Triplet794 present new story
.
.
.
Mereka berdua adalah pasangan yang dikatakan unik menurut semua orang yang mengenalnya, dimana yang satu merupakan "penyembuh" dan yang satu merupakan "pembunuh". Bertolak belakang namun menjadi satu karena takdir yang menjerat mereka.
.
.
.
Entangled
Main Cast : Sehun & Lu Han
Genre : Romance, Family, Hurt/Comfort
Rate : M
Length : Chapter
YAOI. Typo (s)
HUNHAN STORY!
.
.
.
.
.
"Dokter Oh."
Pria cantik yang dipanggil namanya pun menoleh. Dia membuka masker yang sedang ia gunakan saat melakukan operasi.
"Ada apa?" katanya bertanya ramah kepada kepala perawat di rumah sakit tempatnya bekerja.
"Ada seseorang yang menunggu anda di ruangan anda."
Pria cantik itu pun sedikit mengernyit menebak-nebak "Siapa?" Katanya bertanya pada perawat Song.
"Tuan Oh yang menunggu anda."
Pria cantik bernama lengkap Oh Luhan itu pun sedikit tersenyum namun terlihat sekali wajahnya masih mengeras. "Aku akan menemuinya. Terimakasih." Katanya berjalan melewati perawat Song yang kentara sekali ingin bertanya banyak pada Luhan.
"Dokter Oh.." katanya kembali memanggil Luhan.
Luhan pun kembali menoleh dan menatap bingung kepada kepala perawat yang kembali memanggilnya.
"Ada apa?"
"Apa anda akan kembali pada orang itu?"
"Orang itu?" Luhan mengernyit tak mengerti.
"Tuan Oh Sehun, suami anda?"
Wajah Luhan pun kembali mengeras, mulutnya terasa kelu untuk menjawab namun kemudian dia sedikit tersenyum. "Kami tidak pernah benar-benar berpisah sebenarnya." Katanya menjawab asal dan kemudian kembali berjalan menuju ruangannya dimana pria yang sangat dikenal sebagai suaminya di rumah sakit tempatnya bekerja telah menunggu.
Cklek….!
Luhan memasuki ruangannya dan terlihat dua penjaga membungkuk menyapa padanya, sementara suaminya-..Oh Sehun, sudah duduk di tempat favoritnya jika sedang berada dirumah sakit tempatnya bekerja.
"Kau datang." Katanya menyapa Sehun yang masih duduk belum menoleh ke arah Luhan.
Luhan menghela kasar nafasnya, mengetahui kalau suaminya sedang dalam mood yang tidak bagus karena seharian ini dirinya mengabaikan panggilan telepon darinya.
"Jadi ada yang bisa aku bantu?" katanya duduk didepan Sehun dan menatap pria yang masih berstatus suaminya itu di depannya.
"Kau mengabaikan teleponku seharian ini."
Pria itu bersuara-..
Namun sangat jelas terdengar jika dirinya sedang sangat menahan amarah karena seharian ini dia tidak mendengar suara pria yang berstatus sebagai istrinya yang sah ini.
"Jadwal operasiku banyak hari ini, maaf."
"Ini."
Sehun menyerahkan beberapa dokumen ke meja Luhan dengan kondisi yang sudah dirobek menjadi tak beraturan.
"Apa ini?" Luhan mengernyit bertanya menatap Sehun
Sehun mengangkat bahunya sekilas dan memandang tajam ke arah istrinya "Ini adalah tuntutan surat perceraian darimu yang entah sudah ke berapa kalinya. Sampai mati aku tidak akan pernah menyetujuinya atau menandatangani kertas sialan itu." Geramnya penuh rasa kecewa karena sudah beberapa kali hampir setahun ini Luhan selalu mengirimkan surat permohonan cerai padanya.
Luhan sendiri menatap tajam Sehun, kemudian menggenggam erat kedua tangan suaminya yang berada di atas meja, sedikit tersenyum namun tahu benar jawaban seperti apa yang akan diberikan suaminya "Kalau begitu berhentilah dan hidup normal bersamaku." Suaranya jelas sekali memohon, menatap penuh harap pada pria yang sangat ia cintai ini.
"Dan kemudian aku harus kehilanganmu? Tidak Luhan-….aku sudah cukup hancur saat mereka menyakiti putra kita dengan keji. Aku hancur saat mereka membunuh malaikat tak berdosa yang kita miliki tanpa perasaan."
"Kau hanya menjadikanku dan Ziyu alasan Sehunna. Apa kau pernah berfikir jika kau tetap hidup didunia gelapmu, mereka bisa kapan saja membunuhku seperti mereka membunuh putra kita."
