Bagian Yang Hilang

It's KookMin Fanfic!

Kook!Seme Min!Uke.

WARN! Typo(s), gak sesuai EYD, Alur pasaran.

.

.

Nyonya Jung Present

.

.

[Bagian Yang Hilang I]

Bandara.

Lelaki imut yang mengenakan jaket hitam dengan dalaman kaos putih polos lengan panjang dan dipadu dengan celana jeans selutut yang terlihat tidak seperti selutut, tapi se-paha. Park Jimin.

Dia membawa-bawa kopernya menuju pintu keluar bandara. Dirinya sangat senang karena tugasnya selesai lebih cepat dari yang diperkirakan. Kenapa dia memakai baju sesantai itu? Karena Jimin tidak bersama rekan-rekan kerjanya. Lagipula hanya Jimin yang tidak ke kantor lagi setelah dinas, tugas-tugas Jimin sudah selesai karena lembur waktu itu.

Tapi yang membuatnya sangat senang bukan hanya itu, melainkan kekasih tercintanya. Jimin sudah berjanji pada Ibu Jungkook untuk datang ke sana saat sudah sampai di Korea.

Jimin menyetop taksi yang akan mengantarnya ke rumah Jungkook.

Ia menekan nomor telepon yang sangat dia hafal bahkan sudah di luar kepala.

"Kookie!" Ya, Jimin menelpon Jungkook.

'Hyung! Hyung aku merindukanmu, rasanya aku tidak kuat'

Jimin senang sekali mendengar suara Jungkook yang sangat dia rindukan. Anggap mereka berlebihan, tapi itulah kebenarannya.

"Aku juga rindu padamu. Tapi ada angin apa seorang Jeon Jungkook merindukanku um? Biasanya kita kan tidak bertemu dua minggu karena aku sibuk kau biasa saja" Jimin heran memang, tapi biarlah, Jungkooknya jarang-jarang merindukannya seperti ini.

Cukup lama Jimin berbicara dengan Jungkook. Jungkook bilang dia tidak akan menjadi Jungkook yang dulu yang sangat dingin dan cuek. Ya Tuhan Jimin senang sekali rasanya. Apalagi tadi Jungkook mengubah marganya menjadi Jeon, membuat pipinya memerah seperti tomat.

"Kookie apa kau di rumah?"

'Tidak, aku sedang makan bersama Tae-hyung dan Yoon-hyung'

Ah kesempatan bagus! Batin Jimin. Dia akan membuat surprise untuk Jungkook, dia tidak tahu kalau dirinya pulang hari ini.

"Baiklah, nikmati hari mu Kookie. Aku mencintaimu, mwah"

Astaga betapa memalukan dan kekanakan sekali Jimin. Dirinya merutuki sikapnya tadi. Seperti anak Sekolahan yang sedang mabuk cinta, memberi bunyi kecupan di telepon. Jungkook pasti jijik. Tidak tahu kah kau kalau Jungkook menyukainya.

'Ya, aku mencintaimu juga Hyungie'

PIP

.

.

Setelah perjalanan yang tidak menghabiskan waktu banyak, akhirnya Jimin sampai di kediaman Jungkook.

Saat dirinya menekan bel rumah, Ibu Jungkook, Seokjin, menyambutnya.

"Wah Jimin sudah pulang? Kenapa cepat sekali, sayang? Kau bilang seminggu." Ucap Seokjin senang lalu membukakan pintu gerbang untuk Jimin.

"Masuklah Jimin"

"Terima kasih, Bu. Pekerjaanku selesai lebih cepat daripada yang diperkirakan, jadi aku bisa pulang" ucap Jimin senang. Mereka berjalan menuju pintu rumah menyusuri pelataran yang cukup luas.

"Ah begitu rupanya. Tapi Jungkook sedang keluar"

"Tidak apa-apa, Ibu. Aku tidak ingin dia tahu kalau aku pulang"

"Ingin membuat surprise, eh?"

"Begitulah" ucap Jimin malu-malu.

"Ya sudah ayo masuk ke dalam rumah. Kakak Jungkook datang dan sepertinya aku harus menyiapkan obat sakit kepala"

"Oh Hoseok pulang ternyata. Semoga mereka tidak banyak membuat ulah"

"Semoga ya, Jim"

Lalu mereka sampai di ruang tengah, di mana ada Namjoon, Hoseok, dan seorang lelaki yang tampak mungil dan imut.

"Ayah, Jimin sudah pulang!" Ucap Seokjin.

"Wah Jiminie! Apa kabar?" Tanya Namjoon.

