Previous
"SEHUN SEKARANG!"
Sehun mendengar Woobin memberi aba-aba. Dikeluarkannya pistol di belakangnya sebelum
Ckrek…!
Dia juga mengarahkan senjata mengiringi kepergian orang-orang yang begitu ia cintai untuk pergi dari situasi mengerikan ini. "Doojon lindungi kepala Luhan."
Doojon dengan berat hati memeluk istri bosnya. Ditutupinya kepala Luhan agar tidak melihat sebelum
BLAM…!
Mereka semua berhasil keluar dari neraka ini. Meninggalkan Sehun yang bisa menghela nafas lega mengingat istrinya sudah bisa keluar dari tempat mengerikan ini.
DOR…!
"HYUUNG!"
Woobin berteriak saat seseorang menembak lengan Yunho. Membuat Sehun menoleh dan mendapati bahwa seseorang yang menembak Yunho adalah orang yang sama yang menyebut dirinya sebagai "Ayah" mereka berempat.
.
.
.
.
.
.
.
Entangled
Main Cast : Sehun & Lu Han
Genre : Romance, Family, Hurt/Comfort
Rate : M
Length : Chapter
YAOI. Typo (s)
HUNHAN STORY!
.
.
.
.
Final chap!
.
PART II
.
.
.
.
.
"PRESDIR APA YANG KAU LAKUKAN?"
Seunghyun berteriak marah karena tembakan yang sengaja diberikan Youngmin untuk Yunho. Bertanya-tanya mengapa pria tua disampingnya terus melakukan hal yang sepertinya bertentangan dengan apa yang ia ketahui.
"Kita harus membunuh mereka bertiga dan segera pergi dari sini!"
"Apa kau bilang?"
DOR…!
"CHOI SEUNGHYUN CEPAT BUNUH MEREKA BERTIGA AGAR KITA BISA KELUAR DARI SINI!"
Seunghyun dibuat takjub dengan perintah yang dia terima. Diturunkannya senjata yang ia pegang sebelum menatap marah pada pria tua yang terlihat sangat ketakutan saat ini "Katakan sekali lagi perintahmu!"
"Bunuh mereka agar kita bisa keluar bajingan!"
Seunghyun tertawa menyeramkan saat ini. Tak mempercayai apa yang dikatakan Youngmin sebelum tangannya menunjuk ketiga adiknya bergantian "Bunuh mereka? Adik-adikku?"
"MEREKA BUKAN ADIKMU!"
"TAPI MEREKA PUTRAMU!"
Youngmin tertawa kecil mendengar penuturan Seunghyun. Rasanya begitu jiik mendengar mereka adalah putramu sementara yang mereka lakukan hanya terus mengincar nyawanya. Membuat si pria tua yang sedang ketakutan kehilangan akal sehat sebelum dengan keji mengatakan
"MEREKA HANYA MESIN UANG DAN MESIN PEMBUNUH UNTUKKU! AKU MEMBESARKAN MEREKA SEPERTI ANJING PELIHARAAN DAN SEKARANG MEREKA MENCOBA MENGGIGITKU! JADI BUNUH MEREKA AGAR KITA BISA BERTAHAN-…."
Ckrek…!
"PARK YOUNGMIN!"
Seunghyun mengokang senjatanya tepat ke arah Youngmin. Merasa begitu sakit hati karena ucapan pria yang ia hormati sebagai seorang "ayah".
Seunghyun mengira Youngmin benar tulus dan peduli padanya dan ketiga adiknya. Namun saat kalimat "Mesin uang dan mesin pembunuh" diucapkan sendiri oleh Youngmin maka hanya ada kemarahan yang dirasakan Seunghyun mengetahui siapa mereka di mata bajingan di depannya.
"Seunghyun-na…Apa yang kau lakukan?"
Sontak perbuatan Seunghyun memicu ketegangan yang tak bisa dijabarkan saat ini. Sehun, Yunho dan Woobin bahkan diam-diam tersenyum melihat dan menyadari bahwa kakak tertua mereka sudah bisa mengetahui siapa bajingan di depannya.
"Kau salah membesarkan mesin pembunuh."
"Hey nak…"
"AKU BUKAN ANAKMU SIALAN!"
"CHOI SEUNGHYUN!"
Disaat bersamaan seseorang memanggil Seunghyun. Membuatnya menoleh dan mendapati Hyungsik juga mengarahkan senjata padanya. Pemuda amatir itu bahkan menyeringai keji namun hanya terlihat seperti orang bodoh untuk Seunghyun. "Sampah."
"APA KAU BILANG? AKU BUKAN-…"
DOR!
Suara si amatir hilang begitu saja saat seseorang menembak tepat di kerongkongannya.
BRAK…!
Dan saat tubuh Hyungsik terjatuh, maka terlihatlah Sehun -si penembak- saling bertatapan dengan Seunghyun. Keduanya hanya berpandangan sekilas sebelum
Ckrek…!
DOR!
Sehun menembak udara. Membuat seluruh anak buahnya, Yunho, bahkan anak buah Youngmin yang tersisa diam dengan kegiatan saling membunuh mereka.
Sehun menatap satu-persatu anak buah Youngmin sebelum memberikan ultimatum terakhirnya
"Aku beri waktu tiga detik untuk meninggalkan gedung ini." katanya menatap satu persatu anak buah Youngmin sebelum menatap si pria tua yang kini meringkuk seperti tikus yang tertangkap.
"Atau kalian akan mati seperti Presdir Park yang terhormat." Ujarnya keji sebelum
"Satu…"
"Dua.."
Satu persatu anak buah Youngmin pun berhianat dan memilih lari dari gedung tua ini. Mereka tahu mereka sudah kalah dari Sehun dan Yunho. Dan saat melihat Seunghyun mengarahkan senjatanya pada Youngmin maka sudah dipastikan mereka mati jika tidak segera pergi darisini.
"Tiga…"
Sehun sampai pada hitunganya. Bibirnya tersenyum keji sebelum
Ckrek…!
Dia kembali mengokang senjatanya. Ikut mengarahkannya pada Youngmin sebelum menatap Seunghyun disampingnya "Jadi dimana posisimu kali ini?"
Seunghyun terlihat berfikir sejenak. Menatap Sehun lalu kemudian melihat ketakutan dari pria tua yang dalam hitungan detik mengatakan siapa mereka berempat untuk dirinya.
Jujur Seunghyun merasa ini terlambat. Namun saat Sehun bertanya padanya, maka tanpa ragu dia menjawab
"Aku bersama kalian."
"Bagus."
Sehun menyeringai penuh kemenangan sebelum
Ckrek…!
Bersamaan dengan Seunghyun. Keduanya kini mengarahkan senjata mereka pada bajingan tua yang menyebut dirinya sebagai seorang "ayah"
Youngmin pun dibuat ketakutan karena dua orang paling berbahaya yang pernah ia besarkan berbalik menyerang dirinya. Membuatnya seketika ingin melarikan diri namun nyatanya dua orang yang lain sudah menunggu di belakang.
"Aboji…Bermainlah bersama kami. Jangan terburu-buru."
Yunho mengabaikan lengannya yang bercucuran darah. Karena sungguh luka di lengannya tidak bisa mengalahkan rasa bahagianya saat Seunghyun memutuskan untuk berada dipihak mereka dengan Youngmin yang terjebak dengan mereka berempat.
"Apa yang-…APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Ckrek…!
Terdengar satu lagi kokangan pistol. Dan tak perlu bertanya siapa yang melakukannya karena saat ini Woobin ikut mengarahkan senjatanya tepat ke wajah bajingan yang membesarkannya dengan keji "Kami? Kami ingin membunuhmu aboji." Katanya menggeram marah sebelum
DOR!
"arhhh…"
Woobin adalah orang pertama yang menembak Youngmin tepat di kaki kanan pria yang menyebut dirinya "ayah". Dihiraukannya tatapan ketiga hyungnya dan hanya memutuskan hal yang seharusnya ia lakukan sejak lama "Mati kau!"
Woobin terus mengumpat pada Youngmin. Membuat si pria tua yang membawa senjata di tangannya menggeram marah sebelum "BERANI SEKALI KAU KIM WOOBIN!"
Youngmin berniat membalas si bungsu dari empat bajingan yang ia besarkan. Namun belum sempat dirinya menarik pelatuk, maka lebih dulu terdengar bunyi tembakan lain yang berasal dari Yunho dan kali ini tepat mengenai kaki kirinya.
"arhh…."
BRAK..!
Bersamaan dengan tembakan Yunho maka tersungkurlah Youngmin yang kini merintih kesakitan. Wajahnya berkeringat hebat dengan mata memohon agar penyiksaan untuknya dihentikan "Maafkan aku anak-anakku. Maafkan ayah kalian yang sudah tua ini."
Sehun yang bereaksi pertama kali. Diludahinya wajah Youngmin sebelum dengan keji berjongkok menjambak rambut tipis pria tua di depannya "Sudah berapa kali aku bilang jangan pernah menyebut ayah pada kami."
"rrhh-…Sehun. Maafkan aku nak. Ayah-…"
"PARK YOUNGMIN!"
Habis sudah kesabaran Sehun. Dia menempelkan pistolnya tepat di kepala Youngmin dengan kemarahan yang tak bisa ditahan lagi. ditekannya pistol yang ia gunakan sebelum dengan keji menatap tanpa rasa iba pria tua di depannya "Kau akan mati dan kau harus mati bajingan." Katanya menekankan pelatuknya dengan mata berkilat penuh dendam dan kemarahan.
"Kau juga akan membayar segala rasa sakit yang kau berikan pada kami berempat sejak kecil. Kau akan membayarnya berkali-kali lipat a-y-a-h."
Sehun mengerling Seunghyun. Jika dia sudah bersiap pada posisinya maka Seunghyun mengambil posisi di belakang kepala Youngmin. Memastikan bahwa pria keji ini membayar segala luka yang dia berikan selama membesarkan mereka berempat.
"Kalimat terakhirmu hyung…"
Sehun meminta Seunghyun untuk berbicara. Membuat pria tertua di antara mereka berempat tersenyum keji sebelum dengan yakin mengatakan
"Selamat tinggal aboji."
Sehun kembali menyeringai. Keduanya kini membidik kepala Youngmin dari depan dan belakang. Dan seolah tidak memiliki rasa iba mereka saling bertatapan sebelum Sehun kembali bersuara "Dalam hitunganku hyung.."
"Satu…"
Seunghyun menekankan pistolnya di kepala belakang Youngmin. Rasanya sangat mustahil menghianati pria tua di depannya mengingat seluruh hidupnya ia buang untuk melayani bajingan tua ini. Menyesal, menyesal dan menyesal adalah satu-satunya hal yang bisa ia rasakan sampai membuat kepalanya sakit karena terlalu menyesal.
Dan saat Sehun mulai menghitung, maka rasanya Seunghyun bisa membayar apa yang telah ia buang sia-sia selama ini.
"Dua…"
Untuk Sehun bajingan tua ini adalah ancaman di kehidupan pernikahannya dengan Luhan. Tak pernah sekalipun Youngmin lewatkan untuk menyakiti istrinya, dia selalu mencari cara untuk menyakiti Luhan dengan alasan agar dirinya bisa kembali padanya. Sial… mengingat hal itu selalu membuat Sehun murka.
Apa Youngmin tidak tahu bahwa Luhan adalah pusat kehidupannya? Buminya? langitnya? dunianya?. Lalu apakah dengan membunuh Luhan lantas membuatnya kembali menjadi anjing penjaga bajingan ini.
Sial…
Rasanya Sehun ingin tertawa dan mengatakan jika sampai Luhan terluka karena tangannya. Maka yang akan Youngmin rasakan di sisa hidupnya hanya penyiksaan dan rasa sakit sampai dia memohon untuk mati karena tak bisa menahannya.
Dan mengingat Youngmin membawa Luhan malam ini adalah salah satu kesalahan terbesar bajingan tua ini. beruntung Luhan memiliki Kyungsoo yang terus mengulur waktu hingga Yunho datang. Beruntung istrinya sangat membenci Youngmin hingga rasa takutnya digantikan dengan rasa ingin membunuh yang begitu besar. Beruntung Luhan dan bayinya tidak terluka sedikit pun.
Ya-…Semua keberuntungan itu hanya untuk Luhan bukan untuk dirinya. Jadi saat Sehun mengatakan akan mengakhiri hidup Youngmin. Maka hitungannya yang terakhir adalah semua jawaban dari yang dia inginkan.
Sehun melirik ketiga saudaranya sekilas. Mencari jawaban bahwa ini adalah tindakan yang paling benar sebelum satu persatu dari mereka mengangguk menyetujui.
Sekali lagi Sehun menyeringai.
"Sehunna jangan bunuh ayah nak…"
Menatap Youngmin tak berkedip sebelum
"Tiga.."
DOR / DOR
Bersamaan dengan berakhirnya hitungan. Maka Sehun dan Seunghyun menarik pelatuk mereka bersamaan. Membuat bajingan tua itu tersungkur dalam hitungan detik tanda dia tak lagi bernyawa.
Sementara Youngmin sudah menjemput kematiannya. Maka keempat pemuda itu memejamkan erat matanya. Antara marah dan senang bercampur aduk mereka rasakan. Marah karena perlu waktu lama untuk menyadari siapa bajingan tua yang tergeletak di depan mereka serta senang karena pada akhirnya mereka bisa membangun kebahagiaan mereka masing-masing.
Tak ada suara yang memenuhi ruangan. Keempatnya masih dia seribu bahasa sampai akhirnya Seunghyun membuka suara.
"Pergilah."
"huh?"
Woobin bergumam bingung disambut senyuman oleh Seunghyun "Aku akan membereskan semua mayat ini."
"Kau yang melakukannya hyung? Kenapa?"
"Aku hanya ingin memastikan tidak ada yang tertinggal. Aku tidak ingin polisi mencium keadaan ini."
"Kami bisa membantu."
Seunghyun menghela dalam nafasnya sebelum menepuk pundak Woobin "Kau harus mengantar Yunho ke rumah sakit." Katanya memberitahu Woobin sebelum beralih pada Sehun "Dan kau harus segera pergi menemui Luhan."
Ketiganya hanya saling berpandangan. Mengerti kemana arah pembicaraan Seunghyun sampai akhirnya Sehun memberanikan diri bertanya "Lalu bagaimana denganmu hyung?"
"Aku? Tentu saja aku akan pergi dari Seoul. Banyak yang harus aku lakukan di Jepang."
"hyung…"
Yunho berujar lirih mendengar jawaban Seunghyun. Membuat si pria tertua tersenyum sebelum menghampiri satu persatu adiknya -memeluk erat ketiga adiknya-
"Kita akan segera bertemu."
Ketiganya masih diam di tempat sampai Seunghyun meninggikan suaranya "CEPAT PERGI!"
"astaga hyung!"
Woobin memekik terkejut sementara Yunho dan Sehun tertawa.
Keempatnya kembali saling berpandangan sebelum Woobin merangkul Yunho dan membantu hyung nya untuk pergi ke rumah sakit "Sampai nanti hyung. Ingat kau harus kembali-…Dan kau Sehunna."
"Aku hyungmu sialan!"
"ani! Kita seumuran." Katanya membantah membuat lagi-lagi suara tawa bisa mereka keluarkan bersama sebagai saudara "Sampai nanti."
"Sampai nanti sialan!-…YUNHO TERIMAKASIH."
Yunho hanya mengangkat tangannya sebagai jawaban. Berbeda dengan Woobin yang masih mencibir namun terus membantu Yunho meninggalkan markas tempat mereka pertama kali di didik untuk membunuh dengan keji.
"Cepatlah pergi. Pastikan Luhan baik-baik saja."
Seunghyun menyela keheningannya bersama Sehun. Dipeluknya pria yang pernah bertengkar hebat dengannya karena Luhan sebelum menatap bangga pada Sehun "Selamat untuk calon bayimu. Aku yakin kau akan menjadi ayah yang hebat."
Sehun mengambil asal jaketnya. Berjalan meninggalkan markas menuju tempat istrinya sebelum mengerling Seunghyun sebagai jawaban "Aku akan menjadi ayah yang hebat."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sementara itu….
.
.
BLAM….!
"CHANYEOL…!"
Luhan berlari mencari keberadaan Chanyeol di rumah sakit tempat mereka bekerja. Wajahnya berkeringat ketakutan menyadari sepanjang perjalanan Kyungsoo hanya mengatakan perpisahan pada dirinya dan Kai.
"CHANYEOL..!"
Sesekali matanya melihat ke belakang dan begitu miris melihat keadaan Kyungsoo yang terkulai tak sadarkan diri dengan Kai yang terus menggendongnya nyaris tak berekspresi.
"Kita sampai Soo….Kita sampai di rumah sakit."
Kai terus berjalan ke depan mengikuti Luhan. air matanya seolah kering sementara Doojon dan Max ikut membantu Luhan mencari dokter yang bertugas "Lu…Kami akan mencari dokter yang bertugas."
Setelah memberitahu Luhan mereka berlari mencari dokter. Namun nyatanya yang diinginkan Luhan hanya satu. Dan satu orang itu adalah
"PARK CHANYEOL!"
"Dokter Oh? Ada apa?"
"DIMANA CHANYEOL? DIMANA-…"
"Lu? Ada apa? Kenapa kau-….astaga! Kyungsoo?"
Wajah Chanyeol tak kalah pucat dengan Luhan dan Kai saat ini. Di dekatinya Kai dengan cepat sebelum
Sret..!
Chanyeol mengambil alih tubuh adiknya. Dengan bantuan beberapa perawat dia membaringkan Kyungsoo ke tempat tidur dan mendorong tempat tidurnya ke ruang gawat darurat.
"Yeol…Aku rasa pembuluh darahnya pecah."
"Apa yang terjadi Lu?"
"Aku tidak mengerti Yeol…"
Luhan ikut berlari kecil seiring Chanyeol membawa adik mereka ke ruang gawat darurat. Kedua wajah dokter senior itu begitu pucat dengan Kai yang terus menggenggam tangan pria yang masih sangat ia cintai yang terbaring tak berdaya saat ini.
"SIAPKAN RUANG OPERASI UNTUK ADIKKU!"
Beberapa perawat mengangguk mengerti. Mereka berlari menyiapkan ruang operasi yang diminta Chanyeol sementara Chanyeol berusaha menangani Kyungsoo di ruang gawat darurat.
"Berikan oksigen."
Luhan membantu Chanyeol menyiapkan oksigen. Mereka mengatur berapa persen yang bisa Kyungsoo terima dan terus memantau denyut nadi Kyungsoo.
"Stabil?"
"Terlalu lemah. Aku rasa ada yang salah dengan-…"
Uhuk…!
"Kyungsoo…"
Kai secara refleks mendekati Kyungsoo. Digenggamnya erat tangan pria yang dia cintai sebelum memaksakan diri untuk tersenyum saat Kyungsoo kembali membuka matanya.
"Kai?"
"eoh…Ini aku. Bertahanlah Soo.. kedua kakakmu sedang menyiapkan ruang operasi."
Kyungsoo melihat bagaimana ketakutannya Luhan dan Chanyeol berusaha menanganinya. Dan dilihat dari keringat Chanyeol serta air mata Luhan-…Maka sudah dipastikan tak ada harapan lagi untuknya bertahan hidup.
"hyung…."
