Author : Spcy61
Chast :
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Etc.
Genre : Romance, Humor, Fluff(entah)
Rate : T
Disclaimer :
Cerita ini dari otak saya sepenuhnya. Chanyeol dan Baekhyun juga milik saya sepenuhnya/okeinibecanda:D/
Summary :
Baekhyun ingin membeli sebuah hadiah untuk sahabatnya yang berulang tahun disebuah Toko Kado bernama Love Mart, tetapi apa yang ia temui disana membuat salah satu organ tubuhnya berdetak cepat. "Tidak Mungkin"—Baekhyun. "Kau tidak bisa menyangkal, Baek"—Luhan.
Warning! Yaoi ! BoyXBoy MaleXMale BoysLove. Typo's dimana-mana.
LOVE MART
Chapter 1
"—Perhatian-perhatian semuanyaaa, Harap tenang, harap tenang," Seorang pria berambut Blonde, merentangkan tangannya lebar-lebar, sangat lebar. Ia berdiri didepan kelas dengan senyum—terbilang—lebarnya. Tak peduli dengan tatapan-tatapan jengah dari seluruh penghuni kelas. Ia tetap melanjutkan 'pidatonya' yang akan segera dimulai.
"—Aku Luhan, Pria paling Manly dan Keren diseluruh sudut Kota Seoul," Ia mulai memperkenalkan diri, yang segera diiringi dengan cemohan-cemohan dan tatapan mengejek dari seluruh penghuni kelas.
'Apa yang ia bilang? Manly dan Keren? Oh rasanya aku ingin segera pergi ke kamar mandi'
'Lihatlah wajahnya yang seperti Hello Kitty, tak pantas sekali ia disebut Manly dan Keren Hahaha'
Cibiran tak bersahabat datang dari meja kedua dari depan. Krystal dan Sandara—sang pelaku pengejekan Luhan, sengaja mengeraskan volume suaranya, ia ingin membuat Luhan naik pitam. Luhan jelas dengar itu, tapi memang dasar Luhan tak punya malu, ia tetap cuek dan melanjutkan 'pidatonya'.
"Aku hanya ingin—hey Jongin bisa tidak kau tak bermain-main terus dengan Sehun, dengarkan aku atau kubuang semua kaset laknatmu!" Luhan menatap tajam Jongin dan Sehun dipojok belakang. Ada sebuah handsheet dikedua telinga mereka, masing-masing satu. Dan sebuah Handphone didepan mereka yang Luhan yakini milik Jongin. Dan seribu persen Luhan tau apa yang mereka sedang tonton.
Sungguh Luhan kasihan dengan Sehun, Sehun itu tadinya polos, tapi karena pengaruh si hitam jongin, kini Sehun tak jauh beda dengan si Hitam. Sungguh miris. Ternyata teman sungguh berpengaruh.
Jongin mendengus sebal, Sudah beribu-ribu kali ia kalah dengan ancaman Pria yang mengaku Manly dan Keren itu, Bagi Jongin 'benda' itu sangat-sangat-sangat berharga.
Jongin melepaskan handsheet ditelinganya, begitu juga dengan Sehun. ia lalu menaruh Handphonenya disaku seragam sekolahnya. Sungguh, ia tak ingin membuat masalah dengan Luhan.
Luhan menghela nafas, Ia kembali berbicara "—Baiklah, Aku hanya ingin menggingatkan—Sulli kumohon Bedak mu sudah tebal, jangan berdandan terus, dengarkan dan perhatikan aku!"
Sulli seorang siswi yang sedang asik Berbedak dan berpose imut didepan Kaca, terkejut dengan suara teriakan yang mengagetkannya, ia menatap sekeliling dengan bingung—hey ia sedang asik dengan dunianya oke.
"—Uhh, jadi aku hanya ingin menggingatkan jangan—Sulli taruh bedakmu SEKARANG!" Sulli menggerutu sebal. Ia menaruh Bedak kesayangannya dengan sedikit tidak ikhlas. Matanya menatap malas Luhan, yang sedari tadi mengoceh tak jelas didepan kelas.
Perlu kalian ingatkan, ini adalah jam kosong, yang sumpah demi apapun jarang sekali terjadi. Salahkan saja guru-guru sekolah tempatnya bernaung yang terlalu rajin. Jadi, adanya jam kosong disekolah yang amat di cintai ini—oke ini dusta— benar-benar kejadian langka yang bahkan patut masuk kedalam daftar 7 Kejadian Langka Versi On de spot.