Luhan jelas terluka dengan setiap ucapannya dia sama sekali tak berniat untuk menyerang Sehun dengan kata-kata tajamnya. Namun dirinya sudah kehabisan alasan untuk membujuk suaminya untuk benar-benar meninggalkan dunia gelap yang sudah mendarah daging dalam dirinya.
"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu Lu."
"Kau selalu mengatakan itu." Ujarnya lirih menatap Sehun frustasi.
"Aku akan terus mengatakan itu dan terus menjadikannya nyata. Aku memiliki hampir segalanya dan aku akan menjadikannya berguna untukmu."
"Kau tahu aku tidak butuh segala yang kau punya. Kita akan baik-baik saja kalau kau berhenti dan hidup normal denganku."
"Kau tahu itu tidak mungkin kan Lu, beginilah aku dibesarkan dan beginilah aku bertahan hidup." Ujarnya bergeming menatap Luhan menyesal.
Luhan kemudian tersenyum iba menatap pria terkuat didunia gelapnya yang selalu terlihat lemah didepannya. Luhan sangat mengetahui bagaimana cara suaminya bertahan hidup.
Pertama kali Sehun memegang senjata adalah saat usianya menginjak sepuluh tahun. Pertama kali Sehun membunuh seseorang saat usianya menginjak enam belas tahun. Dan setelahnya semua itu merubah karakter Sehun secara keseluruhan. Dia tidak akan segan membunuh siapa saja yang menentangnya dengan keji. Dia sama sekali tak memiliki rasa belas kasih pada siapapun. Dia itu seperti binatang yang akan terus membunuh tanpa perasaan.
Sampai akhirnya Sehun dipertemukan dengan Luhan di tempat terpencil saat Luhan sedang menjalani pendidikan sebagai residen untuk menjadi spesialis bedah saat usianya menginjak 22 tahun. Saat itu Luhan menolong Sehun dan mengabaikan kalau banyak pria bersenjata yang sedang mengejarnya. Pria itu dengan cepat membawa Sehun ke sebuah rumah tua dan dengan peralatan seadanya mengeluarkan peluru yang bersarang di perut Sehun dengan cekatan dan kemudian bermalam di rumah tua itu semalaman dengan Sehun. Membuat hati Sehun berdesir hangat karena mengetahui untuk pertama kalinya saat bertemu dengan seseorang seperti Luhan dirinya tidak dimaki melainkan ditolong dengan tulus. Hal itu tanpa sadar mempengaruhi sudut tergelap di hati Sehun yang merasa sangat nyaman dengan pria berwajah cantik yang telah menolongnya.
Luhan adalah seorang dokter yatim piatu yang memiliki kesempatan mendapatkan beasiswa penuh dari Seoul Hospital karena kemampuan luar biasa di pendidikannya. Dan dia adalah seorang dokter yang memilili insting untuk menolong siapa saja yang membutuhkan tanpa harus membedakan siapa orang yang akan ditolongnya. Hal itulah yang membuat semua orang menyukainya-…semua termasuk Sehun yang sejak hari itu mengejar Luhan dengan gigih sampai akhirnya kalimat aku bersedia terucap di sebuah gereja kecil dengan seorang malaikat kecil mereka yang telah lahir dan berusia dua tahun saat pernikahan mereka.
Mereka berdua adalah pasangan yang dikatakan unik menurut semua orang yang mengenalnya, dimana yang satu merupakan "penyembuh" dan yang satu merupakan "pembunuh". Bertolak belakang namun menjadi satu karena takdir yang menjerat mereka.
Saling mencintai, menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, hingga akhirnya tak bisa terpisah dan merasa bersyukur dengan kehadiran malaikat kecil mereka.
Semua kenangan itu membuat Luhan mau tak mau tersenyum dan kembali menatap kerapuhan di mata suaminya.
"Aku merindukan Ziyu. Lu"
Suara itu bergetar dengan air mata yang membasahi cepat wajahnya, rasanya seperti sayatan untuk keduanya setiap nama Ziyu diucapkan seolah mengingatkan keduanya kalau mereka telah gagal menjaga satu-satunya putra yang menjadi malaikat kecil di kehidupan mereka.
Oh Ziyu….Putra tampan kecil berusia lima tahun. Putra kandung Sehun dan Luhan yang harus pergi mendului kedua orang tuanya karena harus menanggung apa yang menjadi pekerjaan ayahnya yang terlibat didunia terlampau gelap dan tak bisa keluar darisana.
"Aku akan mencari mereka, menemukan mereka dan membunuh mereka dengan kedua tanganku sendiri."
Luhan terdiam beberapa saat menatap suaminya, dia jelas sekali mendengar suara bergetar penuh kebencian, kosong, hampa serta kerinduan yang teramat yang sedang dirasakan suaminya. Dia kemudian bangun dari kursinya dan duduk di pangkuan Sehun. Memeluknya erat-…mengusap lembut bahu yang terasa sangat dingin dan tegang.
