.

.

FUTSUMEISHI

(Tangent)

Genre : Yaoi, Friendship, romance

Rate : T

.

.

Bagiku, ia pelangi. Indah di awang, tak tergapai.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

Sore itu, Luhan mengajak Chanyeol ke Hongdae. Ada yang ingin ia tunjukkan, katanya.

"Dengan Yixing sunbae? Duet seperti aku dan Baekhyun dulu?"

Luhan tersenyum sebelum berucap "Iya, sebelum kau berangkat ke China." Datar sekali ucapannya.

Chanyeol tidak menanggapi. Pikiranya lebih sibuk dengan ingatan bahwa sebentar lagi ia akan ke China.

Hongdae ramai sekali malam itu. Mungkin pengaruh besok hari libur, atau justru karena tahu Luhan akan perform. Padahal, Chanyeol sama sekali tidak tahu apa yang direncanakan kekasihnya.

"Ehm, selamat sore." Ucap Luhan setelah menggenggam mic. Ia duduk di samping Yixing yang sedang menyetel gitar. "Mungkin sebagian besar dari kalian sudah mengenal orang di sebelahku, Lay."

Yixing tersenyum, pamer lesung pipi "Selamat sore. Aku yang akan menemani Luhan menyanyi hari ini."

Tepuk tangan terdengar riuh.

"Biasanya ia menari, tapi atas permintaanku, ia bersedia untuk menunjukkan kemampuannya memetik gitar." Luhan membenahi duduk, lalu tersenyum "Aku tidak jago berbicara, maka kugunakan lagu ini untuk mengatakan semua yang ada di otakku. Semoga tersampaikan..."

Yixing mulai memetik gitar. Intro yang tidak asing di telinga Chanyeol.

Apa ia begitu hebat? Apa jantungmu berhenti hanya karena satu telpon? Kau bahkan tidak ingat siapa dirimu. Bicara & berpikir hal lain. Hatiku lebih terkejut dengan ekspresi dinginmu. Aku kenal dia, tapi aku sangat membencinya.

Kenapa ia menelponmu setelah meninggalkanmu? Menjengkelkan melihatmu menjawab telpon itu. Melihat ini aku masih terus bersamamu. Aku yang bodoh, aku lebih bodoh. Aku lebih bodoh karena menunggumu.

Seberapa sukamu padanya hingga seperti ini? Bagaimana bisa kau menyakitiku begini? Aku kenal dia, tapi aku sangat membencinya

Lagu IU – 'Walau belum pernah bertemu, tapi aku benci dia' lagu yang sama sekali tidak asing bagi Chanyeol. Perbedaannya hanya Luhan mengganti liriknya menjadi 'Aku kenal dia, tapi aku sangat membencinya.' Lagu itu jelas untuk Chanyeol, dan siapa yang Luhan maksud? Baekhyun kah?

Dan bohong jika Chanyeol tidak merasakan sakit hati pada setiap lirik nyanyian Luhan. Begitu jahatkah ia selama ini? Atau begitu bodohkah ia selama ini? Apapun itu, selama ini yang ia lakukan sungguh di luar kuasanya, seolah hati yang mengendalikan, otak sudah malfungsi. Ia sama sekali tidak tahu apa yang telah ia lakukan.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

Sudah malam saat mereka berdua memutuskan untuk pulang. Tanpa Yixing, karena tahu bahwa sahabatnya butuh waktu untuk menyelesaikan masalah.

Hening.

Dan Chanyeol tidak tahu harus bagaimana untuk memecahnya.

"Lagu itu untukmu." Ucap Luhan ketika ia dan Chanyeol berjalan berjalan menuju parkiran motor.

Chanyeol menghela napas "Aku tahu. Entah aku harus berkata apa." Ia tidak bohong.

"Tidak usah bicara, jika tidak akan merubah apapun."

Chanyeol meraih tangan Luhan, memintanya berhenti "Lu, aku—"

"Pasti kau paham, siapa yang kumaksud." Luhan berhenti, menatap Chanyeol sambil berpikir keras "Aku membencinya, walau aku tahu ia tidak salah. Bukahkah aku terdengar seperti psikopat?"

"Aku dan Baekhyun hanya teman kecil!" suara Chanyeol meninggi. Bentakan yang sama sekali tidak Luhan sangka.

Luhan tersenyum sinis "Kalau begitu coba sebutkan apa hal yang paling kubenci." Ini bukan pertanyaan, ini tantangan.

