WHY MUST TWO?

Disclamer :

Naruto, Masashi Kishimoto

Story :

Ada sedikit kemiripan plot dengan Dating Alone Park Chanyeol di chapter 1 dan 2.

Selanjutnya punya saya, semua karakter dipinjam dari punya om MK

Genre : Drama, Romance & Friendship

Rating : T

Pairing : SasuNaru [Sasuke x Naruto]

Warning : AU, multi chapters, typos as always, Possible OOC, Shounen Ai, Boys Love Sasuke X Naruto. Don't like don't read! Feel free to leave this page if you don't like it. I've warned you already!

Summary : Ada apa dengan angka 2? Siapa yang sangka pertemuan pertama, kebetulan-kebetulan yang terjadi, semuanya terjadi pada tanggal 2 maupun tanggal yang berakhir dengan angka 2. Takdirkah? Lalu siapa yang akan sanggup menghindari jika itu semua keinginan takdir?

.

.

.

NB : Tanggal dan sebagainya hanya karangan saya saja.

.

.

.

ENJOY


~ナルトはサスケへ~

For The One and Only. Journal, 2 March 2011

Pertemuan dan takdir?

Kita bertemu secara kebetulan, tidak ada rasa, tidak saling mengenal. Tapi, satu yang aku tahu sejak awal.

Aku terpesona olehmu.

Perpustakaan?

Tempat pertemuan yang klasik, bukan?

Jika suatu saat nanti kita mengenal satu sama lain lalu menjadi dekat dan aku bertanya, "Masih ingat pertemuan pertama kita?" Apa yang akan kau jawab, hm?

Tidak apa jika kau lupa, karena aku akan selalu mengingatkanmu.

Hey! yang mempesonaku, haruskah aku percaya akan takdir?

.

.

.

"Aku tidak pernah lupa... Tidak akan pernah..."

"Kau harus percaya takdir, sayang... Karena aku percaya kalau takdir yang mempertemukan kita..."


~ナルトはサスケへ~

"Hey Naruto..."

Yang dipanggil namanya Naruto masih sibuk dengan smartphone-nya. Tidak mengalihkan pandangannya se-inchi pun dari benda tersebut.

"Tsk! Jangan terlalu serius seperti itu, pirang!" Si pemanggil berdecak kesal, buru-buru menarik lengan baju Naruto dan merampas smartphone itu.

"Oh Hey! Apa yang kau lakukan Ino?" Naruto menatap tajam kearah Ino, pelaku yang memanggil nama dan seenaknya merampas smarthphone-nya. Padahal ia sedang asyik browsing harga kamera.

"Makanya... Perhatikan kalau aku mengajakmu berbicara..." Dengusan terdengar, Ino bercakak pinggang lalu menunjuk kearah samping kanannya. "Hentikan kebiasaan memainkan handphone sambil berjalanmu itu, Naru-chan. Karena apa? Karena kita sudah sampai di perpustakaan!"

Iris biru Naruto membelalak menyadari kalau mereka sudah berdiri persis di depan pintu perpustakaan, beberapa detik kemudian kekehan halus terdengar.

"Tsk!" Kali ini decakan kesal yang terdengar dari Ino. "Sekarang masuklah, kau harus menulis resume dari mata kuliahnya Asuma-sensei, kan? Cepat masuk sana! Satu jam lagi perpustakaan tutup."

"Ok..." Naruto menjawab singkat lalu segera mengambil kembali ponsel-nya dari tangan Ino. "Oh ya Ino-chin... Kau sudah mendaftar klub? Klub apa yang kau ikuti?" Tanya Naruto lagi sambil menghidupkan layar ponselnya.

"Ra...ha...si...a..." Ino berbisik centil sambil tersenyum penuh rahasia membuat Naruto cemberut, "Yang jelas ada senior incaranku disana, khekeke..."

Naruto memutar bola matanya jengah, "Seharusnya aku sudah sadar tujuan awalmu masuk klub. Tumben kau berminat, biasanya kau lebih mementingkan kuku-kukumu." Bibir plum Naruto mengerucut.

"Astaga Naru-chan... Kau imut sekali..." Ino mencubit pipi Naruto dengan gemas. "Kau sendiri akhirnya memilih masuk klub fotografi. Bukankah itu impian mu?"

