Naruto milik Masashi Kishimoto

Story by me

Warning : Typo, OOC, bahasa tidak dimengerti, dan lain-lain

Sebelumnya …

"Apa kau bercanda?! Aku tidak mau!" ucap Hinata tak kalah tegas. Hinata berbalik dan bersiap untuk segera meninggalkan ruangan ini.

Tapi lagi-lagi gerakan Hinata terhenti, karena tangan Sasuke sudah lebih dulu menutup pintu ruangan sebelum akhirnya memutar tubuh Hinata dan mendorongnya hingga punggung Hinata harus membentur pintu yang sudah tertutup. Kedua tangan Sasuke menahan bahu Hinata sehingga Hinata tak bisa bergerak.

Sasuke menunduk untuk mensejajarkan wajahnya pada wajah Hinata. "Kau pikir aku bercanda saat aku mengatakan Kau harus ikut klub musik?!" Sasuke mendesis tajam

Please, Don't Go

Hinata duduk di meja belajarnya gelisah, ia tak bisa melupakan kejadian tadi siang disekolah.

"Kau pikir aku bercanda saat aku mengatakan Kau harus ikut klub musik?!"

Kata-kata Sasuke kembali terngiang ditelinganya, seharusnya saat Sasuke mengatakan hal itu, Hinata membalasnya dengan perkataan yang lebih tegas, dia kan seorang Hyuuga tapi nyatanya, saat itu Hinata hanya bisa diam seribu bahasa. Saat itu Hinata tak tahu kenapa dirinya tak bisa membalas perkataan Sasuke, tapi sekarang Hinata sadar itu semua karena Sasuke mengeluarkan aura yang sangat menakutkan sehingga dirinya merasa seperti seekor semut, yang meskipun bisa menggigit tapi ujung-ujungnya akan mati juga karena Sasuke bisa langsung menginjaknya.

"Hinata.. kau ini seorang Hyuuga, tak seharusnya kau takut pada Sasuke" ucap Hinata pada dirinya sendiri. Kalau ayahnya tahu Hinata takut dengan seorang Uchiha yang pada dunia bisnis adalah saingan Hyuuga, maka habislah dirinya. Hinata benci Uchiha Sasuke, titik. Mulai besok ia akan menjauhi Sasuke, bagaimana pun caranya.

"Nona, sudah waktunya makan malam"

Hinata tersentak saat mendengar suara salah satu pelayan dirumahnya, reflek ia menoleh kearah pintu kamarnya yang sudah terbuka lebar.

"Iya Bi, aku akan turun sebentar lagi" balas Hinata saat menemukan pelayannya sedang berdiri di ambang pintu.

"Baik, nona" ucap pelayan itu lagi sebelum menghilang dari hadapan Hinata.

Hinata langsung bersiap, didalam keluarganya, makan malam harus selalu bersama dan diadakan secara formal, semua anggota keluarga harus selalu hadir kecuali ada urusan yang benar-benar penting. Karena itu, sekarang Hinata mempersiapkan diri dengan menggunakan pakaian yang pantas bukannya kaus putih polos dan celana pendek selutut yang tadi digunakannya untuk belajar. Berlebihan bukan? Padahal ini hanyalah makan malam biasa yang dihadiri dengan keluarganya sendiri saja, jadi untuk apa juga harus selalu berpakaian formal. Tiga tahun yang lalu, Hinata sempat menanyakan masalah ini pada ibunya, dan ibunya bilang 'Ini sudah tradisi'.

'Kenapa aku terlahir dikeluarga ini?'

Terkadang pertanyaan seperti itu sering muncul di kepala Hinata, dan tak pernah sekalipun Hinata menemukan jawabannya.

Hinata keluar dengan pakaian formalnya, dress putih polos selutut dengan heels hitam yang malam ini dikenakannya, rambut indigonya digulung keatas untuk menambah kesan anggun, tak lupa Hinata menyapu wajahnya dengan bedak tipis serta memakai lipgloss dibibirnya agar tak terlihat pucat. Hinata merutuki penampilannya.

'Ini hanya untuk makan malam keluarga, dan dirumah, tapi kenapa harus seformal ini?!' teriak Hinata dalam hati.