Dan Chanyeol tersentak, tidak memberi jawaban.

"Terlalu sulit? Ganti pertanyaan, apa makanan yang paling kusuka? Warna kesukaanku? Kebiasaanku?"

Chanyeol diam. Ia tidak bisa menjawab satupun pertanyaan. Bodoh, benar-benar bodoh. Ini sama sekali bukan rumus logaritma atau relativitas.

"Bagaimana jika semua pertanyaan tadi diganti tentang Baekhyun?" Sialnya, mata Luhan mulai basah. Seharusnya ia tidak bertanya, jika sudah tahu jawabannya.

Jadi siapa yang lebih bodoh?

"Aku dan Baekhyun kenal dari kecil, Lu..."

"Dan kita lebih dari 3 bulan. Aku ingat, kau dulu yang mendekatiku. Aku tahu hampir semua tentangmu, tapi sebaliknya?" Luhan menarik napas, mencegah air mata turun "Kau tahu kenapa? Karena di otak dan hatimu hanya ada Baekhyun!"

Gagal, air mata mengalir di kedua matanya.

Chanyeol mencoba meraih Luhan dalam peluk, namun ditepis.

Seorang Luhan, primadona di sekolah bahkan Kota Seoul, tidak pernah menyangka akan menangis hebat di pinggir jalan begini. Apalagi mengingat alasanya menangis, karena seorang pria yang lebih muda darinya. Ia tidak pernah merasa begini menyedihkan.

"Lu, maaf..."

Bukan, bukan itu yang ingin Luhan dengar. Itu sama saja dengan Chanyeol mengakui segala kesalahannya, dan memang itu kenyataan yang selama ini terjadi.

Luhan ingin dengar 'Itu tidak akan terjadi lagi, kujamin. Aku akan melakukan apapun untuk meyakinkanmu.' Atau apapun, yang jelas mengatakan bahwa esok semua akan berubah.

"Aku menyukaimu, Yeol. Kau tahu itu. Entah kau bodoh atau buta, tapi kau menyakitiku!" Luhan menggigit bibir bawah, menahan diri dari teriak kencang "Andai aku tidak menyukaimu sedalam ini, kau pasti sudah kuhajar hingga babak belur." Ucapnya menarik napas berat.

Chanyeol menggenggam kedua tangan Luhan "Kau bisa menghajarku sepuasmu, Lu. Jika itu bisa membuatmu memaafkanku."

Jadi intinya, Chanyeol memang mengakui bahwa semua ia lakukan tanpa sadar? Semua hal yang ia lakukan tanpa ada pemikiran sekian kali?

"Tidak perlu." Luhan menggeleng, menarik tangannya lalu mundur "Kau bersamaku, tapi pikiranmu hanya dia, apalagi jika nanti orangtua Baekhyun ke Jepang? Aku pasti tidak akan terlihat di matamu."

"Je...pang?" Chanyeol tersentak. "Ada apa dengan Jepang?"

Luhan menyadari raut wajah terkejut Chanyeol. Tidak tahu? Chanyeol tidak tahu? Jadi Baekhyun memang menyembunyikan ini dari Chanyeol di saat Sehun pun tahu?

Luhan tersenyum miris "Satu hal, Chanyeol ah. Aku paling benci terlihat bodoh dan karenamu... aku benar-benar bodoh."

Luhan melangkah pergi. Ia berjalan pelan, sengaja memberi kesempatan untuk Chanyeol mengejarnya. Kenyataannya, tidak ada langkah kaki berlari mengejar. Tidak ada suara skuter menjejeri langkahnya.

Luhan kelu. Hampir saja ia terduduk di jalan saking sakit hatinya.

Baru ketika ia merogoh saku, berniat menelpon taksi, sebuah motor sport berhenti di sebelahnya.

"Hyung, kuantar pulang ya." Oh Sehun melepas helm.

Luhan mengangguk, lalu naik ke boncengan. Bahkan untuk sekedar mendebat masalah tidak ada helm, ia tak punya tenaga.

"Jaketku menyerap air kok." Ucap Sehun memakai lagi helmnya.

Luhan tidak tahu apa maksud ucapan Sehun, namun ia menandai jaket abu-abu itu dengan tangisannya sepanjang perjalanan.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

Oh Sehun tidak terlalu suka bicara, namun ia sangat suka mengamati. Entah sejak kapan berjalan di belakang seseorang tanpa sepengetahuan menjadi keahlian. Dan entah sejak kapan ia seperti seorang Pemadam Kebakaran yang langsung meluncur saat hal darurat menimpa seseorang.