Mencoba kuat walau dirinyalah yang bisa hancur setiap waktu karena terlalu merindukan putra kecil mereka.
"Aku merindukannya Lu…Aku merindukan putra kita."
Suara penuh luka itu kembali Luhan dengar, ini sudah setahun sejak kematian putra mereka. dan setahun pula rasa menyesal yang dirasakan baik oleh Sehun maupun Luhan tak mau beranjak dari hati dan pikiran mereka.
"Aku tahu sayang. Aku tahu." Gumam Luhan semakin mengeratkan pelukannya pada Sehun, mencoba untuk menjadi kuat untuk satu-satunya pria yang menjadi alasan untuknya hidup.
Flashback…
Hari itu adalah hari yang akan menjadi mimpi buruk untuk Sehun dan Luhan. hari dimana seharusnya mereka menghabiskan waktu bersama dan bersenang-senang bersama buat hati mereka menjadi hari terakhir mereka melihat malaikat kecil mereka.
"Harusnya kita mengajaknya keluar setiap minggu. Dia terlihat sangat marah." Luhan berbisik kepada suaminya yang sedang menggendong putra kecil mereka di sebelah kanan dan menggenggamnya erat di sebelah kiri.
"Jangan memanasinya." Sehun mencubit kencang hidung Luhan yang meringis dan membuat putra mereka menahan tawanya.
"Apa jagoan ayah tertawa?" Sehun mencium bibir putranya yang entah kenapa menjadi kembali cemberut saat mulai dibujuk.
"Ziyu-yaaa…" kini Luhan yang membujuk namun diabaikan oleh Ziyu, putra mereka.
"Mirip sekali dengan ibu/ayahmu." Cibir Sehun dan Luhan bersamaan mencoba menyindir satu sama lain yang berakhir dengan saling menatap tak terima.
Hehehee…~
Suara tawa itu akhirnya terdengar dari Ziyu yang tampak terhibur dengan pertengkaran kedua orang tuanya yang konyol.
"Luhan! dia tertawa!" Sehun memekik begitupun dengan Luhan yang sedang melonjak-lonjak menciumi pipi Ziyu.
"Astaga anakku tampan sekali!" Gumam Luhan menciumi habis wajah putranya yang sepanjang hari ini sudah tertawa hebat.
"Appa…esklim.."
Sehun dan Luhan menoleh bersamaan dan mengangguk mengerti kalau putranya menunjuk ke kedai es krim yang dibuka di pinggir jalan.
"Kau mau ice cream?" Luhan bertanya lucu pada putranya
Ziyu pun mengangguk dengan semangat. "Es krim!"
"Okay!" kedua orang tuanya tidak kalah histeris membuat siapa saja yang melihat keluarga kecil itu tersenyum gemas dan merasa iri.
Luhan dan Sehun menikah sudah hampir tiga tahun lamanya. Keduanya memutuskan untuk membuat status yang jelas bagi putra mereka saat usia Ziyu menginjak dua tahun. Dan sejak hari itu keduanya menikmati status mereka sebagai sepasang suami istri dan mencoba sempurna untuk menjadi orang tua bagi putra mereka.
Keduanya selalu menyempatkan waktu untuk bergantian bersama Ziyu. Jika Luhan sedang banyak dijadwalkan menangani operasi maka Sehun akan menjadi ayah yang sempurna untuk Ziyu dirumah dengan menemaninya bermain hingga istrinya pulang.
Begitupula sebaliknya, Jika Sehun sedang sibuk dengan pekerjaannya. Maka Luhan akan membawa Ziyu ke rumah sakit tempatnya bekerja dan membiarkan putra diidolakan oleh semua dokter dan perawat yang mengenalnya membuat sang ayah cemburu dan sangat tak suka jika Ziyu tertawa karena orang lain.
Keduanya tersenyum senang melihat putra mereka yang sedang asyik memakan es krimnya. Mereka pun saling menatap dan tak lama menyatukan bibir mereka, mengambil kesempatan saat putra mereka sedang sibuk dengan makanan favoritnya.
Drrtt….Drrtt..
"Sial!"
Sehun mengumpat marah saat ponselnya bergetar, dia yang sedang asyik menggigit bibir bawah istrinya dengan tak rela melepas ciumannya.
"Sebentar sayang." Katanya mengecup kening Luhan. Luhan mengangguk memaklumi dan memutuskan bermain dengan anaknya.
Tak lama ponsel Sehun bergetar, kini giliran ponsel Luhan yang bergetar. Dia mengangkat ponselnya sekali mengusak kepala putranya dengan sayang. Luhan kemudian membiarkan putranya berlari menghampiri gadis kecil seumurannya. Matanya tak pernah lepas dari Ziyu, memperhatikan putranya sementara Sehun masih menelepon dan terlihat marah karena sesuatu.
