MY LOVELY BRONDONG

.

.

Present by IchiOchaMocha

...

Disclaimer : ©Masashi Kishimoto

Pairing : Uchiha Sasuke & Yamanaka Ino

Warning : Fic ini berisi kegajean yang di ciptakan author karena saking frustasinya terhadap real life-nya, Typo, Au, OOC, de el el. Alur cerita di percepat. Ide datang dari novel yang pernah saya baca, judulnya Brondong. Novelnya bagus. So sweet pake banget.

Genre : Romance, Friendship

Summarry : Tua, muda. Usia tak bisa terelakkan jika sudah menyangkut cinta. Oh, mungkinkah berbedaan usia membuat mereka mengerti bahwa cinta tak terbatas pada usia? Special fic for SasuIno lover... Happy reading minna.

.

.

.

Apartemen Blue Orchid, Konoha City

Suatu sore di musim panas, kesibukan tengah terjadi di salah satu lantai tiga belas tepatnya di sebuah kamar bernomer 1326. Maklum saja sibuk, pasalnya akan ada seseorang yang akan menempati apartemen itu. Kesibukan tengah terjadi ketika petugas yang membawa barang-barang itu meletakkan semua barang yang di bawa oleh pemilik apartemen itu.

Petugas satu per satu memasukkan barang sesuai instruksi sang pemilik apartemen. Sang pemilik apartemen juga tengah sibuk mengawasi kerja para petugas itu. Senyum puas tampak jelas di wajah ayunya. Ia puas karena semua barang di letakkan sesuai instruksinya.

Hampir dua jam sang petugas menata ruang apartemen itu dan sekarang hasilnya ruang apartemen itu sudah tertata apik pada tempatnya.

"Yamanaka-san, kami pamit undur diri. Pekerjaan kami sudah selesai. Bagaimana menurut anda? Apakah ini sudah sesuai dengan yang anda inginkan?" tanya sang petugas.

"Ini luar biasa pak. Terima kasih atas kerja samanya. Aku sungguh puas dengan hasil kerja anda dan rekan tim." Sang gadis bersurai pirang ini mengucapkan terima kasih pada salah satu petugas di sana.

"Ini sudah kewajiban kami, Yamanaka-san. Kami para pegawai dari Sabaku corp juga ingin mengucapkan terima kasih atas kepercayaan anda yang telah menggunakan jasa kami."

Ino kemudian mengantarkan petugas-petugas itu sampai di depan pintu. "Sampai jumpa. Lain kali aku akan menggunakan jasa kalian lagi," ucap Ino bersemangat.

Yamanaka Ino, pemilik resmi apartemen mewah itu. Saat ini telah menjadi warga di komplek apartemen mewah itu. Gadis yang akrab di panggil Ino ini, merupakan mahasiswa semester lima di University of Konoha. Ia mengambil jurusan fashion desaign sesuai dengan cita-citanya yang ingin menjadi desaigner internasional.

Ino adalah anak yang mandiri. Ia seorang yatim piatu sejak berusia enam belas tahun. Meski begitu, ia tak pernah putus asa dalam menjalani hari-hari yang berat. Ino juga seorang yang beruntung. Usianya yang sekarang menginjak 21 tahun ini, ia mampu memiliki apartemen mewah yang ia beli dari uang hasil kerja kerasnya. Gadis beiris aqua marine ini sekarang sedang menggeluti bisnis fashion berbasis online. Berkat bisnisnya ini, ia juga mampu membayar kuliahnya tanpa bantuan orang lain.

Drrrrtttt

"Moshi-moshi, ada apa jidat?" tanya Ino malas.

"Aku dengar kau pindah apartemen baru. Dapat uang dari mana kau?" tanya gadis yang di sebrang telephone.

Ino tertawa mengejek atas pernyataan mantan sahabatnya itu. Iapun kembali menjawab pertanyaan Sakura dengan tenang. "Kheh, kau begitu kepo mengenai hidupku, Sakura."

