Kuroko no Basuke - Fujimaki Tadatoshi

FINISH!

[ Akashi Seijuurou X Kuroko Tetsuya]

Ogiwara Shigehiro

Mayuzumi Chihiro

Momoi Satsuki

Hayama Kotaro

.

.

Happy Reading

.

.


"Hentikan!"suara tegas itu terdengar samar untuk seorang anak Jendral yang kali ini masih di perbolehkan hidup dengan beberapa siksaan yang terjadi padanya. Kuroko Tetsuya memasuki ruangan yang cukup lebar dengan seorang musuh yang ada di dalamnya. Mata Kuroko menatap iba saat melihat tubuh pemuda bersurai merah itu tergeletak dengan beberapa luka yang tidak tampak. Kuroko berjalan menghampirinya.

"Kuroko-sama, biar kami yang akan menghukumnya" ujar salah satu bawahan Kuroko yang dari tadi bebas memukul bahkan melukai musuh yang sengaja Kuroko tahan.

"Kalian semua keluar" perintah Kuroko membuat beberapa orang di dalam yang mendengar kaget. Tapi, bagaimanapun juga Kuroko atasan mereka. Dengan berat hati orang-orang yang berada di dalam tadi keluar tanpa menutup pintu tahanan.

Kuroko berjalan pelan mendekati pemuda yang sudah menutup matanya itu. Saat Kuroko tepat di sampingnya, tiba-tiba dia bangun dan langsung mengarahkan pisau ke arah leher Kuroko. Kuroko tidak merespon, dia hanya diam saat Akashi Seijuurou menyanderanya dari belakang.

"Kau tidak takut aku membunuhmu sekarang juga?" ancam Akashi yang saat ini memeluk tubuh Kuroko dan meletakan ujung pisau yang di simpan tepat di leher Kuroko.

"Aku tidak peduli. Saat ini aku datang padamu hanya ingin menawarkan sebuah pekerjaan. Jika kau mau melakukanya kau akan bebas, aku akan menyembunyikan identitasmu dan akan membunuh semua pengawalku yang tau tentangmu" kalimat yang sangat dingin dan juga sulit untuk di tebak bagi Akashi yang saat ini sangat terpojok oleh keadaan di sekitarnya. Akashi tersenyum pahit, dia menjauhkan pisau yang dia pegang. Kuroko berbalik dan kini saling berhadapan dengan Akashi.

"Pekerjaan apa yang kau inginkan?" tanya Akashi dengan wajah yang penuh dengan luka dan baju yang sudah tidak layak pakai.

"Menjadi pengawal pribadiku" jawab Kuroko jujur.

"Kau ingin bermain denganku?" Akashi kembali bertanya, karena merasa tidak yakin dengan jawaban Kuroko.

"Iya, aku ingin melihat seberapa hebat kau akan memainkan peranmu bersamaku" Akashi sekali lagi tersenyum, dia melangkahkan kakinya tepat kearah Kuroko. Matanya menembus mata milik Kuroko yang saat ini terlihat sangat indah dan juga menarik. Tangan kanan Akashi menyentuh dagu Kuroko dan meninggalkan bekas ciuman singkat di bibir mungil sang atasan.

"Apapun akan saya lakukan untuk anda, Tuanku"

.

.

"Jangan bergerak!" Hayama datang di antara tamu pesta sambil mengarahkan anak panahnya. Momoi saat ini hanya bisa menangis saat melihat Tetsuya tergeletak lemah di pangkuanya.

"Apa maksud semua ini? bukankah kau Hayama Kotaro pengawal di sini?" tanya Chihiro yang saat ini mencoba bicara dengan Hayama. Sebelum mendapat jawaban beberapa anak buah Hayama masuk sambil membawa senjata, semua tamu terlihat takut dan juga bersembunyi.

"Aku? pengawalnya? Iya memang benar. Tapi aku pura-pura menjadi pengawalnya. Semua ini aku lakukan untuk Akashi Seijuurou-sama pemimpin kami" jawab Hayama tegas. Chihiro melihat kearah Akashi yang masih terdiam, matanya mengarah pada Tetsuya yang menutup matanya.

"Sudah ku duga, ini semua rencanamu Akashi Seijuurou, apa kau bermaksud untuk membalas dendam atas kematian Akashi Masaomi-sama?" Chihiro meninggikan nada suaranya sambil mencabut pedang yang sudah terselempang di sebelah kiri bajunya. Akashi masih saja diam, dia menghela nafas lalu berjalan kearah Hayama.

