother buat beberapa lama.

sebenernya ff ini udah lama, tapi baru pengen dipublish wkwkkw

Sebelumnya author mau pake Luhan sebagai pemeran utamanya (HUNHAN shipper ceritanya)

tapi pas dipikir - pikir cocokan Kris yang meraninnya, jadi diganti deh wkwkw

semoga sukaaa dan nggak lama lama update nya

.

.

.

.

"Aish shireooo! Sudah kubilang tinggalkan aku sendiri!" seorang namja tengah beradu argument dengan dua orang suster yang berusaha memasang jarum infus padanya.

"Kau harus diinfus, Sehun-ssi!"

"Kubilang aku tidak mau! Biarkan aku sendiri!" Ia terus melawan.

"Tidak akan lama. Kami hanya ingin memasang infus ini saja."

"Kubilang tidak mau!"

"Ya! Sehun!" suara seseorang yang sangat dingin terdengar dari pintu.

"Hyung…" Sehun terdiam dan hanya memandang kakaknya.

"Pasangkan saja." ujar sang kakak pada kedua suster tersebut tetap dengan nada yang sama.

Akhirnya kedua suster itupun berhasil memasangkan infus pada Sehun yang sudah tidak berontak dan hanya duduk diam di kasurnya. Setelah selesai, kedua suster itupun segera meninggalkan ruangan tersebut. Kris, sang kakak, mendekati kasur sang adik. Memandang adiknya yang kini hanya diam.

"Kudengar kau tidak mau makan hari ini, kenapa huh?"

Sehun diam sejenak sampai akhirnya ia membuka mulut.

"Kenapa hyung baru datang selarut ini?"

"Kau tidak menjawab pertanyaanku, Sehun-ah." Tanya Kris masih dengan nada yang sama.

"Karena kemarin kau tidak menjengukku, hyung…"

"Demi Tuhan, Sehun! Jangan bertingkah kekanakan! Aku masih harus mengurus perusahaan, bagaimana mungkin aku bisa mengurusimu dan perusahaan dalam waktu yang bersamaan."

Sehun hanya duduk terdiam tidak berani menatap wajah kakanya yang dingin.

"Minum obatmu dan kemudian tidur."

Sehun tidak lagi membantah. Ia meminum obat – obatnya lalu segera merebahkan tubuhnya. Sekilas ia melihat sang kakak yang sudah terduduk di sofa tidak jauh dari tempat tidurnya seraya kembali berkutat dengan pekerjaannya yang tidak kunjung selesai.

"Kris hyung menghawatirkanmu, Sehun-ah." Ujarnya dalam hati seraya berusaha untuk menutup matanya.

.

.

.

Pagi – pagi Sehun terbangun dari mimpi indahnya. Ia menemukan ruangan itu begitu sepi. Kris pasti sudah pergi ke kantor. Ia pun menghembuskan napasnya berat.

"Hahh…. Sepi sekali." Ujarnya dalam nada penuh kekecewaan.

Semenjak ia mendapat penyakit ini, ia merasa sifat kakaknya, Kris, berubah. Kris tidak lagi berkata manis padanya. Kris tidak lagi mengabulkan keinginan Sehun walaupun ia telah merengek bahkan menangis. Kris tidak lagi sehangat dulu. Bahkan ia dengan tega tidak memperbolehkan Sehun kembali ke sekolah. Ya, memang setelah kejadian beberapa kali Sehun tidak sadarkan diri di sekolah membuat Kris memutuskan untuk tidak membiarkannya masuk sekolah lagi. Dan bahkan sekarang Kris mengurung Sehun di rumah sakit yang telah berlangsung selama hampir 3 bulan.

Satu – satunya yang Sehun tau adalah, dibalik semua itu Kris sangat mengkhawatirkannya. Walaupun Kris tidak bisa menemaninya setiap hari, Kris selalu ada saat masa – masa kritisnya. Sehun tau Kris sudah terbebani dengan urusan perusahaan milik keluarga mereka. Belum lagi orang tua mereka yang tinggal jauh dan mengabaikan kedua anaknya karena sibuk berbisnis, bahkan meninggalkan Sehun yang tengah sakit parah.