"Harus itu. Aku hanya penasaran dengan rivalku yang mendadak bisa membeli apartemen mewah. Jangan-jangan kau menjual dirimu pada om-om mesum agar bisa membeli apartemen ya?" ucap sang penelpon.

"Cih. Bukan urusanmu jidat."

"Tentu saja ini urusanku. Sampai kapanpun aku akan membuat hidupmu tak tenang, pig."

"Terserah kau saja. Aku sudah malas berdebat denganmu. Oya, jika saja Kakashi-sensei tahu jika 'itu' bukan karyamu, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya padamu, Sakura. Aku punya semua bukti."

"APA MAUMU, GENDUT? Kau mengancamku ha?"

"Tidak. Mana mungkin aku membocorkan rahasia 'teman lama' pada orang lain," ucap Ino santai.

"Bre*^#k kau, Ino!"

"Jangan campuri kehidupanku atau kau akan menyesal. Bukankah ayahmu membenci pembohong? Ingat itu baik-baik, Saki," bentak Ino tegas.

"Kau-

"Aku tidak akan membiarkanmu menjatuhkanku lebih dari ini, Sakura!"

Tut

Tut

Tut

"Sial! Sudah cukup tentang apa yang akan kau lakukan selama ini terhadapku forehead," ucap Ino frustasi. Gadis itu dilanda bad mood setelah percakapan itu. Ino menghempaskan tubuhnya ke sofa berwarna merah maroon di depannya. Ia merasa kacau setelah percakapan tadi. Ino benar-benar tidak menyangka jika mantan sahabatnya akan membuatnya seperti ini.

Ino memang dulu bersahabat dengan Haruno Sakura. Seiring berjalannya waktu persahabatan mereka menemukan titik ujung dimana keduanya menyukai pria yang sama. Persahabatan mereka di uji hingga akhirnya Ino memilih mundur untuk dari hidup Sakura juga orang yang ia cintai. Selama Ino menjauh, sikap Sakura juga berubah, ia lebih sering menyindir bahkan membully Ino sampai ia memasuki jenjang kuliah.

Gadis pirang itu sudah lelah. Ia tidak ingin terus-terusan di perlakukan semena-mena oleh Sakura. Ia ingin sekali memberi pelajaran pada gadis itu jika saja rasa sayangnya terhadap sahabatnya itu berkurang. Bahkan, Sakura mungkin tidak akan pernah menyadari jika Ino masih ingin berteman dengannya.

.

.

Skip time

Hari ini Ino bertekat untuk mengunjungi beberapa tetangga di sekitar apartementnya. Ia sudah mempersiapkan chesee cake buatannya. Ia menenteng tas plastik yang berisi kotak yang di dalamnya chesee cake. Kaki jenjang Ino kemudian membawanya ke samping apartemen bernomer 1327. Gadis berambut ponitail ini kemudian menekan bel di depannya.

Ting

Tong

Beberapa saat menunggu, pintu terbuka. Ino tampak memperhatikan seseorang yang membukakan pintu tersebut yang tak lain pemilik rumah.

"Selamat siang nyonya," sapa Ino sopan.

"Selamat siang. Ah, anda mencari siapa nona cantik?" tanya sang pemilik rumah dengan ramah.

"Maaf menggangu anda. Saya penghuni baru di apartemen nomer 1326. Ini ada sedikit chesee cake buatan sendiri sebagai salam perkenalan, nyonya," ucap Ino seraya menyerahkan bungusan plastik yang telah ia persiapkan.

Nyonya rumah itu tampak bahagia mendapat kunjungan dari penghuni baru di apartement itu. ia kemudian mempersilahkan tetangga barunya itu kedalam apartemen miliknya. "Wah, jadi repot-repot. Ayo masuk Ino-chan. Panggil aku bibi Mikoto saja."

"Baiklah bibi Mikoto."