"Aku baik Ayah. Semoga Ayah juga sama baiknya"

"Pasti Jimin."

"Hai Hyung. Lama tidak berjumpa dengamu" ucap Hoseok senang lalu memberi salam kepada Jimin.

"Aku juga, aku rindu melihat kau dan Jungkook bersama."

"Jangan pernah satukan aku dengannya Jimin." Ucap Hoseok sambil bergidik ngeri.

"Jimin, itu kekasihku, biasa dipanggil Woozi" lanjut Hoseok.

"Halo, aku Woozi, Hyung" ucap Woozi ramah.

"Beruntungnya dirimu. Langgeng ya" ucap Jimin sambil menepuk bahu Woozi.

"Semoga"

"Pasti!" Ini Hoseok. Hoseok memang selalu beda.

"Baiklah, ayo Woozi, Jimin, kita ke dapur, kita akan memasak. Jiminie, kau bisa menaruh koper dan barang-barangmu di kamar Jungkook ya"

"Siap!" Ucap mereka berdua.

"Ah aku lupa. Hoseok, karena Jungkook sedang pergi dan tidak pulang-pulang, tolong cuci mobil, motor dan potong rumput di halaman belakang ya."

Hoseok terdiam mendengar suruhan ibunya.

'Adik sialan!' Batin Hoseok.

.

.

[Bagian Yang Hilang II]

Pagi hari di kediaman Keluarga Jeon.

Hoseok sudah rapi dengan setelan Jas formal dipadu dengan kemeja putihnya. Oh Woozi juga ada di sana mengenakan setelah yang mirip dengan Hoseok. Mereka berdua sedang sarapan di ruang makan bersama Seokjin dan Namjoon.

Tap Tap Tap

"Kebo" ucap Hoseok saat melihat adiknya yang baru bangun dengan keadaan setengah sadar. Rambutnya juga acak-acakan.

"Masih pagi Hyung, udah ngajakin ribut aja sih"

"Pagi dari mana, sekarang jam 10"

"Menurutku ini masih pagi"

"Kau itu memang kebo"

Belum sempat Jungkook melayangkan protesnya lagi, Seokjin sudah mendelik tajam ke arahnya. Lalu Jungkook dengan kesal menginjak kaki Hoseok dengan keras.

"AW! Jungkook sarap!"

Jungkook hanya menyeringai lalu menyendokkan nasi dengan tenang, lalu dia mengambil lauk. Tunggu- kemarin ibunya berjanji akan membuatkannya ayam goreng. Tapi kenapa tinggal minyak dan bumbunya saja di piring itu.

Jungkook menoleh ke piring Hoseok.

"HOSEOK HYUNG!"

Ya, Hoseok mengambil semua sisa ayam goreng lalu dia makan tanpa nasi, sengaja membiarkan Jungkook makan yang lain. Dan sekarang keadaan berbalik, Hoseok menyeringai penuh kemenangan.

"Hoseok, cepat kembalikan ayam goreng Jungkook"

"Tidak usah, Bu. Udah digerogotin gitu. Kuda peyang" ucap Jungkook kesal.

"Sudah-sudah nanti ayah yang buat"

"Ayah yang buat? Gak salah?" Ucap Jungkook, Hoseok dan Seokjin bersamaan. Membuat Woozi yang sedang makan dengan tenang itupun terkekeh melihat keluarga kekasihnya.

"Salah sih memang. Makanya makan tuh makan aja. Ribet banget" ucap Namjoon pasrah. Pasalnya dia memang tidak bisa masak.

"Ayahku sayang, ayam goreng itu udah Jungkook pesan dari kemarin, ayah tahu kan kalau ayam goreng buatan ibu sangat enak. Tapi Jeon Kuda itu malah memakannya" ucap Jungkook sebal.

Jungkook melihat sesuatu yang aneh lagi pada Hoseok. 'Nih anak minum mulu kerjaannya, biarin aja beser' batin Jungkook.

Lalu Jungkook merasa haus, dia ingin mengambil segelas susu yang selalu dibuatkan ibunya. Tapi tidak ada, Jungkook kesal, lalu dilihatnya Hoseok. Di samping piringnya yang sudah kosong, di sana ada dua gelas bekas susu yang sudah kosong juga. DUA GELAS.

"HOSEOK!" teriakan Jungkook kali ini lebih keras dari sebelumnya.

.

.

Sebenarnya, Hoseok pulang itu karena ingin datang ke pesta pernikahan temannya, Myungsoo. Woozi datang pagi-pagi sekali hari ini untuk ke rumah Hoseok, karena Hoseok menyuruhnya untuk sarapan bersama di sini.