Chanyeol menghapus cepat keringatnya. Bergegas menghampiri Kyungsoo dengan wajah cemas yang begitu sangat terlihat. "Tidurlah Soo…Aku akan membiusmu dan kita akan pergi ke ruang operasi."
"aku tidak mau mati di ruang operasi. Begini lebih baik untukku."
"huh? Kau bicara apa Soo?"
Kyungsoo tersenyum melihat tiga orang yang begitu ia cintai berkumpul. Ditatapnya satu persatu Kai, Luhan dan Chanyeol sebelum menyempatkan diri untuk berterimakasih pada ketiga orang yang begitu ia cintai.
"Yeol hyung…"
"Ya. Ya…Hyung disini."
"Panggil aku Pororo."
"huh?"
"hyung…."
Ucapan Kyungsoo terdengar semakin lirih. Suhu tubuhnya semakin dingin dengan denyut nadi yang semakin lemah "YEOL! DENYUT NADINYA SAMAR!"
Saat Chanyeol berniat merespon Luhan-…Maka Kyungsoo dan seluruh kekuatannya menahan tangan Chanyeol yang terasa dingin. Berusaha untuk tersenyum sebelum kembali meminta hal yang belum Chanyeol penuhi saat ini.
"Hyung…Panggil aku Pororo."
Chanyeol menangis menyadari adiknya menyerah. Salahnya karena tidak memaksakan Kyungsoo untuk menjalani pemeriksaan hingga akhirnya dia terlambat seperti ini "Hyung…jebal…"
Chanyeol menghapus cepat air matanya. diciumnya sayang kening Kyungsoo sebelum dengan berat hati mengabulkan keinginan Kyungsoo "Pororo kesayangan hyung. Pororoku. Cepat sembuh hmm…"
"hkss…"
Kyungsoo memejamkan matanya terisak. Rasanya begitu bahagia dan takut secara bersamaan. Dia tahu kematiannya hanya tinggal menghitung menit. Membuatnya tak membuang kesempatan dan meminta banyak hal pada tiga orang yang kini menemani akhir hidupnya.
"gomawo hyung…Berbahagialah dengan Baekhyun hyung."
"ARRHH!"
Chanyeol menggeram frustasi. Dia menjambak kuat rambutnya sementara Kyungsoo kini beralih pada Luhan "Lu hyung…"
"Jangan memanggilku. Kau akan sembuh dan aku tidak akan mau mengucapkan hal gila."
"Hyung…"
"AKU BILANG JANGAN MEMANGGILKU SIALAN! KAU HARUS TETAP HIDUP DAN MELIHAT KEPONAKANMU TUMBUH.hkss—Soo Bertahanlah. Hyung mohon."
Luhan menggengam kuat jemari Kyungsoo. Mencoba memintanya bertahan walau rasanya tak mungkin mengingat kondisi Kyungsoo yang sangat kritis saat ini "Aku akan menemani Ziyu disana. Aku akan meminta maaf padanya."
"Kau tidak bersalah Soo…hkssss…KYUNGSOO!"
Luhan terisak hebat menciumi jemari Kyungsoo. Memohon agar sang adik tetap bertahan namun rasanya sulit karena Kyungsoo bahkan sudah merelakan kepergian dirinya sendiri. "Aku akan mengatakan pada Ziyu bahwa dia akan segera memiliki adik. Ah-…Dan jangan lupa -uhuk..-!"
Chanyeol melepas oksigen Kyungsoo saat darah yang dikeluarkan Kyungsoo semakin banyak, membuat dadanya berkali-kali lipat sangat sesak sebelum Chanyeol kembali memasangkan oksigen namun Kyungsoo menolak "Tidak perlu hyung. Sebentar lagi." katanya tersenyum lalu kembali fokus pada Luhan.
"Jangan lupa sampaikan salamku pada putramu kelak hyung. Katakan padanya untuk memaafkan aku dan aku mohon jangan membenciku. Kau mau kan?"
"….."
"Hyung…Waktuku tidak banyak."
Luhan mengalah. Dia mengangguk mengiyakan permintaan Kyungsoo yang jelas sedang mengucapkan pesan terakhirnya "Akan aku pastikan putraku mengetahui bahwa dia memiliki paman yang begitu hebat."
"gomawo hyung…"
Kyungsoo tersenyum mendengarnya. Diusapnya air mata Luhan sementara Luhan mencium sayang keningnya "Jika kau merasa lebih baik saat memejamkan mata-…Lakukanlah. Aku merelakanmu adikku sayang."
Luhan tercekat ucapannya sendiri, dadanya terasa ingin meledak mengatakan kalimat merelakannya. Dia kemudian melepaskan Kyungsoo dan memeluk erat Chanyeol karena tak tahan dengan rasa sesak di dadanya "yeol…hksss.."
Membuat Kyungsoo merasa sedikit lebih baik sebelum beralih pada Kai yang hanya diam tak berkedip menatapnya. Tidak menangis tidak pula tersenyum. Hanya terlihat hancur menatapnya.
"Kai…"
"huh?"
Kyungsoo tersenyum mendengar respon Kai. Rasanya sudah lama sekali Kai tidak meresponnya. Membuat hatinya kembali bergemuruh namun tak bisa lagi merasakan senang karena hanya rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
"Aku tidak mau kita putus."
Kai terdiam mendengarnya. Seribu rasa bersalah seketika menyergapnya. Dan kenyataan bahwa Kyungsoo terbaring karena perbuatannya. Membuat Kai bersumpah akan mengakhiri hidupnya setelah ini. "Kenapa kita harus putus?"
"Lihat pria ini!-…Hyung! Kai terus membuatku bingung."
Kyungsoo mengadu pada Chanyeol. Membuat Chanyeol ingin memarahi Kai namun dia tak sanggup karena hatinya terus merasakan jarum kecil menusuknya.
"Kau beruntung hyung tidak bisa memarahimu."
Kai kembali tertunduk lama. Digenggamnya tangan Kyungsoo yang semakin dingin sebelum mengecupinya agar Kyungsoo merasa lebih hangat.
"Aku beruntung memilikimu." Timpalnya tersenyum sebelum dan terus mengusap jemari Kyungsoo.
"Jadi aku masih kekasihmu?"
"Kau masih kekasihku."
Kai tersenyum sangat tampan. Membuat sekali lagi hati Kyungsoo berdebar hebat dan tak lama melihat ke arah lain karena pandangannya mulai kabur.
"Syukurlah…Aku bisa mati dengan tenang."
"Soo…"
Kai terisak sangat pelan. Menyadari bahwa tangan Kyungsoo tak lagi menggenggamnya membuatnya begitu ketakutan namun lagi-…Dia tidak bisa melakukan apapun.
"haah-….Aku mencintai kalian semua."
Kyungsoo menatap atap di rumah sakit. Mencoba menghilangkan rasa sakitnya sebelum perlahan matanya menutup "Benar-benar mencintai-…."
Sret…!
Tangan Kyungsoo yang tak digenggam Kai terkulai lemas. Dia juga tak lagi membalas genggaman Kai. Membuat mata Kai membulat menyadari satu hal bahwa-…Kyungsoo
"Kyungsoo…"
Chanyeol memperhatikan sesaat perubahan gerakan Kyungsoo. Dilepasnya pelukan Luhan sebelum berjalan gontai menghampiri tempat tidur Kyungsoo.
"tidak…."
Luhan menutup rapat mulutnya. Kakinya sudah tidak bisa menopang tubuhnya hingga hanya bisa memperhatikan Chanyeol memberi penyelamatan terakhir pada adiknya. "Minggir."
Chanyeol meminta Kai untuk berdiri. Dilakukannya CPR menggunakan tangan pada adiknya.
"Kyungsoo…"
Chanyeol terus memompa jantung adiknya. Menggunakan seluruh tenaganya agar Kyungsoo kembali menunjukkan tanda kehidupannya "Kyungsoo bangun!"
Sesekali dia menyeka keringatnya namun nihil-….Kyungsoo tak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupannya. Membuat air matanya terus menetes sementara dirinya tak berhenti melakukan pompa jantung "PORORO BANGUN!"
"Kyungsoo…rhhh.."
Kai tak sanggup lagi melihatnya. Kakinya berjalan gontai meninggalkan ruangan, dia tahu dia telah kehilangan Kyungsoo. Dan karena alasan itu pula dia tak bisa bertahan lebih lama lagi melihat tubuh pria yang baru saja membuatnya merasa sempurna karena bisa mencintai pergi begitu saja.
"DO KYUNGSOOO!"
Saat dia berharap ada sedikit saja kemungkinan Kyungsoo bertahan hidup maka teriakan Luhan menghancurkan segalanya. Karena saat Luhan berteriak pilu, maka satu hal yang sudah pasti terjadi adalah-….Kyungsoo benar-benar telah pergi.
"Soo…"
BRAK…!
Tak berbeda jauh dari Luhan-…Kai menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Rasanya nyawanya ikut dicabut saat Chanyeol menghentikan CPR nya. Bukankah itu artinya?-…benar-…dia sudah kehilangan Kyungsoo.
"Kyungsoo-….DO KYUNGSOOO!"
.
.
.
.
.
.
.
TAP…!
Hal pertama yang ingin Sehun lakukan adalah bertemu istrinya. Mengatakan bahwa dia tak lagi mempermasalahkan Kyungsoo dan bersedia memaafkannya. Tapi saat kedua matanya melihat beberapa adegan yang menyayat hatinya, maka Sehun bisa menebak sesuatu yang buruk pastilah sudah terjadi.
"KYUNGSOO BUKA MATAMU!"
Sehun secara refleks menoleh mengenali suara istrinya. Bertanya-tanya mengapa Luhannya berteriak sebelum merasa sayatan kecil dihatinya melihat sang istri menangis di pelukan Baekhyun. Tak lama matanya menatap Kai yang hanya diam terduduk di tempatnya -terlihat kosong dan begitu hancur-
Dan untuk Sehun dia begitu familiar dengan raut yang ditunjukkan Kai. Karena saat Luhan sakit, terluka atau marah padanya. Maka dia juga akan menunjukkan ekspresi sama persis dengan yang Kai tunjukkan. Membuat keberaniannya untuk menghampiri Luhan hilang entah kemana.
"Bos? Kau sudah datang?'
"Max.. Apa yang terjadi?"
Sehun menyadari raut terluka juga ditunjukkan oleh Max, membuatnya benar-benar menyesal bertanya dengan Max yang menjawab cepat pertanyaanya "Aku menyesal memberitahu hal ini bos tapi-….."
Waktu kematian Do Kyungsoo-….
"CHANYEOL HENTIKAN!"
Selasa, 25 Agustus pukul 01.20 dinihari.
"Tidak…"
"ANDWAE!-…DO KYUNGSOO!"
Langkah kaki Sehun mundur secara naluriah. Dia mendengar saat Chanyeol mengumumkan kematian Kyungsoo bersamaan dengan jeritan istrinya yang begitu memilukan. Terus melangkah mundur tak bisa membayangkan akan semarah apa Luhan nanti padanya.
"Bos?"
"Aku membunuhnya Max-.."
"Bos kau tidak melakukan apapun."
"ani-…Aku membunuhnya dan Luhan akan membenciku."
Sehun menjambak kasar rambutnya. Berlari gontai entah kemana sebelum tangan Max memegang lengannya "Bos…Luhan membutuhkanmu. Sadarlah!"
"Luhan akan marah padaku."
"BOS!"
Sehun begitu ketakutan. Kenyataan bahwa dia adalah penyebab kematian Kyungsoo sungguh membuat dadanya sesak. Baru saja-…Baru saja dia ingin memberi kesempatan Kyungsoo untuk hidup. Tapi nyatanya Tuhan sudah lebih dulu mengambilnya.
Membuat seluruh pikiran Sehun hanya tertuju pada Luhan yang mungkin akan membencinya setelah ini "Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?"
"Bicaralah pada Luhan bos. Dia membutuhkanmu dan-…."
BUGH…!
Sehun menghajar telak wajah Max dan dengan putus asa dia berteriak "LUHAN AKAN MARAH DAN PERGI MENINGGALKAN AKU!"
.
.
.
.
.
Selamat tinggal Do Kyungsoo.
.
.
.
Dan keesokan harinya duka mendalam dirasakan oleh dua pria yang kini menghadiri pemakaman adik mereka.
Pemakaman dimana mereka melihat tubuh kaku adik mereka dimasukkan kedalam tanah.
Tak ada yang berbicara. Keduanya hanya terisak dalam diam menyesali segala keputusan yang mereka buat beberapa tahun lalu. Keputusan meninggalkan Kyungsoo seorang diri dengan harapan bahwa kehidupan Kyungsoo akan lebih baik tanpa kehadiran mereka.
Jika Luhan tahu akhir hidup adiknya akan seperti ini-... Dia pasti akan membawa Kyungsoo pergi.
Jika Chanyeol tahu adiknya akan kesakitan seperti malam tadi-... Dia akan melakukan segala cara untuk melindungi adiknya.
Yeah-... Jika Luhan tidak egois memilih hidup bersama Sehun dan Chanyeol memilih melanjutkan beasiswanya maka sudah dipastikan Kyungsoo tidak akan berada seorang diri dan berakhir tragis seperti ini.
"Ini salahku..."
Jika Luhan dan Chanyeol terisak diam menatap prosesi pemakaman Kyungsoo. Maka tak jauh dari tempat Kyungsoo dimakamkan terlihat pria tinggi berkulit tan yang terus menggumamkan penyesalannya tanpa henti.
Pikirannya kosong entah berada dimana saat melihat tubuh pria yang ia cintai dimasukkan ke dalam peti.
Detik berikutnya nyawa Kai terasa dicabik menyadari bahwa tanah kini sudah menyatu dengan tubuh kekasihnya.
"Kyungsoo..."
"KYUNGSOOO!"
Kai memejamkan matanya mendengar jeritan Luhan. Tak berani menatap betapa terlukanya Luhan saat tubuh adiknya benar-benar telah menyatu dengan tanah kali ini.
Pemilik hidup seorang Oh Sehun itu terlihat terus meronta. Berteriak pilu sementara tangisannya terus mengiris hati Kai secara perlahan.
"DO KYUNGSOO BANGUN! BANGUN!"
"Lu..."
"LEPAS BAEK! LEPASKAN AKU!"
"Luhan aku mohon..."
Baekhyun terpaksa mengerling Doojon dan Max. Meminta bantuan pada dua kaki tangan Sehun yang menghadiri pemakaman untuk membawa majikan mereka menjauh dari pemakaman adiknya.
"KYUNGSOOO! KYUNGSOOO BANGUUUN!"
Luhan memukul kencang tubuh Doojon dan Max. Terus meronta minta dilepaskan namun percuma karena nyatanya pukulan Luhan sama sekali tak berbekas sakit pada mereka.
Yang membuat kedua penjaga itu meringis pilu adalah kenyataan Luhan berteriak tanpa henti. Membuat mereka terus memegang Luhan berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada istri bos mereka.
"KYUNGSOO BANGUN! Aaarggghhhh-...Kyung-.."
"Luhan!"
Benar seperti dugaan Doojon dan Max mengenai kondisi Luhan, karena tidak perlu waktu lama untuk Luhan jatuh tak sadarkan diri. Keduanya bergantian menopang Luhan untuk membawanya ke tempat istirahat terdekat.
Baekhyun menangis melihat bagaimana Luhan jatuh tak sadarkan diri. Hatinya menyayat pilu melihat dua orang yang begitu ia cintai sangat terluka. Jika Luhan tak sadarkan diri maka Chanyeol hanya diam menatap kosong ke depan.
Membuat Baekhyun memberanikan diri menghampiri kekasihnya sebelum berdiri di depannya dan berjinjit memeluk Chanyeol "Jangan dilihat jika itu membuatmu sakit sayang. Kyungsoo sudah tenang disana."
Chanyeol membutuhkan sandaran dan Baekhyun selalu ada untuknya. Dia tidak lagi kuat menopang tubuhnya sendiri dan memilih untuk memeluk erat kekasihnya. Meminta Baekhyun menjadi sandarannya sementara sekali lagi-….Dia sangat tidak berdaya dengan hidupnya.
"hks…"
Isakan Chanyeol sungguh menyayat jantungnya. Dipeluknya erat sang kekasih dan berusaha untuk membuat Chanyeol merasa lebih baik "Sayang…Kyungsoo sudah memilih jalan hidupnya."
"Harusnya aku tidak meninggalkan adik kecilku Baek…"
"Sayang.."
Baekhyun ikut menangis di pelukan Chanyeol. Rasanya semua ini terlalu sakit untuk dirasakan. Dia juga mengalami kesedihan pilu atas kepergian Kyungsoo. Berusaha untuk tegar namun gagal karena sudah menganggap Kyungsoo seperti adiknya sendiri. Dan saat Chanyeolnya menangis begitu terisak maka tak ada yang bisa dilakukan Baekhyun selain ikut menangis dan menyatakan kehilangan yang sama besar.
"Aku bersamamu yeol..sayangku…"
"Kyungsoo…adikku."
"sst…."
Chanyeol menggila saat tubuh Kyungsoo selesai dimakamkan. Hatinya begitu sesak hingga rasanya dia bisa meremukkan tubuh Baekhyun. Chanyeol terus berusaha merelakan namun nyatanya semakin sulit. Membuatnya melepas pelukan Baekhyun sebelum berlari menghampiri makam adiknya.
"KYUNGSOO!"
Tepat di depan kedua matanya Chanyeol menangis hebat. Dan bersamaan dengan tangisan Chanyeol, turunlah hujan yang membasahi wajah Kai. Entah apa yang diinginkan Tuhan, tapi rasanya hujan itu adalah bagian dari diri Kyungsoo yang mengucapkan selamat tinggal.
Tes…!
Dan saat air matanya bercampur dengan hujan. Maka Kai melihat telapak tangannya. Menggenggamnya erat sebelum mengucapkan kalimat perpisahan untuk Kyungsoo. Dan dengan hati yang hancur berkeping, Kai mendongakan wajah ke langit dan memejamkan mata. Menikmati hujan yang terasa hangat untuknya sebelum mengucapkan kalimat perpisahannya.
"Selamat tinggal Do Kyungsoo-…kekasihku."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yang terlintas di pikiran Luhan setelah pemakaman Kyungsoo adalah Sehun.
Bertanya-tanya bagaimana kondisi suaminya saat ini.
Walau Max dan Doojon terus mengatakan Sehun baik-baik saja-…Luhan tidak mempercayainya.
Membuat hal pertama yang ia lakukan setelah sadarkan diri adalah meminta untuk pulang dan bertemu dengan suaminya.
Cklek….!
"Luhan…syukurlah nak kau baik-baik saja. Bibi kira terjadi sesuatu padamu. Sehun sangat hancur dikamar kalian."'
"Sehun?"
"Ya nak. Sehun menghancurkan semua barang di kamar kalian."
Tak perlu waktu lama bagi Luhan untuk mencapai kamarnya. Dia menaiki tangga dengan hati-hati sebelum
Cklek…
Gelap….
Kamarnya sangat gelap dengan barang-barang berserakan.
Entah apa yang Sehun lakukan yang pasti suaminya sedang sedih karena sesuatu hal
Tapi apa?
Dan saat Luhan bertanya-tanya, maka disana-…Tepat di pojok kamar mereka. Sehun sedang berjongkok, terus menjedotkan kepalanya di dinding dengan menggumamkan kalimat
"kau tidak boleh pergi meninggalkan aku! Ini salahku tapi kau tidak boleh pergi."