"Sebentar ya, bibi buatkan lemon tea dingin." Mikoto lantas membawa bungkusan dari Ino dan diletakkannya di atas dapur. Wanita paruh baya itu kemudian menyiapkan lemon tea dingin serta memotong chesee cake yang di bawa Ino.

Mikoto Uchiha, nama wanita cantik itu, tinggal di sebelah apartemen Ino sejak lima tahun lalu. Nyonya Uchiha itu sangat ramah pada semua tetangga di apartemant itu. Sosoknya yang keibuan dan ramah itu banyak di kenal di kalangan tetangga.

"Ino-chan, ini lemon tea dinginnya. Silahkan di nikmati." Mikoto datang dari arah dapur dan meletakkan lemon tea dingin di atas meja. Ino tampak kikuk, merasa tidak enak telah merepotkan wanita di depannya.

"Bibi tinggal sendiri? Dimana keluarga yang lain?" tanya Ino lagi.

"Ah, itu ya. Suamiku sedang dinas ke Eropa, sedangkan putra sulungku tinggal bersama istrinya. Sedangkan putra bungsuku sedang sekolah di Konoha High School,"kata Mikoto menjelaskan.

"Aku tak menyangka anak-anak bibi sudah besar."

"Apa aku terlihat masih muda, Ino-chan?"

"Um, bibi terlihat seperti usia 32 tahun."

Mikoto tampak malu-malu mendapat pujian dari tetangga barunya itu. Ia bahkan tampak merona ketika Ino dengan jujur menyebutnya seperti usia 32 tahun. "Ya ampun, itu terlalu muda, Ino-chan. Usia bibi sudah 45 tahun lho."

"Wah, pasti bibi pandai sekali merawat penampilan. Andai saja ibuku masih hidup, pasti beliau seusia bibi," ucap Ino lirih.

Mikoto tertegun. Wanita paruh baya ini bisa melihat dengan jelas mimik muka Ino yang sedikit meredup kala menyebut ibunya. "Maafkan bibi ya Ino-chan," ucap Mikoto lirih

Ino mengerti. Ia lantas tersenyum memandang wanita di depannya. "Hihihihi, itu sudah berlalu bibi. Bibi tidak perlu cemas atau meminta maaf. Aku terbiasa hidup mandiri sejak kedua orang tuaku menemui Tuhan."

Mikoto tampak lega. Gadis ini cepat sekali membuatnya nyaman. "Huh, syukurlah kalau begitu. Oya, bibi ingin mencicipi kue buatanmu. Ino-chan juga cicipin ya," tawar Mikoto seraya menyerahkan chesee cake yang di bawa Ino.

Ino melongo. Pasalnya ia sudah memakan cake buatannya sebelum ke rumah tetangga sebelahnya. "Ya ampun bibi, aku sudah kenyang. Bibi saja yang cicipi," ungkap Ino terkekeh.

"Ya sudah, Ino-chan kalau mau cicipin kuenyalagi ambil saja ya."

"Tentu saja bibi."

Mikoto lantas mengambil cake di depannya. Ia kemudian mulai mengambil cakenya dengan sendok lantas memakannya. Mikoto begitu terkejut dengan rasa chesee cake buatan Ino. "Emmm, ini enak sekali Ino-chan. Rasa manisnya pas. Sasuke pasti suka cake ini."

"Wah, syukurlah bibi menyukainya. Sasuke itu anak bibi?"

"Iya. Dia putra kesayanganku. Sebentar lagi dia juga pulang." Sat asik mengobrol dengan Ino, bel di apartemen Mikoto berbunyi nyaring.

Ting

Tong

"Sebentar ya Ino-chan. Itu pasti Sasuke." Mikoto yang hafal dengan jam pulang putranya, ia lantas membukakan pintu apartemenya. Seperti tebakan Mikoto, seseorang yang menekan bel adalah Sasuke, puta bungsu keluarga Uchiha.

"Okeri, Sasuke."

"Ibu lama sekali buka pintunya. Ngapain aja sih," ucap Sasuke yang pura-pura cemberut.