Jungkook sedang memainkan ponselnya, sudah dipastikan dia sedang chat dengan Jimin, dia senyum-senyum soalnya.

"Ayah, Ibu, aku dan Woozi berangkat dulu ya" teriak Hoseok karena Namjoon dan Seokjin sedang berada di lantai dua mengurus halaman di sana.

Lalu di balas dengan teriakan 'ya' dari atas sana.

"Mau kemana hyung?" Tanya Jungkook.

"Ke acara nikahan. Kenapa?"

"Emangnya punya temen?"

"Banyak, man"

"Oh kirain ga ada yang mau main sama kuda lepas kaya hyung"

'Sialan!' Batin Hoseok.

"Bye adikku sayang mwah" ucap Hoseok sambil memberikan flying kiss-nya.

"Najisin ih Hoseok!" Jungkook merinding jijiik.

.

.

Dan hari itu Hoseok pulang membawa buket bunga pernikahan dari temannya. Buket bunga yang mempunyai mitos akan memiliki pasangan secepatnya, atau untuk yang sudah berpasangan, akan menikah secepatnya. Hoseok pulang lalu berteriak-teriak tidak jelas.

Jungkook yang melihatnya langsung memasang wajah datar.

"Ya ya semoga kau bisa menikah secepatnya hyung" ucap Jungkook malas.

.

.

[Bagian Yang Hilang III]

Hari ini adalah wisuda Jungkook.

Jungkook dengan setelan jas lengkap dengan kemeja putih serta dasi dan sepatu pantofel mengkilatnya itu sungguh membuat Jeon Jungkook sangat sangat menawan. Bahkan tidak jarang wanita yang memandang kagum ke arahnya, dan pria yang menatap iri.

Jungkook sedang menunggu Jimin di universitasnya. Kekasihnya itu lama sekali, membuat dirinya jadi sensitif. Dia takut ada apa-apa yang terjadi dengan Jimin, karena dihubungi tidak bisa.

"Wih yang mau wisuda" ucap Hoseok yang tiba-tiba datang.

"Apa? Ngajak ribut? Ayo" Jungkook memasang kuda-kuda bersiap melayangkan Wing Chun Punch andalannya.

"Tuhkan, baru aku ingin berdamai, kau minta ribut"

"Sudahlah, Jungkook jangan sensi gitu. Masuk saja duluan, nanti Jimin akan datang" ucap Seokjin.

"Hft baiklah. Aku duluan. Nanti kalau Jimin sudah datang, bilang bahwa aku mencarinya"

"Ya yaa, sudah sana. Nanti kami menyusul." Lalu Jungkook meninggalkan mereka. Para anggota keluarga memang harus mendahulukan anak-anaknya memasuki gedung wisuda.

Lalu mata Seokjin dengan teliti mencari sosok Jimin di pintu masuk. Dan Gotcha! Itu dia. Jimin si manis baik hati yang dapat memikat hati siapapun. Pakaian Jiminpun sama formalnya dengan Jungkook.

"Jimin-ah!" Teriak Seokjin. Jimin lalu menoleh ke sumber suara dan menemukan Ibu Jungkook. Ia pun menghampirinya.

"Ibu, ayah, Hoseok. Maaf aku terlambat. Tadi ada kendala dengan bunga yang aku pesan untuk Jungkook. Lalu jadinya seperti ini. Sekali lagi maafkan aku." Ucap Jimin penuh sesal.

"Tidak masalah Jimin. Omong-omong, bunganya bagus sekali!" Pekik Seokjin senang.

"Ah ya, aku memesan pada temanku dua hari lalu. Pasti Jungkook sudah masuk duluan ya?"

Belum sempat dijawab, pembicaraan mereka terusik karena suara pemberitahuan yang mengharuskan para anggota keluarga memasuki gedung wisuda.

"Ayo, kita susul Jungkook"

.

.

Jungkook lulus dengan nilai sangat memusakan. IP 3,75. Hal itu sontak membuat keluarganya bahagia. Jangankan keluarganya, Jiminpun juga sangat bahagia.

"Wah Jungkook-ah selamat! Kau meraih posisi kedua tertinggi di angkatan kita!"

"Terima kasih Zelo-ah." Ucap Jungkook tulus. Saat ini Jungkook masih dikerubungi oleh teman-temannya yang memberi ucapan terima kasih. Keluarganya serta Jimin hanya melihat dari kejauhan, betapa bahagianya seorang Jeon Jungkook saat ini.

