"Selama dua hari ini, aku mencoba untuk menyatakan perasaanku padamu dengan cara yang— bisa dibilang romantis. Kenapa? Karena aku tidak ingin sesuatu yang biasa pada momen yang berharga."

Sasuke menatap Ino yang terdiam, "Aku tidak mau hanya berkata 'aku cinta padamu', dan aku tahu kau adalah tipe gadis yang menyukai hal romantis."

"Sayangnya, selama dua hari itu aku gagal menyatakannya padamu." Sasuke mendengus sebal.

"Dan sekarang pun rasanya aku gagal." Ia memasukkan satu tangannya pada kantung celana, meremas pelan surat yang berada di dalam sana.

"Sudah selesai?" tanya Ino saat merasa tidak ada lagi hal yang akan dikatakan oleh Sasuke. Tanpa aba-aba, ia memeluk tubuh Sasuke erat dan terkekeh pelan.

"Kenapa harus repot-repot sampai seperti itu? Hanya dengan berucap 'aku cinta padamu, maukah kau jadi pendamping hidupku' saja sudah sangat berharga bagiku lho." Ino tersenyum senang. Ya, meskipun hanya dengan begitu, hati Ino senang tiada tara.

Cintanya ternyata terbalaskan.

"Tapi itu terlalu biasa."

"Dasar keras kepala." Ino mencibir seraya melepas pelukannya. "Kalau begitu, aku menantangmu untuk menyatakan perasaanmu di hadapan semua teman angkatan kita saat acara reuni minggu depan, bagaimana?"

"Hanya itu?"

"Ya. Terserah padamu mau dengan cara seperti apa. Yang penting kau harus menyatakan perasaanmu."

Sudut bibir Sasuke terangkat. "Well, baiklah. Aku akan menyanggupinya."

"Kutunggu, ya." Ino berjalan menjauh seraya melambaikan sebelah tangannya pada Sasuke, "Aku akan kembali ke kantin. Sakura sudah menungguku."

"Tunggu aksiku, Yamanaka Ino."

.

.

.


Naruto© Masashi Kishimoto.

Story (c) Raawrrr.

Warning! AU! OOC, (maybe) Typo(s), etc.

Genre: Romance, Friendship.

Saya tidak mendapatkan keuntungan material apapun terkait pembuatan fiksi ini.

~ Happy Reading ~


.

.

Sudah seminggu pasca kejadian tangkap basah Sasuke di kelas oleh seorang gadis bukan bule bernama Ino Yamanaka. Beberapa jam lagi acara reuni SMA akan diadakan, aula sekolah yang dipakai sebagai tempat reuni pun sudah selesai didekorasi.

Sasuke tersenyum puas, usahanya selama seminggu ini tidak sia-sia.

Beruntung, tugas kuliah tidaklah banyak jadi ia tidak terlalu disibukkan dengan hal lain selain mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk hari ini. Oke, katakanlah Sasuke adalah lelaki lebay yang mementingkan romansa dibanding dengan kebutuhan cinta dibanding yang lain.

Oh, hei, Sasuke juga menapaki masa muda, biarlah ia bersenang-senang seperti yang ia mau.

Drrt drrrt.

Ponsel yang ia simpan di atas meja bergetar, layar menyala dan menampilkan bahwa ada panggilan masuk.

"Halo." Basa-basi belaka mengucapkan kata 'halo', agar lebih terdengar sopan saja. Kalau semena-mena berkata takutnya yang menelepon mencabut bala bantuan yang diberi.

"Success. Semua persiapan selesai."

"Baguslah. Ternyata kau bisa diandalkan."

Klik.

Sambungan diputus.

Lagi, kedua mata Sasuke menatap sekitarnya; aula sekolah yang penuh balon serta bunga-bunga sebagai hiasan. Oh, so romantic sekali suasana aula ini.

.

.

.

"Ne, Dekorin." Ino memanggil Sakura yang berjalan di sebelahnya. Mereka kini sudah ada di depan pintu aula sekolah.

"Ya?" Sakura menyahut sembari menolehkan kepala ke arah sang sahabat. Sebelah alisnya terangkat naik, penasaran dengan apa yang akan dikatakan Ino selanjutnya.

"Kira-kira—"

"BERHENTI! JANGAN BERGERAK!"

Perkataan Ino terhenti, pun jua dengan langkah kaki mereka berdua. Dua pasang mata melotot horror, menatap eksistensi orang asing di hadapan dengan kaget.

Ada tiga orang asing, berpakaian serba hitam dan menggunakan topeng berwarna senada.

"Apa— HEI! LEPAS!"

Sakura berteriak kaget kala kedua tangannya digenggam erat oleh satu dari empat orang asing tersebut dan dibawa pergi jauh dari depan pintu aula.