Konyol.
Dan dengan tanpa dosanya Luhan—si pria berwajah Hello Kitty yang mengaku Manly dan Keren. merusak ketenangan kelas dengan suaranya yang memekakan telinga. Oh ayolah seluruh kelas-atau-mungkin-Seluruh-sekolah-atau bahkan-seluruh-kota-seoul sudah tau apa yang ingin ia sampaikan.
Tidak. Mereka semua bukan Cenayang, salahkan saja Luhan yang mengingatkan mereka setiap hari selama sebulan penuh. Bahkan jika Luhan lupa memberitahukan disekolah, ia akan rela kehilangan seluruh pulsanya untuk Mengingatkan seluruh penghuni sekolah dengan mengirimkan mereka sms satu per-satu.
Luhan memang gila. Kalian harus tau itu.
"—Bisa tidak kalian memperhatikanku sebentar saja, Aku hanya ingin mengingatkan jangan lup—BYUN BAEKHYUN JANGAN TERTIDUR DIKELAS AKU INGIN MENYAMPAIKAN SESUATU!" Jerit Luhan, Habis sudah batas kesabarannya.
Baekhyun—sang tersangka utama, hanya memutar bola matanya malas. Ia mendongkakan kepalanya dengan enggan, mata sipitnya melihat wajah luhan yang sudah memerah menahan marah. Kadang-kadang Baekhyun heran, Kenapa ia bisa bertahan bersahabat dengan Luhan? Jelas-jelas hobby Luhan setiap hari adalah membuat Baekhyun kesal dengan tingkahnya yang berlebihan.
"Ayolah, kau bahkan mengatakan itu setiap hari, aku yakin tanpa kau beritahupun, mereka akan ingat" ungkap Baekhyun malas. Ia menidurkan kepalanya—lagi , menegelamkan kepalanya dikedua lipatan tangannya diatas meja. Luhan melotot melihatnya.
"BAEK, SUDAH KUBILANG JANGAN TIDUR!" teriak Luhan—lagi.
Sial!
Baekhyun Kaget,
Ia tidak memprediksi teriakan kedua Luhan—untuknya—ini.
Jadi, ia segera mengangkat kepalanya, menatap Luhan datar, ia tak mau Luhan tau bahwa ia sempat kaget karena teriakannya.
"Aku kan hanya ingin mengingatkan, siapa tau diantara mereka semua ada yang lupa, aku hanya mencoba berbuat baik Baek.." kali ini Baekhyun mendesah pasrah. Terserah apa yang Luhan katakan, ia tak peduli. Ia terlalu malas untuk berdebat dengan Luhan hari ini. "Terserah…"
Dan setelah satu kata keluar dari mulut Baekhyun, Luhan kembali menatap seluruh penghuni kelas dengan pandangan yang kembali berbinar cerah, Tak lupa sebuah senyuman lebar yang menghiasi wajahnya.
"Ekhem… Ekhem… Aku hanya ingin mengingatkan, jangan lupa datang kepesta Ulang Tahunku nanti malam, YEAYY" Ucap Luhan heboh. Ia menepuk-nepukan tangannya beberapa kali.
Krikk~
Krikk~
Krikk~
Dan hanya ada sebuah keheningan diruangan itu.
.
.
Baekhyun menatap horor sebuah toko di depannya, Sebuah tulisan 'Love Mart' terpampang jelas di depan toko tersebut. Dengan lampu kerlap kerlip yang membuat tulisan 'Love Mart' itu bercahaya dan sedikit menarik untuk dilihat.
Tapi tidak dengan Baekhyun, Matanya malah menjadi sakit saat melihatnya. Lelucon macam apa ini, siapa sih pemilik toko ini? Sungguh, ia benar-benar sangat tidak kreatif. Menamai toko nya dengan nama konyol. Itu membuat Baekhyun geli sendiri.
Saat sepulang sekolah tadi, Baekhyun memikirkan kado apa yang pantas ia berikan untuk sahabat menyebalkannya itu. Walaupun Luhan sudah mengingatkan hari ulang tahunnya jauh-jauh hari, tapi bukan berarti Baekhyun sudah membelinya, ia terlalu malas untuk mengerakkan kakinya pergi ke toko kado.