Luhan bersumpah, dia hanya sekilas melihat ke arah Sehun, kemudian dia sedikit terkejut mendapati Ziyu sudah berada terlalu jauh darinya. Luhan yang masih menelpon kemudian berjalan mendekat ke arah putranya yang semakin dekat ke jalan raya.
Luhan kemudian selesai menelepon dan berniat kembali menggendong Ziyu sampai sesuatu yang mengerikan terjadi.
BRAK…!
Dan mimpi buruk itu pun terjadi…Belum satu detik Luhan mengedipkan matanya, dia sudah melihat tubuh putra kecilnya terpental jauh ke jalan raya dan sebelumnya membentur kencang trotoar jalanan.
Detak jantungnya terasa berhenti, darahnya terasa tak mengalir, dia tidak bisa merasakan nafasnya berhembus saat dengan jelas melihat bagaimana seseorang menggunakan motornya menabrak tubuh mungil malaikat kecilnya.
"ZIYU…!"
Luhan menjerit histeris, membuat Sehun yang masih sibuk menelepon sedikit tersentak mendengar jeritan istrinya, dia kemudian menoleh dan mengerjapkan matanya berkali-kali sampai pemandangan mengenaskan itu terlihat jelas di matanya.
Sehun dengan jantung berdebar kencang dan mata yang memanas, berjalan gontai mendekati asal jeritan dan pemandangan yang begitu menghancurkan hatinya. Pemandangan dimana dia melihat istrinya sedang menjerit dan menangis histeris memeluk tubuh mungil putra mereka yang tergeletak dengan darah di sekujur tubuh mungilnya.
"ZIYU..!"
Luhan terus menerus berteriak membuat Sehun kehilangan kekuatannya untuk mendekati dan menerima mimpi buruk yang jelas sedang terjadi didepannya ini.
..
..
..
Dan hari itu adalah hari dimana Luhan dan Sehun mengalami mimpi buruk mereka, hari dimana keduanya harus kehilangan belahan jiwa mereka. Ziyu mengalami pendarahan hebat dan tidak bisa diselamatkan.
Dan hari itu juga merubah kehidupan harmonis Sehun dan Luhan. Sehun bersumpah akan menemukan siapa yang melakukan perbuatan keji kepada putranya sementara Luhan terus memohon agar Sehun berhenti menjalani kehidupan menakutkan yang ia jalani untuk hidup bersamanya secara normal. Keduanya tidak saling menyalahkan atas kematian Ziyu, sebaliknya, mereka saling menguatkan dan berharap bisa melewati mimpi buruk mereka bersama.
..
..
..
End Of Flashback
..
..
..
"Apa sudah lebih baik?" Luhan bertanya menatap ke dalam mata Sehun.
"Aku selalu baik jika kau memelukku." Ujarnya masih memeluk Luhan dan bersender di dada istrinya dengan nyaman.
Luhan kemudian memutuskan kalau Sehun sudah lebih baik dan segera bangun dari pangkuan suaminya berjalan kembali menuju kursinya membuat raut wajah Sehun kembali mengeras.
"Aku masih harus melakukan operasi malam ini. Jika sudah selesai kau bisa pergi Sehun." Katanya kembali mempelajari keadaan pasien yang akan ia operasi malam ini.
"Aku ingin kau mengambil cuti."
"Untuk apa?" katanya yang mulai menandatangani prosedur yang akan ia lakukan malam ini.
"Aku ingin kau ikut aku ke Jepang."
"Dan kenapa aku harus ikut Jepang."
"Karena aku akan berada disana."
"Kau tidak pernah mengajakku ikut ke acara bisnismu sebelumnya."
"Aku pergi lama kali ini."
"Berapa lama?"
"Satu bulan."
Tangan Luhan secara refleks berhenti menandatangani dokumen dan menatap dalam-dalam wajah Sehun. Entah kenapa mendengar Sehun akan pergi selama satu bulan membuatnya merasa sangat tak suka dan ada seperti ada sesuatu yang mengganggunya.
"Kenapa lama sekali?" Luhan bertanya pada Sehun yang hanya terus menatapnya tak berkedip.
"Ada beberapa transaksi yang harus aku lakukan."
Terdengar Luhan tertawa pahit dan melihat Sehun dengan menyindir.
"Apalagi kali ini? Senjata? Obat terlarang? Atau wanita?"
"Aku tidak bermain wanita di bisnisku."
"Ya-..Tapi banyak wanita yang menginginkanmu." Geram Luhan terdengar sangat marah.
"Kalau begitu ikut aku…."