"Tentu saja, dia adalah ayahku. Kau sendiri tau bagaimana dia Chihiro. Sampai akhirnya kau mengkhianati kami dan menjadi bawahan Kuroko Tetsuya" Chihiro paham apa yang Akashi katakan, selama ini Akashi Masaomi adalah komandan yang sangat menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan dia juga sempat menolak adanya perang di antara dua negera yang terjadi tahun lalu. Tapi ada hal aneh yang terjadi, Akashi Masaomi tiba-tiba menyerang tiba-tiba ke negera Fujimaki Kuroko. Untung saja penyerangan tersebut gagal karena ada mata-mata yang mengatakan penyerangan tersebut tapi, itu bukanlah Chihiro.

"Aku yang membunuh Masaomi. Harusnya kau membunuhku jangan melukai anakku" Fujimaki berjalan kearah Chihiro yang hanya beberapa meter dari Akashi berdiri.

"Fujimaki-sama..."

"Seijuurou, aku pantas mati di tanganmu karena aku yang membunuh ayahmu. Aku yang bersalah" Fujimaki terlihat sangat menyesal, dia bahkan berlutut sambil memohon pada Akashi walaupun dari jarak yang jauh.

"Ini sungguh drama yang sangat luar biasa, setelah membunuh anda menyesal Fujimaki Kuroko-sama? apa saat anda membunuh Masaomi-sama anda tidak menyesal?" Hayama terlihat sangat marah. Dia mengarahkan anak panahnya kearah Fujimaki yang mulai putus asa dengan kejadian yang menimpa dirinya dan juga Tetsuya.

Tapi, keadaan berbalik. Tiba-tiba saja anak buah Ogiwara datang dan mengarahkan senjata serta mengepung kelompok Hayama. Hayama terlihat bingung, padahal dia sudah menaruh beberapa orang di luar untuk berjaga, tapi kenapa malah meraka yang kini di sudutkan? Ogiwara akhirnya meninggalkan Tetsuya bersama Momoi, dia berjalan kearah Fujimaki dan membantunya berdiri.

"Menyerahlah Hayama, kami tau apa rencanamu sebenarnya" ujar Ogiwara. Hayama sangat terkejut, dia melihat kearah Akashi yang masih menutup mulutnya.

"Anda melakukanya Akashi-sama?" tanya Hayama ragu. Akashi masih saja terdiam, lalu dia tersenyum dan melihat kearah Hayama.

"Ayah melakukan perang itu secara tiba-tiba karena ayah tau akan ada kudeta di dalam negara kita, jadi sebelum kudeta itu berlangsung ayah memilih menyerang negera komandan Kuroko" Akashi menceritakan sesuatu pada Hayama. Hayama sama sekali tidak paham dengan cerita Akashi, bahkan Chihiro yang saat itu ada di negara Akashi tidak tau akan ada kudeta yang akan menjatuhkan Akashi Masaomi. Hayama yang tidak terima tiba-tiba saja marah, dia memanah beberapa tamu yang berada di dalam.

"Hentikan mereka!" perintah Ogiwara mengarahkan anak buahnya.

"Hayama, aku mohon hentikan. Kau bisa hidup tenang di sini atau bahkan di negera yang kau mau. Aku akan menanggung semuanya" Akashi mencoba membujuk Hayama, tapi dia sama sekali tidak percaya bahkan dia mengarahkan panah itu pada Akashi. Dengan wajah yang sangat kecewa Hayama melepas anak panah itu sayangnya terlambat, sebelum terlepas seseorang menancapkan pedang dari belakang tubuh Hayama. Dan itu adalah Chihiro.

"Chihiro, apa yang kau lakukan?"Akashi terkejut dengan tindakan Chihiro.

"Ini semua rencana kalian. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi, Tetsuya-sama sudah kau racuni dan sekarang Hayama menghancurkan pesta pernikahanTetsuya-sama. Aku tidak bisa diam begitu saja" Chihiro mengarahkan pedang pada Akashi, hingga mereka kini saling mengacungkan pedang untuk membela diri. Ogiwara melihat anak buahnya sudah mengalahkan orang-orang Hayama, dia akhirnya mengambil Tetsuya dari pangkuan Momoi dan membawanya keadalam di ikuti Fujimaki dan adiknya.

"Chihiro! Hentikan! Aku tidak ingin bertarung dengamu!"

"Kau yang membuatku seperti ini Akashi Seijuurou. Dari awal kau tidak pernah percaya padaku hingga aku mengkhianatimu. Bahkan saat ada kudeta di negeramu juga kau tidak pernah bilang padaku. Dan sekarang kau merebut semua perhatian Tetsuya-sama padamu" Chihiro semakin marah, dia bahkan melukai lengan Akashi dengan pedangnya. Akashi paham apa yang Chihiro rasakan, dulu mereka sangat akrab dan selalu bersama-sama tapi, Chihiro meninggalkan Akashi dan hilang entah kemana, sampai kabar itu muncul. Dimana Chihiro menjadi salah satu pengawal pribadi Fujimaki Kuroko.