Naruto mengangguk samar lalu melepaskan cubitan Ino dari pipinya yang sudah mulai terasa perih, "Iya... Sayangnya tidak ada eskul fotografi waktu SMA jadi baru bisa ikut sekarang." Desahan halus Naruto terdengar, "Tapi, yang kudengar banyak sekali yang berminat masuk klub fotografi. Jadi, pengurus klub akan melakukan seleksi secara ketat..."

"Kau pesimis sekali Naru-chan... Kau punya kemampuan fotografi yang bagus, bahkan dengan kamera ponsel. Aku yakin kau bisa masuk klub itu. Lagian semua persyaratan sudah kau penuhi, bukan?"

Naruto mengangguk perlahan, kemudian tersenyum lembut.

"Aku sedikit menyesal kenapa juga kau tidak mendaftar di dua semester sebelumnya." Kali ini giliran Ino yang mengerucutkan bibirnya.

Gigi Naruto mulai mengigiti bibirnya pelan, "Kau tahu sendiri kalau aku tidak bisa saat itu."

Mendengar jawaban Naruto, Ino hanya tersenyum kecut. Perlahan gadis yang juga bersurai pirang itu bergerak memutari Naruto lalu berhenti tepat di belakang dan menepuk pelan punggung berbalut kemeja abu-abu itu dengan kedua telapak tangannya.

"Nah, masuklah sekarang sebelum perpustakaan tutup."

Naruto memalingkan kepala menangkap bayangan Ino dengan ekor matanya sambil tersenyum dan menganggukan kepala ringan.

"Astaga... Aku juga harus bergegas sebelum salon langgananku ditutup." Ino berteriak heboh sampai mengagetkan orang disekitar mereka, "Bye-bye Naru-chanku." Ia segera berlari meninggalkan Naruto sambil tersenyum lima jari.

Naruto, pemuda bersurai pirang yang kini sedang memperbaiki tas punggungnya hanya tersenyum geli melihat tingkah Ino lalu segera memasukan smarthphone di saku celananya kemudian buru-buru memasuki perpustakan.

Begitu memasuki perpustakaan, Naruto langsung meletakan tas ditempat penyimpanan, men-scan identitas-nya lalu beranjak menyusuri rak-rak buku yang merupakan kumpulan buku mata kuliah Asuma-sensei.

Keadaan perspustakaan seperti umumnya, hening. Masing-masing sibuk dengan aktifitasnya. Namun, tidak banyak orang yang ada dalam ruangan perpustakaan, mungkin karena sejam lagi ditutup, maka banyak yang sudah pulang terlebih dahulu.

Tidak mau membuang waktu percuma, Naruto mulai sibuk memilih buku, kepala dimiringkan, matanya fokus membaca tiap judul untuk mencari buku menarik yang kira-kira bisa dijadikan sebagai bahan resume. Bahkan tangan tan-nya tidak kalah sibuk menunjuk tiap buku yang hendak dilewati matanya.

Satu judul buku yang menurut Naruto menarik segara ditarik keluar dari kumpulan buku-buku tersebut.

Cukup tebal untuk ukuran buku yang harus di resume. Naruto membalik buku tersebut lalu membaca cepat ringkasan di belakang buku.

Bibir Naruto mengerucut, buku yang rumit untuk dijadikan pilihan. Ia lalu mengangkat kepalanya untuk memilih buku di samping buku yang dipilih sebelumnya. Dua buku ditarik sekaligus. Seperti sebelumnya, ia memilih untuk membaca ringkasan di belakang buku dan selang beberapa menit, senyuman manis mengembang saat mendapat buku yang dianggap sesuai dengan keinginan.

Naruto baru saja ingin meletakan kembali buku yang tidak jadi digunakan, saat kepalanya terangkat dan iris birunya menangkap seorang pemuda lain yang juga sibuk membaca buku dari sela-sela kosong tempat buku yang diambil tadi.

Siapa dia?

Dari jurusan apa?

Naruto tidak tahu kenapa tiba-tiba ia merasa penasaran tentang pemuda di depannya yang terlihat begitu serius membaca buku bahkan saking seriusnya, pemuda berambut hitam pekat itu malah terlihat seperti patung dengan pahatan indah yang terpajang disana.

