Unperfect Princess

©blossomkimp

.

Kaisoo

.

GS! Don't like, Don't read!


Kyungsoo memperhatikan jalanan yang tengah dilewatinya. Menatap lekat dibalik kaca mobilnya melihat sibuknya jalanan kota New York yang hanya hitungan hari ini akan segera ia tinggalkan. Memikirkannya saja membuat Kyungsoo kembali menghela nafas kecil. Baginya, telah tinggal hampir 20 tahun di kota ini sudah bagaikan rumahnya sendiri. Ia tinggal, tumbuh dan besar di New York, bahkan ia mengambil sekolah lokal dan bukan sekolah Internasional layaknya orang asing lainnya. Ia telah terlalu nyaman disini sehingga ketika Ayahnya mengajak untuk kembali tinggal di Korea Selatan dimana disana adalah tempat kelahirannya sendiri membuatnya begitu sangat berat hati meninggalkan kota yang telah membuatnya hidup tanpa seorang ibu.

Bukan karena ia tak suka pergi, melainkan ia tak yakin akankah dia bisa beradaptasi dan bersosialisasi disana. Kendala bahasa, Kyungsoo tak mengkhawatirkan hal itu karena ia cukup baik dan mahir menggunakan bahasa yang sejak kecil telah ia pelajari dari ayahnya. Lalu bagaimana dengan budaya? Kyungsoo tak yakin jika ia tinggal disana, mereka akan merasa asing dengan gaya hidup kebaratan Kyungsoo yang bertolak belakang dengan budaya ketimuran di kota kelahirannya. Satu hal yang ia tak suka adalah kemungkinan ia harus belajar kembali untuk memulai hidupnya dari awal di Korea.

Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya pusing. Bagaimana ia bisa kembali kesana sedangkan Kyungsoo hanya pernah tinggal di Seoul sejak ia lahir hingga umur 3 tahun. Bahkan Kyungsoo tak yakin bahwa ia memiliki teman disana. Mungkin ada, karena sesekali kadang Kyungsoo berkunjung pada hari-hari tertentu saja untuk berkumpul dengan keluarga besar Ayahnya atau menemani kunjungan bisnis ayahnya. Tapi apa mungkin mereka masih mengenalnya? Sepertinya tidak.

Secara keseluruhan tak ada yang aneh dari Kyungsoo, ia cantik, berkulit putih dengan mata yang biru jernih, seperti ibunya yang merupakan asli warga Amerika. Sedangkan dari Ayahnya hanya menurunkan wajah bulat dan rambut Coklat gelap. Satu-satunya yang sangat terlihat Asia dan kontras dengan wanita-wanita New York yang pada umumnya berambut pirang seperti ibunya. Namun, tidak akan ada yang menyangka bahwa Kyungsoo merupakan gadis Asia. Ia benar-benar tumbuh layaknya wanita New York pada umumnya yang modis dan cantik. Urusan bahagia—tak sepenuhnya—itu adalah hal yang harus digaris bawahi tentang kehidupan sempurna Kyungsoo.

"Sorry, are you alright?" Sebuah suara menyadarkan Kyungsoo dari kegundahannya.

Kyungsoo melirik kedepan dan mendapati Freed—sopirnya tengah menatapnya khawatir dibalik kaca spion depan. Melihat hal itu Kyungsoo hanya menunjukkan senyuman terbaiknya, mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.

Setelah sopirnya—Freed—memastikan bahwa Nona mudanya baik-baik saja. Dengan laju yang terbilang tenang, ia kembali fokus menjalankan mobilnya untuk mengantarkan Kyungsoo menuju kampusnya—Juilliard. Kyungsoo menuntut ilmu disana dan mengambil jurusan Seni musik untuk mendalami musik klasik yang disukainya, satu-satunya kebahagian dan kebebasan yang ia miliki dari Ayahnya. Setidaknya ia tahu masa depannya ada disini dan bukan terjerumus kedalam urusan bisnis, saham ataupun hal-hal lainnya yang menyangkut perusahaan. Kyungsoo membencinya.

Ketika mobil yang ditumpanginya tengah berhenti di lampu merah. Suara ketukan cepat dapat Kyungsoo dengar hingga akhirnya mau tak mau ia menoleh dan mendapati seorang pria yang tengah berdiri setengah gusar disamping mobilnya.

Meski pada kenyataannya Kyungsoo merasa tak nyaman, pada akhirnya ia menurunkan kaca mobilnya dan menatap dalam diam pria yang telah berani-beraninya mengetuk kaca mobilnya dengan cara seperti itu. Ketika kaca mobil itu terbuka seluruhnya, Kyungsoo mendapati seorang pria—oh, orang Asia seperti dirinya dan mungkin orang Jepang. Kyungsoo tak bisa mendeskripsikan bagaimana ciri pria yang kini tersenyum kepadanya namun satu hal yang dapat ia lihat adalah, berantakan.