Rasanya Baekhyun ingin sekali menyewa seorang pembunuh bayaran untuk membunuh sahabatnya sebagai kado ulang tahun, tapi Baekhyun tidak cukup gila untuk melakukan itu. Luhan memang menyebalkan, tapi bukan berarti ia ingin masuk penjara diumurnya yang bahkan belum genap 17 tahun.
Hey, ia masih terlalu muda untuk masuk penjara. Lagipula jika memang ia harus masuk penjara, ia ingin dikenal sebagai 'Byun Baekhyun si Mafia Berbahaya' atau 'Byun Baekhyun Penjahat Paling Berbahaya di Seoul' bukan 'Byun Baekhyun Seorang Pelajar Yang Menyewa Pembunuh Bayaran Karena Stres menghadapi tingkah konyol sahabatnya' Judul yang panjang dan terkesan memalukan. Cukup sukses menurunkan derajat keluarga 'Byun'.
Jadi berdirilah ia disini, disebuah toko.
Sebuah toko dengan nama yang menggelikan.
Baekhyun rasanya ingin kembali pulang saja saat melihat nama toko tersebut.
Seharusnya ia membeli kado untuk Luhan disebuah toko dengan nama yang menyeramkan, bukan dengan nama yang sungguh sangat menggelikan. Tapi ia sudah terlanjur sampai sini, tidak mungkin kan ia mencari toko lain.
Hey Baekhyun itu jelmaan kerbau, ia sungguh sangat-sangat-sangat malas. Asal kalian tau, toko yang Baekhyun datangi ini cukup dekat dari rumahnya, dan tentu saja satu arah saat ia pulang sekolah tadi, jadi sebelum pulang mampir sebentar tak masalahkan, begitu pikirnya.
Dasar.
Baekhyun merasa seperti ingin membeli sebuah kado untuk sang kekasih saja. Nama tempatnya saja sudah menjabarkan bahwa tempat ini dikhususkan untuk orang-orang yang ingin menghadiahi sang kekasih. Jelas Baekhyun tak termasuk golongan orang-orang tersebut, ia tak memiliki kekasih. Baekhyun cemberut saat mengingatnya.
Well, sepertinya sudah cukup membahas nama toko ini.
Kakinya melangkah memasuki Toko tersebut, Tangannya memegang sebuah gagang pintu toko yang bertuliskan 'Dorong'. Lalu ia mendorongnya.
Kling~
"Selamat datang di toko kami."
Baekhyun berdecak kagum saat indra penglihatnya melihat pemandangan yang disediakan di toko ini. Benar-benar keren dan terkesan klasik. Berbeda sekali dengan pemandangan diluar toko yang terkesan manis.
Matanya menangkap sesosok laki-laki manis berambut hitam dengan seragam karyawan yang melekat ditubuhnya. Laki-laki itu tersenyum manis padanya. Baekhyun balas tersenyum manis, rupanya laki-laki itu yang menyapanya saat baru memasuki toko tadi.
Jujur Baekhyun terpesona dengan senyumnya yang manis itu, sepertinya ia juga pernah melihat senyum itu. Entahlah Baekhyun seperti pernah melihatnya.
Laki-laki itu mengalihkan senyumnya kearah seorang pelanggan yang baru saja datang. Pelanggan itu menghampiri laki-laki bersenyum manis itu dengan beberapa barang di keranjang belanjaannya.
Baekhyun mendesah kecewa.
Ternyata laki-laki itu bertugas sebagai kasir.
Ia memulai tugasnya sebagai kasir dengan menyapa pelanggannya, seulas senyum tak pernah lepas dari wajahnya. lalu ia mulai menghitung barang-barang yang dibeli, taklupa menawarkan jasa pembungkusan kado jika memang barang itu berupa hadiah.
Oke, Baekhyun merasa seperti orang tolol saat ini, melihat seorang laki-laki seperti seorang maniak. Heol. Salahkan saja senyum laki-laki itu yang terlalu manis. Apalagi dengan seragam karyawannya yang kebesaran, membuatnya terlihat lebih menggemaskan.
Seakan tersadar oleh waktu, ia segera mengalihkan padangannya kearah pergelangan tangannya, menampilkan jam berwarna putih kesayangannya—Hadiah Ulang Tahunnya tahun lalu dari sang ibu.
Sudah jam lima sore, ini sudah lewat satu jam dari waktu pulang sekolahnya. Waktu memang berjalan sangat cepat. Jadi , sudah seharusnya ia juga harus cepat-cepat pulang, ia tak ingin ibunya menceramaihnya panjang lebar karena ia pulang lebih lama dari jam pulang seperti biasanya. Ibunya itu sangat disiplin, Oke.