Ino kalap, keringat dingin muncul pada dahi. Hei, hei, hei, apa yang terjadi!? Kenapa ada orang asing di sini? Siapa mereka? Ini acara reuni 'kan!?

Berbagai macam pertanyaan timbul dalam benak Ino, matanya menatap ke kiri dan ke kanan guna mencari seseorang untuk diminta bantuan.

"Kau!" Salah satu dari orang asing tersebut menunjuk Ino, "ikut kami!"

Pergerakan Ino terkunci. Kedua tangannya diborgol sebelum Ino sempat memberontak, kedua mata Ino ditutupi oleh selembar kain sehingga yang bisa Ino lihat saat ini adalah hitam pekat; gelap gulita.

Punggung Ino didorong pelan, seakan menyuruhnya untuk melangkah mengikuti intruksi orang yang berada di depannya; menarik borgol yang mengunci kedua tangan Ino.

"Sebenarnya a—"

"TEMAN-TEMAN!" Oh, itu suara Rock Lee, salah satu teman sekelasnya saat SMA dulu. Sepertinya ia berteriak menggunakan toa. "SILAHKAN PERGI MENJAUH DULU DARI AULA, TANPA DIDUGA ADA KUMPULAN PENCULIK DAN PREMAN YANG MENGHANCURKAN AULA. BEBERAPA TEMAN KITA SUDAH DICULIK, KALIAN YANG BELUM TERCULIK HATI-HATI."

Ino meneguk ludah. Oh sial, ini bukanlah masalah yang sepele.

Ino berharap dalam hati semoga acara reuni ini tidak diundur dan para pengacau ini berhasil ditangkap. Oh, ia tidak mau menunggu lagi, ia tidak mau menunggu lama lagi agar bisa menjadi official dengan Sasuke.

Hei! Tidak tahukah kalian betapa Ino sangat antusias hari ini!?

.

.

.

Hening. Suasana di sekitarnya hening sekali. Ia sangat ingin tahu apa yang tengah terjadi saat ini namun kain yang menutupi matanya menghalangi. Sumpah serapah disebut dalam hati, kenapa sirine polisi sama sekali tidak terdengar?! Apakah salah satu dari mereka tidak memanggil polisi!?

Ah, Ino ingin marah. Ingin berkata kasar. Tapi dihentikan karena ia tidak mau urat kemarahannya membuat ia tua di usia yang masih muda ini.

Tap tap tap.

Suasana sunyi hilang karena suara langkah kaki. Merasa bahwa ada seseorang yang mendekat maka Ino pun membuka mulut untuk mengeluarkan suaranya.

"Hei, ada orang? Siapapun itu, tolong buka penutup mataku ini."

Tidak ada jawaban. Ino terkacangi.

"Hei! Aku sedang bicara loh?"

Lagi tidak ada jawaban.

Ino akan kembali bercakap dengan intonasi yang lebih tinggi sebelum percik cahaya dapat ia lihat. Ya, kini penutup matanya sudah dibuka. Ah, ia di dalam aula ternyata.

"S-sasuke—!?"

Manik aquamarine menatap tak percaya ke depan. Sasuke, dengan sebuah pistol yang menghadap ke arahnya, juga empat orang asing yang berpakaian serba hitam dan mukanya tertutup topeng di belakang Sasuke.

"Yo, Yamanaka Ino." Senyum sinis terpampang pada roman elok Sasuke, kepala sedikit ia miringkan sedikit ke kiri, menatap gadis berambut pirang di depannya remeh. "Kaget?"

"T-tidak— itu, maksudku ... kau dalang di balik semua kekacauan ini?"

Kekehan kecil namun terkesan merendahkan Sasuke keluarkan sebelum bibir mengeluarkan cakap untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, "Iya. Aku yang menyewa mereka," Melirik ke arah belakangnya, "untuk menculik teman-teman kita yang lain dan mungkin..." Matanya meneliti sekitar aula, "... menghancurkan dekorasi aula ini. Menyakiti mataku sekali."

"Hei, jangan bercanda Sasuke." Ino melangkah maju, tidak mau percaya dengan keyataan yang tengah ia hadapi, "kau tidak serius, 'kan?"

Tak ada jawaban. Pelatuk pistol ditarik. Dengan posisi masih menghadap ke arah Ino.

DOR!

Ino menutup matanya.

"..."

Terdiam ia. Tak ada rasa sakit yang ia rasakan, tak dirasa darah mengalir merembes keluar dari pakaian yang ia kenakan. Tunggu ... apa tembakan Sasuke meleset?

"...—!"

Asap ungu yang mengabur terpampang di depannya.