"Sorry, can you help me? Please.." Ucapnya memohon.

Kyungsoo hanya diam dan menatap bingung pria yang ada dihadapannya. Dari bagaimana ia bicara, Bahasa Inggrisnya memang tak terlalu baik namun beruntung Kyungsoo masih bisa mengerti apa yang diucapkannya. Kyungsoo hendak membuka suaranya ketika pria itu telah membuka matanya lebar dan menatap Kyungsoo bagaikan sesuatu yang telah lama sekali hilang dan kembali ditemukan. Matanya tiba-tiba saja berbinar membuat Kyungsoo langsung menutup mulutnya rapat.

"Oh, I know you. Gadis opera itu!" Ucapnya penuh dengan kesenangan dengan mata yang menutup ketika ia tersenyum. "Boleh aku ikut denganmu? Aku ada tes hari ini." Lanjutnya.

Kyungsoo masih menggeleng bingung. Entah apa jawaban yang harus ia berikan tapi bagaimana bisa pria ini mengenalnya? Apalagi dengan sebutan Gadis Opera. Itu terdengar aneh bagi Kyungsoo, dia bukan seorang pemain teater.

Seperti sadar dengan apa yang dipikirkan Kyungsoo saat ini, pria itu kembali membuka suaranya dan mengulurkan tangannya masuk melewati kaca mobil untuk berjabat tangan dengan Kyungsoo.

"Aku, Kai. Kita satu kampus. Aku berasal dari Juilliard juga!" Ucapnya penuh semangat.

Untuk sesaat Kyungsoo terdiam menatap senyuman yang terlihat sangat bahagia itu namun kemudian pandangannya turun memperhatikan tangan yang telah menggantung didepannya untuk berjabat tangan. Ia bingung, karena tidak biasanya ada orang yang mengajaknya berjabat tangan seperti ini selain acara resmi pada umumnya. Kyungsoo hanya bisa tertegun mendapatkan perlakuan hangat seperti ini.

"Maaf kami tidak—"

"Tidak apa-apa Freed, biarkan dia masuk," Ucap Kyungsoo memotong ucapan Freed yang hendak melarang pria asing diluar untuk ikut masuk kedalam mobil. "He's my friend." Ucap Kyungsoo lebih meyakinkan Freed untuk mengizinkannya. Bahkan Kyungsoo sendiri tak mengerti kenapa pada akhirnya ia mengizinkan pria bernama Kai ini masuk, padahal sebelumnya ia tak pernah mengajak siapapun untuk semobil dengannya termasuk temannya sendiri.

Dengan satu tombol otomatis, Kyungsoo membuka kunci pintu mobilnya. "Come on." Ajaknya tenang.

Kai langsung menarik tangannya yang sempat menggantung di hadapan Kyungsoo, terlalu senang ketika dengan murah hati gadis ini membukakan pintu mobil ini untuknya. Bahkan ia sendiri tak peduli dengan Kyungsoo yang sama sekali tak membalas jabatan tangannya. Yang ia pikirkan saat ini, pendidikannya terselamatkan dan ia bisa semobil dengan gadis yang telah lama dikaguminya.

Dengan gerakan cepat Kai membuka pintu mobil lalu masuk dan duduk di kursi belakang yang bersebelahan dengan Kyungsoo.

"Thanks." Ucapnya singkat dengan penuh senyum yang tergambar diwajahnya dan Kyungsoo hanya membalas dengan sebuah anggukan kikuk.

Kyungsoo memperhatikan bagaimana penampilan pria yang ada disampingnya ini. Rambutnya masih acak-acakan tak tertata rapi, kemeja abu-abunya yang sedikit kusut bahkan kini ia mengeluarkan sepatunya dari dalam tas dan tengah memakainya. Bahkan Kyungsoo baru menyadari terdapat bau alkohol ketika pria ini masuk kedalam mobilnya. Ia bisa saja protes namun Kyungsoo mengurungkan niatnya melakukan hal itu, terserahlah lagipula ia tak akan mengenalnya lebih jauh lagi ketika nanti mereka telah sampai dikampus.

'sssrrttttttttt'

Kyungsoo sedikit menjauhkan tubuhnya semakin tersudut ke sisi lain mobil ketika Kai menyemprotkan parfum beraroma coklat diseluruh tubuhnya. Pria ini benar-benar, Kyungsoo hanya bisa terdiam menahan aroma pekat yang kini telah memenuhi mobilnya. Ia menahan nafasnya dan sedikit menepuk dadanya pelan berusaha untuk tak batuk ataupun tersedak oleh aroma parfum khas pria ini. Baginya ini terlalu banyak bukannya beraroma maskulin ataupun sexy seperti pria biasa memakainya.