Seseorang itu bernama Luhan. Kakak kelasnya. Alasan satu-satunya ia masuk Sangmun.

Sehun bukan seorang cupu yang tidak disukai. Justru, banyak sekali yang diam-diam suka padanya. Iya, diam-diam karena tahu betapa dingin sikap cowok itu. Belum lagi ucapannya yang begitu sadis.

Dan rupanya karma selalu datang dalam bentuk apapun.

Sehun bertahun hanya bisa menyukai dalam diam.

Pada dasarnya bukan Sehun tidak berusaha mendekat atau mengungkapkan perasaan, ia hanya kalah cepat. Sejak bertemu lagi di Sangmun, Luhan selalu berstatus kekasih orang. Belum lagi ditambah dengan pengagum (terang-terangan maupun rahasia) di sekeliling Luhan.

Bagi Sehun, Luhan seperti pelangi setelah hujan. Indah di awang, banyak yang menginginkan dan tak tergapai.

Sayangnya, Sang Pelangi kali ini tergerus badai. Malam itu Luhan menangis.

Tidak masalah jika selama ini Sehun yang harus menonton Luhan bahagia dengan orang lain. Itu sama sekali bukan masalah.

Tapi melihat Luhan berdebat dengan Chanyeol malam itu, membuat Sehun sadar, cinta tidak boleh diam-diam. Tidak ada hal yang bisa kau perjuangkan jika perasaanmu hanya sebatas diam.

Sehun menunggu Luhan menumpahkan semua isi kepala, jika perlu menendang Chanyeol. Kemudian, di saat Luhan sudah tidak sanggup lagi berjalan, terlalu dalam luka, Sehun akan datang menghampiri.

Bukan lagi bahu yang ditawarkan untuk bersandar, namun punggung pun ia sediakan untuk dipeluk.

"Hubungi aku jika kau butuh." Ucap Sehun setelah berhenti tepat di depan rumah Luhan. Seolah bicara 'Kau bisa meninggalkanku saat tidak lagi butuh.' Sehun sudah cenderung gila.

"Hm..." Luhan hanya mengangguk. Sungguh, ia tidak ingin menatap Sehun karena tahu matanya sekarang lebih mirip panda daripada rusa.

Tanpa ijin, Sehun memeluk tubuh seniornya itu "Ada orang yang jauh lebih menyayangimu Lu... Orang yang akan tidak akan pernah membagi hati pada siapapun."

"Hm..." Luhan menggumam. Tidak ada yang bisa ia katakan karena entah kenapa ia merasa bahwa pelukan ditambah usapan di punggung yang ia terima begitu menenangkan.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

Sepulangnya dari rumah Luhan, Sehun berpapasan dengan Chanyeol di teras sebuah minimarket sedang meminum sekaleng bir. Tanpa perlu menyapa, begitu turun motor, Sehun menghampiri Chanyeol langsung menghajarnya.

BUGH

Kaleng bir terpental ke aspal.

"Kubilang jangan buat dia menangis kan?!"

BUGH BUGH BUGH

Pukulan bertubi Chanyeol terima, ia tidak berontak maupun membalas. Chanyeol tahu benar bahwa ia pantas menerima semua pukulan dari Sehun, seolah itu balasan dari Luhan.

Beruntung malam belum begitu larut. Ada 2 pejalan yang melihat kejadian itu, memisahkan Sehun dari Chanyeol yang sudah jatuh.

"Kubilang jangan sampai kau buat dia menangis kan?!" Sehun berteriak. Ia meronta, minta dilepas namun tidak bisa.

Chanyeol mengusap bibir dengan punggung tangan, darah. Ia meludah, hasilnya lebih banyak darah yang dilihat. Ia tersenyum, lalu berusaha berdiri "Terima kasih, Hyung berdua. Ia temanku, kami sedang menyelesaikan masalah."

"Kau yakin, tidak apa-apa?" Salah satu pejalan tadi tidak yakin dengan keadaan Chanyeol.

Chanyeol mengangguk "Kami sedang belajar menyelesaikan masalah seperti pria." Akhirnya ia berhasil berdiri setelah terhuyung beberapa kali.