Sebelum menuruni tangga, Hinata memasang senyum palsunya, senyum yang membuatnya terlihat anggun.

Dimeja makan, Hinata sudah melihat Hanabi-adiknya yang sudah kelas tiga SMP- dan Neji- Sepupunya yang baru lulus kuliah dan sudah tinggal dengan keluarga Hinata semenjak orang tuanya meninggal dunia sepuluh tahun lalu- mereka berdua sedang duduk dimeja yang sama tapi sama sekali tak saling peduli satu sama lain. Hanabi sedang sibuk bermain handphonenya, dan Neji sedang sibuk dengan tabletnya. Hinata tak melihat kedua orang tuanya, tapi ia juga tak mau repot-repot bertanya atau mencari.

Hinata duduk disamping Hanabi. Hinata melihat penampilan Hanabi yang malam ini tak berbeda jauh dengannya, menggunakan dress selutut tapi warnanya bukan putih melainkan hitam dengan heels hitam juga ditambah ia mengecat rambutnya yang tadinya berwarna coklat berubah menjadi hitam. Melihat itu, Hinata hanya bisa menahan senyumnya. Sama seperti Hinata, Hanabi juga tak suka dengan tradisi aneh ini. Karena itu, sebagai tanda tak sukanya, Hanabi selalu menggunakan pakaian serba hitam setiap makan malam, karena tingkah Hanabi ini, acara yang seharusnya terlihat seperti makan malam malah jadi terlihat seperti acara pemakaman.

Hinata ingat hari dimana pertama kali Hanabi melakukan aksi protesnya ini, yaitu tiga tahun yang lalu. Saat itu, ibunya hanya bisa menganga saat melihat Hanabi turun dari kamarnya dengan menggunakan pakaian serba hitam dan rambutnya pun dicat Hitam, sedangkan Hinata dan Neji menatapnya tak percaya, dan ayahnya malah sudah memberi tatapan tajam pada Hanabi. Melihat semua keluaganya sudah hampir jatuh pingsan, Hanabi malah bersikap cuek dengan duduk disamping Hinata lalu mengambil piring kemudian meraih beberapa makanan yang tersedia dimeja makan dan menyantapnya seolah tak ada orang lain disana.

Seandainya Hinata memiliki keberanian seperti Hanabi, pasti Hinata juga akan melakukannya atau setidaknya Hinata akan mendukung aksi Hanabi terang-terangan.

Hinata baru sadar dari lamunannya saat melihat pergerakan Hanabi dan Neji, mereka berdua langsung menyimpan barang elektronik yang tadi menjadi pusat perhatian mereka, Hinata langsung tahu apa yang menyebabkan mereka melakukan hal itu, karena ayah dan ibu Hinata sedang berjalan menuju ruang makan. Untuk sesaat terjadi keheningan di meja makan, semuanya sibuk dengan makanan masing-masing.

"Hinata, bagaimana sekolahmu?" Tanya ayah Hinata memecah keheningan.

Hinata menghembuskan nafas sebelum berbicara. "Baik yah"

"Apa ada teman yang mengganggumu?" Tanya ayah Hinata lagi. Setiap tahun Hinata selalu mendapat pertanyaan ini dari ayahnya-Hyuuga Hiashi- sekilas pertanyaan ini terdengar seperti orang tua yang khawatir anaknya di bully disekolah-yang pastinya tidak mungkin terjadi karena Hinata adalah seorang Hyyuga, yang berani membullynya bisa dipastikan akan menyesal seumur hidup- tapi didalam keluarganya pertanyaan ini berarti 'Apa ada teman yang mengganggu BELAJARMU?' karena kalau sampai ada, bisa dipastikan ayahnya akan turun tangan, ayahnya tak mau mengambil resiko nilai Hinata turun karena hal itu.