Luhan terdiam cukup lama menatap Sehun, menimbang apakah dia harus ikut dengan suaminya atau hanya tetap tinggal disini dengan seluruh kegiatan operasinya. Ingin sekali mulutnya mengatakan Ya… Tapi seperti biasa Luhan kembali kepada keputusannya untuk tidak mendukung pekerjaan Sehun kali ini.
"Pergilah. Aku akan tetap disini."
"Luhan aku bilang ambil cutimu dan ikut aku." Sehun sudah mulai emosi berbicara dengan istrinya.
"Lalu apa? Aku hanya akan diam di hotel sementara kau bekerja dengan semua pembunuh itu Sehun."
"Setidaknya aku bisa melihatmu setiap hari."
"Kau akan sibuk."
"Astaga Luhan-..kenapa sulit sekali." Sehun menjambak rambutnya frustasi berbicara pada istrinya.
"Kau yang membuatnya sulit. Bukan aku."
"Tidak bisakah kau menjadi Luhan ku yang dulu? Luhan yang menerimaku apa adanya?"
Luhan terdiam dengan permintaan Sehun yang terasa menusuk hatinya. Sejak awal bertemu dengan Sehun dia tak pernah mempermasalahkan bagaimana Sehun menjalani hidupnya selama ini. Dan Luhan berani bersumpah dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu hingga saat ini. Dia juga tidak bermaksud menyakiti Sehun dengan seluruh ucapan menyakitkannya. Dia hanya ingin suaminya yang mulai mengalah dan mengikuti keinginannya untuk hidup secara normal. Sungguh-…hanya itu yang Luhan inginkan.
"Baiklah aku tidak akan memaksamu lagi. Aku akan pergi sebulan dan angkat ponselmu jika aku menghubungimu."
Sehun berdiri dan mengaitkan kancing jasnya menatap Luhan yang masih terdiam.
"Jaga dirimu selama aku pergi hmm… Kai yang akan mengawalmu." Sehun mengusak rambut Luhan lembut dan kemudian berjalan meninggalkan ruangan Luhan dengan tak rela.
"Sehun….!"
Langkah Sehun terhenti saat istrinya memanggilnya. Dia kemudian menoleh ke arah Luhan melihat lama wajah yang tak akan ia lihat selama sebulan kedepan.
"Kembalilah sebelum malam natal. Aku ingin bersamamu."
Sehun jelas sekali tersenyum senang saat Luhan dengan jelas mengatakan ingin bersamanya di natal pertama mereka tanpa Ziyu. Dia kemudian menahan mati-matian dirinya untuk berjalan dan mendekap erat Luhan yang masih marah karena kepergiannya ke Jepang.
"Aku akan kembali sebelum malam natal. Aku juga ingin bersamamu."
Dan setelah menjawab permintaan Luhan, Sehun dengan sangat berat hati meninggalkan ruangan Luhan. membuat Luhan semakin tak rela melepas kepergian Sehun yang selalu membuatnya khawatir setiap saat.
Luhan berjalan ke luar ruangannya dan memperhatikan Sehun yang sedang menunggu supirnya menjemput. Dia menatap tak berkedip suaminya seolah meminta Sehun untuk membatalkan kepergiannya ke Jepang, namun sedetik kemudian dia terkekeh karena hal itu tentu saja tak mungkin terjadi.
"Bukankah itu Sehun?"
Adalah Byun Baekhyun. Dokter yang mengumumkan kelahiran Ziyu lima tahun yang lalu sekaligus menjadi dokter yang mengumumkan kematian Ziyu setahun yang lalu yang sedang bertanya pada Luhan. Baekhyun sendiri merupakan dokter spesialis bedah pada anak dan merupakan teman baik Luhan semasa kuliah.
"Hmmh…" ujarnya menggumam menjawab sahabatnya.
"Kau tidak terlalu senang dengan kedatangannya sepertinya."
"Dia memintaku untuk mengambil cuti dan ikut dengannya ke Jepang."
"Lalu kenapa kau masih disini?"
"Aku tidak mau ikut dengannya."
"Kenapa? Ayolah Lu… dia suamimu jadi wajar kalau Sehun ingin kau bersamanya. Lagipula semenjak kematian Ziyu kau sangat keras pada dirimu sen-..."
Baekhyun tahu dia salah bicara saat nama Ziyu disebutkan didepan Luhan. Karena setiap nama Ziyu disebutkan setelah kematiannya, Luhan akan selalu tampak terluka namun sama sekali tak ada air mata atau sesuatu yang bisa ia lakukan untuk membuat Luhan lebih baik.
"Kau baik-baik saja Lu?"
Baekhyun bertanya memegang pundak Luhan yang terasa sangat tegang.
Luhan tidak menjawab hanya melihat sekilas ke arah Baekhyun kemudian kembali memperhatikan mobil Sehun yang sudah berjalan pergi meninggalkan parkiran rumah sakit.