"Sini ibu perkenalkan dengan tetangga baru kita." Mikoto yang masih bersemangat lantas menyeret Sasuke menemui Ino. Sasuke hanya cengo melihat tingkah ibunya yang berbeda dengan biasanya. Pemuda bersurai hitam ini tampak tertegun melihat seseorang bak barbie tengah duduk nyaman di ruang tamu apartemennya.

"Ino-chan, perkenalkan ini Sasuke," ucap Mikoto.

Ino lantas berdiri. Ia kemudian mengulurkan tangannya pada Sasuke. "Halo Sasuke-kun. Salam kenal, aku Yamanaka Ino."

Sasuke masih terdiam memandangi sosok Barbie hidup di depannya. Mikoto yang melihat reaksi putranya menyeringai jahil pada putranya.

"Sasuke lihat apa? Kenapa tidak membalas jabat tangan dari Ino?" tanya Mikoto jahil.

"Eh?" sontak Sasuke salah tingkah. Pemuda bergaya emo itu kemudian membalas uluran tangan Ino. "Aku Sasuke. Salam kenal Ino-chan."

Jederrrrrr

Bagai di sambar petir Ino tidak terima dirinya di panggil dengan surfik chan oleh pemuda yang lebih muda 4 tahun darinya.

"Harusnya kau panggil aku Ino-nee, Sasuke. Aku ini lebih tua darimu."

Mikoto dan Sasuke saling bertatapan. Mereka tidak percaya tentang apa yang di katakan Ino. "Ino-chan memangnya umur berapa?" tanya Mikoto lagi.

"Usiaku 21 tahun bibi, dan sekarang aku semester tujuh di University of Konoha."

"What? Aku kira kau ini masih SMA. Tak menyangka kau setua ini," ucap Sasuke tanpa dosa.

Pletak

"Aduh. Ibu, kenapa memukulku sih. Aku ini kan anak kesayanganmu," gerutu Sasuke tak terima jika ibunya bertindak seperti itu di depan orang lain. Sambil mengelus kepalanya yang masih sakit, Sasuke membuang muka dan tak berani menatap wajah Ino yang mulai horor jika di singgung masalah usia.

"Hormati orang yang lebih tua darimu, Sasuke."

"Ah bibi. Jangan terlalu keras pada Sasuke."

"Ino-chan. Maafkan Sasuke, ya. Dia memang begitu. Seperti ayahnya saja."

"Tidak apa-apa bibi. Sebaiknya aku pulang, ada tugas yang belum ku selesaikan. Terima kasih atas minumannya bibi."

Mikoto tampak merasa tidak enak pada Ino atas ucapan Sasuke. Ia lantas mengantar Ino ke depan. "Ah, iya Ino-chan. Jangan di ambil hati ucapan dari Sasuke."

"Iya bibi," ucap Ino memaklumi.

Mikoto cukup senang dengan kehadiran Ino. Mungkin ia akan lebih sering mengajak Ino ngobrol bareng mulai sekarang. "Seringlah mampir kemari, Ino-chan."

"Baiklah bibi. Aku permisi." Ino lantas membuka pintu apartemen keluarga Uchiha. Ia lega sudah berkenalan dengan tetangga sebelahnya, meskipun ia sedikit kesal dengan bocah ingusan itu.

.

.

Malam hari,apartemen Uchiha

"Ibu, ini chesee cake beli dimana. Kok rasanya beda dari yang biasa ibu beli?" tanya Sasuke saat mereka sedang makan malam.

"Oh, itu dari Ino-chan. Kau suka?" tanya Mikoto.

Sasuke tampak lahap "Si Barbie yang buat sendiri?" tanya Sasuke penasaran.

"Maksudmu Ino?"

"Tentu saja. Siapa lagi, ibu."