Walau sangsi, kedua orang itu pergi meninggalkan Chanyeol dan Sehun. Terlihat jelas napas Sehun tidak beraturan menahan emosi. Sedangkan napas Chanyeol terengah justru karena terasa ada yang salah dengan hidungnya.

"Aku sayang Luhan..."

Sehun nyaris terbahak mendengar pengakuan Chanyeol. Istilahnya, walaupun terluka, tapi bacot Chanyeol masih bisa berkata hal konyol.

"Kau ingin tidak bisa dikenali besok?!"

Chanyeol menggeleng lemah. Sumpah, ia merasa tulang lehernya sudah remuk "Aku sayang dia... entah bagaimana tanpa menyadari ada perasaan yang lebih besar."

Sehun diam. Kali ini ucapan Chanyeol baru bisa masuk ke sela otaknya. Setidaknya, menghambat sedikit emosi.

"Ia benar, aku bodoh. Dan aku harap, kau tidak sama bodohnya denganku." Chanyeol berjalan ke arah kaleng bir miliknya tadi, memungutnya lalu membuangnya ke tempat sampah "Aku tahu kau jauh lebih jago menjaganya." Ia melangkah ke motornya kemudian.

Sehun diam, memperhatikan gerakan Chanyeol yang kesulitan untuk sekedar memasukkan kunci motor. Akhirnya ia bertanya "Kau bisa menyetir motor sendiri?"

Iya, memang kenyataanya Sehun sendiri yang telah membuat bonyok Chanyeol, tapi Chanyeol teman sekolahnya. Jika sesuatu terjadi dengan si Jangkung itu, ia pasti jadi tersangka utama.

"Bisa, setidaknya aku masih 100% sadar." Chanyeol menstarter motor setelah berhasil memasukkan kunci ke lubangnya "Luhan tidak menghajarku, tapi tetap saja aku babak belur."

Chanyeol hanya tidak tahu, sesampainya di rumah, Luhan mengerjai Boneka Horta pemberian Chanyeol. Sambil menangis, ia membuatnya amburadul lalu membuangnya ke tempat sampah.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

"Aku lupa." Ucap Baekhyun tanpa berontak dari pelukan Chanyeol.

Kebohongan pertama.

Chanyeol melepas pelukan "Serius? Kau lupa hal semacam itu?"

"Tidak akan ada pengaruhnya kan..."

Kebohongan kedua.

"Apa yang tidak ada pengaruhnya? Maksudmu jika ibu ke Jepang dan kau sendiri?" hal yang agak janggal, Chanyeol bisa mendebat panjang walau luka bibirnya belum kering.

Baekhyun menghela napas, menghindari tatapan Chanyeol "Ya... I mean, semua akan baik-baik saja. Lagipula aku tidak akan kesepian tanpamu."

Kebohongan ketiga.

Chanyeol berdecak. Ia tahu Baekhyun bohong, tapi semakin didesak, akan lebih banyak kebohongan yang ia dengar.

"Pulang sana." Ucap Chanyeol datar. Ia kesal, rasanya emosi sudah sampai ubun-ubun.

Baekhyun tercengang tidak percaya "Kau mengusirku?!" akhirnya mau balik menatap si Jangkung.

"Iya, ini rumahku. Kau saja bisa seenaknya main rahasia-rahasiaan—AUW!" ucapan Chanyeol berganti teriakan karena Baekhyun melempar botol antiseptic padanya. Tepat ke titik luka.

"Rasakan! Tidak tahu diuntung!" Baekhyun berdiri, tangan di pinggang sok bangga.

Chanyeol menatap Baekhyun tajam, ia kesal. Tapi entah kenapa tidak sekesal saat dibohongi 3 kali tadi. "Kau ingin tahu rasanya bonyok begini juga?"

Baekhyun menelan ludah saat Chanyeol berdiri. "Okay, aku pulang." Ucapnya buru-buru beranjak ke pintu.

Sayang, sekali lagi. Kakinya kurang panjang, jadi Chanyeol gampang saja meraih kaosnya lalu membanting tubuhnya ke ranjang.

BUGH

Bunyi tubuh Baekhyun terlempar ke ranjang. Isi kotak obat sampai terpental ke lantai.

Baru saja Baekhyun akan bangkit, Chanyeol lebih dulu menindihnya. Sial.

"Pilih digelitiki atau ditindihi?" ini ancaman, dan Chanyeol tidak pernah main-main.