"Aku harus bersiap melakukan operasi. Sampai nanti Baek…" ujarnya meninggalkan Baekhyun yang hanya menatap temannya dengan iba.
"Apa Luhan masih tak mau bicara?"
Baekhyun menghela nafasnya berat dan menatap Yixing dokter spesialis yang sama dengannya sekaligus teman baiknya dan Luhan
"Hari dimana Ziyu meninggal adalah hari dimana terakhir kalinya kita melihat Luhan yang suka tersenyum."
Yixing hanya tersenyum lirih membenarkan ucapan Baekhyun. Keduanya sangat mengenal Luhan dengan baik. Luhan mereka adalah Luhan yang sangat jahil dan suka sekali tertawa. Namun saat kejadian mengerikan itu terjadi Luhan berubah menjadi sosok yang terlampau diam dan tak banyak bicara. Menyimpan luka hanya untuknya seorang, memastikan kalau tidak akan pernah ada seorang pun yang bisa mengusik rasa dukanya walau hanya sedikit. Tidak seorang pun termasuk Sehun-... suaminya.
Karena hampir setahun kepergian Ziyu Sehun dan seluruh orang yang mengenal Luhan tak pernah melihat air mata jatuh dari mata Luhan. Hanya wajah penuh luka dan duka yang diperlihatkan Luhan.
..
..
..
Cklek….!
"Silahkan beristirahat Luhan…"
"Terimakasih Kai kau boleh pulang."
Setelah memastikan Luhan masuk kedalam apartemennya. Kai segera menghubungi Sehun untuk memberitahu setiap pergerakan Luhan. Dan setelah Sehun mengerti, Kai pun kembali ke kamarnya yang hanya berbeda satu lantai dengan kamar Luhan.
Luhan kemudian duduk di tepi ranjangnya sejenak. Memejamkan mata menikmati sepi yang sungguh terasa. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk segera membersihkan badan dan beristirahat sejenak karena merasa sangat lelah.
Selesai mandi Luhan mengambil asal piyama tidurnya dan mengambil sebuah disc yang selalu ia tonton sebagai penghibur dan pelepas rindunya pada putranya.
Dia kemudian duduk di ranjangnya dengan kaki bersila dan menekan remote nya ke mode play.
"eomma appa …"
Luhan tertawa mengingat betapa lucu dan menggemaskannya Ziyu saat pertama kali memanggilnya dan Sehun dengan sebuta eomma dan appa.
"Ziyu lebih suka eomma atau appa?"
"Eomma…!"
"Hiksss appa sedih tidak disukai Ziyu."
Kaki mungil itu berjalan mendekati Sehun dan mengecup bibir Sehun dengan gemas "Appa" katanya tertawa membuat Sehun sangat bahagia.
"Ziyuu selamat ulang tahun nak. Semoga Ziyu selalu sehat dan ceria. Appa dan Eomma menyayangi Ziyu."
Si kecil pun tampak senang melonjak dan berlari menghampiri kedua orang tuanya. Memeluk kedua orang tuanya bersamaan.
"Eomma…Appa..Salanghae.."
Klik!
Luhan menekan tombol pause melihat betapa menggemaskan putranya yang selalu tertawa dan begitu pintar. Dia kemudian mendekati layar Televisinya dan berjongkok untuk mengusap wajah mungil Ziyu di layar TV
"Kau sedang apa nak malam ini?."
Katanya bertanya lirih masih meraba wajah Ziyu yang terlihat di layar.
"Ziyu…Eomma merindukanmu nak. Sangat merindukanmu."
Luhan tertunduk dengan tangan masih meraba asal wajah Ziyu, dia kemudian terduduk di lantai melampiaskan seluruh rasa rindunya yang semakin menjadi pada Ziyu. Terisak keras tanpa ada yang mengetahui, mengijinkan dirinya untuk merasakan sakit setidaknya untuk malam ini, malam dimana seharusnya dia bisa memeluk tubuh Ziyu di pelukannya.
"Arghhhhhhhh.."
Dia mengerang frustasi di malam yang sepi berharap Tuhan sedikit berbaik hati untuk mengembalikan kebahagian yang hanya sesaat untuknya.
..
..
..
Malam ini adalah malam natal. Malam dimana semua orang terlihat senang menyambutnya. Semua orang termasuk dokter, perawat dan staff kesehatannya lainnya begitu bersemangat dan berbahagia bagi yang tidak mendapatkan shift jaga.
Semua orang berbahagia kecuali satu orang yang sampai malam ini tak mempersiapkan apapun untuk menyambut hari natal. Orang ini sedang melakukan operasinya yang entah sudah ke berapa kalinya hari ini. Mengambil semua jadwal operasi dokter bedah lain dan mengijinkan seluruh dokter bedah untuk mengambil libur lebih awal.