"Sehun?"
Buru-buru Luhan berlari mendekati Sehun. Menyelak di antara dinding kamarnya agar Sehun tak lagi memukul kepalanya ke dinding. Dipeluknya sang suami dengan erat sebelum
"Astaga Oh Sehun-…Ada apa denganmu?"
Luhan begitu terkejut melihat darah yang begitu banyak di dahi Sehun. Membuatnya dengan cepat melepas mantel tebalnya sebelum
Sret…!
Luhan merobek kemejanya. Mengusap lembut luka di dahi Sehun dengan air mata memenuhi wajahnya "Ada apa denganmu sayang?" katanya masih mencoba bertanya namun diabaikan oleh Sehun.
"Jika kau marah padaku katakan. Jangan menyakiti dirimu sendiri."
Tangisan Luhan semakin terdengar membuat Sehun mengetahui bahwa memarahinya hanya alasan Luhan untuk menyembunyikan kepedihannya atas kematian Kyungsoo.
Sehun pun memberanikan diri menatap Luhan. diangkatnya tangan untuk mengusap air mata Luhan sebelum
"Maaf.."
Luhan berhenti mengusap luka Sehun. Bertanya-tanya mengapa Sehun meminta maaf sebelum suaminya terlihat ketakutan saat ini "Aku membunuh Kyungsoo-…MAAFKAN AKU LU!"
"sehunna.."
"AKU BERSALAH TAPI JANGAN TINGGALKAN AKU."
"…..'
Luhan membuang wajahnya. Hatinya hancur mengetahui alasan Sehun menyakiti diri adalah karena takut ditinggalkan olehnya.
"LUHAN!"
Membuat Luhan semakin terisak sebelum
Grep,,,
Dia memeluk erat suaminya. Diciuminya berulang tengkuk leher Sehun dan mengusap sayang punggungnya "sst….Kau tidak melakukan apapun sayang. Kyungsooku-…Dia sudah beristirahat dengan tenang disana. Dia tidak lagi kesakitan. Dia-…hkksss….Dia bahagia dengan pilihannya."
"Maaf Lu. Maafkan aku."
"sst…..Kau tidak perlu meminta maaf sayangku.." Katanya mencium berulang wajah suaminya sebelum duduk di pangkuan Sehun kembali memeluknya erat "Tenanglah sayang….Aku mohon jangan seperti ini."
"Jangan tinggalkan aku Lu…"
Luhan menghapus cepat air matanya sebelum membawa wajah Sehun untuk menatapnya
"Dengarkan aku Oh Sehun…Aku tidak akan pernah meninggalkanmu" Kembali memeluk Sehun adalah hal yang dia lakukan sebelum berujar begitu lirih "Aku tidak bisa meninggalkanmu sayang"
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini-….Tujuh tahun kemudian.
.
.
.
.
.
.
.
BLAM…
"Astaga aku benar-benar marah."
Jas putihnya bahkan tak sempat ia lepaskan.
Stetoskopnya juga masih menggantung di leher.
Semuanya terasa tepat jika dia berada di rumah sakit.
Namun nyatanya pria cantik yang sudah berusia tiga puluh lima tahun April mendatang tidak berada di rumah sakit. Melainkan berada tepat di garasi rumahnya dan terlihat begitu kesal karena sesuatu.
Yah-…Bibir pria cantik itu tetap berwarna merah seperti biasa. Walau sedari tadi dia mengumpat namun hanya kesan lucu dan imut yang terdengar dari pria yang sepertinya sama sekali tidak menua dan terlihat semakin cantik setiap harinya.
Matanya yang berkobar kesal juga sama sekali tidak membuat orang yang melihatnya merasa takut. Sial-…! Bagaimana bisa orang yang melihatnya merasa takut jika dua mata kucing milik sang dokter terlihat sangat menggemaskan.
Dan beberapa penjelasan diatas setidaknya bisa digunakan untuk menggambarkan betapa sempurna pria cantik yang merupakan ibu dari dua putranya –tidak- anaknya akan menjadi tiga beberapa bulan lagi.
"Dokter Oh…"
Dia mengabaikan sapaan maid nya. Hanya terus berjalan menuju pintu rumah sebelum
BRAK….!
"OH HAOWEN!"
"Mama mulai lagi."
Yang dipanggil merupakan putra sulung dari pasangan Mafia-Dokter yang sangat terkenal dan berpengaruh di Seoul. Memiliki wajah persis seperti sang ayah -tampan dan menawan- membuat tuan muda kecil ini memiliki sifat yang sama persis seperti ayahnya -arogan dan dingin- membuat sang ibu berkali-kali harus memutar kepala untuk mencegah kemiripan seribu persen antara Haowen-Sehun tidak semakin sempurna seiring bertambah dewasanya sang putra.
"OH HAOWEN!"
Ini bukan kali pertama sang ibu berteriak dengan pakaian lengkap dokternya. Terlihat marah namun berakhir cute karena bibirnya mengerucut seperti adiknya yang berusia tiga tahun.
"ish…!"
"PADA SIAPA KAU MENGATAKAN ISH! ANAK NAKAL!"
"Pada Mama tentu saja."
"oh kepalaku!"
Oh Luhan-…Dokter sekaligus ibu dari dua putra dan satu calon bayi yang sedang dikandungnya terlihat memijat kasar kepala dan tertawa tak percaya melihat tingkah si Mafia kecil. Hormon nya sedang tidak bagus karena kehamilan tiga bulannya kini harus ditambah sikap si putra sulung yang luar biasa membuatnya jengkel.
Sang dokter bahkan sudah bersiap memukul kepala putranya sebelum suara Mafia besar terdengar dari balik pintu kamarnya "Sayang? Kau sudah pulang?"
Luhan menoleh mencari asal suara. Alasan mengapa sikap Mafia kecilnya semakin menjadi buruk adalah karena sang ayah yang terlalu memanjakannya. Dan jangan tanyakan pada siapa Luhan bisa melampiaskan rasa kesalnya karena pastilah sang suami yang akan menjadi korban kekerasan suaranya.
"KAU-…!"
"Aku? Aku kenapa?"
"INI SEMUA KARENA KAU MEMANJAKAN MAFIA KECILMU!"
Sehun -si mafia besar versi istrinya- terlihat kebingungan. Dia mencoba mencari tahu mengapa sang istri pulang dalam keadaan marah sampai tak sengaja matanya menatap Haowen yang sedang duduk seperti bos dengan kedua tangannya bermain psp "Ah-…Apa yang salah dengan PSP sayang?"
"BUKAN PSP!"
"aigoooo istriku terus berteriak."
Sehun berlari cepat menghampiri Luhan. sedikit membungkam mulut Luhan dengan ciuman sampai tak sadar bahwa dia sedang melumat lembut bibir istrinya di depan si "Mafia kecil" yang sama sekali tak terganggu dengan adegan dewasa kedua orang tuanya.
"ck… Pintar sekali mencuri kesempatan."
Dan alih-alih merasa terganggu. Pria kecil yang akan berusia delapan tahun besok malam ini terlihat mencibir sang ayah. Memutar malas kedua matanya dan hanya membiarkan sang ayah "mendiamkan" omelan sang ibu dengan bibirnya.
"Sehunnnghh…"
Sehun mengabaikan dorongan tangan Luhan di dadanya. Digenggamnya erat tangan sang istri lalu dia mulai kembali melumat bibir Luhan tanpa jeda. Keduanya mungkin akan melanjutkan kegiatan panas mereka di siang hari jika suara si putra bungsu tidak terdengar memanggil Mamanya.
"Mamamamama.."
Luhan secara refleks mendorong tubuh suaminya. Mengambil nafas banyak seraya mengambil jas putihnya yang tergeletak di lantai karena ulah suaminya "Sehanna.."
Luhan menyambut si bungsu setelah merapikan asal pakaiannya. Berjongkok dengan merentangkan tangan adalah hal yang dia lakukan sebelum meminta si bungsu -Oh Sehan- memeluknya. "Peluk Mama nak."
"Mamamama…"
Bocah tiga tahun yang kembali memiliki wajah Sehun terlihat tertawa senang. Menunjukkan tiga giginya yang baru tumbuh adalah hal yang dia lakukan seolah tahu bagaimana cara membuat Mamanya tertawa gemas. "Aigooo anak tampan mama."
Luhan menangkap si bungsu di pelukannya. Menciumi habis wajah Sehan sementara Sehun dan Haowen hanya bisa terkekeh tak bisa membedakan mana bocah tiga tahun dan mana pria dewasa tiga puluh lima tahun karena keduanya sangat menggemaskan saat ini.
"Sehan sudah makan?"
Seolah mengerti pertanyaan Luhan, si bungsu mengangguk yakin. Menunjuk meja makan tempatnya menghabiskan snack bersama sang ayah pada ibunya "Cake…"
"Sehan makan Cake."
"eoh…Cake…Papa."
"Anak mama makan cake dengan papa?"
Sehan tertawa kembali menujukkan sederetan giginya yang baru tumbuh. Membuat Luhan semakin gemas pada si bungsu dan mulai menciumi wajah putra kecilnya bertubi-tubi "Aigoo anak mama pintar sekali."
Melihat mood sang Mama sepertinya sudah lebih baik membuat si Sulung tak membuang kesempatan. Diam-diam dia beranjak dari sofa menuju kamarnya sebelum
"Oh Haowen duduk. Mama belum selesai bicara denganmu."
"haah…."
Yang ingin melarikan diri terpaksa mengalah. Tidak ingin membuat Mamanya kesal dan berakhir dengan jatah PSP disita sang papa karena membuat Mamanya merengek kesal jika tidak dituruti.
"Astaga apa baru saja kau menghela nafas?"
"Aku bernafas Ma…"
"Anak ini benar-benar…!"
"Mama gendong…Mamamamama."
Sehan kembali mencari perhatian Mamanya. Dipegangnya lutut Luhan seolah memaksa mamanya untuk menggendong dirinya. "Mamamama…."
"Sehan mau main pesawat?"
"eoh…Gendong Ma…"
"Araseo Mama gendong."
Luhan sudah setengah berjongkok untuk menggendong si bungsu. Dia bahkan sudah bersiap pada posisinya mengangkat sebelum
Sret…!
Belum sempat dia mengangkat Sehan, si bungsu sudah berada di gendongan ayahnya. Sedikit meronta namun tentu saja bukan masalah besar untuk Mafia sekelas Sehun yang kini lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai "Ayah rumah tangga" mengingat Luhan sangat sibuk dan jarang bisa memperhatikan kedua buah hati mereka.
"Mamaa…huwaaa…"
"Sehanna jangan menangis. Sehan ingat kata Papa? Ada adik bayi di perut Mama. Jadi mama tidak boleh menggendong Sehan. Ingat kan?"
"huh? Adik bayi?"
"Eoh-…Adik bayi. Adiknya Sehan."
Sehan mengerjapkan lucu kedua matanya. Kembali bertingkah seperti orang dewasa sebelum tertawa menyembunyikan wajahnya di leher sang papa "Adik bayi..yey!"
Sehan melonjak senang di pelukan Sehun. Membuat si papa tampan mau tak mau tertawa dan mulai menciumi sesekali menggelitik putra kecilnya "Sehan juga anak bayi papa." Katanya menggoda Sehan sebelum matanya tak sengaja menatap Luhan yang sesekali melihat sebal si sulung lalu menatap kesal padanya.
"Sayang? Aku salah apa lagi?"
"Calon anak ketigamu baru berusia tiga bulan. Jadi jangan larang aku menggendong Sehannie seolah aku tidak kuat."
"Aigoo istriku yang Manly tersinggung."
Sehun tertawa kecil sekilas. Merasa bahwa dibanding si kecil tiga tahun. Istrinya jauh lebih menggemaskan dari apapun juga. Membuatnya berjalan mendekati Luhan dengan si bungsu berada di satu gendongan tangannya.
"Kau tentu saja boleh menggendong Sehan sayang."
"Buktinya kau melarangku."
"Ah-…Itu karena kau sedang marah pada Haowen. Aku tidak ingin putraku terkena imbas teriakan mamanya."
Luhan berfikir sejenak sebelum "Kau benar-…Aku sedang memarahi-..OH HAOWEN!"
Sehun bergerak mundur memeluk si bungsu saat Luhan berteriak sementara yang diteriaki hanya menutup malas telinganya sebelum kembali fokus pada PSP miliknya "Ma…Tidak perlu berteriak."
"Sayang kenapa kau terus memarahi hyung? Apa salahnya?"
Sehun mulai tak mengerti mengapa Haowen terus dimarahi istrinya. Mencoba untuk mencari tahu kesalahan yang dibuat si sulung sebelum dihadiahi tatapan jangan ikut campur oleh sang istri
"Araseo aku hanya akan diam. Silakan lanjutkan marahmu nyonya Oh."
Katakanlah Sehun masuk dalam kategori Suami takut Istri. Karena setiap Luhan sedang bersikap tegas pada putra mereka. Maka yang boleh dia lakukan hanya diam dan mendukung. Ah-…Bukan Sehun tidak pernah bersikap tegas, tapi menjadi seorang ayah membuat hatinya cenderung sensitif dan sangat lembut jika itu berkaitan dengan kedua putranya.
Dia bahkan nyaris tidak pernah marah jika Luhan tidak memintanya. Dan sekalipun Sehun menasehati atau memarahi Haowen-….Dia akan berakhir meminta maaf pada sang putra secara diam-diam di tengah malam.
Anggap saja dia bermain aman. Karena jika tidak seperti itu Haowen akan marah padanya dan jika tidak mendengarkan sang istri maka sudah dipastikan tidak ada "jatah malam" selama satu minggu penuh dan itu neraka untuknya.
"Papa Orange.."
Sehun mengupas kulit jeruk untuk Sehan. Dengan teliti memisahkan kulitnya sebelum menyuapi Sehan dengan bibirnya "Cium papa nak."
Sehan kembali melonjak senang sebelum
Chu…!
Dia memindahkan jeruk dari bibir Sehun ke bibirnya membuat sang ayah tak melewatkan kesempatan untuk menciumi bibirnya sementara sang kakak terlihat sedang dimarahi ibunya "Papa.. hyung…" katanya memberitahu Sehun bahwa Haowen hanya diam dan tak menjawab apapun saat ibunya berbicara panjang lebar.
"Bagaimana bisa kau mengatakan ingin menjadi mafia nak. Apa tidak ada cita-cita lain."
"Sejauh ini yang menarik perhatianku hanya pekerjaan Papa."
"Astaga…Pekerjaan papa berbahaya."
"Tapi nyatanya papa lebih sering berada di rumah. Lagipula bagaimana bisa pekerjaan papa berbahaya jika setiap hari yang dia lakukan hanya tanda tangan dan mengurusi aku juga Sehan. Pekerjaan mama yang berbahaya."
Entah apa yang sedang didebatkan dua kecintaannya saat ini. tapi yang jelas Sehun mendengar tentang cita-cita dan bagaimana cara Haowen menyindir ibunya. Sehun bahkan bisa melihat mata Luhan berkaca-kaca karena jawaban Haowen yang tanpa sengaja menyindir betapa dirinya jarang berada di rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit.
"Jangan menangis."
Haowen memperingatkan ibunya. Membuat sang dokter menghapus cepat air matanya sebelum kembali melihat tegas pada si sulung "Mama tidak menangis."
"Mama itu galak tapi cengeng."
"Haowen!"
"Sayang ssshh…tenanglah. Ada apa sebenarnya? Kenapa kau terlihat gusar?"
Luhan berniat menceritakan hal yang membuatnya kesal sebelum suara Haowen terdengar lebih dulu menjawab pertanyaan ayahnya "Mama gusar karena Lee Seongsaenim menghubunginya."
"Dan kenapa Lee Saem menghubungi Mama nak?"
"Aku tidak tahu Pa. Sepertinya tidak penting"
Luhan mulai bergerak kesal di tempat duduknya. Dilipatnya kedua tangan di atas dada dan masih berusaha bersabar mendengarkan ayah-anak di depannya saling berdiskusi mengenai hal yang begitu membuatnya kesal pagi ini.
"Jika tidak penting kenapa Mama terlihat gusar."
"Entahlah…Mungkin mama-…"
"BAGAIMANA AKU TIDAK GUSAR JIKA PUTRAMU TERUS MENGATAKAN INGIN MENJADI MAFIA SEBAGAI CITA-CITANYA KELAK?!"
"Huh? Benarkah? Kau mengatakannya hyung?"
Haowen menatap mata ayahnya tanpa ragu. Keduanya bertatapan cukup lama sampai si sulung mengangguk tanpa ragu "Aku mengatakannya"
"Lagi?"
"Lagi."
"Whoa daebak...Papa bangga padamu nak."
"OH SEHUN!"
"Ekhem!! Maksud Papa. Kenapa kau tidak mencari cita-cita lain? Menjadi dokter seperti Mama mungkin?"
Kali ini Luhan yang bersemangat. Membuat Sehun berada di posisi serba salah karena kedua kecintaannya terus bertengkar tidak penting seperti ini "Papa benar! Harusnya kau menjadi dokter nak. Seperti Mama."
Tak ingin membuang waktu pun Haowen mematikan PSP nya. Berniat mencari tempat sepi dan jauh dari teriakan sang ibu sebelum
"Menjadi dokter membosankan. Aku tidak mau."
Luhan mencoba menegaskan pendengarannya. Berharap salah mendengar gerutuan putranya walau harus berakhir setengah kesal seperti ini "Apa dia bilang?"
"Menjadi dokter membosankan."
"Whoaa..."
Luhan mengipasi wajahnya sebelum mendelik pada sang suami "Dia benar-benar putramu Oh Sehun!"
"Eoh... Dia kebangganku."
Dengan bangga dan tanpa berdosa Sehun menimpali ucapan Luhan. Membuat satu-satunya pria cantik di keluarga Oh benar-benar kesal menyadari bahwa suami dan putra sulungnya seperti kembar berbeda usia.
"Oh Sehan… Ayo main sama Papa."
Menyadari kondisi Luhan sudah siaga tiga untuk berteriak. Maka Sehun mencari alasan untuk menghindar. Diciumya si putra bungsu sebelum membawa si bungsu yang juga memiliki wajahnya bermain di halaman belakang.
"Oh Haowen Mama belum selesai bicara."
Haowen tidak mempedulikan peringatan ibunya. Dalam hitungang detik si sulung sudah masuk ke dalam kamarnya dan
Blam...!
Pintu kamarnya tertutup rapat menandakan tak mengijinkan seorang pun mengganggunya. Membuat Luhan tertawa takjub melihat duplikat Oh Sehun benar-benar berada di depan kedua matanya. Sesekali dia menggerutu kesal dengan tangan yang memijat kepalanya "whoaa aku tidak percaya ini...Haowenna Mama belum selesai-...Y-YAK OH HAOWEN!"
.
.
Sampai bertemu di akhir pekan nak….
.
.
.
.
.
.
.
"Ngghhh... deeper baby—deep nghh.."
Malam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Itu artinya sudah lebih dari 3 jam kedua pria dewasa yang telah menjadi orang tua dari 2 orang putra dan satu calon bayi mereka saling mendesahkan nama masing-masing.
Menghiraukan peluh dan suara serak mereka. Keduanya tetap saling bercumbu panas dengan posisi si bungsu yang sedang menyusu pada ibunya.