Penghuni aula jadi banyak. Teman-teman satu angkatannya dulu kini tengah mengelilingi mereka dengan balon berbentuk love berwarna ungu dan biru dalam genggaman mereka. Ke-empat orang asing di belakang Sasuke tadi mengangkat sebuah papan yang jika digabung membentuk sebuah kalimat,

'Would you be mine?'

Ah, jadi tembakan dari pistol palsu tadi itu semacam sinyal, ya...

"Sasuke ..."

Ino kehilangan kata-kata untuk sesaat, kedua mata terpaku menatap sosok Sasuke yang kini menggenggam sebuah buket bunga; Daisy putih dan Azalea.

"Jawabanmu?" Sasuke mengeluarkan suara, menatap Ino begitu dalam sembari mengulurkan buket bunga.

Ino tersenyum haru, menganggukkan kepala dan menerima buket bunga yang diulurkan, "Yes, i would."

"AWEUUUU! Selamat, Sasuke!" Teman-teman yang lain bersorak gembira, melepaskan balon dalam genggaman masing-masing hingga memenuhi atap aula.

"Wah! Akhirnya kau bisa mengungkapkan perasaanmu dengan lancar ya, Teme." Salah satu dari empat orang di belakang Sasuke melepas topengnya diikuti oleh tiga orang lainnya.

"N-naruto, Dekorin, Gaara dan bahkan Hinata!?" Jari telunjuk terulur ke arah mereka ber-empat, mulut menganga karena tidak memprediksi bahwa dibalik empat topeng tersebut adalah teman dekatnya sedari masa sekolah sampai sekarang.

Hinata tersenyum malu-malu, "Aku hanya ingin membantu, lagipula Gaara-kun juga ikut andil dalam kehebohan ini."

Gaara mendengus, "Aku dipaksa oleh Sasuke." Disusul dengan seruan protes dari Sasuke yang tidak merasa memaksa padahal memang memaksa.

Naruto dan Sakura saling merangkul dan memberi 'V' sign pada Ino sembari nyengir lebar.

"Nah!" Rock Lee berdiri di atas panggung aula, diiringi dengan Tenten. "Mari kita mulai acara reuni ini!"

Yang lain berhamburan ke sana ke mari, menikmati acara reuni yang baru saja dimulai.

"Terimakasih loh," kata Ino setelah mencium pipi Sasuke secara singkat, "sangat berkesan."

Sasuke tersenyum tipis sembari menggenggam sebelah tangan Ino yang bebas, "Apapun untukmu."

.

END

.


.

.

OMAKE

.

.

Itachi tersenyum sembari menatap layar ponsel— lebih tepatnya, pesan yang baru saja sampai—. Itu adalah pesan dari Naruto yang menyatakan bahwa Sasuke sukses mengutarakan perasaannya dan menghapus title jomblo. Sebuah foto yang menampilkan Ino dan Sasuke yang saling bergandengan tangan pun disisipkan dalam pesan.

"Akhirnya ya, Otouto." Itachi mendengus geli ketika mengingat bagaimana usaha gagal Sasuke selama ini. Untungnya, kali ini tidak gagal lagi. Padahal Itachi sempat mengkhawatirkan Sasuke, takut-takut kalau adiknya itu sembelit duluan sebelum memberikan buket bunga pada Ino.

Namun sedetik kemudian, genggaman dalam ponselnya kendur dan membuat ponsel pintar miliknya terjatuh di lantai. Tatapan Itachi jadi horror.

"Tunggu—! Itu berarti, hanya aku sendiri yang jomblo di keluarga ini!?"

Itachi mengacak rambut panjangnya. Komat-kamit dalam hati semoga nanti mama Mikoto tidak bertanya perihal romance thingy pada Itachi saat Sasuke mengenalkan Ino pada sang mama.

Bisa kena semprot mama Mikoto nanti kalau Itachi keduluan Sasuke dalam mencari pendamping hidup.

Oh, sial.

Jadi sekarang ia galau. Harus ikut senang akan hilangnya status jomblo Sasuke atau mengutuk Sasuke karena punya pacar duluan?

.

.

TOTALLY END.

.

.


A/N: Haiiii! Pertama-tama saya mau mengucapkan permintaan maaf karena telah membuat fict ini terbengkalai selama satu tahun lebih, ya. Bener-bener mangkir dari waktu yang seharusnya, huhu.

Maaf jika endingnya tidak memuaskan.

Maaf juga karena saya tidak bisa membalas review kalian satu-satu, tapi saya senang baca review dari kalian semua! :"D

Kedua, saya juga mau mengucapkan terimakasih pada kalian yang sudah membaca, memberi review, fav dan mem-follow fict buatan saya ini.

Segitu saja, saya tidak tahu mau berkata apa lagi, www. Sampai jumpa di lain waktu ya!


With Love,

Raawrrr.