Kakinya segera bergerak cepat mengikuti perintah dari otaknya, mengabaikan sosok laki-laki yang sempat membuatnya terpaku. Yang ada dipikirannya sekarang adalah amukan amarah sang ibu karena putra bungsunya sudah berani pulang terlambat.
Bagaimanapun sepenuhnya ini bukan kesalahannya, jika bukan karena nanti malam sahabatnya berulang tahun, ia takkan repot-repot membelikan hadiah. Dan ia juga takkan repot-repot dimarahi oleh sang ibu nanti. Jadi kesimpulannya, ini juga termasuk kesalahan Luhan. Siapa yang menyuruhnya untuk berulang tahun?
Ketahuilah, bahkan para ilmuan sekalipun tak akan tau siapa yang menyuruh Luhan untuk berulang tahun?
Baekhyun menyayangkan mengapa Bibi Xi harus melahirkan anak semenyebalkan Luhan.
Dan tolong jangan lupakan sosok laki-laki mungil dengan senyum manisnya yang membuat Baekhyun terpaku seperti orang tolol. Bukankah itu memakan waktu? Mengapa hanya Luhan yang terpojokan disini.
Well, Baekhyun tak peduli, Senyum manis laki-laki itu tak pantas ia salahkan. Menurutnya, itu anugerah tuhan yang tak patut untuh dilewatkan. Tidak dengan wajah Luhan yang terlihat konyol.
Kau kejam Baekhyun.
Dengan setengah berlari Baekhyun mendekati rak-rak yang sudah dipenuhi berbagai macam barang. Matanya menelusuri rak-rak dengan teliti. Melihat barang apa yang sekiranya cocok untuk ia berikan kepada Luhan.
Baekhyun hampir pingsan ditempat ketika yang menyapa matanya semua barang yang berwarna pink. Baekhyun tau Luhan tidak cocok dengan julukan 'Manly dan Keren' yang ia buat sendiri. Ia lebih cenderung 'Girly dan Cantik' cocok dengan hal-hal yang berbau pink.
Tapi,
Memberi Luhan hadiah berwarna pink, sama saja dengan Baekhyun bunuh diri.
Dan Baekhyun tak mau mati muda.
Jadi ia segera melangkahkan kakinya, berpindah ke rak yang berada dibelakangnya. Matanya kembali menelusuri rak-rak dengan teliti. Sesekali ia menajamkan matanya.
Ada sebuah figura lucu bergambar Hello Kitty, Doraemon, Rilakkuma, dan banyak lagi. Sebuah Kotak musik berbentuk Love dengan sepasang miniatur manusia kecil yang sedang berdansa. Lampu tidur berbentuk Kepala Hello Kitty yang membuat Baekhyun ingin membelinya—tentunya untuk dirinya sendiri—.
Sudah hampir 15 menit tapi Baekhyun masih belum menemukan sesuatu yang cocok untuk sahabatnya. Belum ada salah satu barang yang menarik perhatiannya. Atau mungkin karena ia terlalu pemilih ?
Baekhyun semakin resah. Pikiran-pikiran buruk yang menyabutnya nanti dirumah membuatnya tak berkonsentrasi dalam memilih barang. Baekhyun meruntuki dirinya yang masih sempat-sempatnya memilih disaat hari sudah semakin gelap.
Seharusnya ia langsung mengambil barang secara asal. Toh hanya untuk Luhan ini bukan seseorang special seperti Kepala Negara misalnya. Entah ada apa dengan dirinya sehingga membuatnya bertahan ditempat ini.
Kakinya kembali melangkah. kali ini sebuah tulisan persegi panjang tidak terlalu besar tetapi sangat jelas terlihat menggantung di langit-langit dengan sederet rak dibawahnya.
Accessories.
Begitu isi tulisan tersebut.
Baekhyun melihat-lihat sederet accessories yang hampir seluruhnya didominasi accessories wanita. Hanya segelintir accessories pria yang berada di rak ini. Matanya menangkap sebuah Bandana bertelinga kelinci berwarna pink. So cute.
Mata Baekhyun berbinar lucu. Benda itu benar-benar imut. Tangannya meraih Bandana berbentuk telinga kelinci tersebut dengan tatapan memuja. Diantara bandana yang lain hanya bandana ini yang membuatnya tertarik. Sepertinya ada sebuah mantra sihir yang telah terpasang di bandana berbentuk kelinci ini.