Posisi Luhan membelakangi Sehun saat ini. Sementara Sehan tak berhenti menyusu di depannya maka dibelakang sang suami sedang sibuk menyodok dengan tempo pelannya. Membuat Luhan harus berkali-kali menoleh ke belakang untuk menyembunyikan desahannya dengan mencium bibir sang suami.
"Angghh..."
Sementara Luhan terus mendesah tertahan. Maka Sehun terus mengeluar masukkan penisnya yang mengacung sempurna denhan bangga. Sesekali menghentaknya pelan lalu
Sleb...!
"Rrrhh! Sehun-aahhhh"
Terkadang dia sengaja menghentak kencang hingga secara refleks tubuh Luhan juga mendorong ke tubuh mungil si bungsu yang sedang menyusu padanya.
"Apa aku bisa lebih dalam lagi sayang?"
Luhan mengangguk sebagai jawaban. Jujur saja hisapan Sehan di putingnya sudah berubah rasa saat ini. Karena seolah tak mau kalah dengan si kecil-... Sehun juga menghisap puting kananya dengan kuat sementara Sehan menyusu di puting kirinya. Keduanya seolah berlomba membuktikan hisapan siapa yang paling kuat membuat Luhan menggelinjang nikmat karenanya.
"Jangan mendorong ahh-...Jangan mendorong terlalu kuat sayangggh...Sehan bisa terbangun."
Mengabaikan ucapan istrinya, Sehun mengangkat tinggi kaki kanan Luhan. Mengambil kesempatan untuk menyodok hole sempit itu lebih dalam sebelum
Sleb...!
"Aahhh/ngghh..."
Keduanya menggeram nikmat. Sehun sebisa mungkin menahan dorongan kuat di bagian dada Luhan agar tidak mengganggu Sehan yang masih betah menyesap puting ibunya. Belajar mengalah pada si bungsu dan lebih banyak bermai di arena bawah
"Sempithh—mpphh.."
Jika ingin merasakan penisnya dimakan sedalam mungkin oleh hole sang istri maka yang perlu Sehun lakukan hanya menggoda Luhan agar membuka lebar pahanya dengan cara meraba paha bagian dalamnya. Karena dengan cara mudah seperti itu Luhan akan mengangkang lebar tanda ia pasrah dimasuki lebih dan lebih dalam lagi oleh suaminya.
"Kau akan kenikmatan sayang."
Sehun menghisap cuping telinga Luhan sementara tangannya memilin nipple dan penis sang istri bergantian. Berusaha memberikan service terbaiknya sebelum
Sleb..!
"Babyyy...hhh.."
"Mamamamama..."
Bersamaan dengan desahan Luhan maka si kecil menggeliat tak nyaman karena terus merasa terdorong. Dilepasnya puting si ibu sebelum merangkak menuju tempat tidurnya yang berada di bawah dari tempat tidur utama kedua orang tuanya.
"Omo! Sayang-..."
"Ssstt..."
Masih dalam posisi penis yang bersarang sempurna di lubang Luhan-... Sehun meminta istrinya untuk diam. Menikmati pemandangan yang begitu menggemaskan dari putra kecil mereka yang kini merangkak ke tempat tidur bawah yang merupakan kerajaannya.
"Lucu sekali putra papa."
Nyatanya Sehan selalu mempunyai kebisaan unik baru-baru ini. Jika dia bosan menyusu pada Luhan maka secara otomatis dia akan melepas puting sang ibu. Dan seolah dipanggil oleh tempat tidurnya. Maka dengan mata tertutup Sehan akan merangkak ke bawah tempat tidurnya lalu menarik selimut dan memeluk bambi kecilnya.
Beruntung Sehan memiliki ayah yang tahu bagaimana kebutuhan putranya. Karena sama seperti Haowen saat kecil-...Maka Sehun akan membuat tempat tidur datar dengan tempat tidur putra mereka yang berada tepat dibawah mereka.
Dari sini kita bisa mengawasi malaikat kecil kita.
Setidaknya itu yang dikatakan Sehun pada Luhan. Membuat Luhan luar biasa bangga menyadari bahwa Sehun akan melakukan apapun yang terbaik untuk darah daging mereka. Ya-..Untuk Luhan, Sehun adalah sosok ayah dan suami yang sempurna untuknya dan kedua -tidak- keempat anak-anaknya. Membuatnya tersenyum sangat bangga sebelum suara Sehun kembali terdengar
"Apa dia sudah tidur?"
Luhan menoleh ke bekakang. Menyadari Sehun sedang menatap penuh cinta putra bungsu mereka memperhatikan Sehan adalah hal yang begitu membuat hatinya bahagia. Ditariknya dagu sang suami dengan tangan melingkar di tengkuk Sehun sebelum
Mmphhhh
Luhan memaksa mencium bibir seksi suaminya. Dilumatnya perlahan lalu berubah menuntut karena Sehun tak kunjung membalas
"Daddy...Lulu is here."
Sehun mengernyit bingung sebelum menyeringai menyadari bahwa sang istri sedang ingin bermain daddy kink di percintaan mereka saat ini.
"Daddy?"
Katanya memastikan sebelum melepas penisnya dari lubang Luhan.
"Daddy-rrrhhh.. Jangan dilepas. Lulu mau susu daddy."
"ow shitt…"
Sehun semakin tegang karena ucapan Luhan. Harusnya Luhan mengetahui bahwa sudah tiga bulan Sehun berpuasa karena kehamilan keempatnya. Dan terhitung sejak hari itu, tepatnya tiga bulan yang lalu Sehun hanya bisa menjamah menggunakan tangan dan mulut tanpa bisa memasukkan kejantanannya. Jadi jangan salahkan Sehun jika dia ingin bermain sedikit "kasar" dan lama karena sang istri dengan sengaja terus berkata vulgar membuatnya selalu dan terlalu ingin membuat istrinya hamil secara terus menerus.
"Lulu mau susu daddy?"
Luhan bersandar di tepi ranjang. Mengangguk sangat bersemangat saat melihat penis suaminya menegang sempurna di depan kedua matanya "eoh...Lulu mau susu daddy!" Katanya tanpa ragu menunjuk penis suaminya yang besar tegang dengan guratan urat segar terlihat di sekitar penis suaminya.
"Kalau begitu kulum punya daddy nak. Nanti kau akan mendapatkan susumu."
Layaknya Sehan yang meminta susu darinya maka Luhan juga melakukan hal sama saat ini. Matanya berbinar seperti Sehan ketika meminta susunya saat sang suami menunjukkan penis besarnya. Membuat Luhan tanpa tahu malu merangkak mendekati Sehun dan mulai memegang penis besar milik suaminya.
"Lulu mau susu." Katanya sudah membuka mulut sebelum
Sret..!
Sehun merubah posisi mereka dalam satu gerakan. Dibaringkannya Luhan dengan bokong sang istri menghadap wajahnya sementara Luhan bersorak senang karena bisa langsung menatap penis yang sudah membuatnya empat kali hamil hingga saat ini.
"Kulum penis daddy nak."
Tanpa diminta pun Luhan sudah membuka mulutnya. Mencoba melahap seluruh "lolipop" besar milik suaminya. Luhan terus membuka lebar mulutnya namun tentu saja tersedak saat kulumannya baru menyampai setengah dari size suaminya.
"Hmmpphh..."
Meski begitu Luhan tidak mengambil pusing. Dia tetap menikmati sedalam apa mulutnya bisa mengulum dan mulai menjilat sisi-sisi serta dua bola kejantanan suaminya.
"Daddy ini hhnhg nikmath—aarh!"
Belum sempat Luhan menggoda Sehun dia harus kembali dibuat mengejang. Dan jangan tanya siapa pelakunya karena pastilah sang suami sedang bermain dengan alat vitalnya dibawah sana.
"Rhhh Hunn—rrnhhngg"
"Sudah tidak fokus memanggil daddy?"
Yang sedang mengeluar masukkan jarinya di hole sang istri tampak bertanya menggoda. Sesekali dijilatnya hole Luhan lalu menghisap kuat penis mungilnya dan dengan mudah mengeluar masukkan jarinya ke lubang yang selalu berhasil memuaskan gairahnya.
"Sehun jangan sekaligus—agghh!"
Luhan sudah tidak fokus mengulum penis suaminya. Mulutnya memang masih penuh dengan kejantanan sang suami namun tak bisa melakukan apapun selain lemas karena sensasi di bagian bawah tubuhnya benar-benar nikmat.
Tapi saat jari Sehun terus masuk sekaligus dan keluar masuk mengenai prostatnya maka Luhan menyerah-…Dia tidak ingin klimaks dengan jari suaminya. Cukup tiga bulan dia klimaks hanya dengan kuluman bibir dan jari sang suami di hole nya. Dan setelah tiga bulan-…Luhan menolak untuk klimaks menggunakan jari suaminya.
"Sayanggh—cukuph..Masukkan penismu sekaranghhh—ahh.."
"Kau bilang apa sayang?"
"Masukkan sekarang!"
Dengan sisa tenaganya Luhan memberi perintah pada Sehun, walau nyatanya sang suami masih sibuk bermain dengan lubang dan jarinya hingga membuat Luhan harus terkulai lemas sesekali memainkan penis suaminya yang terus menantang langsung wajahnya.
"Kenapa besar sekali…" katanya menggumam pasrah melihat betapa perkasanya Sehun dilihat dai kejantanannya. Sang suami bahkan tak pernah terlihat lelah membuatnya sedikit iri dan bertanya mengapa mereka sangat berbeda.
Kepala Luhan berbaring di perut Sehun sementara bokongnya terus dimainkan Sehun saat ini. Menatap lama penis perkasa Sehun sampai akhirnya tak bisa menyembunyikan rona merah di wajahnya dan mengakui bahwa suaminya benar-benar lelaki sejati. Terbukti dari tiga anak yang sudah ia lahirkan ditambah satu calon bayi mereka yang akan segera lahir sebentar lagi.
Membuatnya terus memikirkan hal-hal vulgar sebelum
"Ahhh—Nikmathh baby…"
Luhan mengejang nikmat saat ketiga jari Sehun membuat gerakan menggunting. Lalu sedetik kemudian dia harus dia buat memekik saat jari telunjuk suaminya tepat mengenai Prostatnya -lagi-
Membuat Luhan nyaris kembali mendapatkan klimaks sebelum Sehun berbaik hati untuk mengurangi tusukannya dengan jari namun menjilat sensual lubangnya kembali membuat Luhan mengejang nikmat "Sayang…"
Luhan menjawab sebisa mungkin menebak Sehun sedang kembali menggodanya "Y-ya—nggh"
"Bagaimana bisa lubang ibu dari empat anak bisa sesempit ini? Apa kau mengikuti kelas yoga dan semacamnya?"
Luhan menoleh ke belakang. Memastikan menatap mata suaminya sebelum mengerling pria yang hampir lima belas tahun ini terus menggagahinya "Aku tidak mengikuti kelas semacam itu untuk membuat lubangku tetap sempit."
"Lalu apa yang kau lakukan sayang?" katanya bertanya dengan sedikit menjilat hole Luhan membuat si pemilik hole kembali harus memejamkan matanya menahan nikmat.
"Aku tidak melakukan apapun sayang. Kau yang melakukannya—ahh"
"Aku?"
"hmmhh.."
"Bagaimana bisa aku melakukannya?"
Luhan terlihat menawan tawanya. Sedikit mengerling sang suami sebelum menatap menggoda melihat Sehun "Karena setiap kali kau menggagahiku maka semakin sempit pula lubangku. Jadi cepat-.."
"Oh Luhan kau benar-benar-…"
Terdengar desisan frustasi dari sang Mafia. Ditariknya lengan Luhan dengan cepat hingga posisinya kini berada di atas sang istri. Mata elangnya memburu penuh nafsu melihat rusa cantiknya. Dikecupnya kasar bibir sang istri dengan tangan yang memaksa paha Luhan untuk membuka lebar.
"Suka atau tidak. Mulai malam ini aku akan secara rutin menggagahimu rusa nakal!"
"Aku suka."
"huh?"
Luhan menelusuri dada suaminya menggoda dengan jari telunjuknya. Sesekali berhenti di kedua nipple Sehun lalu mencubitnya gemas sebelum kembali menantang singa lapar di atasnya "Aku sangat suka jika Haowen Appa menggagahiku secara rutin."
"oww shit baby! Aku benar-benar akan menghukum rusa cantikku."
Seiring dengan tantangan Luhan maka sudah dipastikan bahwa hanya akan terdengar desahan dari kedua suami istri tersebut. Sesekali keduanya menatap ke bawah dan memastikan si bungsu tidur sebelum dengan jahil Sehun memposisikan penisnya untuk membuka lebar dan
Sleb…
"Sehun!—arrh!"
"Wae baby? Rasanya nikmat kan?"
Sehun bertanya dengan pinggul yang sudah bergerak liar dan penis yang keluar masuk dengan kasar dilubang istrinya. Membuat si rusa begitu kacau terlihat dari desahan dan cengkramannya di selimut mereka.
"Cium akuh—sehun cium akuhh.."
Luhan ingin rasa sakitnya sedikit berkurang. Karena jujur saja gerakan Sehun dibawahnya terlalu kasar namun nikmat, membuat satu-satunya cara agar rasa perihnya berkurang hanya ciuman seorang Oh Sehun yang selalu membuatnya bergairah tanpa merasakan sakit.
Sehun pun menuruti istrinya kali ini. dibawanya tangan Luhan melingkar di lehernya sebelum bibirnya mengambil alih si bibir mungil yang kini terbuka seksi -antara mendesah dan mencari nafas- entahlah. Yang jelas untuk Sehun pemandangan di bawahnya begitu menggairahkan.
Dilumatnya bibir plum istrinya dengan rakus. Sesekali menghisap kuat lalu meminta Luhan mengeluarkan lidahnya untuk dihisap, dengan lidahnya pula Sehun menjelajahi isi mulut Luhan. Mengabsen satu persatu gigi Luhan sebelum kembali membekapnya nafsu dengan ciuman
"haah-…"
Luhan mencari udaranya. Didorongnya sedikit tubuh perkasa sang suami sebelum nafasnya tersengal tak kuat mengimbangi gairah Sehunnya. Dia kemudian tertawa dengan mata yang terkadang menutup lalu membuka tanda bahwa dia sedang menikmati hujaman suaminya dibawah sana.
Sehun pun sengaja melambatkan tempo gerakannya. Digerakan pinggulnya perlahan hingga rasa gesekan antara dinding rektum Luhan dan penisnya begitu menggairahkan. "Apa nikmat?" katanya menciumi leher Luhan sebelum merasakan anggukan Luhan yang begitu bersemangat.
"Sangat."
Sehun menyeringai mendengar ucapan istrinya. Ditariknya setengah kepala penisnya sebelum
Sleb..!
"ahhh—baby haaaah-.."
Luhan mengangkat tubuhnya secara refleks. Sodokan Sehun kali ini terasa sangat tepat, dalam dan menuntut. Membuatnya menggelinjang hampir menggila karena rasa penuh di lubangnya yang jelas tak mampu menampung ukuran penis suaminya.
Sehun kembali menyeringai melihat ekspresi Luhan. dengan cara yang sama dia kembali menarik setengah penisnya sebelum menghujam dalam dan tepat mengenai dinding rektum istrinya "Sayang!—nggh.."
Luhan menggeliat nikmat. Namun satu yang mereka lupakan bahwa saat ini Luhan sedang mengandung. Membuatnya terpaksa memperingati sang suami agar tidak membuat terkejut anak keempat mereka.
Luhan kembali melingkarkan tangannya di leher sang suami. Sedikit menarik tengkuk Sehun hingga membuat wajah mereka bertemu saat ini "Pelan-pelan sedikit. Ada adik bayi sayanghh—nggh "
Seperti biasa Sehun selalu merasa bersalah jika kehilangan kontrol saat bercinta dengan Luhan. Wajah mesumnya bahkan langsung terlihat merasa bersalah mengira telah menyakiti bayi mereka. Membuat Luhan benar-benar terkekeh tak menyangka pria yang selalu menggagahinya setiap malam adalah seorang Mafia keji namun selalu memiliki hati ibu peri jika menyangkut darah dagingnya sendiri.
"Apa aku menyakiti bayi kita?"
Luhan tertawa kecil mendengarnya. Diciumnya telak bibir Sehun sebelum sedikit menyentil gemas dahi suaminya "Sudah empat kali aku hamil dan selama empat kali itu pula kau selalu melontarkan pertanyaan yang sama."
"huh?"
"Aku baik-baik saja dan kau tidak menyakit bayi kita."
"Benarkah?"
"Tentu saja bayi besar. Jadi cepat bergerak dan selesaikan ini. Aku rindu klimaks karena penismu sayang."
"araseo…Aku akan bergerak perlahan."
Dalam sedetik Sehun kembali bersemangat "menggenjot" istrinya. Berniat menyelesaikan tugasnya membuahi -tidak- dia sudah sering membuahi istrinya. Yang ingin ia lakukan malam ini hanya membuat istrinya mencapai klimaks tanpa menyakiti calon anak keempatnya yang akan dalam enam bulan segera kembali ia temui.
"Sehun akuh sampai—aahh…"
Dan beberapa menit kemudian keinginan Sehun membuat istrinya klimaks tercapai. Dia merindukan jemari Luhan mencakar punggungnya saat sang istri mencapai klimaks. Dan malam ini setelah tiga bulan-…dia kembali mendapatkannya.
Membuat rasa cakaran di punggungnya serta sempitnya dinding rektum yang memijat penisnya nikmat membuat Sehun menggila dan tak perlu menunggu lama dia segera menyusul Luhan mencapi klimaksnya setelah tiga bulan "bermain" solo.
"Lu—baby ahhh…"
Tubuh Sehun jatuh ke pelukan Luhan. keduanya sedang menikmati klimaks mereka yang begitu bernafsu dan menggairahkan. Tak ada yang berbicara untuk beberapa saat sampai suara tawa Sehun terdengar "Aku benar-benar gila jika tidak menjamahmu sehari saja sayang."
"Kau bisa bertahan selama tiga bulan di masing-masing awal kehamilanku. Aku bangga padamu big baby."
Luhan bersungguh-sungguh memuji suaminya. Dikecupnya pundak Sehun yang berkeringat sebelum Sehun bergerak dan perlahan mencabut keluar penisnya "nghh…"
Keduanya mendesah tertahan. Dan setelah tubuh mereka terpisah, lantas Sehun tak langsung memeluk istrinya. Dia turun ke bawah untuk memeriksa si bungsu. Memperhatikan wajah tampan putra ketiganya sebelum mengecup sayang kening Sehan. "Selamat malam jagoan ayah."
Luhan melihat betapa Sehun mencintai sama besar ketiga putranya. Sang suami bahkan tidak membedakan mana yang berusia tujuh tahun, mana si bungsu, mana si calon bayi atau yang paling menyakitkan mana yang telah meninggal
Ya-…Luhan dan Sehun -Sehun terutama- tidak pernah melupakan Ziyu. Sebaliknya-….Mereka selalu dan setiap saat akan terus menceritakan Ziyu pada adik-adinya. Bahkan Haowen sudah mengerti dia memiliki kakak. Lantas hal selanjutnya yang akan Sehun lakukan adalah mengenalkan pada Sehan siapa Ziyu di keluarga mereka.