"Baiklah, aku ingin menemui Ayah Ibu ku, sampai bertemu lagi." Ucap Jungkook pada teman-temannya lalu menghampiri keluarganya.

"Jungkook-ah selamat!" Ucap kedua orang tuanya.

"Adikku sudah besar heh"

"Terima kasih Ayah, Ibu. Aku memang sudah besar" ucapnya. Lalu melirik pemuda manis di samping Hoseok yang sedari tadi menyembunyikan tangannya di balik punggung.

"Jimin" panggil Jungkook.

"Y-ya?"

"Tidak mau memberiku selamat hum?"

"A-ah ini untukmu" ucap Jimin malu. Astaga belum pernah rasanya dia memberi bunga pada seseorang. Bahkan dia diberi bunga pun tidak pernah, Jungkook lebih sering memberinya ice cream dan kembang gula.

"Terima kasih, bunganya indah, aku suka. Tapi aku lebih suka dirimu"

Aish wajah Jimin sekarang merona hebat. Dia sangat malu, di depan keluarga Jungkook. Astaga.

"Jimin hyung." Ucap Jungkook lalu meraih sebelah tangan Jimin untuk dia genggan erat.

"Ya?" Jimin menatap manik hitam Jungkook.

"Kau tentu tidak lupa dengan kata-kataku minggu lalu kan?" Tanyanya sambil menyeringai penuh arti.

"Maksudmu?"

"Aku sudah wisuda, dan aku akan meneruskan pekerjaan ayahku. Maka.." ucap Jungkook menggantung.

"Menikahlah denganku, hyung" Ucapan Jungkook terdengar sangat tegas dan yakin.

"Apa?! Astaga kau masih bocah Jungkook-ah!" Ini Hoseok.

"Wae? Aku telah berjanji padanya."

"Baiklah-baiklah, ayah dan ibu mendukung setiap keputusanmu." Ucap Namjoon tersenyum tulus lalu merangkul Seokjin yang masih tersenyum haru.

"Bagaimana jawabanmu hyung?"

"Baiklah. Aku setuju" jawab Jimin tak kalah yakin.

"YES!"

"Yang dapat bunga kan aku, kenapa Jungkook duluan yang nikah. Demi Tuhan kau masih bau minyak telon Jeon Jungkook"

"Apa? Badanku itu harumnya maskulin ya hyung, bukan minyak telon, jebal"

.

.

"Ibu! Jungkook itu masih kecil. Masa dia mau nikah?" Tanya Hoseok saat sudah di rumah.

"Jimin itu lebih tua darimu, wajar."

"Baiklah. Tiga bulan setelah Jungkook menikah, aku akan melangsungkan pernikahan dengan Woozie."

"APA?!"

.

.

Epilogue

'RUANG PRESIDEN DIREKTUR'

Cklek

Pintu ruang kerja di salah satu perusahaan yang sekarang menjadi banyak perbincangan publik itu terbuka. Menampakan sosok lelaki tampan dengan balutan jas formal, dan kacamata yang membingkai wajah tampannya.

Jeon Jungkook.

"Hai"

Jungkook mendongak dan mendapati teman hidupnya berada tepat di depannya, sontak ia pun mengembangkan senyumannya.

"Ada yang bisa Saya bantu?" Tanya Jungkook.

Jimin mendekat lalu duduk di depan meja kerja Jungkook, wajahnya terlihat muram mendadak. Ah apa ini pengaruhnya dengan apa yang sekarang dialami Jimin?

"Ku rasa jika ingin bertemu denganku harus menggunakan izin dan proses yang sangat rumit. Tapi kenapa tiba-tiba ada seseorang memasuki wilayahku?" Tanyanya menggoda sang kekasih.

"Berhenti bercanda Jeon Jungkook"

Jungkook terkekeh pelan, Jiminnya sedang sensitif sekarang.

"Baiklah baiklah, sayang. Habis menjemput Wonwoo, hum?"

"Ya" ujarnya singkat.

"Maaf jadi Hyung yang menjemput, aku ada rapat tadi. Lalu Wonwoo sekarang dimana?"

"Seperti biasa, tertahan di pintu masuk, dan dengan santainya menanggapi godaan-godaan karyawanmu"

"Mungkin ketampanan yang aku wariskan sudah melekat padanya" ucap Jungkook berbangga diri, melupakan pekerjaannya yang sejak tadi dia geluti.

Jeon Wonwoo, putra pertama pasangan Jeon Jungkook dan Jeon Jimin. Ia lahir tepat setahun setelah pernikahan kedua orang tuanya, dan umurnya sekarang sudah 6 tahun.