Lihatlah betapa semangatnya Baekhyun saat memakainya. Bandana itu terpasang sempurna di kepala Baekhyun, membuat bandana tersebut terlihat semakin imut.
Jangan tanya bagaimana penampilan Baekhyun sekarang. Ia sangat menggemaskan. Ia tampak seperti siswa sekolah dasar, Sangat-sangat imut dan menggemaskan. Ditambah matanya yang menyipit lucu, membuat semua orang yang melihatnya terpesona dengan dua pasang bulan sabit yang terukir dengan indah diwajahnya.
Bagaimana bisa seorang pria semenggemaskan itu ?
Baekhyun menatap dirinya dipantulan kaca yang tersedia di tempat itu. Sesekali ia bersenandung melihat bandana berbentuk telinga kelinci yang melekat dikepalanya. Baekhyun sedikit bersyukur karena ia masih memakai seragam sekolah, yang berarti semua orang bisa melihat bahwa dirinya masih laki-laki tulen. Karena sampai sejauh ini banyak sekali orang yang salah menyimpulkan gendernya.
Senyum manis Baekhyun hilang seketika, ia baru saja menginggat sesuatu.
Baekhyun segera mengecek isi dompetnya yang ia taruh disaku celana seragam sekolahnya. Mata Baekhyun sedikit membulat saat ia melihat hanya ada 10 Ribu Won disana. Segera ia melepas bandana bertelinga kelinci tersebut, matanya sibuk mencari-cari harga yang seharusnya tertempel disana. Hingga—
—Ketemu.
Entah sejak kapan Baekhyun mulai gugup. Ia hanya ingin melihat sebuah harga Bandana, bukan hal lain. Tetapi rasanya seperti ia baru akan menonton Film Blue untuk pertama kali saja.
Seperti kau pernah menonton Film Blue saja, Baek.
Oke, Lupakan.
Dan benar saja, Baekhyun rasanya ingin mati saja sekarang. Bagaimana tidak? Jika yang barusaja ia lihat adalah sebuah Nominal angka yang membuatnya jantungan.
10 Ribu Won.
Oke, jadi apa masalahnya?
Baekhyun mendesah pasrah. Jika ia membeli Bandana ini, Bagaimana dengan hadiah untuk Luhan?
Oh Tuhan, apa yang harus ia lakukan.
Tak mungkinkan ia tak jadi membeli hadiah untuk sahabatnya itu?
Bagaimana reaksi Luhan nanti saat ia hanya mengucapkan selamat, tanpa memberinya hadiah?
Baekhyun menatap Bandana itu lekat-lekat. Ekspresinya kini seperti seorang Ibu yang harus dipisahkan dengan sang anak karena sebuah takdir.
Dengan sedikit tidak rela—tidak, sangat-sangat tidak rela, Baekhyun menaruh kembali Bandana bertelinga kelinci tersebut. Abaikan wajah Baekhyun yang hampir menangis, mata puppy nya sudah terlihat berkaca-kaca.
Mungkin ini yang disebut dengan cinta tak harus memiliki.
"Tenang saja, besok aku akan kembali dan segera membelimu, Tunggu aku ya" ucap Baekhyun begitu lirih.
Dan dengan secepat kilat ia mengambil sebuah Bandana secara asal lalu membawanya kekasir, untuk dibayar tentunya.
.
.
Baekhyun membaringkan tubuh mungilnya dikasur empuk miliknya. Matanya menerawang lurus kedepan. Ia sedang memikirkan sesuatu. Dan otaknya terlalu lelah untuk memikirkan kembali semua yang ia alami dihari ini. Ia barusaja pulang dari Acara Ulang Tahun sahabatnya Luhan. Tetapi bukan itu yang sedang ia pikirkan. Melainkan sesosok pemuda tinggi bertelinga lebar yang ia temui disebuah toko kado, tempat ia membeli kado untuk Luhan.
Wajah tampannya itu cukup membuat Baekhyun tak bisa melupakannya hingga sekarang. Apalagi senyumnya yang terbilang lebar, walaupun terlihat bodoh tetapi senyum itu sanggup membuat salah satu organ tubuhnya berdetak cepat.
Jantungnya berdegup cepat.
Dan Baekhyun menjadi gila karena itu.