Akashi tidak bisa melakukan apa-apa, dia membuang pedangnya dan membiarkan Chihiro melakukan hal yang dia inginkan.

"Mati kau! Akashi Seijuurou!" Chihiro mengarahkan ujung pedangnya dan berlari kearah Akashi. Tapi….

"Chihiro!" dia menghentikan langkahnya dan melihat Ogiwara berjalan kearah Chihiro. "Apa yang akan kau lakukan?" lanjut Ogiwara mencegah Chihiro.

"Dia pantas mati."

"Aku tau, maka dari itu bawa dia ke dalam tahanan dan bunuh dia di sana," Chihiro terkejut saat mendengar apa yang Ogiwara katakan,"Aku tidak peduli siapapun kau dan aku juga tidak peduli dengan apa yang kau lakukan Akashi, yang aku pedulikan kau melukai Tetsuya. jika terjadi sesuatu padanya. Aku yang akan membunuhmu" Ogiwara pergi meninggalkan Akashi dan Chihiro, Chihiro memerintahkan anak buahnya untuk membawa Akashi kedalam tahanan.

.

.

Tetsuya belum membuka mata. Momoi terus saja meneteskan air matanya. Bahkan Fujimaki masih terus memegang tangan Tetsuya walaupun dokter saat ini sedang memeriksanya. Ogiwara dan Chihiro masuk kedalam kamar Tetsuya dengan wajah yang sangat khawatir.

"Bagaimana Tetsuya, dokter?" Tanya Fujimaki.

"Tetsuya-sama baik-baik saja. Ini bukanlah racun, hanya sebuah obat penenang tapi dosisnya cukup banyak hingga mungkin akan sadar 2 atau 3 hari lagi. Tapi, ini tidak mengancam nyawanya" penjelasan dokter membuat raut wajah Momoi dan yang lain lega. Ogiwara tampak memikirkan sesuatu, dia keluar dari kamar Tetsuya yang di ikuti oleh Chihiro.

Chihiro melihat Ogiwara berjalan menuju tahanan, dia berlari kecil agar sampai pada Ogiwara.

"Kau mau membebaskan, Akashi?" tanya langsung Ogiwara.

"Tidak, aku hanya ingin menemuinya" Ogiwara kembali berjalan menuju tahanan, merasa tidak tenang Chihiro mengikuti Ogiwara.

Dalam tahanan, Akashi terduduk lemah ketika darah dari lenganya tidak bisa di hentikan. Wajahnya sangat gusar, dia selalu teringat Tetsuya yang selalu di permainkan. Tapi, ini semua bukanlah hanya permainan Akashi, bahkan Tetsuya juga ikut di dalamnya. Dalam hal ini Tetsuya sudah tau, bahkan Akashi akan merencanakan untuk meracuninya Tetsuya juga sudah tau. Tapi, kepercayaan Tetsuya sangatlah besar pada Akashi. Tetsuya yakin, minuman itu bukanlah berisi racun. Dan itu benar.

Akashi membuka matanya dan melihat Ogiwara berdiri di depan pintu tahanan. Akashi masih diam dan memegangi lenganya yang terluka.

"Apa maksud semua ini?" tanya Ogiwara kesal.

"Seperti yang kau tau" Akashi mencoba untuk berdiri sampai akhirnya dia menyandarkan tubuhnya di dinding, "apa lagi yang akan kau tanyakan? Bukankah kau tau semuanya, Ogiwara?" lanjut Akashi menatap tajam kearah Ogiwara yang mengumpat amarahnya.

"Kau…." Ogiwara berjalan kearah Akashi dan langsung memukul wajah Akashi, hingga Akashi terjatuh sambil menahan rasa sakit yang saat ini begitu terasa di sekujur tubuhnya. Saat itu Chihiro datang dan melihat Ogiwara yang membangunkan Akashi dengan mengangkat kera baju Akashi. "Permainan apa ini? Jika kau berani melakukanya. Lakukan di hadapanku!" sekali lagi Ogiwara memukul Akashi.

"Hmph, kau cemburu?" Akashi memancing amarah Ogiwara.

"Kau tau apa tentangku dan Tetsuya?"