Dan setiap tahunnya pun Hinata selalu memberi jawaban yang sama 'Tidak ada' karena Hinata memang tidak pernah dekat dengan teman-teman satu sekolahnya jadi secara otomatis memang tidak ada orang yang bisa menganggunya, kenal saja tidak bagaimana mau mengganggu? Tapi jawaban itu hanya berlaku untuk tahun-tahun lalu, karena tahun ini Hinata satu kelas dengan Uchiha Sasuke-manusia paling mengganggu yang pernah ditemuinya-ingin sekali Hinata menyebut nama 'Uchiha Sasuke' sebagai orang yang sangat mengganggu, tapi mengingat Sasuke adalah seorang Uchiha, ditambah lagi sekolahnya juga milik keluarga Sasuke, Hinata yakin ayahnya tak akan bisa melakukan apapun untuk membantunya.

"Tidak ada" jawab Hinata seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Hinata, setelah lulus kau akan kuliah di Amerika, ayah sudah mempersiapkan segala kebutuhanmu nanti disana" ucap Ayah Hinata lagi.

Hinata tersenyum menanggapi ucapan ayahnya, senyum anggun yang selalu ditunjukkan didepan keluarganya.

"Ayah harap kau bisa berprestasi seperti Neji saat kuliah nanti"

"Iya ayah" jawab Hinata masih dengan senyuman diwajahnya, beda dengan ekspresi yang terlihat senang, tangannya kini sedang meremas sendok yang dipegangnya untuk meluapkan perasaan tertekan yang memenuhi hatinya.

Please, Don't Go

Hinata langsung membereskan bukunya saat Asuma-sensei meninggalkan kelas.

"Ayo"

Deg

Hinata hampir saja menjatuhkan buku-bukunya saat mendengar suara seseorang dibelakangnya, Hinata menoleh untuk melihat orang yang mengagetkannya itu.

"U-uchiha-san?" Hinata mengernyit bingung.

Tanpa mempedulikan tatapan Hinata, Sasuke langsung memegang lengan Hinata dan menariknya keluar kelas.

"Apa yang kau lakukan?!" desis Hinata pelan, ia tak ingin orang-orang mendengar nada bicaranya sekarang. Selain berusaha melepaskan genggaman Sasuke dari tangannya, Hinata juga harus berusaha menutupi wajahnya yang kini mendapat tatapan mematikan dari beberapa siswi disekolah ini, Hinata tak tahu apa alasannya tapi sepertinya itu karena ia berjalan dengan Sasuke.

"Apa kau sangat terkenal disini?" Tanya Hinata disela-sela kepanikannya karena terus ditatap dengan tatapan iri sekaligus benci.

"Ya, hanya kau saja yang tidak tahu siapa aku" jawab Sasuke singkat.

"Tentu saja aku tahu, kau adalah Uchiha Sasuke" ucap Hinata tak terima.

"Terserah" ucap Sasuke tak peduli.

Mendengar jawaban Sasuke yang terkesan sinis, membuat Hinata sadar dengan apa yang terjadi sekarang.

"Tunggu, apa yang kau lakukan?" Hinata menyentakkan tangannya yang digenggam Sasuke, gerakan Hinata itu membuat langkah Sasuke berhenti yang otomatis membuat Hinata berhenti juga. Sasuke memutar tubuhnya dan menatap Hinata datar.

Hinata yang ditatap hanya bisa menunduk menatap tangannya yang masih digenggam Sasuke. Ada dua alasan mengapa Hinata lebih memilih menatap tangannya, pertama, tentu saja ia takut ditatap oleh Sasuke dan yang kedua ia sedang sibuk memikirkan cara agar Sasuke mau melepaskannya dan membiarkan dirinya pergi. Tapi sebelum sempat Hinata mendapat ide, Sasuke sudah lebih dulu menarik tangan Hinata sehingga secara otomatis tubuh Hinata mendekati Sasuke, untung saja Hinata sempat mengendalikan tubuhnya sehingga ia bisa memberhentikan pergerakan tubuhnya tepat didepan dada bidang Sasuke, karena kalau tidak, bisa dipastikan kepala Hinata sekarang sudah menempel di dada bidang Sasuke dan orang-orang pasti akan salah paham jika melihat adegan seperti itu nantinya. Meskipun tempatnya dan Sasuke berdiri sekarang tak termasuk tempat yang sering didatangi murid-murid atau bisa dibilang sepi tapi tetap saja jika ada yang tak sengaja lewat dan melihat adegan yang Hinata bayangkan tadi bisa saja orang itu salah paham.