Bahkan ia tak bisa menahan rona dipipi putih susunya saat menginggat kejadian itu.
.
Kaki-kaki kecil Baekhyun melangkah menghampiri seorang yang terlihat sangat serius dengan sesuatu di tangannya. tangan lincahnya sedang bergulat dengan sebuah kertas kado, selotip dan sebuah barang yang sudah dimasukan kedalam kardus kecil.
Dari kegiatannya Baekhyun sudah tau bahwa ia adalah seseorang yang akan membungkus kadonya yang ia beri untuk Luhan. Tadi saat ia membayar barang ini dikasir ia bertemu dengan laki-laki 'mungil bersenyum manis' yang sempat membuatnya terpana. Laki-laki itu bernama 'Kyungsoo'—Baekhyun tak sengaja melihat Name Tag yang dipakainya—.
Seperti yang biasa ia lakukan kepada pelanggan-pelanggannya, Kyungsoo—laki-laki bersenyum manis itu menawarkan jasa pembungkusan kado kepada Baekhyun. Baekhyun yang memang tidak bisa apa-apa, hanya mengiyakan saja. Toh tak ada ruginya. Dan berakhirlah dengan Kyungsoo yang menunjukan tempat dimana ia bisa mendapat jasa pembungkusan kado. Walau Kyungsoo tidak mengantarkannya—ia hanya menjelaskannya omomg-omong—tetapi Baekhyun sudah cukup mengerti.
Dan begitulah, Baekhyun segera melangkahkan kaki-kaki kecilnya, menuju tempat yang Kyungsoo jelaskan tadi, tanpa tau senyum kecil yang terpampang jelas di bibir berbentuk hati milik Kyungsoo.
Dari kejauhan Baekhyun dapat melihat bahwa orang itu sangat tinggi. Berbanding terbalik dengan dirinya. Sebagai kaum sesama laki-laki Baekhyun merasa terhina hanya dengan melihat postur tubuh laki-laki itu. Tetapi jika masalah ketampanan, sepertinya Baekhyun akan menang. Ia memang belum melihat wajah laki-laki itu, tetapi melihat gerak-geriknya yang menunduk terus sepertinya laki-laki itu mempunyai wajah yang tak cukup bagus.
Bahasa kasarnya 'jelek'.
Oke, itu cukup menyakitkan.
Baekhyun mempercepat langkahnya saat ia melihat laki-laki itu barusaja selesai membungkus kado seorang wanita berambut hitam lebat.
Baekhyun semakin dekat dengan laki-laki berbadan tinggi itu. Tepat saat ia sampai, laki-laki itu mendongkak, memperlihatkan wajahnya, Baekhyun membeku seketika.
Apa-apaan ini?
Ia kalah telak.
Wajah laki-laki itu—Oh Tuhan, mengapa bisa sesempurna itu?
Baekhyun menjerit frustasi.
Laki-laki itu tersenyum lebar—rasanya Baekhyun ingin menangis saja.
Badannya lemas seketika, kakinya mati rasa, dan jantungnya—Baekhyun bahkan tak tau bagaimana keadaan jantungnya. Apakah masih berdetak?
"Eum—a-da yang bisa saya bantu Noona?"
Entah Baekhyun menyadari atau tidak, laki-laki itu terlihat sama gugupnya. Tapi sepertinya tidak, Baekhyun terlalu fokus dengan wajah tampan laki-laki itu dan juga debaran jantungnya yang tak kunjung berhenti. Ini terlalu sulit untuk diberhentikan.
Dan juga sepertinya ia tidak menyadari panggilan laki-laki itu yang 'haram' sekali didengar oleh pendengaran Baekhyun.
"Noona—Noona—Hey Noona!?"
"Ah yaa—ada apa?" Baekhyun mengerjap bingung. Matanya bergerak-gerak gelisah, rasanya ia seperti baru terbangun dari tidur panjangnya. Apa yang barusaja ia lakukan? apa ia barusaja memuji wajah laki-laki itu? Apa ia menyebut laki-laki itu tampan?
'Sadar Baekhyun kau itu jauh lebih tampan. Kau itu seme idaman para laki-laki berjiwa uke.' Baekhyun menganggukan kepalanya, ia memantapkan dalam hati.
Laki-laki 'berwajah tampan' itu mengeryit tanpa sadar. Ia tersenyum geli "Hey, kau tidak apa-apa Noona?"