Terkadang luka itu tidak pernah benar-benar hilang di hati Sehun. Disaat dia sudah memiliki dua -tidak- dia akan segera memiliki tiga anak. Tapi pengaruh Ziyu di hidupnya tidak berkurang sedikit pun. Sehun sangat mencintai Ziyu sama seperti dia mencintai Haowen, Sehan dan calon bayi keempatnya. Tapi jauh di lubuk hati Sehun yang paling dalam dia tidak bisa mengungkiri bahwa Ziyulah yang mempunyai tempat khusus di hatinya. Kenapa?
Karena seorang Oh Ziyu adalah alasan mengapa dirinya dan Luhan menikah dan saling mencintai hingga detik ini.
Karena seorang Oh Ziyu adalah alasan yang membuat Sehun terlihat seperti manusia.
Dan
Karena dari Ziyu pula-…Sehun bisa mengetahui bahwa tak ada satu hal yang lebih menyenangkan saat buah hatimu pertama kali memanggil "ayah" padamu. Membuat Sehun rela menukarkan apapun yang dia miliki hanya untuk melihat putranya tumbuh besar dan sehat.
Ya andai saja-….
Tapi Tuhan dan Takdir berkata lain dan merubah semuanya.
Hanya satu yang tidak berubah-…
Sehun mencintai seluruh darah dagingnya karena mereka adalah buah hatinya dengan Luhan -satu-satunya pria yang menjadi pusat kehidupan Sehun dan memiliki seluruh jiwanya-. Sehun mencintai seluruh darah dagingnya karena dia tidak pernah dicintai sewaktu ia kecil.
Dan karena hal itu pula untuk kali pertama dia mengatakan "syukur" pada Tuhan karena telah dipertemukan dengan belahan jiwanya -Luhan- yang sampai detik ini masih terus mengandung dan melahirkan seluruh anak yang akan mewarisi segala yang Sehun miliki.
"Hey…Kenapa melamun?"
Luhan menghapus cepat air matanya saat Sehun mencium keningnya. Membuatnya tersenyum sekilas pada Sehun yang kini memeluk erat tubuhnya dan menarik selimut untuk mereka berdua. "Aku tidak melamun."
"Aku memanggilmu tiga kali dan kau tidak menjawab. Jadi katakan padaku apa nama selain melamun jika kau terus diam seperti itu?"
"ish…"
Luhan memukul kecil dada suaminya sebelum kembali bersandar di tempat paling nyaman untuknya "Aku hanya tidak sabar mengunjungi Ziyu akhir pekan ini."
"Ziyu?"
"eoh…Aku sedang merindukan si cantik."
Sehun tertawa kecil mendengarnya. Antara ikut merasa rindu dan merasa iba karena dibanding dirinya Luhan yang terus merindukan mendiang putra mereka. Luhan memang tidak menunjukkannya tapi sebagai seorang suami dia tahu batas dimana istrinya bertahan untuk mengatakan rindu dan tidak rindu saat berbicara dan memberitahu dirinya.
Membuat tangan yang melingkar di pinggang Luhan semakin kuat sebelum bibirnya mengecup sayang ibu dari keempat anaknya "Kau lebih cantik sayang."
"Pembual."
Sehun tertawa sebagai jawaban. Diusapnya sayang perut yang sudah membuncit lagi dan sesekali mencium berulang kening istrinya "Kita akan segera bertemu Ziyu akhir pekan ini."
"Aku tahu."
"Mungkin Haowen tidak akan ikut kali ini."
Luhan bereaksi cepat menatap suaminya "Kenapa?"
"Dia akan mengikuti kejuaraan Judo dua minggu lagi. Jadi akhir pekan ini Haowen harus berlatih dengan gurunya yang baru."
"Kau mengizinkannya?"
"Aku tidak memiliki pilhan lain sayang. Lagipula Haowen sudah mengenal Ziyu. Fokus kita pada Sehan kali ini."
"Tapi tetap saja…Tidak biasanya dia absen mengunjungi hyungnya."
"Sepertinya dia sedang jatuh cinta."
"MWO? PADA SIAPA?"
"sst….Kau bisa membangunkan Sehan."
Luhan bergerak resah di tidurnya sebelum duduk dan menghadap langsung pada suaminya "Pada siapa Haowen jatuh cinta."
"Entahlah sayang…Tapi aku yakin itu guru Judonya yang buru."
"Astaga anak itu-….!"
Mata Luhan memanas kesal saat ini. membuat Sehun kembali terkekeh menyadari bahwa istrinya sedang cemburu "Kau cemburu?"
"TENTU SAJA! CINTA PERTAMA HAOWEN HARUSNYA AKU! ANAK ITU-…"
"Sayang…"
Sehun melihat si kecil terganggu dengan teriakan Luhan. membuatnya kembali harus memperingatkan ibu dari empat anaknya sebelum memaksa Luhan kembali berbaring "Cinta pertama Haowen tentu saja dirimu. Dia tidak berani mengatakannya padamu karena takut kau bereaksi seperti ini. Dan benar saja tebakannya-…Kau bertingkah sangat berlebihan."
"ish….!"
Sehun tertawa kecil sebelum kembali memeluk istrinya "Kau cinta pertamaku. Cinta pertama Ziyu, Haowen dan Sehan. Kau cinta pertama kami sayang. Percayalah."
Hati Luhan sedikit menghangat mendengarnya. Membuatnya terlihat lebih tenang dan mulai kembali bersandar nyaman di dada Sehun "Benarkah?"
"Tentu saja."
"Baiklah. Haowen boleh absen mengunjungi hyungnya kali ini." katanya merelakan Haowen dengan mata yang mulai terpejam. Mencoba untuk segera beristirahat sebelum
"Besok jangan lupa. Kau harus pulang lebih awal sayang."
"huh?"
Luhan mungkin sudah benar-benar tertidur jika suara Sehun tidak kembali terdengar. Dan saat Sehun memintanya pulang lebih awal maka pastilah sesuatu yang penting terlewat darinya "Kau lupa?"
Sehun bisa menebak raut wajah Luhan yang bertanya. Membuatnya tertawa kecil sebelum terdengar menyindir si cantik yang kini mendongak dan terus memandangnya meminta jawaban.
"ck. Ibu macam apa yang tidak mengingat ulang tahun putra sendiri."
Luhan berfikir cepat. "Ulang tahun? Siapa yang besok ulang tahun?" katanya terus bertanya dalam hati sebelum "ah…"
Dia bergumam kesal setelah mengingatnya. Ya-…Ibu macam apa yang melupakan ulang tahun ke delapan putra keduanya. Membuat Luhan menggigit geram bibir sebelum kembali berbaring di dada suaminya karena terlalu kesal
"Tentu saja aku ingat!"
"Benarkah?"
"AKU IBUNYA TENTU SAJA AKU-…"
"sstt sayang… Sehan bisa bangun."
Terdengar Luhan mendengus kesal sebelum menjawab asal suaminya "Terserah aku mau tidur!"
"Apa kau benar-benar ingat besok ulang tahun Haowen?"
"AKU INGAT!"
Sehun benar-benar tertawa karena sikap kekanakan istrinya. Dia selalu arogan seperti ini jika melupakan hari penting. Entah ulang tahunnya. Ulang tahun Haowen atau Sehan bahkan ulang tahun pernikahan mereka-…Luhan selalu melupakannya.
Tapi hal itu tentu tidak membuat Sehun marah. Ya-..Karena dari semua hari penting, hanya satu yang tidak pernah Luhan lupakan. Hari dimana kali pertama Ziyu lahir dan meninggal adalah dua hari yang selalu Luhan ingat dengan baik.
Membuat Sehun tersenyum bangga dan mengerti namun tak bisa berhenti menggoda istrinya "Jika kau ingat. Apa kau sudah menyiapkan hadiah untuk Haowen?"
"Hadiah?"
"Ya. Aku sudah menyiapkannya."
"ish! Tentu saja aku sudah membelinya! Jangan berisik lagi aku mau tidur!"
"Araseo,,,"
Sehun mengalah dan tak mau membuat kesal istrinya. Diciumnya kening Luhan sekali lagi sebelum berbisik di telinganya "Aku sudah menyiapkan dua hadiah. Satu dariku dan satu darimu. Apa kau mau?"
"huh?"
Mata Luhan kembali terbuka lebar. Dia bahkan mendongak dan mengerjap lucu sebelum bertanya hati-hati pada suaminya "Dua hadiah?"
"eoh…Dua hadiah."
"Untuk diberikan pada Haowen?"
"Tentu saja sayang."
"Aku mendapatkan satu."
"Kalau kau mau aku bisa-…"
"AKU MAU-…GOMAWO SAYANGKU!"
Luhan beranjak cepat mencapai wajah suaminya. Dikecupnya berulang seluruh wajah Sehun sebelum kembali berbaring di dada suaminya -kali ini terlihat sangat bahagia- membuat Sehun benar-benar tertawa sebelum kembali memeluk kesayangannya dengan erat.
"Kau hanya perlu pulang lebih awal. Kau dengar kan?"
"Aku dengar."
Sehun melihat betapa lucu Luhan menguap. Membuatnya tak tega mengajak istrinya berbicara lagi dan hanya menepuk sayang punggung Luhan seperti dia menepuk bayi kecilnya yang tertidur tak jauh dari mereka "Sekarang tidurlah. Selamat malam Lu."
"Selamat malam sayang."
Setelahnya hanya ada suara dengkuran kecil dari Luhan. membuat Sehun tak tahan untuk tidak menciumnya sebelum matanya kembali melihat Sehan.
Ya-…Semua memang terasa lengkap untuk Sehun. Tapi kehilangan satu anggota keluargamu tetap menyisakan lubang besar di hatinya. Terkadang dia tertawa bahagia tapi kemudian hatinya berdenyut pilu menyadari ketidakhadiran Ziyu di tengah-tengahnya saat ini.
Sehun pun membuka laci kamarnya. Mengambil satu-satunya foto close up putra pertamanya dan memandang rindu pada malaikat kecilnya "Usiamu dua belas tahun jika masih hidup nak."
Sehun membiarkan air matanya jatuh. Tak lama kemudian dia menghapusnya sebelum mencium sayang foto putra kecilnya "Sampai bertemu akhir pekan nak."
.
.
.
.
.
.
Aku sangat menyukainya Ma…
.
.
.
.
.
"Oh tidak... aku terlambat..."
Blam...!
"Luhan tidak perlu berlari!"
Yang memperingatkan merupakan salah satu kepercayaan seorang Oh Sehun. Pria yang sudah bekerja untuk Sehun hampir dua puluh tahun lamanya ini diwajibkan memiliki waktu kapan pun dan harus selalu memasang badan untuk menjawab panggilan atau perintah istri dan putra dari bosnya.
"Lu..!"
"Max... terimakasih!"
Terhitung sudah tujuh tahun ini Max terus melayani keluarga kecil bos nya. Namun tak ada hal yang membuatnya bosan atau ingin berhenti melayani keluarga yang memberinya banyak inspirasi. Karena daripada meninggalkan Sehn dan keluarganya, keinginan Max untuk menjaga keluarga kecil ini semakin kuat setiap tahunnya.
Sehun mempercayakan Luhan pada Max sementara Doojon dipercayakan menjaga Sehan dan Kai mengambil posisi menjaga Haowen seperti yang diinginkan oleh sang nyonya rumah.
"good luck Lu…"
Max tertawa kecil tak membayangkan keributan macam apa yang akan terjadi di dalam sana mengingat Luhan terlambat datang. Membuatnya ingin menyaksikan namun lebih memilih melarikan diri untuk mengikuti taruhan pertandingan balap malam ini.
"Aku harus menghubungi Kai."
Dan bicara tentang Kai maka tak banyak yang bisa diceritakan. Pria yang pertama kali menjadi partner Sehun itu seolah terus menghukum dirinya sendiri. Kenapa? Karena tepat tujuh tahun setelah kematian Kyungsoo. Tidak sekalipun Kai membuka hatinya. Tidak untuk mengenal seseorang apalagi sampai membuka hatinya untuk orang lain.
Ya... Kai menghukum dirinya sendiri tujuh tahun ini. Berkali-kali dia mencoba mengakhiri hidupnya maka berkali-kali pula Sehun dan seluruh teman-temannya termasuk Luhan mencegahnya dengan berbagai cara.
Luhan bahkan dengan sengaja menjadikannya ayah baptis Haowen agar dirinya tidak melakukan hal mengerikan lagi. Awalnya Kai menolak namun saat Luhan juga membawa nama Kyungsoo untuk dijadikan orang tua baptis Haowen. Maka Kai memiliki alasan untuk bertahan hidup dan menjaga putra kedua Sehun dan Luhan yang kelahirannya sangat Kyungsoo nantikan.
Blam...!
"Luhan?"
"Kai? Mana Haowen? Dia pasti marah karena aku melewatkan makan malam di hari ulang tahunnya."
Yang ditanya hanya tersenyum kecil. Menertawakan penampilan Luhan yang sangat dipaksakan karena masih mengenakan baju biru operasinya serta masker yang menggantung di lehernya
"Haowen sudah berada di kamarnya."
"Oke baiklah. Aku akan segera kesana."
"Tapi Lu-...!"
Yang dilakukan Luhan hanya bergegas menaiki tangga di rumahnya. Mengabaikan peringatan Kai dan hanya berlari menaiki tangga sampai akhirnya berada di depan kamar si nomor dua yang otomatis menjadi sulung karena kakaknya telah tiada.
Dia menetralkan nafasnya sejenak, merapikan wajah penuh keringatnya lalu bersiap untuk membuka kamar Haowen sebelum
Hmppphhh...
Luhan meronta tertahan saat tangan kekar yang ia yakini milik sang suami membekapnya. Berusaha untuk meminta dilepaskan namun percuma karena nyatanya tenaga yang ia miliki sangat tidak sebanding dengan tenaga suaminya tentu saja.
Blam...
Sehun membawanya ke kamar kosong di samping kamar Haowen. Segera melepas bekapan tangannya di mulut sang istri sebelum dengan datar bertanya
"Darimana saja kau?"
Awalnya Luhan ingin berteriak kesal karena diseret ke kamar kosong. Tapi saat nada suara suaminya sangat dingin hatinya langsung menjerit takut menyadari bahwa tidak hanya satu tapi dua prianya pastilah marah padanya malam ini.
"Sayang..."
"Mereka semua menghadiri makan malam ulang tahun Putra kita tapi ibunya tidak. Bagaimana bisa kau-.."
"Huwaaaa sayang... Aku bersalah. Jangan marahi aku hkss.."
Luhan melompat ke pelukan Sehun. Dipeluknya erat sang suami dan tak lama menangis menyesali keterlambatannya datang untuk acara makan malam putranya. "Aku sudah meminta Max untuk menghubungimu tapi aku tetap bersalah. Aku tidak menyangka operasinya akan berlangsung sampai delapan jam sore tadi."
Niat awal Sehun hanya berpura-pura marah pada istrinya. Namun saat Luhan menganggap serius pertanyaannya maka tak ada yang bisa dilakukan Sehun selain tertawa gemas dan mulai melingkarkan kedua tangannya di pinggang sang istri "Kau menyesal?" Katanya berpura-pura dingin disambut anggukan cepat dari istrinya.
"Sangat. Aku sangat menyesal. Jangan marah padaku Sehunna... Jangan."
"Aigooo kenapa Luluku sangat lucu."
Sehun tidak tahan lagi bersikap dingin pada istrinya. Dilepasnya pelukan Luhan sebelum mencium gemas bibir sang istri yang terlihat sangat kelelahan karena pekerjannya "Haowen tidak akan marah padamu." Katanya mengelap keringat Luhan menyingkirkan anak rambut yang menempel di dahinya hingga terlihat wajah sempurna milik istrinya.
"Bagaimana bisa dia tidak marah padaku? Aku melewatkan makan malam di hari ulang tahunnya."
"Dia putraku dan aku tahu hal-hal yang membuatnya marah dan tidak."
Luhan mengerucutkan penuh bibirnya. Matanya bahkan memanas menyadari bahwa secara tidak langsung Sehun mengatakan bahwa dia lebih mengetahui putra mereka dibandingkan dirinya.
Apa yang Sehun yakini membuat rasa iri tanpa alasan Luhan rasakan. Ditatapnya kesal sang suami walau berakhir kembali memeluk prianya yang memutuskan untuk lebih banyak berada di rumah daripada di markasnya.
"Kenapa terlihat kesal?"
"Kau mengatakan hal itu seolah Haowen hanya putramu. Mau bagaimanapun dia anakku juga."
"Kau kesal?"
Luhan menggelengkan kepalanya. Bersandar nyaman di pelukan Sehun yang selalu membuatnya merasa aman "Aku iri padamu."
"Iri padaku?"
Kali ini dia mengangguk dan terlihat menyadari kesalahannya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sedikit mencengkram kemeja Sehun dengan suara yang terdengar sangat lirih "Kau mengetahui segalanya tentang Haowen dan Sehan sementara aku harus selalu bertanya padamu."
"Tidak selalu sayangku."
Sehun sedikit mengangkat tubuh istrinya. Mengayunkan perlahan untuk membuat si mungil tenang dan tidak terus membedakan tentang bagaimana mereka membesarkan kedua putra mereka.
"Jika aku mengenal bahasa tubuh mereka kau lebih tahu apa yang mereka inginkan. Jadi aku rasa kita tidak berbeda. Iya kan?"
Luhan mendongak saat Sehun mengayunkan tubuhnya merasa lebih baik dengan ucapan Sehun sebelum tertawa kecil persis seperti Sehan jika sedang dipujii "Benarkah?"
"Tentu saja cantik."
"Yey!"
Luhan memekik senang berniat untuk memeluk suaminya sebelum "Omo!! Satu jam lagi hari berganti. Aku harus cepat ke kamar Haowen."
Luhan bergerak panik di pelukan Sehun. Bergegas pergi ke kamar Haowen sebelum Sehun kembali menarik lengannya "Sayang."
"..."
Sehun tidak menjawab panggilan Luhan. Yang dia lakukan hanya membuka jas putih Luhan lalu seragam birinya dan terakhir beranjak melucuti celana Luhan hingga dalam hitungan detik Luhan tidak memakai sehelai pakaian pun di tubuhnya.
Luhan sama sekali tak mengerti apa yang Sehun lakukan. Ingin bertanya namun ia urungkan saat melihat wajah dingin Sehun yang melucuti pakaiannya. Mungkin Luhan akan senang hati melayani suaminya malam ini. Tapi keadaannya terdesak saat ini. Dia harus bertemu Haowen lebih dulu agar putranya tidak kesal hingga berujung marah padanya.
"Nghh..."
Saat Sehun menggigit kedua putingnya bergantian-…Luhan mendesah. Dan saat Sehun dengan sengaja menangkup penis kecil dengan tangan besae miliknya-...Luhan mengerang tertahan. Rasanya akan sangat nikmat jika Luhan tidak mengingkari janji pada Haowen saat ini.
"Sayang...Ini belum waktunya aku melayanimu."
Luhan berbicara sangat pelan. Takut menyinggung perasaan Sehun dan tak memiliki piliha lain selain menundukkan kepala dan bergerak gelisah merasakan kedua tangan besar Sehun sedang menjamah tubuhnya saat ini.
Detik kemudian Luhan sudah pasrah. Apapun yang akan Sehun lakukan padanya saat ini dia hanya pasrah. Namun saat Sehun mengangkat dagunya dan menatap mengerikan dengan mata elangnya. Maka Luhan hanya diam menikmati sensasi menggelitik semacam gairah yang ia rasakan.