"Aku pilih pulang!" Baekhyun berusaha bangkit lagi, tapi tangannya ditahan di atas kepala "Tadi kau mengusirku!"

"Tadi kau melempar botol ke wajahku!" wajah kesal Chanyeol seketika berganti senyum licik.

Baekhyun bergidik, sumpah.

Benar saja, tangan Chanyeol meraba ke pinggang, menggelitiki Baekhyun kemudian.

"No no no! Chanyeol stop! Please. Ampun. Hahahahahahaha." Baekhyun berontak. Chanyeol tidak melepaskan.

"Rasakan! Hahahaha." Nyatanya, Chanyeol juga tertawa tidak kalah keras.

"Ampun!" Baekhyun terus berontak hingga tangannya berhasil lepas dari cengkeraman Chanyeol. Ia berusaha turun dari ranjang kemudian.

Namun sekali lagi Chanyeol berhasil menahanya. Kali ini tepat saat kedua bahu Baekhyun ditahan dan ia menatap mata Chanyeol, sekujur syarafnya melemah. Ia tidak punya tenaga lagi untuk berontak.

Dan di luar dugaannya. Chanyeol hanya menatapnya dalam...

Karena Chanyeol tidak pernah memandangnya begini. Ada pendar luka di antara kilau bahagia yang Chanyeol sampaikan.

Baekhyun tidak pernah merasa begini. Ia tdak pernah merasa begitu luluh, tidak berdaya dalam bahagia. Dan mungkin itu juga yang membuatnya lupa, kemudian mengulurkan tangan ke leher Chanyeol, berniat untuk...

"KALIAN!"

Teriakan dari pintu membuat mereka berdua tersentak. Itu Yoora berwajah kesal dengan berbagai bawaan di tangan.

"Noona?" Baekhyun langsung mendorong tubuh Chanyeol "Kapan datang?"

"'Kapan datang' kau bilang? Aku memencet bel begitu lama, tidak ada yang dengar, ternyata malah latihan gulat di sini." Barang-barang digeletakkan begitu saja di lantai "Chanyeol ah! Bantu bawa ini semua."

"Iya..." Chanyeol turun dari kasur dengan wajah tertunduk. Sengaja, supaya...

Yoora menghalangi langkahnya di pintu.

Gagal sudah...

"Dan apa-apaan kau? Sudah tahu aku akan mengadakan pesta pernikahan, berani-beraninya berkelahi sampai bonyok begini?!"

Chanyeol tidak menjawab.

Yoora menatap Baekhyun yang berdiri di pojok kamar Chanyeol. Maksudnya supaya tidak terlihat.

"Aku tidak tahu apa-apa..."

"Oh, okay fine. Jika itu cara kalian..." Yoora melipat tangan, mengangguk sok mengancam "Mulai besok Chanyeol tidak dapat uang jajan atau apapun itu. Dan oh ya... biar kujual gitarmu, lumayan untuk tambah-tambah biaya pernikahan."

"Chanyeol dipukul Sehun, noona! Dia tidak berkelahi, hanya tidak membalas!" Baekhyun cepat menyerobot ucapan Yoora.

Chanyeol menatapnya kesal. Sungguh, si Cerewet itu teman yang tidak bermanfaat sama sekali.

"Sehun yang wajahnya datar berkulit pucat itu?!" Yoora berteriak. Ini bukan perumpamaan. Yoora terkejut, sangat. Ia pernah bertemu Sehun dua kali saat kunjungan wali murid ke sekolah dan mendengar bahwa adiknya berkelahi dengan Sehun lalu bonyok, sulit dipercaya rasanya.

Chanyeol mengangguk.

"Oh my god. Apa yang kau lakukan memangnya?!"

Chanyeol memunguti bawaan Yoora yang seabrek "Aku tidak bisa menepati janji, merusak miliknya yang paling berharga." Kemudian ia beranjak.

Yoora menatap punggung adiknya hingga menghilang di pintu kamar, lalu beralih pada Baekhyun "Bantu aku menyiapkan dekorasi."

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

"Apa?" Sehun menoleh pada Baekhyun dengan muka datar.

Alasannya? Ia merasa selama jam pelajaran ada yang mengawasinya dari belakang. Jadi, begitu bel istirahat berbunyi, ia langsung meminta konfirmasi dari tersangka bermata sipit itu.