Baekhyun memberhentikan acara mengangguknya, alisnya menukik tajam. Telinganya baru saja mendengar 'kata-kata' yang sepantasnya tidak laki-laki itu ucapkan. Wajahnya berubah tak suka, membuat laki-laki itu mengerutkan alis.
"Apa yang tadi kau ucapkan—" Baekhyun melihat postur tubuh laki-laki 'berwajah tampan' tersebut. "—Tiang?"
"Ucapkan apa? Dan—Tiang?"
Baekhyun mencebikan bibirnya kesal. "Kau baru saja memanggilku 'Noona. Dan panggilan 'Tiang' itu pantas untuk postur tubuhmu yang kelewat tinggi, bahkan aku sulit membedakan apakah kau sejenis 'Tiang' berjalan atau bukan?"
Laki-laki itu membulatkan matanya. Sedikit syok dengan perkataan laki-laki mungil didepannya. Walau mungil tetapi perkataannya sungguh sangat 'pedas'.
"Aku hanya memanggilmu 'Noona' apa itu masalah?"
"Tentu saja masalah! Aku ini Laki-laki bodoh! Apa matamu katarak sehingga tidak bisa melihat seragam yang kupakai, aku ini memakai Celana bukan Rok! "
Laki-laki itu tertawa geli, sesekali ia memegang perutnya yang tak berhenti bergoyang karena terlalu banyak tertawa. Baekhyun menggeram kesal. Apa kata-katanya tadi hanya sebuah lelucon untuknya? Ia tidak bermaksud melawak disini!
"Baik-baik, maafkan aku. Aku kira kau memakai seragam sekolah kakakmu yang seorang laki-laki, aku tidak bermaksud" laki-laki itu tersenyum lembut. Walaupun begitu ketara sekali ia masih berusaha menahan tawanya.
Baekhyun berdecak. "Jelas-jelas aku yang memakainya disini. Otomatis seragam ini punyaku!"
"Yasudah aku kan sudah meminta maaf. Tolong lupakan masalah tadi, jadi ada yang bisa kubantu?"
"Bungkus barang ini segera. Yang cepat, aku tidak ingin berlama-lama disini." ketus Baekhyun.
"Ta—"
"Apalagi?!" Baekhyun membentak.
"Kau belum memilih kertas kado yang ingin kau gunakan, dan juga kau tidak ingin membuat kartu ucapan?"
"Aishh." Baekhyun mengacak-acak rambutnya frustasi. Laki-laki itu menahan senyum.
"Hello Kitty. Terserah apa saja, asal itu Hello Kitty. Dan aku tidak perlu menggunakan kartu ucapan"
"Baiklah."
.
Sudah hampir lima menit Baekhyun menunggu. Kakinya bergerak-gerak gelisah, sesekali ia berjalan mondar-mandir untuk meredakan rasa gugupnya. Ia persis seperti setrika berjalan. Asal kalian tau keadaan Baekhyun sungguh tak baik sekarang, tangannya sudah panas dingin, keringat sebesar biji jagung sudah mengalir deras didahinya. Ia baru lima menit menunggu, tetapi serasa bagai lima tahun.
Baekhyun sedang berperang melawan hati dan logikanya. Bagaimana tidak, hatinya mengatakan 'iya' tetapi logikanya selalu menyangkal. Jantungnya bahkan seperti tidak bisa diajak berkompromi sekarang. Oh ayolah, apa ia tidak lelah berdetak cepat seperti ini terus.
Bahkan Baekhyun tak berani memandang laki-laki itu terus menerus, atau kalau tidak, ia yakin jantungnya akan segera meledak. Melihatnya sedang serius dengan pekerjaan ditangannya, membuat Baekhyun berfikiran yang 'tidak-tidak'. Wajah seriusnya itu sangat seksi, dan Baekhyun tidak bisa menyangkalnya bahwa wajah 'serius' laki-laki itu membuat 'iman' seorang Byun Baekhyun runtuh.
Well, sejak kapan kau punya iman, Baek?
Sesekali Baekhyun melirik laki-laki 'berwajah tampan' itu, mencoba melihat sesuatu didada laki-laki tersebut. Bukan, Baekhyun bukan ingin melihat sesuatu yang tidak-tidak—walaupun iya sangat ingin—untuk kali ini ia hanya ingin melihat Name tag yang tertera di dada sebelah kiri laki-laki itu. Singkatnya Baekhyun ingin mengetahui namanya.