Pemuda itu mulai membolak-balik beberapa halaman, mengangguk kecil lalu berjalan meninggalkan tempat berdirinya, tetapi masih saja serius membaca buku tersebut sambil sesekali membalikan halaman. Seakan ada magnet di buku itu.

Tanpa sadar, Naruto juga ikut bergerak. Mengikuti arah pemuda berjalan. Bahkan sudah lupa menyimpan kembali buku yang tidak jadi digunakannya.

Pemuda itu bergerak dengan langkah pasti dan tentu saja ekspresi yang tidak berubah, lalu kemudian duduk dikursi yang membelakangi jendela.

Dia tinggi...

Naruto bergumam perlahan, menyadari postur yang menurutnya tinggi walaupun punggung pemuda itu terlihat sedikit bungkuk.

Didorong rasa penasaran yang besar dan kebetulan ada tempat membaca yang kosong dua baris di depan pemuda itu, Naruto memilih untuk duduk tepat saling berhadapan.

Naruto membuka buku bacaannya yang sudah tidak begitu menarik lagi sambil terus meneliti wajah tanpa noda itu.

Rambutnya aneh...

Naruto tersenyum sendiri dengan pemikirannya.

Beberapa menit lewat, Naruto tetap memperhatikan wajah pemuda itu. Pemuda itu mulai menggerakkan lehernya ke kiri dan ke kanan, masih dalam posisi menunduk. Mungkin lehernya mulai terasa pegal. Sesaat kemudian pemuda itu mengangkat kepala hanya untuk memalingkan wajahnya dan menatap ke arah rak buku.

Dilihat dari samping pun tetap keren...

Naruto mulai merasa iri. Dia juga pria tapi kenapa tidak sekeren pemuda di depannya?

Pemuda itu kembali sibuk dengan bukunya. Kali ini sambil mencatat bagian-bagian yang dibacanya dan Naruto sudah benar-benar lupa tujuan awalnya datang ke perpustakaan.

Menopang dagunya, Naruto mulai menikmati pemandangan yang tersaji.

Mungkin merasa ada yang memperhatikan, pemuda di depan Naruto mengangkat kepalanya dan menatap lurus tepat kearah dua mata biru Naruto.

Iris Naruto melebar, desiran halus langsung terasa di dadanya. Buru-buru Naruto menunduk dan pura-pura menyibukkan diri dengan membaca buku.

Sial!

Naruto tetap berpura-pura membaca beberapa menit setelahnya, walaupun bacaan itu sudah tidak ada yang mampir di kepala. Sampai ia merasa sudah tidak dilihat lagi dan kemudian memutuskan untuk kembali mencuri pandang ke arah pemuda itu.

Ah... Ia sudah sibuk membaca sambil menyalin lagi.

Senyuman kembali tercetak di wajah Naruto. Pemuda itu begitu serius, seharusnya ia meniru keseriusan itu. Naruto akhirnya memilih untuk menyibukkan diri dengan buku di depannya.

Dan Naruto benar-benar serius sampai ia mendengar bunyi buku dirapikan. Sontak kepala pirangnya menengok ke sumber bunyi dan mendapatkan kalau pemuda tampan di depannya tengah sibuk merapikan buku. Lalu, dengan beberapa buku ditangan, pemuda itu meninggalkan perpustakaan.

Naruto mendesah perlahan sambil melirik jam di smartphone-nya. Sudah waktu perpustakaan ditutup, sedikit lagi mungkin pengumuman perpustakaan ditutup akan terdengar. Ia lalu mengambil buku bacaan dan catatan miliknya lalu menuju petugas untuk mendata buku itu.

"Kartu identitas?" Tanya petugas begitu Naruto meletakan buku di atas meja petugas.

Naruto merogoh saku celana lalu meletakan kartu identitas tepat di atas buku pinjamannya.

"...Um..." Petugas bergumam, Naruto mengernyit.

"Bisakah kau menolongku?" Tanya petugas dengan suara yang terdengar ragu.

"Ya?"

