Missing You
.
.
.
.
.
.
Keluarga yang dibina Chanyeol bersama Kyungsoo tidaklah seperti keluarga yang lainnya. Mereka terkadang saling berbaik hati satu sama lain dan terkadang seperti tak melihat satu sama lain. Kebahagiaan mereka bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya.
Karena di dalam hati Chanyeol masih terpenuhi oleh Baekhyun meskipun sudah 2 tahun Baekhyun meninggalkannya. Dan Kyungsoo sendiri masih sering memikirkan Jongin, sahabatnya.
Saat ia bertemu Jongin, ia akan menjadi canggung. Jongin sering menghindari tatapan Kyungsoo, dan juga jarang bercerita dengan Kyungsoo.
Saat pesta pernikahan Kyungsoo dengan Chanyeol, Jongin datang dengan Sehun. Entah Kyungsoo harus merasa senang atau sedih.
Senang karena dapat melihat Jongin lagi, atau,
Sedih karena Jongin harus melihatnya menikah dengan pria lain.
Namun Baekhyun yang membawa Chanyeol dan Kyungsoo disini, berusaha membangun sebuah keluarga kecil yang 'bahagia'
.
.
.
Chanyeol berbaring di ranjangnya, menatap langit-langit kamarnya. Oh, Chanyeol dan Kyungsoo tidur dalam satu kamar namun berpisah ranjang. Itu keputusan Kyungsoo, dan Chanyeol hanya menyanggupinya.
Ia menjadikan tangannya menjadi bantal. "Kau jahat, Baekhyun. Kau tahu?"
"Dada" suara Baekhyun kecil di depan pintu kamarnya menghancurkan semua pikiran Chanyeol. Chanyeol menghela nafasnya dan mengusap matanya, takut jika anaknya akan melihat dirinya menangis.
Chanyeol bergerak meninggalkan ranjangnya dan menuju tempat Baekhyun bermain biasanya. "Iya? Baekhyun-ah?"
Baekhyun tersenyum menggemaskan pada Chanyeol, mengajak Chanyeol bermain bersamanya. Chanyeol tak ada pilihan lain selain menemani Baekhyun bermain. "Baekhyun, nanti kau akan aku antar ke bibimu ya?" Baekhyun tak menjawab dan tersenyum pada Chanyeol.
"Ja, sekarang Baekhyun harus mandi" Chanyeol menggendong Baekhyun dan membawanya menuju kamar mandi.
Ia memandikan Baekhyun terlebih dahulu dan kemudian membersihkan dirinya sendiri. Kyungsoo sudah berangkat sekolah sejak pukul setengah tujuh tadi. Awalnya Chanyeol menawarkan diri untuk mengantarnya, namun Kyungsoo menolak.
Kyungsoo takut jika Jongin melihatnya.
Kini Chanyeol dan Baekhyun kecil sudah berada di restoran kecil milik kakak perempuannya. "Noona, aku titip Baekhyun ya? Aku akan menjemputnya nanti sore. Nah Baekhyun, jangan jadi anak nakal ya" Chanyeol mengecup kedua pipi Baekhyun dan menyerahkannya pada kakak perempuannya.
"Pai pai, dada. Baekhyun. Pai pai" tangan kakak perempuannya melambaikan tangan Baekhyun pada Chanyeol. Tak dapat membantu, namun Chanyeol tersenyum pada tingkah lucu Baekhyun.
Setelah Chanyeol dan mobilnya menghilang dari hadapan mereka, sang bibi menatap Baekhyun. Tersenyum dan mengecup kedua pipi Baekhyun gemas,
"Aku tahu ia masih merindukanmu, Baekhyun. Ia masih saja berpura-pura kuat saat nyatanya tidak"
Bibinya membawa Baekhyun menuju ruangan tempat Baekhyun biasa bermain. Disana Chanyeol sudah menyediakan banyak mainan untuk Baekhyun. Untuk menemani Baekhyun hingga ia atau Kyungsoo menjemputnya.
.
.
.
"Kyungsoo" suara Jongin memasuki indra pendengaran Kyungsoo. Setahun yang lalu Jongin masih sering berbicara dengannya, masih sering bercanda dengan Kyungsoo. Namun setahun setelahnya, tiba-tiba Jongin berubah. Sangat berubah.
Jongin menghela nafasnya, bingung akan berbicara dari mana terlebih dahulu. Semua kawannya sudah pulang, namun Jongin dan Kyungsoo masih terduduk di bangku mereka.