"Apa kau gila!?" ucap Hinata sambil menatap Sasuke, sedetik kemudian Hinata menyadari ucapannya yang terdengar marah.

Sasuke mendengus melihat perubahan reaksi Hinata.

"Ma-maafkan a-aku, tapi bisakah kau lepaskan aku?" ucap Hinata sambil menunduk.

"Tidak"

"Tap.."

"Diamlah!" ucap Sasuke lagi sebelum Hinata sempat berkata-kata.

Mendengar itu, darah Hinata jadi mendidih. "Memang kau pikir kau itu siapa?! Kenapa aku harus menurutimu?! Kau pikir aku ini boneka Hah?! Atau robot?! Kenapa kau seenaknya menarik tanganku tanpa persetujuan?! Kau tak punya sopan santun?!" bentak Hinata pada Sasuke. Untuk sejenak, Hinata melupakan statusnya yang seorang Hyuuga dan Sasuke yang seorang Uchiha, tak seharusnya seorang Hyuuga membentak seperti tadi dan tak seharusnya juga seorang Uchiha dibentak dengan kata-kata kasar apalagi kata-kata kasar itu keluar dari mulut Hyuuga yang seharusnya anggun dan bisa menyikapi segala masalah dengan kepala dingin.

Saat sadar dengan apa yang dilakukannya, tangan Hinata langsung bergetar. Ia takut, apakah nanti Sasuke akan mengejeknya karena dirinya tak pantas jadi seorang Hyuuga? Atau Sasuke akan menyebarkan gosip kepada semua siswa kalau dirinya tak pantas menjadi Hyuuga? Bagaimana kalau ayahnya tahu? Apa yang akan terjadi padanya nanti?

"Sudah selesai?"

Hinata tersentak ketika mendengar pertanyaan Sasuke. "Hah?"

"Kalau sudah selesai, bisakah sekarang kau diam dan ikut saja?" Tanya Sasuke, pertanyaan yang jelas-jelas tak membutuhkan jawaban karena sebelum Hinata sempat menyaring pertanyaan Sasuke, pria itu sudah mulai menariknya lagi entah kemana.

Please, Don't Go

Hinata menunduk, matanya menatap ujung sepatunya sendiri.

"Ja-jadi, kau memutuskan untuk bergabung?" Tanya Naruto ragu.

Lima menit yang lalu, Naruto dikejutkan dengan kedatangan Sasuke, sebenarnya bukan karena Sasuke Naruto terkejut melainkan karena Hinata yang ikut dibelakang Sasuke. Naruto lebih terkejut lagi saat Sasuke mengatakan Hinata akan bergabung dengan klub musik. Awalnya, Naruto berpikir Sasuke pasti hanya menawarkannya pada Hinata dan karena Hinata menyukai Sasuke jadi Hinata dengan sukarela menerima tawaran Sasuke, tapi, sekarang Naruto tak berpikir seperti itu lagi. Melihat Hinata yang semenjak datang sampai sekarang masih diam bahkan terlihat takut, Naruto tahu kalau Hinata berada disini bukan karena sukarela tapi karena paksaan dari Sasuke. Naruto sangat tahu sifat Sasuke yang seperti ini, semakin ditolak maka akan semakin dipaksa.

Untuk saat ini, Naruto kasihan melihat Hinata tapi disaat yang sama juga Naruto tak bisa membiarkan Hinata pergi karena klub mereka benar-benar sedang membutuhkan seorang vokalis, karena itu, Naruto membiarkan permainan yang dibuat Sasuke berlanjut.

"Kalau begitu selamat datang di klub kami" ucap Naruto buru-buru sebelum Hinata menjawab dengan sesuatu yang tak diinginkan.

Diam

Setelah Naruto mengatakan itu, ruang klub kembali hening. Tak ada satupun yang bersuara, Hinata masih sibuk dengan kegugupannya sedangkan Sasuke-orang yang seharusnya bertanggung jawab dengan keadaan Hinata-malah sedang sibuk mengecek keadaan gitarnya dan Gaara, jangan ditanyakan lagi, anak itu memang tak pernah datang tepat waktu malah terkadang ia tak datang keruang klub jika menurutnya tak ada latihan yang penting. Jadi sekarang tinggalah Naruto yang harus punya inisiatif meramaikan suasana yang sangat canggung ini.