"Selesai. Sisanya kalian yang urus."
Luhan menginstruksikan kepada residen mudanya untuk menjahit bekas operasi pasien mereka agar operasi bisa selesai secepatnya.
Selesai melakukan operasi, dia membuka pelindung kepala dan sarung tangannya. Kemudian mencuci tangannya dan memakai jas putih dokter dan berjalan keluar ruang operasi menuju ruangannya.
"Dokter Oh anda sudah bisa pulang dan beristirahat. Dokter jaga muda yang akan menggantikan posisi anda."
Perawat Song terlihat menghampiri Luhan dan memberitahu Luhan bahwa dirinya sudah tidak memiliki jadwal operasi yang tersisa.
Luhan tersenyum dan memasukkan kedua tangannya ke jas putih miliknya. "Baiklah aku akan beristirahat terimakasih perawat Song." Katanya setengah membungkuk dan berlalu pergi meninggalkan perawat paling senior yang bekerja hampir seumur hidupnya di rumah sakit.
Selesai berganti pakaian, Luhan langsung menuju keluar gedung rumah sakit setelah sebelumnya menolak Kai untuk mengantarnya kembali ke apartemennya.
Luhan ingin malam ini berganti dengan cepat. Karena selain dia tidak memiliki siapa-siapa untuk merayakan natal. Luhan juga sedikit kecewa karena hampir sebulan lamanya Sehun tak pernah menghubunginya membuatnya semakin menggila memikirkan terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya. Namun ketakutannya tak beralasan karena Kai dengan jelas mengatakan kalau suaminya baik-baik saja.
Luhan berdiri di pinggiran taman rumah sakit, menjulurkan tangannya merasakan salju yang turun mengenai tangannya. Dia selalu menyukai salju dan natal. Namun entah kenapa tahun ini hanya salju yang ia sukai. Karena natal tahun ini rasanya hambar dan sepi tidak seperti natal tahun lalu. Natal tahun lalu dia sudah mengambil cuti dan sedang bermain salju dengan putranya di taman belakang rumah mereka.
"Kau bisa kedinginan jika terus bermain salju cantik."
Suara yang sangat Luhan kenal tiba-tiba mendekapnya dari belakang dan memasukkan tangan Luhan ke jaketnya dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Luhan.
"Maaf aku terlambat. Tapi aku sudah kembali." Katanya berbisik semakin mendekap tubuh mungil didepannya yang terasa menegang.
Luhan pun tak bisa menyembunyikan rasa leganya karena mendapati suaminya telah kembali, dia dengan cepat membalikan badannya dan sedikit berjinjit memeluk Sehun yang tampak terkejut dengan tindakan istrinya.
"Kau baik-baik saja kan?" katanya bergumam bertanya pada Luhan memeluknya terlalu erat.
Luhan menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya pada Sehun "Aku tidak baik-baik saja." Lirihnya tak mau melepaskan pelukannya pada Sehun.
Sehun tersenyum pahit menebak Luhan sedang teringat pada putra mereka. Dia pun kemudian melepas lembut pelukannya pada istrinya dan menangkup wajah yang tak pernah tersenyum tulus hampir setahun lamanya.
"Kau akan baik-baik saja karena aku sudah berada disini." Gumamnya mengecup sayang kening Luhan.
"Kau terluka lagi." Luhan menemukan goresan panjang di lengan dan leher Sehun yang masih basah sangat terlihat kalau Sehun melepas paksa perbannya karena tahu Luhan akan menggeram marah dan tak mau bicara padanya jika ada luka di tubuhnya.
"Luka ini tidak sebanding dengan luka karena tak bisa melihat kau tersenyum lagi." Katanya mengecup sekilas bibir Luhan dan meyakinkan Luhan kalau dirinya baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja Lu…Ini hanya kecelakaan."
Sehun terlihat panik karena saat ini Luhan kembali memalingkan wajahnya
"Dengar..Aku tidak akan membiarkan luka sialan ini membuatmu tak berbicara padaku." Katanya kembali menangkup wajah Luhan yang sudah berubah mood dan kembali diam tak bicara.
"Lu.." Sehun memanggilnya namun Luhan hanya menatapnya tak menjawab.
"Tidak-…kau tidak boleh mendiamiku. Setidaknya jangan malam ini." Ujar Sehun dan kemudian menggenggam Luhan membawanya ke suatu tempat.
..
..
..
"Kenapa kau membawaku kesini?"
Saat ini keduanya berada di pondok kecil yang berada tak jauh dari rumah mereka dulu. Luhan duduk menyender di ranjang sementara Sehun duduk di bangku kecil memandang istrinya yang akhirnya bersuara setelah hampir setengah jam hanya diam tak mempedulikannya.