"Ada apa?" Kyungsoo menolehkan wajahnya menatap Jongin.
Jongin mengeratkan kepalan tangannya, "A-aku.. hanya ingin—"
Kening Kyungsoo berkerut menatap Jongin. Sedangkan Jongin berusaha sekeras mungkin tak menatap mata bulat Kyungsoo. "A-aku.."
Jongin mendesah keras sebelum akhirnya menarik tangan Kyungsoo dan membawanya ke belakang kelas, memojokkan Kyungsoo dan memenjarakanya dengan kedua tangannya. "J-jongin?"
"A-aku tahu. Aku tahu sekarang kau sudah menjadi milik Chanyeol hyung. Tapi.. tapi aku hanya ingin mengatakannya sesuatu. Dan aku hanya akan mengatakannya sekali, jadi dengarkan baik-baik apa yang akan ku katakan. Aku tahu ini akan terdengar sangat aneh dan canggung, tapi dengarkan baik-baik"
Kyungsoo menatap Jongin yang sekarang menatap matanya. Kedua tangan Jongin beralih untuk menggenggam tangan Kyungsoo dan mengusapnya perlahan,
"Kyungsoo, aku menyukaimu.. sangat menyukaimu"
Air mata Kyungsoo berkumpul di ujung matanya. Bersiap membuat aliran sungai yang akan membasahi pipi gemilnya. Jongin? Menyatakan cintanya? Pada Kyungsoo?
Jika Kyungsoo sekarang berada di dalam mimpinya, jangan berani kau membangunkannya, karena inilah kebahagiaan yang sangat ingin ia rasakan dari dulu.
"Aku ingin mengatakannya dari dulu. Namun tiga kata tersebut hanya berada di mulutku tanpa bisa ku ucapkan hingga membuatku gila. Sangat gila dan benar-benar gila. Aku tahu ini sudah terlambat, namun paling tidak perasaan di hatiku ini tidak menggila seperti se—"
Kyungsoo memeluk Jongin. Membawa Jongin pada sebuah pelukan hangat yang sangat ia harapkan sejak dulu. "Terimakasih, Jongin. Terimakasih" Kyungsoo mengeratkan pelukannya pada Jongin. Saat itu, air mata Kyungsoo turun, ia tidak sedih, melainkan bahagia. Ia benar-benar bahagia, sangat bahagia.
Melalui pelukan itu, Kyungsoo menyalurkan segala emosinya pada Jongin. "Aku juga, Jongin. Aku sangat… mencintaimu" Kyungsoo tersenyum bersama Jongin.
"Kyungsoo, aku memiliki ide" Kyungsoo melepaskan pelukannya dan menatap Jongin bingung.
"Bagaimana jika setelah kita lulus nanti, kau dan aku pergi keluar negeri? Tanpa pengetahuan siapa-siapa! Disana kita dapat membangun keluarga bahagia dan—aduh!"
Kyungsoo menyentil dahi Jongin. "Tidak, aku tidak ingin kabur. Aku tidak ingin lari dari masalahku. Aku akan mengatasinya".
"Dan kau akan mengatasinya bersamaku" tangan Jongin menggenggam tangan Kyungsoo erat. Mereka berdua tersenyum satu sama lain.
.
.
.
Sepulang kuliah, Chanyeol tak langsung menjemput Baekhyun. Namun ia sempatkan untuk membeli sebuket bunga dan menjemput Baekhyun di restaurant kakaknya.
"Noona, Baekhyun dimana?"
"Baekhyun masih tidur di kamarnya"
Beberapa gadis di ujung restaurant itu bergossip tentang Chanyeol. Tentang bagaimana tinggi dan tampannya adik sang pemilik restaurant ini. Namun mereka menjadi pupus saat melihat Chanyeol menggendong seorang anak balita.
"Noona, terima kasih. Sekarang aku akan pergi dulu ya. bye" Chanyeol menggendong Baekhyun yang tertidur dengan hati-hati. Takut anaknya akan terbangun. Kakak perempuannya mengantar Chanyeol menuju tempat parkir.
Mata kakak perempuan Chanyeol melihat kedalam mobil, dan mendapati sebuket bunga di kursi penumpang. "Jangan katakan kau akan kerumah abu lagi?"