"Aku tau semuanya, kau mencintainya. Tapi,kau kalah dariku Ogiwara" Akashi tersenyum sinis di antara luka yang berada di dekat bibirnya. Chihiro cukup terkejut dengan kalimat Akashi. Tapi, dia hanya bisa diam dan melihat Ogiwara untuk yang ketiga kalinya memukul Akashi. Bahkan bukan hanya wajah, Ogiwara memukul perut Akashi dan juga beberapa bagian di tubuh Akashi hingga saat ini Akashi hanya bisa tergeletak lemah dengan senyumanya.

"Chihiro jangan biarkan siapapun memberi dia makan ataupun minum" perintah Ogiwara sebelum dia meninggalkan Chihiro dan Akashi dalam satu ruangan. Chihiro hanya mengangguk. Saat Ogiwara sudah tidak ada, dia mengambil sebuah kain dari luar dan menghampiri Akashi. Dengan rasa yang masih kesal, Chihiro melilitkan kain itu pada lengan Akashi yang terluka.

"Kau kembali baik padaku seperti 5 tahun yang lalu Chihiro" ujar Akashi lirih.

"Karena aku sadar, kau yang menang Akashi Seijuurou"

"Menang?"

"Tetsuya-sama sudah memilihmu. Dia tau apa yang akan kau lakukan tapi, dia tidak menghindarimu" Chihiro berdiri dan melihat Akashi yang membuka matanya dengan posisi masih tergeletak di bawah. Chihiro akhirnya pergi meninggalkan Akashi yang menjadi pemenang, walaupun Akashi kali ini sudah mendapatkan luka yang tidak dia rencanakan.

.

.

2 hari kemudian

"Tetsuya-sama" panggil Momoi, ketika melihat mata Tetsuya mulai terbuka pelan. Fujimaki, Ogiwara dan Chihiro langsung menghampiri Tetsuya. Mata Tetsuya melihat sekeliling dengan keadaan yang masih lemah. Dia mencoba duduk di bantu oleh Fujimaki.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Fujimaki.

"Ayah tidak perlu cemas, aku baik-baik saja" jawab Tetsuya.

"Syukurlah anda baik-baik saja Tetsuya-sama. Saya sangat mengkhawatirkan anda" Momoi melihat Tetsuya dengan mata yang berkaca-kaca. Tetsuya hanya diam memikirkan beberapa hal yang terjadi padanya. Mata Tetsuya melihat kearah Ogiwara dan Chihiro.

"Ayah, Momoi, bisa tinggalkan kami sebentar? Aku ingin bicara dengan Ogiwara dan Chihiro" Momoi dan Fujimaki mengangguk paham. Mereka keluar dari kamar Tetsuya. Chihiro dan Ogiwara masih tidak membuka suara sebelum Tetsuya yang memulai pembicaraan.

"Dimana Akashi?" tanya Tetsuya.

"Dia di dalam tahanan" jawab Ogiwara. Tetsuya yang mendengar mencoba untuk turun dari atas tempat tidurnya. Chihiro langsung membantu Tetsuya berdiri.

"Aku baik-baik saja" Tetsuya melepas tangan Chihiro yang berada di pundaknya. Chihiro mengambil jas Tetsuya lalu membantu memakaikanya. Dengan keadaan yang masih kurang baik Tetsuya berjalan menuju keluar pintu, Ogiwara masih saja diam di tempat dengan suasana hati yang sungguh merasa kesal.

"Tetsuya…" panggilan itu membuat Tetsuya berhenti sebelum sampai kearah pintu, "Jika ini pilihanmu bisakah kau mengatakan sesuatu padaku?" suara yang sangat lirih dan juga penuh rasa tidak rela menyerahkan orang yang dia cintai pada orang lain. Tetsuya menoleh ke belakang dan berjalan kearah Ogiwara.

"Aku hanya ingin mengatakan Terimakasih dan maafkan aku" Tetsuya yang lebih pendek dari Ogiwara berjinjit dan mencium bibir Ogiwara sepintas hingga membuat Chihiro memalingkan wajahnya, Momoi yang mendengar percakapan itu dari luar menahan tangis di pelukan Fujimaki. Mungkin ini hal yang sungguh di luar dugaan mereka, tapi ini pilihan Tetsuya.

Tetsuya keluar dari kamarnya dan melihat Momoi tersenyum dengan mata yang penuh dengan air mata.

"kau adalah gadis yang sempurna, tapi aku bukanlah yang bisa menyempurnakanmu. Aku harap kau mendapatkan yang lebih baik dariku. Dan… ayah terimakasih tapi, aku minta maaf jika ini sebuah kesalahan maka hukumlah aku" Tetsuya membungkukan badanya di depan Fujimaki. Tanpa mendapat jawaban Tetsuya pergi meninggalkan mereka.