"Uhuk.. uhuk..!" Kyungsoo terbatuk kecil karena tak bisa lagi menahan aroma pekat yang kini membuat kepalanya sedikit pening.

Dan Kyungsoo rasa Freed juga merasakan ketidak nyamanan yang sama. Bahkan Freed ikut terbatuk sama seperti dirinya.

"Hei.. Kau, bisakah kau berlaku sopan disini?" Komentar Freed tajam.

Namun Kai hanya memberikan sebuah senyuman bodoh. "Maafkan aku, aku belum sempat pulang dan membersihkan diriku jadi aku harus memakai parfumku banyak." Jawabnya blak-balakan.

"Nona!" Desah Freed meminta pembelaan Kyungsoo sebagai bosnya karena telah mengijinkan pria menjijikan ini masuk kedalam mobil. Namun Kyungsoo sama sekali tak berkomentar. Ia malah menyuruh Freed untuk melanjutkan perjalanannya dengan tenang seperti biasanya.

Jujur saja Kyungsoo sedikit terganggu dengan jawaban Kai tadi. Pikirnya, mungkin pria ini telah menghabiskan waktu semalamaman di Pub dengan alkohol-alkohol yang telah membuatnya mabuk sehingga ia tak bisa pulang. Ah sudahlah, kehidupan pemuda-pemudi disini memang begitu. Dunia malam adalah surga kehidupan di dunia bagi mereka.

Selama perjalanan menuju kampus, sesekali Kyungsoo memperhatikan gerakan-gerakan kecil yang pria ini lakukan. Kadang ia menggeser Kakinya, menghentakan sedikit tubuhnya bahkan sedikit menyenandungkan lagu dibibirnya. Bahkan pria yang tak dikenalnya ini telah benar-benar larut dalam dunianya sendiri melupakan dimana dan dengan siapa ia berada sekarang. Sepertinya Kai tengah melakukan sebuah koreografi atau mungkin tarian. Kyungsoo tak tahu tapi yang jelas itu cukup menghiburnya ketika wajah serius itu berubah meringis seolah ia telah melupakan sesuatu atau kesalahan dalam gerakan yang dilatihnya.

Tanpa sadar, mereka telah tiba diwilayah Juilliard. Bahkan Kyungsoo masih memperhatikan Kai ketika pria itu membuka matanya dan menyadari bahwa ia telah tiba dikampusnya.

"Stop! Stop! Stop!" Teriaknya terburu-buru membuat Freed langsung berhenti saat itu juga, dan melirik kesal kearah Kai yang kembali menunjukkan senyuman bodohnya. "Aku turun disini!" Ucapnya yang langsung memakai ranselnya dan membuka pintu mobil yang telah ditumpanginya.

"Terima kasih dengan tumpangannya, nona." Ucap Kai penuh senyuman saat sedikit menengok dibalik pintu sebelum menutup kembali pintu mobilnya.

Kyungsoo masih tak bereaksi bahkan ketika pria itu berjalan mundur dengan memberikan Kiss bye dengan tangannya berulang kali dan melambai-lambaikan tangannya dengan penuh senyuman kebahagian. Setelah dirasa cukup, tanpa menghilangkan senyumannya, pria itu berbalik dan berlari cepat menuju pintu sebelah timur yang mengarah langsung ke gedung jurusan Dance.

"Dasar pria aneh!" Komentar Freed tak suka.

Kyungsoo hanya tersenyum ketika mendengar komentar Freed, dan ketika mobilnya kembali melaju untuk menuju gedung utama Juilliard. Ia tak bisa lagi menahan tawanya membayangkan bagaimana tingkah pria yang beberapa menit yang lalu baru dikenalnya. Entahlah, mungkin ia sudah gila. Baru kali ini ada seseorang yang telah membuatnya tertawa seperti ini.


Halo.. selamat malam~

Oke bukannya lanjutan chap akhir Wanted, malah munculin prolog Kaisoo baru. Duh … meski sering bilang writingblock MITOS. Tapi tetep aja sih ya, mitos sih mitos tapi ya itu, muncul muncul juga.. lagi unmood. Hehe tapi pasti di update secepetnya kok.

Dan tentang fanfic ini. Jujur, ini ide udah lama banget Cuma gak bisa lanjutin, baru sekarang-sekarang aja rajin lanjutin lagi, makanya berani diupdate. Dan yah, ini GS. Udah dapet inspirasi fanfic Kaisoo Yaoi tapi masih belum sreg sama alurnya. Jadi kapan-kapan diupdate.

Gimana? Berminat untuk baca ini? Mohon reviewnya ya.. semoga bisa update cepet lagi selesaian fanfic kemarin dan update lanjutan secepetnya ff baru ini.

Salam blossom~