Chanyeol hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. "Bye"
Chanyeol menyetirkan mobilnya menuju rumah abu. Perlahan ia menggendong Baekhyun dan membawa buket bunga tersebut. Chanyeol hafal dimana lemari abu Baekhyun disimpan, di antara semua orang yang mengenal Baekhyun, Chanyeol lah yang paling rajin mengunjungi Baekhyun.
Chanyeol menaruh bunga tersebut dan menatap foto Baekhyun disana. Foto yang selalu tersenyum, sama seperti Baekhyun yang akan selalu tersenyum dalam setiap keadaan. Dan Chanyeol tersenyum menatapnya.
"Baekhyun, apa kabarmu? Aku dan Kyungsoo disini bahagia untukmu. Jadi kau pasti bahagia bukan?" belum apa-apa mata Chanyeol sudah berair.
"Tapi, Baek. Aku tidak bisa mencintainya seperti aku mencintaimu. Sulit bagiku untuk melihat Kyungsoo seperti aku melihatmu. Dan kau tahu Baek? Tiada hari aku tak merindukanmu. Tiada malam aku mengharapkan semua ini hanyalah mimpi. Aku merindukanmu, partner. Sangat merindukanmu partner in crime-ku" suara Chanyeol bergetar.
"Aku merindukan tawamu, senyummu, semuanya. Aku tak dapat membodohi otakku Baek. Kyungsoo adalah Kyungsoo dan Baekhyun adalah Baekhyun. Aku tak bisa, Baek. Maafkan aku" air mata Chanyeol mengalir.
"Bukankah Kyungsoo terlalu muda saat menikah denganku? Tapi kulakukan untukmu. Apa kau melihat saat kami menikah? Apa kau mendengar ikrarku yang tak sepenuh hati yang terucap? Apa kau melihatnya Baek? Apa kau mendengarnya Baek?"
Chanyeol menangis dan memeluk Baekhyun kecil yang berada di pelukannya.
"Kumohon Baek. Datang dan katakan jika ini hanyalah mimpi burukku. Jika semua ini hanyalah suatu kebohongan yang terlihat nyata. Katakan jika sebenarnya kau selalu ada di sampingku. Katakan jika di depanku ini bukan Byun Baekhyun yang ku kenal, katakan jika ini adalah Byun Baekhyun yang lain. Kumohon kembalilah padaku Baek!"
Chanyeol menangis, dan hanya menangis.
"Aku mencintaimu, Baek"
Tiba-tiba Baekhyun terbangun, "Dada?" kening Baekhyun berkerut.
"Eh, Baekhyun terbangun? Maafkan dada ya?" Chanyeol tersenyum pada Baekhyun, namun itu membuat air matanya kembali mengalir.
"Dada, ja-ngan… menangish" tangan Baekhyun menghapus air mata ayahnya. "Baek-hyun.. ad..a.. disini.. un-tuk.. da-da" Chanyeol kembali memeluk anaknya. Kalimat pertama Baekhyun, menyentuh hati Chanyeol.
"Terimakasih, Baekhyun"
.
.
.
"Hyung, Jongin menyatakan perasaannya padaku. Apa yang harus kulakukakan?" ucap Kyungsoo saat mengisi kulkasnya dengan bahan makanan.
"Apa kau mencintainya?" Chanyeol dan Baekhyun tengah menonton TV di ruang tengah.
Kyungsoo diam, ia bingung harus berkata apa. "Jika iya?"
"Pertahankan dia. Jangan lepaskan dia" Chanyeol tersenyum pada Kyungsoo. "Lalu? Dengan pernikahan ini?" Kyungsoo berhenti memasukkan bahan makanan.
"Akan aku urus. Baekhyun menyuruhku untuk menjagamu. Membuatmu bahagia dan tidak membuatmu bersedih. Aku tahu kau tak terlalu bahagia denganku, dan aku tahu Jongin akan membahagiakanmu dan tak akan membuatmu bersedih. Tapi, selesaikan sekolahmu terlebih dahulu. Dan suruh Jongin menghadap padaku, ia harus mengatakannya sendiri padaku"
Kyungsoo tersenyum dengan senang. "Terimakasih Chanyeol hyung!"
Chanyeol berjalan menuju tempat Kyungsoo. "Kyungsoo, maafkan aku ya? Kau masih sangat muda dua tahun yang lalu. Kau pasti sangat stress saat itu. Harus menjadi pengantin di usiamu yang sangat muda"
Kyungsoo tersenyum, "Tidak, aku mengerti hyung. Aku sama sekali tidak stress. Hanya beberapa kali patah hati. Tapi aku tahu mengapa kau menikahiku hyung, dan aku memakluminya"
"Kau memang adikku yang terbaik, Kyung" tiba-tiba saja Chanyeol memanggil Kyungsoo adik. Dan saat ia menyadarinya, ia mengigit bibir bawahnya.