Naruto berdehem, mencoba meminta perhartian dari Sasuke dan Hinata. Namun hasilnya nihil, Hinata dan Sasuke sama sekali tak merespon. Baru saja Naruto ingin mendesah kecewa, pintu ruang klub terbuka. Kini semua perhatian teralihkan ke ambang pintu.

"Maaf aku terlambat" ucap Gaara singkat.

Naruto mendesah lega, mungkin bagi yang lain Gaara memang terlambat tapi bagi Naruto Gaara datang tepat waktu, sangat tepat malah, sampai-sampai Naruto ingin sekali mengucapkan terima kasih pada Gaara. Meskipun tak mengubah suasana canggung nantinya, tapi setidaknya dengan kedatangan Gaara, Naruto jadi punya teman untuk di ajak berbasa-basi.

"Oh, kau vokalis baru itu?" Tanya Gaara saat menyadari keberadaan Hinata.

Hinata diam, kalau ia mengangguk berarti ia menyutujui keputusan Sasuke yang seenaknya tapi kalau menggeleng, Hinata tak tega, entah kenapa melihat ekspresi Naruto dan Gaara yang sangat mengharapkan jawaban 'iya' membuat Hinata jadi ingin memberikan jawaban yang diinginkan mereka berdua.

"Aku Sabaku Gaara. Kau?" Tanya Gaara sambil mengulurkan tangannya.

"H-Hyuuga Hi-Hinata" jawab Hinata sambil menerima uluran tangan Gaara.

'Hangat'

Hinata merasa tangan Gaara sangat hangat, kehangatan itu membuat Hinata sedikit merasa tenang, karena kegugupannya tadi, Hinata merasa tangannya jadi sedingin es.

"Kau kedinginan?" Tanya Gaara lagi.

Hinata menunduk, malu. Tak mungkin ia mengatakan ia gugup sekaligus takut berada disini, karena itu tangannya menjadi dingin.

"Sasuke tak suka panas, karena itu AC diruangan ini tak pernah dimatikan kecuali saat kita sedang tidak latihan" ucap Gaara sambil berjalan kearah lemari yang berada didekat pintu masuk.

Hinata terus melihat gerak-gerik Gaara, Hinata melihat Gaara mengeluarkan sesuatu dari lemari itu.

"Kalau kau kedinginan, kau bisa gunakan ini" ucap Gaara sambil menyodorkan jaket berwarna merah.

Hinata menerima jaket itu. "Terima kasih" ucap Hinata sambil tersenyum.

"Tak masalah"

"Eumm, Hinata maaf karena aku tak menyadari kalau kau kedinginan" ucap Naruto tiba-tiba. Karena suasana canggung tadi, Naruto sampai lupa kalau Hinata baru pertama kali datang keruangan ini, ruangan yang menurut hampir semua orang yang pernah masuk kesini adalah ruangan paling dingin yang ada disekolah.

Hinata tersenyum kikuk, sebenarnya bukan karena AC Hinata merasa tubuhnya kedinginan meskipun memang itu sedikit berpengaruh.

"Jadi, kita akan latihan perdana dengan vokalis baru?" Tanya Gaara yang sudah bersiap dengan bassnya.

Mendengar itu Hinata jadi gugup "I..itu.. tidak pernah bernyanyi.."

Gaara dan Naruto saling berpandangan ketika mendengar ucapan Hinata.

"Ma-maksudku, aku ti-tidak pernah bernyanyi didepan orang lain" Hinata membenarkan maksudnya.

"Kalau begitu cobalah" ucap Sasuke untuk pertama kalinya selama berada di ruang ini.

Hinata tersentak, Sasuke benar-benar menyebalkan.

"Untuk permulaan, bagaimana kalau akustik saja" ucap Sasuke lagi kali ini ia mengambil gitar akustinya.

Gaara dan Naruto langsung mengangguk setuju saat medengar tawaran Sasuke, untuk permulaan memang lebih baik Hinata bernyanyi lagu yang lebih memfokuskan suara Hinata dibanding musiknya agar Hinata bisa lebih percaya diri dengan suaranya.