"Jika ada yang mau ditanyakan, katakan sekarang." Ucap Sehun kali ini bangkit dari bangku.

"Kemarin... kau dan Chanyeol—"

"Aku tidak akan menjawab yang itu." Sehun seenaknya memotong ucapan Baekhyun.

Bh hampir saja melempar buku "Aish. Tapi kan..."

"Kau bisa tanyakan resep telur dadar yang enak, cara mengolah nasi sisa atau apapun asal jangan itu." Karena sebagai anak kost, memang itu keahliannya. Sehun melipat tangan "Tanyakan sendiri padanya sana."

Baekhyun merengut. Baru saja ia akan beranjak ke kantin, terdengar langkah grudukan di pintu.

"Kyungsoo ya! Benar kau juara cosplay?!" Bayangkan Jongdae yang suaranya sudah nyaring, berteriak masuk kelas. Itu yang saat ini terjadi.

"Berisik! Tuan Jongdae tolong jaga tata krama anda. Ini kelas orang, jangan seenaknya!" Baekhyun yang suaranya tidak kalah nyaring protes. Intinya, kelakuan mereka sama saja. Berisik.

Kyungsoo hanya mengangguk-angguk sambil memberesi bukunya.

"Yah! Kyungsoo! Kau menang cosplay dengan Jongin?!" suara lain ternyata Tao menyusul.

Baekhyun kaget. Ada dua alasan yang membuatnya kaget. Pertama, karena teriakan Tao dengan logat China-nya. Kedua, karena nama yang baru sama ia dengar.

"Jongin ikut cosplay?" tanya Baekhyun.

Kyungsoo bangkit dari bangku, menatap Baekhyun "Kau tidak tahu?" pertanyaan santai itu menohok Baekhyun.

Baekhyun tidak menjawab. Ia bingung antara harus berbohong untuk menjaga (istilahnya) harga diri sebagai seorang pacar atau jujur saja blak-blakan mengakui bahwa acara kemarin gagal total, berakibat kekasihnya ikut acara yang sama sekali ia tidak tahu.

"Berarti, kenyataan bahwa aku berpasangan dengan Jongin, kau juga tidak tahu?"

Baekhyun semakin tidak bisa bersuara. Ia tidak tahu. Ia tidak tahu apa-apa, lebih tepatnya.

"Hah... jangan ngobrol di jalan dong. Kalian tidak lapar, apa?" ucap Sehun sembari lewat mendorong Baekhyun dan Kyungsoo.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

Acara makan di kantin jadi agak dingin. Bukan, bukan tiba-tiba AC rusak atau turun salju tapi karena terasa hawa 'Ini bukan salahku' dari Kyungsoo yang jelas-jelas memasang wajah tidak peduli.

Jadi, Jongdae dan Tao terus-terusan menunjukkan foto dan video bagaimana acara kemarin berlangsung pada Baekhyun. Bagus, acara berjalan lancar, keren apalagi Jongin dan Kyungsoo keluar sebagai pemenang. Tapi bukan itu masalahnya.

Beredar banyak sekali foto Jongin dan Kyungsoo dengan #KaiSoo #KaiSoococok atau #KaiSoocouple. Ditambah dengan seabrek komen semacam 'Bukankah memang ada LevixEren couple?' ; 'ini seperti live action dari SnK' ; 'Mereka lebih cocok dibanding versi live act yg asli' blablabla.

Baekhyun bingung. Ia bingung antara harus menyelamati kekasihnya atau bertanya 'Kenapa ia tidak tahu sama sekali tentang ini?'. Kemudian teringat bahwa ia sendiri yang menggagalkan rencana kemarin, Baekhyun memilih mulai makan siang.

Baru saja akan mencampurkan kimchi ke nasi, ia melihat Chanyeol masuk kantin.

"Chanyeol ah!"

Si Jangkung menoleh, terlihat jelas di bibirnya masih ada luka. Awalnya ia berpikir untuk bergabung dengan Baekhyun, namun melihat Sehun di antara mereka, ia urung. Tanpa permisi atau basa basi, Baekhyun mengambil baki makan siangnya lalu menyusul Chanyeol. Mereka mencari bangku kosong hingga akhirnya menemukan tempat di pojok kantin.

"Bibirmu tidak apa-apa?"

Chanyeol menggeleng "Kenapa?"

Baekhyun mengulum ujung sumpit "Harusnya sih... kau tidak makan yang keras-keras seperti daging... Eum aku bisa kok menampung daging pedasnya jika kau tidak mau."