"Hyung, tidak baik untukmu jika kau masih saja mengingat Baekhyun hyung. Aku tidak masalah kau memanggilku adik, tapi.. relakan Baekhyun hyung, hyung"
Chanyeol tersenyum sebentar dan meninggalkan Kyungsoo. Melupakan Baekhyun sama saja melupakan jati dirinya. Begitu sulit bagi Chanyeol untuk melepas Baekhyun. Chanyeol tahu, sudah 2 tahun lebih sejak Baekhyun pergi.
Tapi, Chanyeol masih saja memikirkannya.
.
.
.
.
.
.
.
Kyungsoo telah lulus dari SMAnya. Dan disinilah Kyungsoo, duduk berdampingan dengan Jongin dan berhadapan dengan Chanyeol dan Baekhyun. Jongin sudah mengutarakan semua yang ingin ia ucapkan pada Chanyeol. Yang berintikan untuk meminta Kyungsoo menjadi kekasihnya dan memutus hubungan dengan Chanyeol.
Beberapa hari yang lalu, kedua keluarga bertemu, dan sempat ricuh atas beberapa alasan. Namun Ibu Kyungsoo mengatakan, "Sudahlah, lagi pula waktu itu Chanyeol masih muda. Dan melakukan semuanya untuk kebahagiaan Baekhyun saja. Jadi, kita berikan semua urusan pada Chanyeol saja. Biarkan dia memilih hidupnya, dan keluarganya. Kita tinggal menunggu hasilnya dan menerima semuanya saja"
Jadi, semua keputusan ada di tangan Chanyeol. Itulah yang membuat jantung Jongin dan Kyungsoo berdegup kencang. Semua pikiran negatif muncul di pikiran mereka, karena Chanyeol terlalu lama berpikir dan menatap Jongin dari atas hingga bawah.
"Dada, siapa itu?" Baekhyun menunjuk Jongin. "Paman Jongin" ucap Chanyeol dingin.
Jantung Jongin rasanya ingin lepas, saat mendengar namanya di sebut dengan nada yang dingin oleh Chanyeol.
"Yang akan segera menjadi ayah barumu, Baekhyun" suara Chanyeol melembut pada Baekhyun.
Jongin dan Kyungsoo merasa lega. Chanyeol mempersilahkan Jongin untuk mengambil tanggung jawab atas Kyungsoo. "Tapi Jongin, atas 3 syarat yang ku yakin kau dapat penuhi" dahi Jongin berkerut. "Syarat?"
"Ya, syarat. Pertama, kau harus membuat Kyungsoo bahagia. Kedua, aku akan memukulmu jika kau membuat Kyungsoo menangis karena kau. Dan terakhir, kalian kuperbolehkan menikah setelah masuk universitas. Bagaimana?"
"Akan kupenuhi hyungnim! Terimakasih banyak!" Jongin menunduk Sembilan puluh derajat pada Chanyeol.
"Tentu, Jongin. Tapi, bisakah kau jagakan Baekhyun untukku?"
"Te-Tentu hyungnim. Akan kujaga Baekhyun hingga ia besar untukmu" Chanyeol tersenyum. Senang melihat keyakinan Jongin padanya.
Baekhyun, keputusanku tidak salah bukan? Pria di depanku ini yang pantas untuk membahagiakan Kyungsoo.
.
.
.
Setelah Kyungsoo bercerai dengan Chanyeol, Kyungsoo menikah dengan Jongin 3 tahun kemudian. Dan Baekhyun tinggal bersama dengan Kyungsoo dan Jongin. Sekarang umur Baekhyun sudah hampir 6 tahun, namun ia masih saja lucu.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Chanyeol memilih bekerja di luar negeri. Dimana orang tua Baekhyun berbaik hati memberikan Chanyeol tempat untuk bekerja di perusahaan mereka. Chanyeol hidup di sebuah apartemen yang berdekatan dengan kantornya.