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Sehun.

"Pagi, kau sudah bangun rupanya. Aku membawakan sarapan untukmu." seorang suster cantik memasuki ruangan Sehun seraya membawa senampan makanan.

"Aku sedang tidak ingin makan, noona." Jawab Sehun pada suster yang sudah dekat dengannya itu. Sedikit banyak ia tau tentang masalah yang Sehun hadapi, dan tentu saja yang berhubungan dengan Kris.

"Hey, kau ingin kakakmu marah lagi? Kudengar ia memarahimu kemarin."

"Semua itu karna infus ini." Sehun menunjukkan selang infus yang terpasang di tangannya.

"Dan infus itu karena kau tidak mau makan seharian kemarin. Jika kau tidak makan, kau akan lemas, dan jika kau lemas kau harus diinfus."

"Tapi aku ingin muntah setiap kali makan, dan lagi kemarin lusa hyung tidak menjengukku."

"Cobalah sedikit sedikit, ya?"

"Aku tidak mau… dan bisakah kau tidak mengatakannya pada hyung?"

"Tidak bisa Sehun-ah, kau harus tetap makan. Agar kau bisa cepat pulang dari sini."

"Kata – kata itu selalu kudengar dari setiap orang yang berada di sini. Tapi aku tidak pernah pulang buktinya."

"Ayolah, Sehun-ah, jangan pikirkan yang lain. Kau harus menjaga kondisimu. Untukmu, dan hyungmu."

Sehun terdiam mendengar hal itu.

"Sekarang kau mau makan?"

Sehun mengambil sendok di hadapannya dan melahap bubur yang hampir dingin karena obrolan – obrolan itu. Tetapi pada suapan ketiga, ia merasa mual dan ingin muntah.

"Kenapa? Ini hanya bubur dan kau muntah seperti ini."

Sehun terdiam setelah ia merasa cukup memuntahkan makanan yang bahkan belum sempat dicerna di dalam perutnya.

"Aku akan datang satu jam lagi untuk kembali membawakanmu makanan. Kupastikan kau akan memakannya. Dan selama menunggu, minum ini."

Suster itu memberikannya teh hangat agar Sehun tidak lagi merasa mual. Sehun hanya mengangguk menurut dan kembali merebahkan tubuhnya.

"Apakah aku merepotkan, hyung?"

.

.

.

Flashback

.

Handphone Kris terus berbunyi di saat ia tengah sibuk mempelajari beberapa dokumen penting kantor. Ia melirik sedikit pada hp yang berada tidak jauh darinya yang menunjukkan nomor wali murid sekolah Sehun.

"Tuan Wu?"

"Ya, Kim sonsaengnim? Apa Sehun membuat onar di sekolah?"

"Bukan, bukan itu. Anda harus ke Rumah Sakit Seoul segera. Terjadi sesuatu pada Sehun."

Kris mematung, ia menyingkirkan semua pekerjaannya dan langsung pergi menuju rumah sakit tepat setelah ia menutup sambungan teleponnya. Ia hanya dapat berharap tidak ada sesuatu yang mengerikan terjadi pada Sehun."

.

.

.

"Tadi ia pingsan saat pelajaran olahraga. Kurasa Sehun juga tidak dalam keadaan yang baik pagi ini."

"Kenapa aku tidak memperhatikan keadaannya pagi ini." Ujar Kris dengan penuh nada tertekan di samping Sehun yang masih belum sadarkan diri.

"Sehun terkena kanker darah atau biasa disebut leukemia dan sekarang sudah mencapai stadium 3. Sebenarnya penyakit ini bisa terdekteksi dini. Tetapi, saya rasa Sehun banyak mengabaikan tanda tandanya dan akhirnya membiarkannya mencapai stadium 3 dengan cepat. Apakah anda pernah mendengar keluhan Sehun saat badannya terasa sakit?"