Mikoto tersenyum jahil. Ia berpikir bahwa anaknya mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Ini kesempatan bagus bagi Mikoto untuk sedikit menjahili putra tercintanya. "Dia yang membuatnya sendiri, Sasuke. Kenapa? Kau tertarik padanya?" goda Mikoto.

"Kalau iya, apa ayah dan ibu akan merestuinya?" ucap Sasuke enteng.

Mikoto terkekeh. Insting seorang ibu memang kuat. Ia bahkan sudah mengetahuinya sejak Sasuke berkenalan. "Tentu saja."

"Meski beda usia?" tanya Sasuke memastikan.

Mikoto menatap intens putranya. Ia lantas mengusap kepala putranya yang sekarang telah tumbuh dewasa. "Usia bukan batasan untuk jatuh cinta, Sasuke," ucap Mikoto bijak.

"Terima kasih ibu."

"Perjuangkan apa yang memang pantas untukm, nak. Ibu akan selalu mendukungmu."

.

.

.

Sementara di apartemen Ino,

Saat ini Ino sedang sibuk mengurus pesanan yang masuk melalui akunnya. Ada banyak pesanan aksesoris yang harus ia selesaikan. Ia bersama sepupunya Hinata yang sibuk membuat beberapa acsesoris yang sedang laris manis terjual di online shopnya.

Hinata sendiri tidak keberatan membantu sepupunya. Karena dengan cara inilah Hinata bisa membantu Ino. Sebenarnya, ayah Hinata sudah menawarkan Ino untuk tinggal bersama keluarga Hyuga, namun Ino menolaknya. Ia tidak ingin berhutang budi pada saudaranya. Hinata sendiri memahami, begitu pula ayahnya. Meski begitu, Ino tidak boleh menolak jika suatu saat keluarga Hinata membantunya, dan Ino setuju meski sedikit tidak enak pada keluarga dari ibunya itu.

"Ino-chan, aku sudah menyelesaikan sebagian, aku hanya perlu sedikit sentuhan gliter di bagian ini," ucap Hinata.

"Ini gliternya. Aku akan menelesaikan rajutan ini untuk mempermanis bentuk topi ini."

"Semangat Ino-chan."

Mereka berdua sedang fokus mengerjakan job masing-masing. Baik Ino maupu Hinata sama-sama ingin mewujudkan mimpi mereka masing-masing. Hinata yang ingin mencoba berwirausaha, sedangkan Ino yang ingin menjadi desaigner.

"Hinata, jika omset bulan ini naik, kau ingin apa dariku?" tanya Ino di sela-sela kesibukan mereka.

Hinata terdiam sejanak. "Itu tidak perlu Ino-chan. Aku membantumu dengan ikhlas kok. Jadi jangan pikirkan itu ya."

"Tapi Hinata, kau sudah banyak membantuku, selama ini."

"Ino-chan, kita adalah sepupu, dan selayaknya kita saling membantu. Aku disini juga belajar untuk menjadi pengusaha sukses seperti ayah, jadi mohon bantuannya, Ino."

Ino mengerti itu. Sejak ia memperkenalkan bisnis online pada Hinata, ia semakin tertarik untuk mempelajari bisnis online tersebut. Ino membantu Hinata belajar merintis usaha yang ia jalankan sejak masih di bangku SMA. Tentu saja, Hinata sangat antusias begitu sepupunya bisa hidup mandiri berkat bisnis online yang ia jalankan.

"Ino-chan, aku ingin membantumu dengan tanganku sendiri. Jadi jangan berpikir kau tidak enak terhadapku, okay."

"Pliss, Hinata. Mintalah sesuatu agar aku tidak merasa bersalah."

Hinata terdiam. Berdebat dengan Ino juga tidak akan menyelesaikan masalahnya. "Hmm, baiklah kalau begitu. Aku mau kau buat cake yang enak tiap kali aku kesini ya. Hehehe."

"Oke, tak masalah."

To be continued

...

Special thanks for Cinnamons Tea. Happy birthday dear, maaf telat ngucapinnya.

Thanks for reading. See u next chapter.