Chanyeol tidak sadar jika ia sudah jauh 2 tahun dari rumah. Tapi dimanapun Chanyeol berada, ia masih saja merindukan Baekhyun. Ia menyimpan foto Baekhyun dengan dirinya saat berada di taman bermain dulu. Ia menaruhnya di ruang tengah, kamarnya, laci di kantornya, meja makannya, dompetnya, foto yang berbeda-beda dari sosok Baekhyun ia simpan dimana-mana.
Pemuda itu bisa saja menjadi gila karena Baekhyun. Karena tak jarang Chanyeol memimpikan Baekhyun. Sangat sering dari biasanya.
Baekhyunlah cinta pertama Chanyeol. Dan cinta pertama sangat sulit untuk di lupakan.
.
.
.
"Chanyeol, we will have party tonight in David's house. Wanna join with us?"
"Sorry Kath, I think I can't. But, thanks for inviting me"
"Okay, it's okay. Maybe next time. Oh, I gotta go. See you tomorrow Chanyeol, bye!"
"Bye, Lil' Kathy"
Kathy, temannya sekantor, tersenyum dan menghilang dari hadapan Chanyeol.
Dalam hati, Chanyeol kembali merasakan sesak karena rasa yang sama sejak 5 tahun belakangan ini. Rasa rindu pada Baekhyun. Jika tanpa bantuan Baekhyun, tidak mungkin ia bisa berbicara bahasa Inggris seperti sekarang ini. Ia mendesah keras.
Tiba-tiba ponsel Chanyeol berdering, pesan dari Kyungsoo. Kyungsoo mengirimkan Chanyeol sebuah video Baekhyun dan Jongin bermain. Rasa lelah Chanyeol menghilang seketika, ia merindukan anak kecil itu. Ia ingin bermain dengan anak kecil yang selalu menemaninya.
Belum sempat Chanyeol membalas pesan Kyungsoo, ponsel Chanyeol bergetar kembali. Kali ini tuan Byun menelfonnya. "Selamat malam tuan"
"Selamat malam Chanyeol. ah Chanyeol, bisakah kau ke kantorku?"
"Tentu tuan!"
Chanyeol bergegas menuju kantor ayah Baekhyun. Setelah mengetuk pintu tiga kali, Chanyeol membukanya. "Iya tuan?"
"Duduklah" Chanyeol mendudukkan tubuhnya di sofa hadapan ayahnya Baekhyun. "Aku ada permintaan Chanyeol"
"Iya, tuan?"
"Nak Chanyeol, panggil aku ayah saja jika hanya ada kau dan aku. Bukankah ku sudah ku katakan?"
"M-maafkan aku ayah" Tuan Byun tersenyum, ia bangga pada Chanyeol. Chanyeol adalah salah satu karyawannya yang sangat ia banggakan.
"Jadi begini, aku ingin kau kembali ke Seoul untuk beberapa hari. Mungkin sudah 2 tahun kau tak mengunjungi anakku. Ia pasti akan merasa kesepian tanpa ada yang mengunjunginya" kepala Chanyeol menatap Tuan Byun, ia tak percaya
"Aku dengar dari Kyungsoo. Jika kau masih belum bisa melepas Baekhyun, benarkah itu anakku?"
Chanyeol kembali menunduk dan mengangguk. "Kembalilah ke Seoul. Akan kuberi waktu libur dua minggu untukmu. Aku yang akan membelikanmu tiket pesawatnya. Jangan tanyakan mengapa, kau sudah berbaik hati menemani anakku hingga nafasnya terakhir. Jadi, inilah balas jasa dariku"
"Terima kasih ayah! Terima kasih!" Chanyeol membungkuk pada tuan Byun. "Oh, ini tiket pesawatmu. Tadi sekretarisku yang memesankannya"
Chanyeol kembali membungkuk dan menerima tiket pesawatnya. Ayahnya Baekhyun adalah ayah terbaik di dunia setelah ayahnya sendiri.
.
.
.
Chanyeol tiba di Seoul pukul 10 pagi. Kyungsoo dan Jongin yang menjemputnya, oh dan si kecil Baekhyun. "Dada!" Baekhyun berlari menuju Chanyeol saat melihat Chanyeol.
"Baekhyun! aku merindukanmu nak!"
Chanyeol memeluk Baekhyun erat. Setelah pertemuan singkatnya, Kyungsoo mengantar Chanyeol menuju rumahnya untuk bertemu dengan keluarganya. Chanyeol terkejut saat dirumahnya dipenuhi dengan balon.