"Aku bingung, bocah sekecil dia sudah bisa menanggapi kalau digoda karyawanmu. Apa ini yang disebut keturunan dari seorang Jeon Jungkook si The Most Wanted dulu?"

"Jangan lupakan kalau julukan itu masih melekat kuat padaku, hingga aku bertemu denganmu, Jeon Jimin yang sangat mempesona. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar baby kita di dalam perutmu?" Tanya Jungkook sambil berdiri dari singgah sananya lalu mendekati Jimin.

"Tadi sebelum ke sini aku check up, dan kata dokter kandunganku semakin membaik dan tidak terlalu lemah seperti Wonwoo dulu." Ucapnya bahagia.

"Ah syukurlah. Sekali lagi maaf, tidak bisa menemanimu Check Up."

"Tidak masalah. Kau suamiku, aku harus mengerti pekerjaanmu"

"Terima kasih, sayang" ucap Jungkook tulus.

"Ku dengar, Yoongi kemarin melahirkan. Mau tidak sepulang kau dari sini kita menjenguknya. Aku merindukan mereka."

"Baiklah, aku akan mengosongkan jadwalku setelah ini. Apakah anaknya hyper seperti Taehyung, atau justru galak seperti Yoongi Hyung ya? Semoga gen Taehyung lebih dominan. Aku kasihan jika dia harus menghadapi replika Yoongi Hyung nantinya" ucap Jungkook yang bersimpati pada sahabatnya itu.

"Kau ini"

"Dan kapan kau akan ambil cuti?" Tanya Jungkook.

"Mungkin dua bulan lagi."

Jungkook mengusap perut Jimin yang memang sudah membuncit. Mengusapnya penuh sayang. Tidak disangka ini adalah kehamilan kedua bagi Jimin. Betapa bersyukurnya dia memiliki pendamping hidup seperti Jimin.

"Aku mencintaimu Hyung"

Jungkook mendekatkan diri pada Jimin. Menghapus jarak keduanya. Lalu meraih bibir Jimin yang sangat manis.

Chu~

BRAK

"UMMA! APPAA!" Teriak anak kecil tampan yang diketahui adalah anak mereka. Mendengar itu, Jungkook dan Jimin langsung menjauh.

'Untung kau anakku, Wonwoo sayang.' Batin Jungkook gemas.

"Oh?" Wonwoo bingung, pasalnya posisi kedua orang tuanya sungguh tidak dia mengerti.

"Umma sakit?" Tanyanya karena melihat wajah Jimin yang memerah sampai ke telinga. Astaga polos sekali kau, nak.

"Apa adik Wonwoo sedang sakit di dalam sana?" Tanyanya sedih.

"Tidak, adik Wonwoo sehat. Kemarilah." Ucap Jungkook.

Wonwoo dengan semangat berlari ke pelukan ayahnya.

"Jagoan Appa semakin berat saja, makan apa hum?" Tanya Jungkook lalu melayangkan kecupan pipi anaknya. Membuat Wonwoo terkikik geli.

"Aku makan masakan umma yang sangaaat enaak"

Melihat interaksi suaminya dengan anaknya, membuat Jimin bahagia bukan main. Jungkooknya sudah sangat sangat dewasa dibanding dulu. Tidak ada Jungkook yang langsung bertengkar jika bertemu Hoseok, begitupun sebaliknya. Dan sekarang malah anak mereka yang mewarisi kelakuan ayahnya. MinGyu (anak Hoseok) dan Wonwoo kadang suka bertengkar hanya karena berebut mainan, atau makanan. Persis Jungkook dan Hoseok dulu.

"Jungkook-ah, aku pun sangat mencintaimu" ucap Jimin sambil berbisik di telinga Jungkook.

Jungkook menoleh lalu mengecup singkat pipi Jimin.

.

.

END

AKHIRNYAAA INI BENERAN END T.T maaf gak bisa bales review satu-satu, aku sempetin update ini pun nyolong-nyolong/? .. tapi sumpah aku seneeeeeng banget baca review kalian makasih banyaakk udah mau review, fav, follow cerita inii^^ especially fatikan nabila yang bela-belain review pake akun temen ya aduhh aku terharuu, makasih banyakk^^ maaf chap kemarin banyak typo yah -,-

Gimana nih tanggapannya sama chapter bagian yang hilang? Aku menepati janjikuu ^^

Last, but not least, mind to RnR? ^^ Thanks So much!

BEST REGARDS,

NYONYA JUNG.