"Entahlah…hanya ingin." Jawabnya memandang Luhan yang kini sedang melihat pohon natal yang Sehun hias secara khusus sebulan yang lalu.
"Kau sudah merencanakannya." Luhan mengoreksi Sehun yang tampak terkekeh.
Merasa Luhan sudah lebih tenang, Sehun pun berani mendekati Luhan dan duduk di tepi ranjang mengusap sayang wajah istrinya.
"Ini adalah tempat pertama kali kita menghabiskan malam natal bersama. Hanya kita dan belum ada Ziyu di tengah-tengah kita. Aku hanya ingin mengulangnya." Katanya kembali mengecup bibir istrinya yang tampak dingin sedikit melumatnya berharap Luhan merasa hangat di pondok tua yang hanya muat untuk dua orang ini.
"Setidaknya untuk malam inii, aku ingin kenangan tentang Ziyu kita simpan dihati kita masing-masing sayang. Aku ingin kau berhenti menyalahkan dirimu. Aku ingin setidaknya kau kembali menyukai natal dan salju, bukan hanya menyukai salju." Ujarnya semakin mengusap wajah Luhan dan menjelaskan maksudnya.
"Aku mempersiapkan semua ini hanya untuk mengingatkanmu. Sebelum ada Ziyu hanya ada kau dan aku. Begitupun saat Ziyu pergi. Hanya ada kau dan aku. Jadi aku tidak ingin kau membenci apa yang kau suka hanya karena Ziyu telah pergi. Ziyu tidak benar-benar pergi kan? Dia ada disini. Apa kau mengerti?"
Sehun membawa tangan Luhan menuju dadanya seolah mengingatkan Luhan bahwa Ziyu masih ada di sekitar mereka. Luhan pun mengangguk lemah membenarkan seluruh ucapan Sehun untuk malam ini, membuat Sehun tersenyum lega dan sangat bahagia.
Sehun kembali mengusap wajah Luhan dan memandang lekat wajah istrinya yang terlihat kelelahan.
"Selamat natal Lu." Sehun mengecup lama kening Luhan dan sangat menyesal karena dirinya tak bisa menjaga satu-satunya hidupnya dengan baik.
"Selamat natal Sehunna." Sehun yang sedang mengecup kening Luhan tersenyum haru mendengar Luhan membalas ucapannya dengan suara seperti saat pertama kali Luhan mengucapkan selamat natal untuknya.
Suara yang begitu menenangkan berhasil menjerat Sehun, membuatnya merindukan secara tak wajar si pemilik suara, membuatnya teringat bahwa dirinya benar-benar bukan dirinya lagi semenjak Luhan memasuki hidupnya.
Sehun tidak menyesal jatuh oleh pesona dan segala kebaikan yang Luhan miliki. Dia tidak menyesal telah memutuskan untuk jatuh cinta pada seorang malaikat seperti Luhan, dia tidak pernah menyalahkan Luhan yang setelah kematian putranya menginginkan mereka hidup secara normal. Luhan mencintainya-…Sehun sangat mengetahui hal itu, namun untuk meninggalkan kehidupan yang sudah mendarah daging di dirinya tidaklah mudah. Karena saat dia rapuh Luhan yang akan menanggung akibatnya, dan saat dia jatuh Luhan yang akan paling menderita. Sehun hanya ingin Luhan menerima dirinya seperti dulu, walau sulit karena sepertinya kali ini Luhan benar-benar serius dengan ucapannya.
Namun sebanyak apapun pertengkaran mereka, selama apapun perpisahan mereka . Keduanya tahu kalau mereka tak akan pernah bisa saling meninggalkan dan ditinggalkan. Keduanya juga menyadari kalau mereka hanya memiliki satu sama lain dan tak ada yang bisa menyangkal bahwa takdirlah yang menjerat mereka ke kehidupan yang terlampau berbeda dengan segala kerelaaan untuk menerima satu sama lain dengan tulus.
tobecontinued...
20-12-2015
.
FF ini adalah cerita HunHan dari Triplet yang ke 12...:)
.
Awalnya gabung di ffn cuma mau namatin Our Tomorrow terus udah gamau nulis lagi...tapi hobi kalo ditinggalin sayang ya jadinya gini deh hampir enam bulan gabung di ffn dan udah 12 cerita yang di publish... hksssss :"
.
Jangan bosen dan jangan dibilang sok ya... Triplet masih otw buat namatin kata-kata di semua FF yang ongoing dari "tobecontinued" jadi "End"...
.
oia..judul diambil dari filmnya papinya Triplet si papi ilkook yang entangled.. cerita tetep milik otak abal-abalnya triplet hehehehee..
.
oraitlah...Happy reading..Happy review..and happy sunday :*