"Lalu kapan kau akan melayaniku?"
"Setelah aku berbicara dengan Haowen. Bagaimana?"
Sehun sama sekali tak mengambil keuntungan dari keterlambatan Luhan, namun saat sinrusa memberikan jawaban segar untuknya. Maka seringai penuh nafsu itu pun tak bisa disembunyikan Sehun "Deal!"
Luhan tersenyum lega mendengarnya. Dipungutnya kembali pakaian kerjanya yang dibuang Sehun ke lantai sebelum
Grep...!
Tangan Sehun kembali menghentikan kegiatannya. Membuat Luhan sedikit bertanya dan mendapati wajah Sehun tersenyum "Jangan pakai itu. Pakai piyama ini."
Sehun dengan cekatan memakaikan piyama kebesaran Luhan padanya. Sedikit meraba paha dalam istrinya sebelum meremat gemas bokong yang selalu terlihat seksi di matanya.
"Sekarang kau boleh ke kamar Haowen."
"Tapi kenapa harus pake piyama?"
Sehun menatap gemas mata rusa yang selalu seperti bayi kecilnya. Menciumnya satu persatu sebelum kembali menatap mata cantik yang akan selalu menjadi miliknya "Alasan mengapa Haowen mengatakan cita-citanya kelak menjadi mafia adalah karena dirimu."
"Aku?"
"Eoh... Dia melihat ibunya sangat sibuk dan selalu terlihat kelelahan. Berbeda denganku yang memiliki waktu lebih banyak dibandingkan dirimu."
"Jadi Haowen membenci dokter?"
"Tidak membenci dia hanya tidak suka kau pulang larut dan selalu terlihat kelelahan. Dia mengatakannya padaku di hari yang sama saat kau memarahinya."
Luhan kembali menundukkan kepalanya. Dia sama sekali tidak tahu bahwa sangat memperhatikannya dan selalu mengkhawatirkannya. Membuatnya sedikit merasa bersalah karena terus memarahi putranya tanpa tahu alasan langsung dari si sulung.
"Haowen mengerti sayang. Jadi kau tidak perlu memasang wajah jelekmu saat menangis."
Sehun kembali mengangkat dagu istrinya. Diciumi wajah Luhan sebelum menempelkan dahinya di dahi Luhan "Pergi dan temui dia. Katakan kau menyesal datang terlambat hmmh.."
Luhan mengangguk pasrah. Berniat untuk segera menemui putranya sebelum kembali berhenti melangkah dan teringat sesuatu "Sayang mana hadiah dariku?"
"Ah-... Aku lupa memberitahumu. Haowen tahu aku yang membelinya. Jadi dia meminta langsung dua hadiah yang aku siapkan untuk kita."
"Lalu bagaimana denganku? Dia akan semakin kesal jika aku datang dengan tangan kosong."
Sehun tertawa kecil sebelum membuat gerakan untuk tidak panik dan meminta istrinya untuk tenang "Tunggu disini." Katanya berjalan keluar kamar. Mencari sesuatu di kamarnya sebelum menatap kosong pada benda yang selalu Luhan sembunyikan darinya. Sehun menarik dalam nafasnya sebelum bergumam
"Aku rasa ini sudah waktunya." Katanya tersenyum lirih mengambil benda itu. Membawanya barang itu bersamanya untuk diberikan pada Haowen melalui Luhan.
"Sayang...Kenapa kau lama sekali. Hari hampir berganti."
Sehun hanya tersenyum mendengarnya. Didekatinya Luhan yang terlihat cemas dan bertanya-tanya apa yang harus dia berikan pada Haowen "Mana hadiah yang harus aku berikan pada Haowen? Kau bilang kau membawa hadiah? Sehun aku-..."
"Ini sayang. Ambillah."
Luhan mengambil bingkisan yang diberikan Sehun untuknya. Membukanya perlahan sebelum bertanya-tanya apa yang ada di dalamnya. "Apa ini? Kenapa aku merasa barang ini tidak asing?" Katanya bergumam bingung sebelum
"Tidak...!"
Dengan cepat Luhan menyembunyikan barang yang diberikan Sehun di belakang tangannya. Wajahnya sudah berwarna pucat susu tak menyangka Sehun akan menemukan barang yang selama ini sembunyikan di kamar mereka.
"Kenapa kau menyembunyikannya?"
"Kau tidak boleh melihat barang ini."
"Waeyo?"
Luhan bergerak cemas di tempatnya. Tangannya terus menggenggam benda berwarna biru di belakangnya sebelum kembali menatap Sehun yang masih terlihat bertanya. "Lu? Kenapa aku tidak boleh-..."
"KAU AKAN TERLUKA DENGAN BENDA INI!"
Sehun menahan senyum lirihnya. Dia tidak tahu bahwa Luhan masih berfikiran bahwa dia membenci adiknya. Mungkin benar Sehun masih sedikit sulit menerima kenyataan bahwa pria polos itu membunuh putranya. Tapi saat dia mengingat kemungkinan hanya Kyungsoo yang menemani Ziyu disana-…Hatinya menghangat. Membuatnya mencoba untuk memberitahu Luhan walau sulit rasanya
"Kenapa aku harus terluka? Ah-…Apa karena topi biru itu dibelikan Kyungsoo untuk Haowen?"
Deg..!
"Sehunna.."
"Apa karena alasan itu kau menyembunyikan topi ini selama tujuh tahun?"
Hati Luhan bergemuruh hebat saat ini. Rasanya begitu bahagia walau rasa sayatan di hatinya begitu terasa saat untuk kali pertama setelah tujuh tahun Sehun menyebut nama adiknya -Kyungsoo-
Karena sejak awal Sehun mengetahui siapa Kyungsoo. Maka sejak itu pula nama Kyungsoo selalu menjadi duri di hatinya. Jika orang lain menyebut nama Kyungsoo-..mereka mati. Dan jika Luhan menyebut nama Kyungsoo-…Sehun terluka. Membuat Luhan bersumpah untuk tidak lagi memaksakan atau membicarakan seluruh hal tentang Kyungsoo pada Sehun.
Namun saat Sehun menyebut nama adiknya tanpa kemarahan di nada suaranya. Maka yang bisa Luhan lakukan hanya berharap bahwa dia tidak sedang bermimpi dan menyadari bahwa benar-… Sehun memang sedang mengucapkan nama Kyungsoo saat ini.
"Bukankah dia ingin memberikan hadiah ini pada putra kita?"
Luhan menghapus cepat air matanya. mengangguk sebagai jawaban sebelum menatap ragu pada Sehun "Saat itu dia terus mengatakan sisa waktunya tidak banyak. Dia ingin mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk waktu yang lama. Dia tidak ingin dilupakan Sehunna. Kyungsoo-…"
Grep..!
Sehun tahu dia membuka luka lama istrinya. Kenyataan bahwa Kyungsoo mengetahui waktunya tak lama adalah karena racun yang dia suntikkan. Dan mesti mengetahui hal itu-…Luhan sama sekali tidak pernah menyalahkan dirinya tentang racun yang ia suntikkan pada Kyungsoo.
Membuat terkadang hanya rasa bersalah yang Sehun rasakan karena terus menerus merenggut kebahagiaan istrinya. "Aku merindukannya…Aku merindukan Kyungsoo sayang."
Luhan terisak pilu di pelukan suaminya. Meskipun Sehun tidak bisa menjawab pernyataan yang ia lontarkan. Setidaknya Luhan tahu bahwa Sehun tak lagi terluka saat nama Kyungsoo disebut. Membuatnya merasa begitu bahagia karena pada akhirnya dua orang yang begitu ia cintai tak lagi saling membenci.
Sementara Luhan menenangkan dirinya maka Sehun mengambil kesempatan untuk berbicara pada sang istri yang terlihat begitu menderita untuk waktu yang lama. Dihapusnya air mata Luhan dan menatapnya tulus penuh rasa cinta "Dengarkan aku sayang."
Sehun mencium seluruh wajah Luhan sebelum kembali menatap sayang pada istrinya "Berikan topi itu pada Haowen. Katakan itu pemberian dari paman yang sangat mencintainya."
"hkksss…Sehunna gomawo..hksss"
Sehun tidak tega melihat betapa Luhan terlalu bahagia hanya karena dia mengijinkan topi pemberian Kyungsoo diberikan untuk putra mereka. Membuat hati Sehun terasa ditampar tidak menyadari bahwa selama ini dia memberikan penyiksaan batin pada sang istri untuk waktu yang lama.
"Maafkan aku membuatmu kesakitan untuk waktu yang lama Lu... Maaf."
Sehun memeluk Luhan erat. Digumamkannya kata maaf secara berulang sampai Luhan meresponnya dengan menggelengkan kepalanya "Aku tidak terluka. Aku hanya terlalu bahagia." Katanya menghapus cepat air matanya sebelum melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan waktu 23:45. Itu artinya hanya lima belas menit tersisa sebelum waktu berganti.
"Jadi apa aku benar-benar boleh memberikan topi ini?"
Sehun menatap istrinya cukup lama. Bertanya-tanya mengapa Tuhan sangat baik mengirimkan malaikat seperti Luhan untuk iblis seperti dirinya. Luhan bahkan terus menjaga hati Sehun walau kenyataan yang dia jaga itu menyakiti hatinya sendiri.
Tak pernah sekalipun Luhan membicarakan tentang hal yang dia inginkan dan yang tidak dia inginkan jika itu menyangkut Kyungsoo. Dan saat mereka mencoba untuk saling terbuka maka tak ada yang bisa Sehun lakukan selain mengangguk dan menjawab.
"Tentu saja."
Sekali lagi Luhan melompat ke pelukan Sehun. Dipeluknya erat sang suami sebelum mencium lama bibir yang selalu mengatakan hal manis untuknya. "Gomawo Sehunna."
Bersamaan dengan ucapan terimakasihnya-…Luhan kembali menghapus air matanya. berjalan penuh kebahagiaan meninggalkan kamar kosong di rumahnya menuju kamar si pria tampan yang sedang berulang tahun malam ini.
"Soo…"
Luhan menatap haru topi biru yang ia genggam. Dengan penuh keyakinan dia menghela dalam nafasnya sebelum
Cklek…!
"Sayang…"
Luhan memanggil putranya. Tapi tak ada jawaban.
Kakinya terus melangkah ke dalam kamar sampai akhirnya menemukan Haowen yang sedang asyik membaca buku ceritanya. Luhan diam di tempatnya beberapa saat memperhatikan Haowen. Dadanya tiba-tiba sesak melihat bagaimana putranya tumbuh begitu cepat. Rasanya baru kemarin ia menggendong tubuh kecil Haowen di pelukannya. rasanya baru kemarin Haowen menolak memanggilnya Papa dan terus mengatakan Mamamama seperti adiknya. Rasanya baru kemarin Haowen bisa berjalan dan kini dengan cepatnya dia tumbuh dengan sehat dan tampan seperti ayahnya.
Matanya memanas untuk beberapa saat menyadari banyak waktu yang ia sia-siakan untuk menyaksikan pertumbuhan putranya. Bertanya-tanya apakah dia bisa menghentikan waktu agar kedua putranya berhenti tumbuh dan hanya menjadi malaikat kecilnya untuk waktu yang lama.
"Ma?"
"….."
"Mama?"
"huh?"
Luhan menghapus cepat air matanya saat suara Haowen terdengar. Ditatapnya kembali putra tampannya sebelum tersenyum menghampiri kesayangannya "Hey nak…"
Haowen menutup buku ceritanya. Memergoki mata Luhan yang basah sebelum wajah dinginnya berubah cemas melihat Luhan terlihat sedih "Ma..Kau menangis?"
Luhan tertawa kecil mendengar suara khas Haowen jika sedang mengkhawtirkannya. Membuatnya mengangguk cepat untuk menarik perhatian Haowen agar tak marah lagi padanya "Mama menyesal tidak bisa ikut acara makan malam ulang tahunmu nak." Katanya mengambil tempat di tempat tidur putranya. Mendekati Haowen sebelum mencium lama kening putranya "Selamat ulang tahun nak. Maaf mama terlambat."
Pada dasarnya Haowen sangat mencintai Luhan. Dia bahkan tanpa ragu memilih ibunya daripada memilih ayah atau adiknya. Hanya terkadang Luhan selalu bersikap sok manly di depannya. Membuat bocah delapan tahun itu terkadang jengah dan lebih memilih untuk bersikap acuh pada Luhan jika ibunya sedang marah tanpa alasan dan bersikap sok jantan seperti ayahnya.
Sebelum kedatangan Luhan, Haowen berniat untuk mengacuhkan ibunya. Namun saat wajah Luhan terlihat sedih, maka tak ada yang bisa dia lakukan selain mengalah dan mencoba membuat ibunya merasa baik "Hanya karena tidak datang mama menangis?" katanya memastikan disambut anggukan dari Luhan. "hmmm…Mama sangat menyesal nak."
"ck. Kekanakan sekali."
"Oh Haowen kau-…"
"Tidak apa Ma… Aku tidak marah. Berterimakasihlah pada Chanyeol Samchon yang membelikan komik edisi terbatas ini."
Lagi-…Luhan merasa sangat cemburu jika putranya lebih banyak memuji Sehun, Kai atau Chanyeol sekalipun. Jika diingat-ingat tak pernah sekalipun Haowen mengatakan dirinya keren karena barang yang dia belikan. Haowen cenderung berpura-pura suka lalu menelantarkan barangnya. Membuat Luhan selalu merasa gusar karena setiap kali dia membelikan barang pastilah Haowen menolaknya.
"Kau sangat menyukai hadiah Samchon?"
Haowen mengambil komiknya lalu menunjukkan pada Luhan tanpa ragu "Tentu saja. Sangat keren Ma…"
"Tega sekali kau nak. Kau tidak pernah sekalipun menyukai hadiah dari Mama. Sekalipun tidak pernah."
"Karena mama selalu memberikan barang berwarna pink dengan gambar kucing berpita. Aku tidak suka Ma!" ujarnya berkata jujur disambut raut kecewa dari Luhan "Oh begitu…."
Haowen terlihat salah tingkah karena nada suara Luhan terdengar kecewa. Membuatnya bergerak cemas sambil memikirkan cara bagaimana menghibur Mamanya sebelum matanya menangkap topi berwarna biru yang Luhan genggam di tangannya.
"whoa….Apa ini hadiah untukku?"
Katanya merebut topi biru itu lalu memakainya di kepala. "Bagaimana ma? Aku tampan kan?"
Luhan tersenyum lirih melihat topi yang Haowen kenakan begitu pas. Dan saat Haowen memakainya dengan wajah bahagia maka potongan gambar saat Kyungsoo memberikan topi itu terus berulang di ingatan Luhan.
Hatinya berdenyut sakit sekaligus rindu. Berharap jika Kyungsoo setidaknya bisa melihat siapa keponakannya yang kini tumbuh dengan sehat dan begitu tampan. Membuat matanya berkaca-kaca sebelum
Grep…!
"Jangan menangis lagi Ma. Aku janji setelah ini akan memakai barang pemberian mama. Entah itu warna pink atau gambar berkucing pita. Aku janji akan memakainya. Hanya jangan marah dan menangis seperti ini Ma."
Luhan menjerit bahagia dalam hatinya. Tak menyangka duplikat suaminya ini begitu mencintainya dan akan melakukan apapun untuk membuatnya merasa senang. Membuatnya terus berpura-pura sedih dengan Haowen yang semakin erat memeluknya.
"Mianhae Ma…"
Kini tingkah laku Haowen benar-benar persis seperti Sehun. Atau mungkin Sehun memang mencontohkan hal baik pada putranya. Karena setiap mereka bertengkar di depan Haowen atau Sehan-…Suaminya akan mengalah dan berakhir memeluknya erat.
Tak ketinggalan Sehun juga akan mencium keningnya lalu menghapus air matanya persis seperti yang dilakukan Haowen saat ini "Kau menyukai topi ini?"
"Sangat Ma…Topi ini sangat keren. Mama beli dimana? Aku tidak pernah melihat topi seperti ini sebelumnya. Dan yang paling penting ini biru." Katanya salah bicara sebelum membenarkan ucapannya.
"Maksudku jika pink aku tetap menyukainya Ma."
Haowen mengoreksi membuat Luhan tertawa. Dibukanya topi Haowen sebelum menatap rindu pada pemilik yang memberikan topi ini pada Haowen "Topi ini bukan dari Mama."
"huh? Bukan dari mama? Lalu dari siapa?"
"Kyungsoo Samchon."
"Kyung-….Kyungsoo samchon?"
Haowen bertanya hati-hati pada Luhan. takut salah menebak bahwa ibunya sedang membicarakan Kyungsoo yang sama dengan yang selalu dia dengar dari Kai selama ini. Dan saat ibunya mengatakan "umhh…Mendiang Kyungsoo Samchon." Maka Haowen tidak perlu takut salah bertanya karena memang mereka membicarakan Kyungsoo yang sama.
"Topi ini dibeli delapan tahun yang lalu sebelum kau dilahirkan. Saat itu mama ditemani Yeol Samchon dan Kyungsoo Samchon sedang mencari hadiah untukmu dan Kyungsoo memilih topi ini." katanya menatap rindu pada topi itu. tersenyum lirih sebelum suara Haowen kembali terdengar.
"Mama merindukan Kyungsoo Samchon?"
Luhan tertawa kecil sebelum mengangguk menghapus air matanya "Sama rindunya seperti mama merindukan hyungmu." Katanya menunduk sebelum mengembalikan topinya pada Haowen "Harusnya Mama memberikannya padamu tahun lalu. Tapi karena banyak pertimbangan mama ragu dan terus menyimpannya. Mianhae…"
Haowen kembali memakai cepat topi birunya. Tersenyum begitu senang dan menatap mantap ibunya "Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut dengan topi ini Ma. Aku tahu mama akan memberikannya malam ini padaku."
Luhan mengernyit bingung menatap Haowen. Sedikit mendekatkan dirinya pada Haowen sebelum bertanya tak mengerti pada putranya "Apa maksdumu nak?"
"Papa banyak bercerita tentang Kyungsoo samchon dan Ziyu hyung jika mengantar aku tidur. Banyak sekali yang dia ceritakan termasuk topi yang dibelikan Kyungsoo samchon untukku."
Deg..!
Diluar dugaan ucapan Haowen membuat jantungnya memicu dengan cepat. Mendengar bahwa diam-diam Sehun selalu menceritakan Kyungsoo pada Haowen adalah hal yang baru untuknya. Dia bahkan akan menangis jika tidak mengingat sedang bersama putranya saat ini. Mencoba menenangkan diri sebelum kembali bertanya
"Papa melakukannya?"
"eoh…Hampir setiap malam."
Luhan memalingkan wajahnya sejenak, merasa begitu bahagia sebelum kembali menatap putranya "Benarkah?"
"Papa bahkan menceritakan bagaimana mama sangat menyayangi Kyungie."
"Kyungie?"
"Panggilan kecil mama untuk Kyungsoo samchon-…Papa memberitahuku."
"sehun…"
Rasanya Luhan ingin melompat ke pelukan suaminya saat ini. rasanya dia ingin mencium Sehun dan mengucapkan terimakasih untuk kebesaran hatinya memaafkan Kyungsoo. Walau Sehun tidak pernah mengatakannya langsung, tapi secara tersirat dia memang sudah memaafkan Kyungsoo terbukti dari ucapan Haowen yang tanpa ragu bercerita padanya.