Ouh.
Dasar gengsi.
Baekhyun menahan senyumnya saat ia telah mengetahui nama laki-laki tersebut. Berguna juga mata sipitnya ini. Baekhyun sedikit mencibir sahabat-sahabatnya yang pernah menghina matanya yang sipit.
"Sudah selesai." Suara berat seperti Ahjusi menyapa indra pendengaran Baekhyun, membuat Baekhyun sedikit tersentak.
"Sudah selesai?" Baekhyun membeo.
"Tentu saja, kau tidak bisa melihat ini?" laki-laki tersebut menunjukan sesuatu ditangannya. Sebuah kotak persegi panjang yang sudah terbungkus dengan rapi, bergambar Hello Kitty dengan tambahan sebuah pita disisinya. Kertas kado bergambar Hello Kitty dengan warna Pink itu melekat dengan sempurna.
"Ah yaa, tentu saja aku bisa melihatnya" sungut Baekhyun.
"Yasudah, ambilah"
"Aku akan mengambilnya—" Baekhyun melirik laki-laki itu sinis. Dagunya ia naikan keatas, wajahnya berubah mengejek. Tangannya mengambil cepat sesuatu ditangan laki-laki tersebut. Dengan sengaja Baekhyun mendekatkan wajahnya, mata sipitnya bersibobrok dengan mata bulat laki-laki itu. "—Tuan pembungkus kado"
Segera Baekhyun menjauhkan wajahnya. Matanya menatap laki-laki itu yang diam membeku. Baekhyun menaikkan satu alisnya, merasa heran.
Ada apa dengan laki-laki itu?
Dengan segala kebingungan, Baekhyun membalikkan badannya. Lebih baik ia segera pulang. Tidak baik berlama-lama disini, toh ia sudah mendapatkan hadiah ulang tahun untuk Luhan. Lagipula sekarang sudah jam—
Tunggu, sudah jam berapa sekarang?
Dengan panik Baekhyun melihat pergelangan tangan kirinya, lebih tepatnya ia melihat sebuah jam tangan putih yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Baekhyun sedikit merutuki dirinya, bisa-bisanya ia melupakan sesuatu sekecil ini.
Baekhyun melebarkan matanya. Walaupun tidak terlalu lebar, berhubung dengan matanya yang sipit. Tetapi Sesuatu yang terlihat dijam tangannya membuatnya bergidik ngeri. Oh Tuhan, bagaimana Baekhyun bisa melupakan ibunya? Ia pasti akan marah besar, dan tidak mengizinkannya untuk pergi ke pesta Luhan, yang lebih parahnya lagi ibunya dengan senang hati akan mengadu tentang 'kelakuannya' kepada ayahnya.
Dengan sedikit terburu-buru Baekhyun meninggalkan Toko kado tersebut. Persetan dengan tingkah lakunya yang tidak sopan. Tidak mengucapkan terimakasih kepada laki-laki bertubuh 'tiang' namun 'sangat tampan' tersebut. Ia bisa mengucapkannya kapan-kapan.
Uh, seperti kau mengharapkan akan bertemu lagi saja, Baek.
Tapi setidaknya Baekhyun sudah mengetahui nama Laki-laki tersebut. Dengan masih terburu-buru Baekhyun tersenyum kecil. Lalu mengumamkan nama itu dibibir mungilnya.
Park Chanyeol.
Ya, iya akan terus mengingat nama laki-laki itu.
.
Dilain tempat Chanyeol—laki-laki berwajah tampan—sedang menatap punggung laki-laki mungil berseragam sekolah dari kejauhan dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia memegang dadanya dengan kedua tangannya.
Ia menghela nafasnya, lalu tersenyum lega.
.
.
END For CHAP 1
.
.
Sebenernya aku mau buat ini oneshoot, tapi nggak jadi deng twoshoot aja atau threeshoot kalo lebih :D aku tau cerita ini rada-rada nggak jelas. Juga memang masih banyak kata-kata yang kurang tepat. Jujur aku masih belum jago ngerangkai kata-kata, aku masih belajar-,-
Dan terimakasih banyak yang udah sempet-sempetin baca. Review nya kutunggu lho ;) yang mau kasih saran, kritik silahkan aku dengan senang hati menerimanya karena memang itu yang aku tunggu-tunggu.
Lope yu all..
Thalanghae..
#ChanBaekIsReal
Spcy61