.

.

Dengan wajah yang begitu cemas Tetsuya membuka pintu tahanan, dia melihat Akashi menyesuaikan dirinya dengan cahaya matahari masuk kedalamnya. Tetsuya berjalan kearah Akashi yang bersandar di dinding dengan wajah yang sangat kacau dan luka yang masih belum terobati. Lutut Tetsuya terjatuh di lantai dan tanganya mencoba meraih wajah Akashi.

"Kau tidak akan bisa melakukanya, Akashi" ujar Tetsuya yang kini tanganya menyentuh pipi Akashi.

"Yah, aku yang menang" jawaban dan senyuman yang sungguh membuat Tetsuya tau, inilah Akashi Seijuurou yang dulu pernah dia temui. Akashi langsung meraih tubuh Tetsuya hingga keduanya terjatuh kelantai. Akashi membiarkan wajah Tetsuya tenggelam di dalam pelukanya.

"Kau sangat pintar bersandiwara, Akashi" Tetsuya melihat kearah Akashi yang kini tersenyum padanya.

"Dan kau mengikuti permainanku, kau sangat pintar"

"Mana panggilan hormatmu padaku?"

"Aku menghormatimu karena kau atasanku tapi, saat ini kau adalah milikku kalimat penghormatan saja tidak cukup yang akan aku lakukan adalah…." Akashi memegang pipi Tetsuya dan mencium bibirnya dalam,rasa rindu itu dan rasa ingin memiliki itu kini tersampaikan. Dalam hati Tetsuya dan Akashi merasa sangat puas, ini yang akhirnya mereka dapatkan. Akashi merebahkan tubuh Tetsuya dengan posisi masih menciumnya hangat, hingga ingatan itu terlihat saat pertama kali mereka bertemu.

-Finish!-

Tetsuya saat itu sedang berburu, dia keluar dari rumah tanpa sepengetahuan ayahnya. Tapi, saat dia sedang mengejar seekor rusa Tetsuya sudah melewati perbatasan tanpa dia sadari. Tetsuya masih saja terus memburu rusa tersebut sampai dia kini berada di sebrang sungai, matanya mulai focus pada rusa tersebut, dan panah itu di lepas tepat di tubuh sang rusa. Tetsuya bermaksud untuk menyebrang sungai, tapi dia terpeleset dan terjatuh hingga arus membawanya pergi jauh.

.

.

Perlahan Tetsuya membuka mata, ada rasa sakit di bagian kepala dan tubuhnya tapi, dia merasakan ada api unggun di sekitar dia tertidur. Saat mata Tetsuya mulai terbuka lebar dia melihat seseorang telah menyelamatkanya tapi, tidak ada satu orangpun di sekitar Tetsuya.

"Kenapa tidak ada orang?" Tetsuya bangun sambil menahan rasa sakit di kepalanya. Dia berdiri dan berjalan di sekitar tempat yang kini menjadi tempatnya berteduh. Tapi, saat Tetsuya mencari orang yang menolongnya tiba-tiba ada lolongan srigala yang mendekati Tetsuya. Tetsuya sempat lari dan menghindar tapi, ternyata memang benar ada seekor srigala yang kini mendekati Tetsuya. Matanya melebar tajam dan tubuhnya mulai lemas, jika Tetsuya lari mungkin tidak akan sempat. Tetsuya memejamkan matanya erat.

Merasa tidak ada suara lagi dari srigala itu Tetsuya membuka mata, dia melihat anak panahnya sudah menancap di tubuh srigala abu-abu itu. Tetsuya menoleh kebelakang dan melihat seorang pemuda berambut merah memakai panah Tetsuya untuk menyelamatkanya. Mata merah yang tajam dan juga sangat dingin, dengan pertemuan mata aquarius yang lembut dan hangat membuat keduanya kini terjebak dalam hubungan yang di namakan cinta.

Saat itulah mereka bertemu, pertemuan yang sungguh kini menjadi takdir yang mendekatkan mereka menjadi hubungan yang harus di terima oleh orang lain. Karena ini sebuah keputusan, keputusan yang Tetsuya ambil untuk kebahagiaanya. Dan semuanya telah selesai permainan ini berakhir dengan cinta yang mereka temukan.

-Finish!-

END


Note : Terimakasih untuk semuanya yang sudah membaca dan berpartisipasi dalam Fict ini. Ini hanya sebuah cerita yang sama sekali belum sempurna, kritik dan saran kalian akan sangat saya tunggu. Semoga kita bisa berjumpa lagi di Fict AkaKuro selanjutnya. ( Sungguh endingnya jauh berbeda dari chapter sebelumnya )