"Lagipula aku juga sering mendengar tentang Kyungie dari Kai dan Chanyeol samchon setiap hari, membuatku merasa sangat mengenal dekat Kyungie. Terkadang aku meminta Kai samchon untuk mengantarku ke pemakaman Kyungie karena aku sangat ingin bertemu dengannya."
"Dan kau melakukannya?"
"Bersama Kai dan Yeolie Samchon bergantian."
Haowen berujar sangat polos. Membuat Luhan terharu bahagia dan
Grep…!
Luhan memeluk erat si sulung. Nyatanya banyak hal buruk terjadi saat dia mengandung Haowen namun itu tidak membuat putranya menjadi seseorang berdarah dingin. Karena sebaliknya-…Haowennya tumbuh menjadi anak yang begitu baik dan peduli pada sekitarnya. Membuat Luhan sangat bangga dan memberikan pelukannya sebagai hadiah untuk putranya.
"Maa…"
"Terimakasih sudah tumbuh sehat dan menjadi anak baik nak. Mama sangat berterimakasih. Teruslah tumbuh seperti ini." katanya mencium bertubi wajah putranya sebelum tersenyum bangga pada si sulung.
"Lalu mana hadiah dari Mama?"
"huh?"
Jangan bilang Haowen bukan putra Sehun jika tidak bertindak seperti ini. Putranya cenderung menghilangkan rasa canggung dan kesalnya dengan memberikan pertanyaan tiba-tiba seperti ini. membuat Luhan hanya bisa memberikan tawa terbaik dengan tangan yang terus menggaruk tengkuknya. "he he he…"
"Apa maksud he he he Ma? Mama belum membelikan hadiah?"
Luhan menggeleng polos dengan menunjukkan wajah innocent nya "Mama belum sempat membeli hadiah untukmu nak. Maaf."
"ish…Benar-benar terdengar seperti Oh Luhan."
"anak ini!"
Luhan membuat gerakan menyentil dahi Haowen sebelum tertawa konyol karena dihadiahi tatapan seram dari putranya "Mianhae tampan. Mama akan membelikanmu banyak hadiah nanti."
"Aku tidak perlu banyak hadiah. Aku hanya perlu satu dari Mama."
"Apa itu? katakan?"
Haowen menatap mamanya dari atas hingga bawah. Sedikit mencibir cara berpakaian sang mama yang terlampau seksi dan sering membuat papapnya "hilang kendali" hingga terbuatlah Sehan dan calon adik bayi keduanya yang sebentar lagi lahir.
"Setidaknya pakai pakaian yang tertutup jika di rumah. Lihat pakaian mama saat ini, pahamu terbuka lebar dan papa bisa memegang sesukanya."
"omo…!"
Luhan memekik sangat terkejut. Tak menyangka anak delapan tahun jaman sekarang bahkan sudah mengerti tentang "memegang sesukanya" dan "Paha yang terbuka lebar." Membuat Luan sangat syok beberapa saat sebelum
"Tidak…Ini salah ayahnya. Jika si mafia mesum itu tidak sesukanya menjamahku mungkin Haowen tidak akan mengerti tentang paha dan hal-hal berbau mesum lainnya. Ish! Aku harus bersikap tegas pada ayah Haowen. Tapi apa bisa? Terkadang bahkan aku yang meminta. Ish! Ini memalukan sekali."
Luhan terus mengumpat dalam hati sebelum suara Haowen kembali terdengar
"Jangan berikan aku adik lagi dan aku anggap itu sebagai hadiah dari mama tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya. Bagaimana?"
Haowen mencoba bernego dengan ibunya. Membuat Luhan hampir mengatakan Tentu saja! Sebelum
"Kau harus berhadapan dengan papa dulu jika meminta hal menyebalkan seperti itu Oh Haowen."
Keduanya menoleh mendengar suara si mafia terdengar. Membuat sang dokter tersenyum lega karena memiliki penyelamat sementara si sulung hanya mendengus kesal dan kembali mengambil buku komiknya. "Sayang…"
Belum apa-apa Luhan sudah menghampiri suaminya. Mencium bahkan melumat bibir suaminya tak tahu malu dan lagi-….di depan kedua mata Haowen. Membuat Haowen hanya mendengus pasrah dan berusaha mengabaikan pemandangan mesum di depannya "Sudahlah aku pasrah…Sebelas adik pun tidak masalah untukku." Katanya bergumam kesal dan membiarkan kedua orang tuanya saling mencium saat ini.
Untuk Luhan sedari tadi dia memang ingin bertemu suaminya. Dan saat suara berat itu terdengar begitu indah di telinganya maka dipastikan seorang Oh Luhan akan selalu datang ke pemiliknya dengan cepat dan tidak menghiraukan apapun termasuk putranya sendiri.
"Kau tidak bisa menahan diri ya?"
Sehun menggoda menatap istrinya. Melihat sejenak wajah "es" putranya sebelum kembali berbisik pada Luhan "Ronde tanpa batas malam ini."
"ish! Kau ini."
Sehun tertawa melihat wajah Luhan yang memerah. Diciumnya kening sang istri sebelum merangkul erat pinggangnya dan berjalan mendekati Haowen "Jadi apa kau akan berhadapan dengan papa?"
Haowen menatap malas kedua orang tuanya yang selalu bersikap kekanakan. Sedikit menghela nafasnya sebelum bertanya dengan suara malas pada ayahnya "Untuk apa?"
"Karena meminta mama untuk tidak memberikanmu adik." Katanya melepas pelukan Luhan sebelum mendekati Haowen dan berbisik pada putranya "Asal kau tahu Oh Haowen. Rencana ayah adalah memberikanmu sepuluh adik agar kita bisa membuat kesebelasan. Kau tahu kan ibumu maniak Manchester United? Jadi papa rasa itu hadiah terbaik yang bisa papa berikan pada mamamu." Katanya berujar sangat pelan dibalas putaran malas mata putranya.
"ya ya ya…terserah papa saja."
"Begitu baru benar." Katanya mencium kepala Haowen sebelum kembali berjalan mendekati istrinya "Apa yang kau bicarakan dengan Haowen?"
"Masalah pria dan pria. Kau tidak perlu tahu sayang."
"Terus saja menganggapku bukan pria." Katanya berujar kesal dengan menghentakan kesal kakinya
"Mana ada pria yang menghentakan kesal kakinya saat kesal?" timpal Haowen membuat Sehun tertawa senang sebelum mengajak putranya ber tos ria. "Itu baru jagoan papa."
Sehun memuji Hoawen tanpa tahu sedang menyinggung harga diri si rusa sebagai "pria" sejati. Luhan tak lagi menghentakan kakinya. Menyadari bahwa itu sangat kekanakan hingga menggantinya dengan tatapan dingin khas seorang Oh Luhan jika tidak ingin memberikan jatahnya pada sang suami.
"Oh Sehun."
"oh tidak…"
Sehun menyadari nada menyebalkan itu. wajahnya sudah sepucat dinding di kamar Haowen sebelum sang istri kembali bersuara "Pilih ingin tidur diluar atau di ruang tamu. Kau tidak akan bisa-…"
"AKU AKAN MEMBELIKANMU CARTIER BARU SAYANG…"
"huh?"
Luhan selalu "murahan" jika itu menyangkut barang-barang mewah. Dan saat Sehun mengatakan Cartier maka kedua mata rusa itu berbinar dengan cepatnya. "Cartier?"
"Cartier." Timpal Sehun tanpa ragu disambut wajah bingung dari Luhan "Tapi baru kemarin aku membeli koleksi terbaru. Apa mereka sudah mengeluarkan koleksi terbaru?"
"eoh…Doojon bilang mereka mengeluarkan gelang baru dari cartier. Aku akan membelikannya untukmu."
"daebak…"
Tanpa sadar Luhan bergumam sampai air liurnya nyaris menetes, membuat Haowen tersenyum miris merasa kedua orang tuanya begitu mengganggu saat ini "Kau masuk perangkap serigala ma." Katanya bergumam kecil sebelum Luhan kembali menatap menggoda suaminya.
"Sayang aku tunggu dikamar. Dan kau Oh Haowen-…Mama akan memberikan hadiah mama padamu besok. Selamat ulang tahun sayang." Katanya mencium sekilas kepala Haowen sebelum menatap menggoda suaminya "Jangan terlalu lama. Aku siap membuka lebar pahaku sayang." Katanya berbisik menggoda membuat Sehun terkekeh namun tak bisa menyangkal bahwa dia sudah terangsang hanya dengan kerlingan dan bisikan istri seksinya.
"Aku akan segera menyusul."
Tak lama Luhan meninggalkan Sehun berdua dengan Haowen. Ayah dan anak itu tidak mengucapkan satu kata pun. Hanya diam sampai suara Haowen menyadarkan Sehun dari lamunan vulgarnya tentang Luhan "Mau sampai kapan disini pa? Aku ingin tidur."
"ah benar-…Kau harus tidur jagoan. Jika mendengar suara aneh dari kamar papa jangan masuk nak. Kau mengerti kan?"
"ara-…"
"Aigoo…Haowen memang paling pintar." Katanya memuji si sulung sebelum
Klik…
Sehun dengan cepat mematikan lampu kamar Haowen. Menaikkan selimutnya sebelum mencium sayang jagoan kecilnya "Mimpi indah nak."
"Papa juga."
Sehun tersenyum malu-malu sebelum memberitahu Haowen dalam kegelapan "Papa rasa papa tidak akan tidur malam ini." katanya memberitahu Haowen sebelum bergegas pergi dari kamar si sulung.
Haowen sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak menyangka kedua orang tuanya akan sevulgar ini membicarakan hal-hal dewasa padanya. Membuatnya hanya tertawa kecil sebelum
Sret…
Haowen menarik selimutnya menutupi wajah sambil bergumam "haah-….Berapa banyak adik yang akan mereka berikan untukku."
.
.
.
.
.
.
.
Katakan pada Kai ini waktunya….
.
.
.
.
.
Akhir pekan ini terlihat kesibukan dari keluarga kecil Sehun dan Luhan. mereka semua sedang memasukkan barang yang akan dibawa ke Gangneung -tempat Ziyu dimakamkan-. Nyatanya mereka hanya menginap selama tiga hari. Tapi Luhan menyiapkan segala sesuatunya seperti akan menginap setahun.
Barang-barang Sehan terutama-…Dia membawanya secara berlebihan. Membuat sang suami hanya menggelengkan kepala dengan si kecil yang berada di gendongannya.
"Bibi. Apa baju hangat Sehan sudah dikemas."
Wanita yang terlihat semakin tua namun tetap terlihat cantik itu pun hanya tersenyum maklum. Menyadari bahwa Luhan selalu menyiapkan yang terbaik untuk kedua putranya adalah hal yang dilakukannya setiap tahun. Walau sebenarnya agak berlebihan tapi ibu kandung Kai itu selalu menghadapi Luhan dengan sabar "Tentu saja Lu. Bibi sudah memasukkan semuanya."
"syal?"
"Sudah."
"Botol susu?"
"Tidak mungkin tertinggal."
Dan untuk Sehun ini adalah kali keempatnya Luhan mengabsen barang-barang Sehan. Membuatnya hanya bisa menatap pasrah sang istri sementara Sehan mulai bersikap bosan melihat ibunya yang mulai lama mengatur banyak hal
"Papa belum berangkat?"
Yang bertanya adalah Haowen. Terlihat dia memakai pakaian judonya dan sedang menuruni tangga. Bertanya-tanya mengapa kedua orang tuanya masih berada di rumah walau sudah bersiap sejak pagi tadi. "Hey nak."
Sehun menyapa sekilas putranya. Setidaknya dari semua kericuhan pagi ini, penampilan Haowen bisa membuatnya sedikit bangga "Kau mau berangkat latihan?"
"hmmhh…Kai samchon sebentar lagi datang." Katanya menghampiri adiknya dan menatap iba Sehan yang terlihat sangat bosan.
"Hyung ikut…"
Haowen tertawa kecil sebelum mengusak sayang kepala adiknya "Nanti jika kau sudah besar. Hyung akan menyelamatkanmu dari pria cantik itu."
Entah apa yang Haowen katakan. Yang jelas itu terdengar menarik untuk Sehan. Membuatnya melonjak di pelukan Sehun walau sama sekali tak mengerti ucapan hyungnya.
Haowen bahkan hanya tertawa melihat tingkah adiknya sebelum suara si "pria cantik" terdengar sangat heboh
"Oh Haowen…Anak mama. Apa benar kau tidak ikut kali ini? tiga hari waktu yang lama nak. Mama akan sangat merindukan Haowen."
"Ma jangan mulai…"
Haowen memperingatkan mamanya. Diambil tas Judonya dengan cepat sebelum berlari dari cengkraman sang Mama "Aku pergi dulu menemui cinta pertamaku Ma. Sampai nanti."
Haowen berteriak dengan semangat. Meninggalkan keluarga kecilnya yang heboh sebelum
BLAM…!
"HATI-HATI NAK!"
Sementara Sehun berteriak mengingatkan si sulung maka wajah Luhan berubah horor. Memastikan bahwa dia tidak salah mendengar tentang cinta pertama Haowen sebelum
"Sehunna…"
Sehun yang tertawa bangga menyadari putranya tubuh mandiri sedikit menoleh. Memperhatikan mengapa wajah Luhan terlihat gusar dan mulai menjawab panggilan sang istri "Apa sayang?"
"Tadi Haowen bilang ingin menemui siapa?"
Sehun bersikap salah tingkah saat ini. ditulikan pendengarannya sebelum menjawab Luhan tanpa ragu "Aku tidak dengar."
"Bibi? Bibi dengar?"
Sehun memperingatkan Bibi Kim. Direspon dengan gelengan kepala sebelum tertawa menjawab Luhan "Tidak dengar Lu."
"Benarkah? Aku yakin sekali dia mengatakan tentang cinta pertama." Katanya bergumam bingung sebelum
"SAMCHOOON…."
Sehan berteriak heboh melihat kedatangan Chanyeol, Baekhyun dan Park Jiwon -putra tunggal Baekhyun dan Chanyeol-. si bungsu bahkan melonjak meminta digendong Chanyeol "Samchonnn…"
"aigoo…keponakan paman tampan sekali."
"Sehun samchon. Mana Haowen oppa?"
"Astaga Park Jiwon. Hyung bukan oppa."
Buah hati Baekhyun dan Chanyeol ini masih berusia enam tahun. Tapi nyatanya dia sudah sangat menyukai Haowen dan mengklaim Haowen sebagai "oppa" nya. Hal ini kerap kali membuat Baekhyun pusing dan merasa gemas karena tingkat kecentilan Jiwon sudah melewati dirinya "Oppa Mom…" katanya menantang Baekhyun sebelum bertanya centil pada Sehun.
Sehun pun hanya tertawa geli dengan mengangkat tubuh mungil Jiwon saat ini "Oppamu baru saja pergi. Dia ada latihan judo?"
"Dad…Apa aku bilang? Jika kau tidak bangun siang aku bisa bertemu dengan oppa!"
Chanyeol memandang menyesal pada putranya sebelum memberitahu Jiwon "Tenang saja. Selama tiga hari ini Haowen oppa mu akan menginap di rumah kita."
"BENARKAH?"
Sehun bahkan harus menutup telinganya mendengar teriakan Jiwon. Kembali tertawa sebelum membenarkan ucapan Chanyeol "Eoh? Oppamu akan menginap di tempatmu selama tiga hari."
"yey! Samchon yang terbaik." Katanya melonjak di gendongan Jiwon sebelum
Chu…
Dia tanpa ragu mencium Sehun membuat Baekhyun benar-benar menggelengkan kepalanya saat ini "Centil." Ujarnya kesal dibalas ciuman kecil dari suaminya "Dia itu duplikatmu sayang."
Baekhyun menatap kesal pada Chanyeol sebelum menghampiri Luhan yang terlihat bingung entah karena apa. "Hey Lu…"
"Haowen tidak mungkin memiliki kekasih kan?"
"LU!"
"huh? Ah-…Baek…ada apa?"
"Kenapa melamun? Ini vitamin yang harus kau minum untuk adik bayi."
Luhan mengambilnya cepat sebelum mengangguk "gomawo Baek.."
"Tidak masalah. Cepat bersiap dan segera berangkat Lu. Aku hanya mengambil pakaian Haowen."
"Haowen?"
"Iya Haowen. Memangnya siapa lagi kalau bukan-…."
"BAEK!"
"astaga! Ada apa?"
"Haowen…Apa dia memiliki kekasih?"
"Kekasih?"
"Iya kekasih.."
"Tentu saja tidak."
Akhirnya Luhan bisa bernafas lega karena setidaknya ada yang meyakininya bahwa Haowen tidak memilik kekasih. Membuatnya sedikit tertawa konyol sebelum Baekhyun kembali berbicara
"Tapi aku rasa dia memiliki seseorang yang dia sukai. Setahuku orang itu guru Judo nya yang baru."
"MWO?"
Mata Luhan membulat hebat bersamaan dengan helaan putus asa dari kedua tampan yang kini menggendong anak masing-masing. "Oh tidak…"
"Apa maksudnya guru judo yang baru? Siapa yang-…"
Cklek…!
"Samchoonn…"
Sehan kembali berteriak saat melihat Doojon. Karena jika Doojon terlihat maka itu artinya dia akan jalan-jalan. Dan tak ada yang sangat disukai Sehan selain pergi keluar dengan mobil.
"Sehan…"
Doojon menghampiri Sehan sebelum mengambilnya dari pelukan sang ayah. "Bos…Mobil sudah siap. Aku akan membawa Sehan lebih dulu."
"Oke…"
Sementara Doojon memberitahukan tentang mobilnya maka yang dilakukan Chanyeol adalah mengambil barang Haowen sebelum merangkul pinggang istrinya untuk segera pergi "Sayang kita terlambat ke rumah sakit."
"Titip putraku Yeol…"
"Tentu saja." Katanya menjawab Sehun dan kembali mendekati Baekhyun. "Ayo sayang…"
"Yeol…Aku belum selesai bicara dengan Baekhyun."
"Nanti saja setelah kau pulang dari Gangneung. Sampai nanti dan hati-hati di jalan." Katanya sedikit menarik paksa istrinya sebelum
BLAM…!
"Sayang…Ayo kita pergi."
"Sehunna…Haowen."
"Kau cinta pertama Haowen. Ingat?"
"Tapi dia menyukai guru Judonya." Katanya berujar seperti seseorang yang patah hati. Membuat Sehun sedikit cemburu melihat tingkah Luhan sebelum merangkul pinggang istrinya dan membawanya segera pergi dari rumah "Dia lebih menyukaimu."
.
.
"KAI SAMCHOON.."
Yang dipanggil sudah duduk manis di bangku penonton. Bersiap menyaksikan tuan muda kecil berlatih Judo. Sebelum harus mendengus kesal karena lagi-lagi Haowen berlari ke arahnya terlihat kesal. "Anak ini!-…Kenapa kau masih disini? Cepat berlatih."
"Tidak mau! Guru private ku belum datang."
"Guru private? Kau memakai guru private?"
"eoh…Papa sudah membayar guruku itu. Tapi kenapa dia belum datang juga."
Kai menatap jengah pada putra kedua Sehun dan Luhan. Berniat untuk menjual si tuan muda kecil ini jika tidak mengingat dia adalah putra baptisnya.