"Enak saja!" Protes Chanyeol, meringis kemudian karena bibirnya nyeri "Bilang saja kau ingin tambah daging."

Baekhyun tertawa (sok) malu-malu. Modusnya ketahuan.

"Eh sebentar." Baekhyun beranjak dari bangku. Tidak lama, ia kembali dengan satu buah mangkuk. "Kuah sup, supaya kau lebih mudah mengunyah."

"Tumben pengertian."

"Harusnya kau bilang 'Terima kasih Baekhyun tampan...' begitu."

"Aku tidak suka memfitnah orang." Ucap Chanyeol menyendok supnya.

Tadinya Baekhyun ingin protes, namun urung karena melihat Luhan sedang menatap mereka berdua dari kejauhan. Baekhyun tersenyum, Luhan berlalu ke sisi kosong lain, melahap makan siang sendirian sebelum Sehun datang, duduk di depannya.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

Pulang sekolah, Baekhyun buru-buru pergi menuju SOPA, tidak peduli harus berputar dengan bus. Tujuannya? Menemui Jongin.

Sendiri duduk di dekat jendela, Baekhyun berpikir ini pertama kalinya ia pergi ke SOPA. Iya, Jongin memang hampir setiap hari menjemputnya, tapi ini pertama kali ia menginjakkan kaki di sekolah seni itu.

Baekhyun bukan tipe orang yang suka berkeliaran ke sekolah lain, tapi ini pengecualian. Ia ingin bicara dengan Jongin. Seperti... bicara tentang rencana mereka berdua yang gagal kemudian menghasilkan entah berapa banyak foto Levi x Eren memegang piala. Ia merasa bersalah.

Sampai di depan SOPA, Baekhyun menelpon Jongin.

"Jongin ah, Kau ada di mana?"

"Kenapa?"

"Aku di depan pagar sekolahmu..." Baekhyun menggigit bibir canggung "Eum... SURPRISE!"

Hening tiga detik

"Wuah... Eum. Bagaimana ini? B, aku... ada acara. Aku sudah keluar sekolah sekitar 10 menit lalu. Sorry..."

"Oh...okay."

"Maaf?"

"Yeah, tidak apa-apa. Seharusnya aku menghubungimu dulu tadi." Ucap Baekhyun mengakhiri panggilan.

Ia teringat, bahkan tidak mengucapkan apapun saat menggagalkan rencana yang lalu. Anggap saja mereka impas.

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

Di sebuah restoran ayam tidak jauh dari SOPA...

Jongin duduk sendiri, mengetuk-ngetuk buku menu di hadapannya. Ia galau, tidak bisa memilih mana yang lebih enak, ayam saus barbeque, ayam saus kari, ayam saus keju atau ayam-ayam yang lain. Jika bisa, ia sudah memilih semua. Namun masalahnya adalah kali ini ia akan menggunakan salah satu voucher hadiah juara cosplay kemarin.

Ponsel di meja berdering. Sejenak, Jongin mengabaikan tampilan ayam yang seolah minta dijamah.

"Kai, sudah sampai? Sudah pesan?"

"Aku sudah sampai, tapi belum pesan, aku galau pilih yang mana."

"Sudah, pilih saja sesukamu. Voucher ini setidaknya bisa dapat 4 bucket chicken."

Raut wajah Jongin berubah sumringah "Wuah. Ya sudah, aku pesan semua varian."

"Oke."

"Eh Kyungsoo ya... kau sudah sampai mana?"

"Satu halte lagi. Maaf, agak telat ya. Tadi aku ketinggalan mencatat fisika."

"Tidak apa-apa, asal kau menghubungi..."

.

.

접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선접선

.

.

TBC

.

.

Hei, bertemu lagi. Iya, udah berbulan fic ini dianggurin. Tapi beneran aku juga gak bisa berbuat banyak. Nulis sekarang tuh rasanya beraaat banget, berasa training jadi kuli beras. Aku hampir gak tau cara mulai nulis. Apalagi ada berita dating, tepat di saat scene oknumnya diketik. Ngenes brooo...

Maaf untuk yang sudah (selalu) menanti. Aku gak bisa menjanjikan ini bakal lanjut kapan.

BTW, BGM awal itu lagu IU- I don't like her atau 만나본 적 없지만 그 애 참 싫다

Tengkyu & see ya!