"Kris bodoh! Kenapa kau membiarkan Sehun terkena penyakit ini!" setetes air mata lolos dari matanya. Air mata penuh penyesalan. Kris terus terdiam menyesali semuanya, sampai ia melihat Sehun yang mulai tersadar.

"Hyung….. kenapa menangis?" tanyanya lemah.

"Hah? Tidak, aku tidak menangis. Bagaimana perasaanmu?"

"Kepalaku sakit, seluruh badanku juga sakit. Aku kenapa hyung? Tadi saat olahraga tiba – tiba saja semuanya menjadi gelap dan aku tidak mengingat apapun lagi."

"Kau hanya kelelahan. Istirahatlah lagi."

Sehun menatap kakaknya lekat – lekat.

"Hyung, aku tidak tau alasanmu menangis. Tapi tolong, jangan menangis di belakangku."

"Tidak, aku tidak menangis, Sehun-ah. Tidurlah lagi, hyung akan di sini."

Kris mengelus – elus kepala Sehun sampai adiknya kembali memejamkan matanya.

.

Flashback end

.

.

.

Sehun membuka matanya dan mendapati matahari sudah berganti dengan bulan. Ia melihat Kris berdiri di depan jendela kamar rawatnya, masih lengkap dengan jas dan dasinya.

"Hyung baru datang?" Sehun membuka percakapan.

Kris hanya meliriknya sekilas kemudian kembali melihat ke arah taman belakang rumah sakit itu.

"Eum." Jawabnya singkat.

"Hyung sudah makan? Aku memakan makananku hari ini, jangan marah lagi, ya?"

"Baguslah, memang seharusnya kau seperti itu."

"Hyung…. tadi aku mencoba menghubungi eomma dan appa. Asisten mereka bilang mereka sibuk. Menurut hyung kapan mereka akan pulang? Ini sudah sangat lama sejak terakhir kali aku bertemu dengan mereka."

"Cukup Sehun-ah, hyung lelah."

Sehun kembali terdiam, mengurungkan niatnya untuk kembali mengoceh dan berusaha untuk mengobrol dengan hyungnya.

"Hyung akan keluar sebentar." Kris meninggalkan Sehun yang terdiam di kasurnya. Kris menjauhkan tubuhnya dari ruang rawat Sehun. Berusaha mencari mesin kopi otomatis. Setidaknya ia membutuhkan sesuatu yang bisa menghilangkan penat di kepalanya.

.

.

.

Kris membuka pintu ruang rawat Sehun dan menemukan seorang suster yang ia kenal tengah membantu Sehun. Ia sedikit terkejut saat menemukan darah di tangan suster tersebut.

"Ada apa dengan Sehun?" tanyanya sedikit panic melihat darah yang masih keluar dari hidung Sehun.

"Tidak apa – apa, ini hanya mimisan."

"Apa benar dia baik – baik saja?"

"Tidak apa – apa hyung, aku hanya merasa pusing. Lagipula ini sudah biasa, bukan?" kini Sehun yang angkat bicara.

"Tenanglah, Kris-ssi. Kondisinya stabil, mungkin ia sedikit kelelahan karena banyak melamun hari ini. Kau istirahat saja."

Kris menurut dan merebahkan dirinya di sofa. Ia merasakan lelah dari setiap titik di tubuhnya. Ia mencoba memejamkan matanya. Tetapi sebentar – sebentar ia masih membalikan kepalanya untuk melihat Sehun. Saat suster itu keluar, barulah ia merasa tenang. Itu artinya Sehun sudah baik – baik saja.

"Hyung, jika kau lelah, istirahatlah. Jangan terus bekerja, dan juga… tidak perlu menemaniku. Pergilah berlibur ke suatu tempat. Selamat malam hyung."

.

.

.

TBC

.

.

Yha segitu dulu aja pemanasannya. kira - kira penasaran ga sama kelanjutannya? Jangan lupa review yaa ^^

semoga ga lama lama update nyaaa