"Kyung, terima kasih" Chanyeol memeluk Kyungsoo singkat saat mereka melakukan perayaan kecil untuk Chanyeol. "Kyung, bolehkah aku meminjam mobilmu?" Kyungsoo menyerahkan kunci mobilnya pada Chanyeol.
Dan diam-diam Chanyeol meninggalkan rumahnya. Jongin hendak menyusul Chanyeol karena tiba-tiba saja ia pergi meninggalkan pesta kecil itu. Namun Kyungsoo menahannya, "Tidak usah, aku tahu Chanyeol hyung akan pergi kemana"
"Kemana?" tanya Jongin.
.
.
.
Chanyeol memarkirkan mobil Kyungsoo dan memasuki bangunan tersebut. Kakinya masih saja hafal meskipun sudah jarang mendatangi tempat ini.
"Hallo Baekhyun, aku kembali"
Chanyeol tersenyum di depan sebuah lemari tempat penyimpanan abu dari Byun Baekhyun. Rasa rindu itu muncul lagi, dan lagi. Ia benar-benar masih merindukan sosok Baekhyun. Setelah berbicara bagaimana tentang dirinya, Chanyeol pergi dari rumah abu.
Ia ingin membelikan keluarganya kopi dari sebuah coffee shop sebagai hadiah darinya. Chanyeol memesan 1 kopi hitam, 3 frappe, dan 2 americano. Chanyeol menunggu pesanannya di salah satu bangku coffee shop tersebut sembari memainkan ponselnya.
"Permisi tuan, pesanan anda" Pemuda yang bekerja di kedai kopi tersebut menaruh pesanan Chanyeol di atas meja. "Oh, bisakah aku minta tambahan gula?" Chanyeol masih fokus pada ponselnya setelah sekilas melihat pesanannya di atas meja. "Tentu"
Pegawai itu kembali dengan sebungkus gula untuk Chanyeol. "Ini tuan"
"Terimaka—" Chanyeol terhenti saat melihat pemuda yang mengantarkan pesanannya. Wajah pemuda itu putih bersih, mata sipit, hidung mancung. Pemuda di hadapannya sekarang ini, sangatlah mirip dengan Baekhyun.
"—sih"
"T-tuan?" Chanyeol tersadar dan mengambil gula tersebut. Dan pemuda tersebut meninggalkan Chanyeol.
"Uh, permisi" Pemuda tersebut berhenti dan membalik tubuhnya. "Bolehkah aku bertanya… siapa namamu?" tanya Chanyeol pada pemuda tersebut.
Pemuda tersebut tersenyum dan mengangguk, "Namaku Song Baekhyun, tuan"
"B-Baek..hyun?"
Pemuda tersebut mengangguk. "Benar tuan, Baekhyun"
Perlahan bibir Chanyeol terangkat, membentuk sebuah senyuman kecil dan manis. Senyuman yang sudah lama tak muncul dari Chanyeol.
"Senang bertemu denganmu, .Hyun"
Pemuda tersebut terus tersenyum dan membungkukkan tubuhnya pada Chanyeol. Ia kembali menuju kasir meskipun saat itu coffee shop itu masih sepi.
"Selamat menikmati kopi kami, Tuan. Kami tunggu kedatangannya lagi" ucap Baekhyun saat Chanyeol meninggalkan coffee shop tersebut.
Baekhyun tersenyum pada Chanyeol, "Terima kasih"
.
.
.
.
.
.
.
.
FIN
.
.
.
.
.
.
.
Author's Note :
Duh, aneh aneh :v. Ini cerita jadi aneh banget :$ Well, pasti ada yang bingung siapa Song Baekhyun. KATANYA, di dunia ini ada 7 orang yang mirip sama kita. Dan disini, Song Baekhyun adalah salah satu dari orang yang mirip Baekhyun.
Dan jangan tanya kenapa Song Baekhyun bilang makasih di akhir cerita, nanti makin panjang nih cerita ._.
Terimakasih sudah baca cerita ini x.x
.
.
Big Thanks to;
Yousee, ChanKai Love, , meliarisky7, Regichann, minpark53, DoubleBae, FatihExoL, youju, leeminoznurhayati, guest (1), hyunbee, .9047, putri836, ExoSY, uswatunhasanahtambledor, Ahn Sunyoung, AB, aida, guest (2), guest (3), guest614 yang udah review fanfic ini.
Terima kasih untuk yang udah follow, dan fav fanfict ini *heartshot*
dan semua siders yang suka ngikutin fanfiction ini, TERIMA KASIH BANYAK! :D