"Bisakah kau menutup gorden jendela itu?" Telunjuk petugas itu menunjuk kearah jendela tempat pemuda yang mempesona Naruto duduk dan membelakangi.

"Oke..." Naruto menjawab singkat lalu segera menuju jendela itu.

Dengan cekatan Naruto menutup gorden jendela itu. Ia baru saja ingin kembali ke meja petugas ketika sekilas matanya menangkap ujung buku bersampul ungu muda.

Penasaran, Naruto segera menarik buku tersebut yang memang ditutupi oleh buku lain. Buku itu terkesan berbeda sendiri.

Uchiha Sasuke.

Art Departement

0806093591

Ah... Namanya Uchiha Sasuke, kah?

Angka 08 merupakan tahun angkatan. 06 merupakan nomor jurusan dan sisa angka di belakang adalah nomor indentitas mahasiswa.

Angkatan 2008? Senior dua tahun dari jurusan yang berbeda ternyata.

Naruto bergumam sambil membolak-balik buku berwana ungu tersebut.

"Apa yang kau lakukan?"

Naruto terlonjak kaget mendengar suara bass yang mengalun dan berkesan dingin itu.

"...A-Aku..."

Kehilangan kata-kata. Naruto bingung harus berkata apa. Pemuda yang dikagumi tadi kini berdiri di depannya dengan tatapan tajam dan tangan bersedekap dada. Seolah-olah ia baru saja melakukan kesalahan fatal.

"Ah... Sasuke-kun..." Suara petugas perpustakaan yang entah sejak kapan berdiri diantara mereka berdua sedikit mencairkan kekakuan Naruto.

"Aku tadi meminta bantuan pemuda manis ini untuk menutup gorden. Sasuke-kun kenapa kembali lagi?" Tanya petugas itu sambil tersenyum sampai matanya seperti tertutup.

"Mengambil catatanku yang tertinggal." Pemuda bernama Sasuke itu menunjuk kearah buku yang dipegang Naruto.

"...O-oh..." Sekali lagi Naruto terbata. "Tadi mata saya tidak sengaja melihat buku yang terlihat berbeda sendiri ini, lalu saya refleks mengambilnya. Ternyata buku anda..." Tersenyum, Naruto tersenyum, berusaha untuk terlihat biasa saja sambil menyodorkan buku itu.

Hanya hembusan nafas pelan yang terdengar dari Sasuke. Pemuda itu segera menarik buku miliknya dari tangan Naruto dan meninggalkan Naruto yang menatap punggung Sasuke dengan bingung.

"Ah Sasuke-kun memang seperti itu. Jangan dipikirkan." Petugas perpustakaan menepuk perlahan bahu Naruto, kemudian tersenyum tipis. "Terima kasih bantuannya, Uzumaki-san. Buku pinjaman dan kartumu sudah bisa diambil dan dibawa pulang. Jangan lupa kembalikan sesuai waktunya, ya."

Naruto mengangguk kecil sambil bergumam terima kasih. Ia segera mengambil buku pinjaman dan kartunya, menuju ke tempat penitipan untuk mengambil tas dan meninggalkan perpustakan sambil berlari kecil.

Naruto hanya tidak sadar.

Uchiha Sasuke berdiri tidak jauh di lorong yang bersebrangan dari perpustakaan sedang menatap pemuda pirang yang tengah berlari kecil sambil bersiul itu.

Desahan halus Sasuke terdengar. Ia lalu menyisir surai hitamnya dengan jemari kebelakang dan ikut meninggalkan gedung perpustakaan.

.

.

.

To Be Continued

.

.

.


Note

Fic pemanasan buat tahun 2016~

Maaf tangan saya gatal untuk menulis SN dangan story line baru, padahal ada fic lain yang belum tamat (Lirik si petenis dan incarannya).

Fic ini direncanakan hanya berkisar 1k sampai 2k+ per-chapter dan di-update perbulan (mudah-mudahan). Masing-masing chapter punya cerita sendiri tapi saling berhubungan antar chapter-nya.

Selanjutnya mohon dukungan dengan meninggalkan review ya...

Let me know what do you think about this story.

And the least not the last...

Our Ship Doesn't Need A Canon For It To Sail!

.

.

.

Best Regards.