"Kau dimana saem? Jangan buat aku cemas."
"ck…!"
Kai memilih fokus pada ponselnya. Sedikit lama menatap walpaper Kyungsoonya sebelum membaca dua puluh pesan dari Luhan yang berisi Kai…Jaga anakku. Atau Kai…Berikan foto terbaru Haowen. Membuat si penjaga terkekeh gemas menyadari tingkah Luhan dan Haowen tidaklah jauh berbeda.
"saem…!"
"Oh Haowen! Sebenarnya siapa yang kau tunggu? Kekasihmu atau gurumu. Jangan berlebihan oke. Paman mual?"
"ck! Dia itu cinta pertamaku paman! Awas jika paman menyukainya saat mereka bertemu."
"Sampai mati aku tidak akan mencintai orang lain selain-…"
"SAEM..!"
Haowen tiba-tiba berteriak memanggil seseorang. Membuat Kai menatap malas si "cinta pertama" Haowen sebelum
DEG…
"Kyungsoo?"
Kai bahkan berdiri dari tempatnya saat ini. memastikan bahwa dia tidak melihat Kyungsoo namun nyatanya sang kekasih memang sedang berlari menghampirinya saat ini.
"Haowenna mian… Aku terjebat macet."
Suaranya….
"Tidak apa Saem. Apa Saem haus?"
Haowen berjinjit berusaha menggapai wajah cinta pertamanya sampai dia mendengus kesal karena tidak sampai menyentuh wajah guru judonya.
"ah-…Apa anda paman Haowen?"
Matanya…
Kai hanya diam menjawab pertanyaan guru Kyungsoo. Memperhatikan semua tentang pria di depannya adalah Kyungsoo-…kekasihnya.
"Tuan?"
Merasa Kai bersikap aneh membuat Haowen kembali mendengus kesal. Ditariknya lengan Kai sebelum "Kai Samchon!"
"huh?"
"Menunduk sebentar."
Jantung Kai masih berdegup kencang saat ini. pikirannya kosong dan nyaris berbuat gila memeluk pria yang ia kira adalah Kyungsoo. Matanya bahkan tidak berhenti menatap guru Judo Haowen sambil mendengarkan ucapan Haowen.
"Guruku bertanya padamu cepat jawab."
"ah mian-..Samchon tidak fokus."
"Lagipula Samchon….Dia cinta pertamaku kau tidak boleh menyukainya." Katanya memperingatkan Kai namun diabaikan oleh Kai yang kini sudah kembali bertatapan dengan guru Judonya.
"Apa?"
"huh?"
"Apa yang kau tanyakan?"
"ah-…Saya bertanya apa anda paman Haowen?"
"Ya…Aku pamannya."
Kai menatap intens pria bermata besar yang memiliki pipi gembil seperti Kyungsoonya. Terlalu intens hingga membuat pria di depannya salah tingkah dan berniat mencari topik lain sebelum
"Kyungsoo."
"huh?"
"Kau adalah Kyungsoo? Aku benar kan?"
"Kyungsoo? Ani-…Namaku bukan Kyungsoo."
PLAK…!
Rasanya Kai disadarkan dari harapannya. Raut wajahnya bahkan terlihat sangat terluka saat pria di depannya mengatakan bukan Kyungsoo. Ingin rasanya dia menjerit murka karena kekosongan dihatinya yang tiba-tiba kembali terbuka saat melihat pria di depannya. Nyaris berbuat gila sebelum Haowen menatap takut padanya.
"Samchon? Apa perlu kita pulang? Kau terlihat pucat?"
Haowen bukan anak bodoh yang tidak menyadari keadaan. Karena saat Kai tanpa ragu memaksa nama gurunya adalah Kyungsoo, maka dia tahu bahwa gurunya memang mirip dengan Kyungienya. Dia bahkan bisa melihat wajah Kai yang begitu memelas dan terluka. Membuatnya sangat tak tega dan meminta ayah angkatnya itu untuk segera pulang.
"Samchon…Ayo pulang."
Kai sendiri mendengar suara Haowen yang ingin menangis. Dia tahu sudah membuat cemas anak angkatnya. Membuat senyum ia perlihatkan sebelum mengusak rambut Haowen "Kau bilang ingin bertemu dengan Saem. Paman akan menemanimu nak."
"Tapi kau terlihat sakit."
"Paman baik Haowenna." Katanya meyakinkan Haowen sebelum menatap mimpi indah yang begitu menyakitkan di depan kedua matanya.
Kai mengangkat tangannya untuk berjabat sebelum memperkenalkan diri pada guru Judo Haowen yang baru.
"Kim Kai-…Aku mengandalkanmu untuk melatih keponakanku dengan baik."
Pria bermata besar itu cukup bingung dengan situasinya. Situasi dimana paman muridnya ini memanggil namanya dengan nama asing sampai perubahan raut wajah Haowen yang terlihat cemas.
Membuatnya sedikit ragu namun tidak berlangsung lama karena Kai mengangkat tangannya untuk berjabat dan saling berkenalan. Merasa situasi tak lagi canggung pun membuatnya mengangkat tangan membalas jabatan tangan Kai. Sedikit tersenyum sebelum
"Dio-…Han Dio."
Kai tersenyum kecil mendengar suara khas di depannya terdengar begitu familiar. Hatinya yang sudah merelakan kini harus kembali menjerit rindu. Digenggamnya tangan yang terasa pas di genggamannya sebelum diam-diam berujar dalam hati.
Kyungsoo-ya…Bolehkah aku membuka hatiku untuk orang lain? Bisakah sayang?
Jauh di dunia tempat Kai berada seseorang melihatnya. merasa bahagia karena pada akhirnya Kai membuka hatinya untuk orang lain dan memutuskan untuk berbahagia dengan hidupnya.
Ingin memberi jawaban dia pun berhembus seperti angin dan berbisik
Sudah waktunya kau membuka hatimu sayang…aku merelakanmu.
.
.
.
.
.
BLAM…!
.
Tiga jam kemudian Sehun dan Luhan sampai di Gangneung. Rasa lelah tak lantas membuat mereka segera menuju Villa. Karena daripada ke Villa. Keduanya tak sabar untuk melepas rindu pada Ziyu.
Dan dengan segala persiapan yang disiapkan Luhan-…Disinilah mereka. Di depan makam putra pertama mereka dengan Sehan yang berada di gendongan Sehun "Ziyu..Eomma datang nak."
Luhan meletakkan bunga pertamanya di pemakaman Ziyu, terdiam cukup lama sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya "Eomma datang bersama adik keduamu nak-….Sayang-…"
Sehun mengerti maksud Luhan. Dengan bantuannya dia berjongkok dan menyerahkan Sehan pada Luhan "Namanya Sehan nak." Katanya kembali berbicara mengenalkan Sehan pada Ziyu.
"Ma…."
Sehan memeluk takut leher Luhan. membuat Luhan tertawa kecil sebelum memaksa Sehan menyapa hyungnya "Panggil hyung nak. Ziyu hyung."
"Jiyu hyung?"
"eoh…Jiyu hyung."
Sehan tak suka pada awalnya. Namun saat Luhan membenarkan ucapannya maka dengan senang hati si kecil tak lagi menatap takut pada makam Ziyu. Sehan bahkan meminta bunga dari ayahnya sebelum berjalan lucu meletakkan bunga di makam Ziyu persis dengan yang Luhan lakukan.
"hyung anyyeong….Thehan…" katanya berujar seolah mengenalkan dirinya pada Ziyu. Pemandangan ini sontak membuat Luhan menundukkan kepalanya. Menangis tersedu berharap bisa mempertemukan Haowen dan Sehan dengan kakak mereka "hyung dimana.."
"Hkss…"
Sehun sendiri tidak bisa menyembunyikan air matanya. Entah sudah berapa kali mereka melakukan ini tapi tetap berakhir merindukan Ziyu. Rasa rindu itu bahkan terus bertambah seiring kedatangan mereka bersama kedua adik putra pertamanya.
Sehun mendongakan wajahnya ke langit. Memejamkan kuat matanya sebelum
"Yoon Doojon."
Yang dipanggil segera menghampiri Sehun sebelum menunggu intruksi selanjutnya dari Sehun "Ada apa bos?"
"Bawa Sehan ke villa. Dia kedinginan."
Doojong mengangguk mengerti. Dihampirinya Sehan sebelum
Grep…
"Sehanna…waktunya tidur siang."
Sehan yang memang sudah kelelahan mengangguk pasrah. Dibiarkannya Doojon mengangkat tubuhnya sebelum merasakan kecupan hangat dari ayahnya "Tidur yang cukup nak. Papa akan menyusul."
Setelah dikecup Sehun, Doojong membawa si bungsu ke villa. Tidak ingin merusak suasana keluarga kecil itu yang selalu terluka dan tak pernah benar-benar bahagia.
Sehun pun mengambil banyak nafasnya. Berusaha kuat untuk istrinya sebelum ikut berjongkok di samping Luhan "Hey jagoan…Papa datang."
Luhan menoleh mendengar sapaan Sehun. Sedikit tertawa sebelum pasrah saat Sehun membawanya bersandar ke dadanya "Ada yang sedang menangis karena merindukanmu nak." Katanya menggoda Luhan sebelum tertawa karena Luhan memukul dadanya.
"Papa juga merindukanmu." Timpalnya sekilas mencium berulang kepala Luhan "Ah ya-…Mungkin kau akan kesal mendengar ini. Tapi eomma sedang mengandung calon adik ketigamu."
Wush~
Seolah memberi jawaban. Sehun dan Luhan merasakan semilir angin yang menyejukkan. Membuat Ziyu seperti berada di samping mereka dan menyambut baik kabar baik tentang adik ketiganya "Aku rasa dia senang."
Luhan tertawa kecil sebelum mengangguk menyetujui suaminya "Aku tahu."
Keduanya diam sejenak untuk beberapa lama. Memandang nisan putra mereka dengan harapan Ziyu selalu berbahagia disana. Keheningan itu bahkan sangat menyenangkan sampai Sehun kembali berbicara.
"Lu…"
"hmmh…"
"Aku sudah menyiapkan nama untuk calon anak kita yang keempat."
"huh? Kenapa tiba-tiba?"
"Aku sudah memikirkannya sejak lama. Harusnya nama ini aku berikan pada Sehan. Tapi aku ragu dan terus menundanya sampai anak keempat kita."
Luhan mendongak menatap suaminya. Bertanya-tanya mengapa wajah Sehun terlihat serius sebelum mencoba mencairkan suasana saat ini "Tapi kau selalu memberi nama satu hari setelah kelahiran bayi kita sayang. Kau bahkan datang ke cenayang untuk itu." katanya terkekeh namun hanya dibalas diam oleh suaminya.
"Sehun?"
"Aku sudah memikirkannya kali ini. terlepas itu anak perempuan atau lelaki lagi-…Namanya akan sama."
"Benarkah? Kalau begitu siapa nama anak keempat kita?"
"Oh YuSoo."
"Yusoo?
"umhh.."
"Aku tidak mengerti. Kenapa kau menamakan calon bayi kita Yusoo?"
"Itu gabungan dua orang yang sangat berarti untukmu. Mungkin untukku juga." Katanya menambahkan membuat Luhan semakin bertanya-tanya "Siapa?"
"Ziyu dan Kyungsoo."
DEG..!
Luhan melepas cepat pelukan Sehun. Menatap suaminya berharap segera ada tawa disana. Berharap Sehun mengatakan mana mungkin aku akan memberikan nama Kyungsoo untuk putra kita. Tapi semakin Luhan menatap maka semakin jelas pula bahwa suaminya sedang tidak bercanda saat ini.
Membuat sesuatu dihatinya kembali menghujam sakit menyadari raut wajah terluka suaminya namun tak bisa menyembunyikan rasa harunya. "Kyungsoo?"
"Kyungsoo."
"Sehun jangan memaksakan dirimu sayang. Jangan-…."
"Delapan tahun yang lalu aku sudah memaafkannya. Delapan tahun yang lalu aku berniat membiarkannya hidup. Delapan tahun lalu aku bahkan bermimpi melihat tawamu saat kami bisa berbicara satu meja. Tapi kau tahu itu tidak terjadi karena kesalahanku dan aku menyesal karena harus membuatmu kehilangan adikmu. Aku-…"
"SEHUN!"
Luhan melompat ke pelukan Sehun. Membuat keduanya jatuh terduduk tepat di depan makam Ziyu dengan suara isakan Luhan yang terdengar kesakitan namun sangat bahagia "Kau tidak bersalah sayang hkss.. AKU MOHON JANGAN TERLUKA."
Luhan memeluk erat suaminya. Menangis tersedu disana sesekali menggigit leher Sehun untuk menjelaskan rasa sakitnya. Keduanya merasakan luka dan kehilangan yang sama. Keduanya juga sama-sama berkorban untuk cinta mereka. Membuat Luhan sama sekali tidak menerima jika Sehun terus menyalahkan dirinya. Dipeluknya erat sang suami sebelum hatinya merasa sedikit tenang berharap Sehun juga merasakan ketenangan yang sama "Terimakasih sudah memaafkan Kyungsoo sayang. Terimakasih."
"Maaf membutuhkan waktu lama mengatakannya padamu. Aku memikirkannya selama delapan tahun, menimbang untuk mengatakannya padamu atau hanya diam dan tidak mengubah apapun. Ya-…Aku memang ingin terus diam sampai Haowen membuatku sadar."
"Haowen?"
"Tidak akan ada yang membuat mama bahagia selain mengetahui papa memaafkan Samchon. Lagipula aku rasa Ziyu hyung tidak membenci samchon. Karena sebaliknya-…Ziyu dan Kyungie mungkin sudah berteman dekat disana. Itu kata putra kita."
Luhan kembali terisak haru mendengarnya. Tak menyangka bahwa kekerasan hati orang tua bisa luluh dengan satu kalimat panjang buah hati mereka. Membuat Luhan sangat bahagia dan tiba-tiba merindukan Haowennya "Anak itu…" katanya tertawa masih menyembunyikan wajahnya di dada Sehun.
Sehun pun mengangkat dagu Luhan. menatap mata cantik istrinya sebelum melumat pelan bibir Luhan. Tidak ada nafsu hanya rasa cinta yang begitu besar. Keduanya seolah sudah memecahkan jarak terbesar mereka tentang sosok seorang Do Kyungsoo. Membuat ciuman kali ini benar-benar terasa berbeda dan sangat menyenangkan.
Saat Sehun mendorong lidahnya masuk maka Luhan dengan senang hati membuka mulutnya. Saat Sehun mulai menghisap sudut bibirnya maka Luhan dengan sengaja menjulurkan lidahnya agar Sehun menghisapnya. Sesekali Luhan juga melakukan hal yang sama. Membuat ciuman itu terasa hangat sampai oksigen kembali menuntut untuk dihirup.
"haah…."
Luhan yang paling kehabisan oksigen. Ditatapnya sang suami sebelum kembali tersenyum cantik memandangnya "Terimakasih untuk kebesaran hatimu sayang. Aku mencintaimu."
Sehun menyingkirkan anak rambut Sehun. Mencium keningnya lama sebelum kembali menatap Luhan "Apapun untukmu."
Luhan kembali memeluk erat suaminya. Menghirup dalam-dalam aroma Sehun sebelum tersenyum menggelitik seolah tak sabar dengan kelahiran calon bayi keempatnya "Jadi nama anak keempat kita Oh YuSoo?"
"Oh Yusoo.." timpal Sehun memeluk Luhan. membuat Luhan tersenyum senang dan memandang nisan putra pertamanya "Kau dengar nak? Nama adik ketigamu adalah gabungan namamu dan Kyungie. Mama harap dengan begitu mama bisa melihat kalian berdua setiap hari." Katanya kembali menyembunyikan wajahnya di dada Sehun sebelum terisak haru disana.
"Oh Yusoo?"
Didepan makam putra pertama mereka. Sehun membuat keputusan yang sangat sulit ia buat. Keputusan yang memaskanya untuk menghancurkan hati dinginnya untuk kebahagiaan istrinya. Karena sebesar apapun kebencian Sehun untuk Kyungsoo, maka rasa cintanya pada Luhan jauh lebih besar.
Membuat pria keji sepertinya rela merendahkan diri hanya untuk menghancurkan jarak besar menyakitkan yang tak terlihat antara dirinya dan Luhan setiap kali nama Kyungsoo disebutkan.
Hari ini Sehun membuktikan seberapa besar cintanya pada Luhan
Membuktikan betapa dia memuja Luhan.
Betapa dia tidak bisa hidup tanpa Luhan dan tidak ingin membuat Luhannya terluka.
Bagi orang lain mungkin ini adalah masalah kecil. Tapi untuk Sehun-…Memaafkan pembunuh putranya adalah hal yang mustahil untuk dia lakukan.
Tapi Sehun membuktikannya hari ini. Dengan sedikit kebesaran hatinya dia mengatakan memaafkan Kyungsoo pada Luhan. Dia bahkan memberikan sebagian nama Kyungsoo pada darah dagingnya kelak.
Membuat hatinya terluka namun hanya sedikit karena ia yakin luka itu akan hilang selama dia bersama Luhan.
Sehun pun diam beberapa saat dan tanpa henti menciumi pucuk kepala Luhan. Kembali membenarkan pertanyaan Luhan tentang nama anak keempat mereka sebelum
"Oh Yusoo."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
And finally
.
.
.
.
E
.
N
.
D
.
.
.
.
.
.
.
ARGHHH muncul juga itu tiga kalimat terhoror buat yang suka nulis ff abal kaya gue hkssss…terharu, sedih, lebay kini gue rasakan….
.
ENTANGLED END…END!
.
FUH..See? membludakan wordsnya. Gue sampe begadang tiga hari Cuma buat ngerampungin ini tapi baru rampung dihari ketiga T_T
.
.
Gpp kebayar tjoy kebayar karena ini cerita ke sepuluh gue yang END *tebarbungakuburan yey
.
.
Ga ada yang bisa gue ucapin selain makaasih…makasih…makasiiiii banyak buat readers gue yang masih berjuang di jalan yang sama kaya gue…yang baca hhs kan ya? Hamdalah masih banyak hhs kecintaan gue…makasi banyak pake banget ya :*
.
Makasih juga udah sabar nunggu gue apdet…gue ngaret…gpp disindir juga…gpp guemah… gue tau kalian cinta gue kaya kalian cinta hunhan wkwkkw *ngarep…
.
Udah keabisan kata…
Karakter Sehun di Entangled itu favorit gue dari semua ff yang gue buat sendiri wkwk dan gue dengan berat hati menyudahkannya. :"
.
Btw ga ada KaiSoo tapi KaDi ya jadinya…Itu Kyungsoo juga loh gengs. Cuma beda dunia aja disini wkwkkw…inget film hyung biar gampang :*
.
Sekali lagi…..Makasi ya udah nemenin sampe terakhir.
.
Makasih
.
Makasiiihhhhhhh :*
.
Sampe ketemu ya…
Buat sekarang di MFC dulu.
.
Q : Ga ada niatan buat cerita baru ka?
A: ADA DONGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG!
.
YANG KUBUTUHKAN CUMA DUKUNGAN BUKAN DESEKAN..DEAL YA!
.
Smpe ketemu di MFC…
.
Wassalamualaikum *ffhidayah :V
.
Rasanya nano2 bgt ih :(
.
Happy reading review yak :*