"Kau mau lagu apa?" Tanya Sasuke.

Hinata menggeleng. "Aku tidak tahu banyak lagu"

Sasuke memetik gitarnya sehingga menimbulkan irama-irama yang indah.

Hinata tahu nada ini, musik ini, Hinata sangat tahu. Ini adalah lagu kesukaannya, lagu yang selalu ia nyanyikan saat dirinya merasa tertekan. Hinata menatap Sasuke yang masih fokus dengan gitarnya, dari ekspresi Sasuke, Hinata yakin Sasuke sebenarnya masih berusaha mengingat setiap detail nadanya.

Dawai-dawai gitar

Musnah oleh kesunyian yang putih

Hinata terkejut saat Sasuke mulai menyanyikannya, benar juga, waktu itu diruang tersembunyi Sasuke juga menyanyikan lagu ini.

Hari ini aku ingin mnceritakan kisahku

Yang tak bisa aku akhiri…..

Hinata mulai bangkit dari kursinya dan pergi mendekati piano saat Sasuke mulai berdehem mengikuti irama, sepertinya Sasuke sudah tak tahu lirik selanjutnya, karena itu Hinata ingin membantunya, Hinata tak suka jika lagu ini tak diselesaikan. Hinata mulai menekan tuts-tuts pianonya, ia menyesuaikan dengan nada gitar yang sudah dimainkan Sasuke, setelah suara pianonya dan gitar Sasuke menyatu Hinata baru mulai melanjutkan lagunya.

Mungkin aku begitu takut menghadapi kegagalan

Hingga tak bisa mengungkapkan cintaku padamu

Aku takut kau akan pergi

Apabila aku mengunkapkannya

Gaara dan Naruto terpana mendengar suara Hinata, suaranya sangat merdu, lembut tapi tidak lemah, suara yang sangat sempurna dan cocok untuk segala tipe musik.

Aku akhirnya mampu mengumpulkan keberanian

Untuk mengungkapkan rahasia ini

Meskipun kau memilih untuk tak acuh

Aku akan menyanyikannya untukmu

Caramu menangis, caramu tersenyum

Kamu seperti sebuah lukisan yang terukir indah dipikiranku

Cinta yang ingin aku utarakan

Cinta yang tak bisa aku utarakan

Jika aku mengungkapkannya sekarang

Kumohon dengarlah

Aku akan menyanyikannya untukmu

Aku akan menyanyikannya untukmu

Betapa aku berharap

Kau menjawab sambil tersenyum

(EXO-Sing For You-terjemahan Indonesia)

Hinata menekan tuts piano untuk terakhir kalinya. Naruto masih menganga bahkan setelah Hinata menyelesaikan lagunya, menurutnya, suara Hinata sangat indah tapi entah kenapa Naruto tak tega untuk tepuk tangan, mungkin karena lagu yang dinyanyikan Hinata kali ini terkesan menyedihkan sehingga Naruto merasa jika ia bertepuk tangan ia akan membuat Hinata semakin sedih.

"Bagus, sangat bagus" ucap Gaara.

Pipi Hinata langsung memerah, ia memalingkan wajahnya dari Gaara, sekilas ia melihat wajah Sasuke yang duduk disamping Gaara, Hinata melihat seulas senyum tercetak diwajah Sasuke. Tunggu, senyum? Tersenyum? Hinata melihat wajah Sasuke lagi, tapi ia tak melihat senyuman tadi di wajah Sasuke, sepertinya itu hanya khayalan saja.

Please, Don't Go

Plaaakkk

"Sudah ayah katakan jangan ikut klub yang membuat nilaimu turun"

"Tapi aku menyukainya"

"Kau pikir dengan menyukainya kau akan sukses"

"Apa 'sukses' itu lebih penting dibanding kebahagiaan?"

"Anak kurang ajar! Kau memang tak pantas menjadi anakku"

"Hiks..ayah..hiks..ma-mafkan aku"

"Pergilah"

Hinata terbangun dari tidurnya. Hinata memegang dadanya yang terasa sesak, ia kembali memimpikan kejadian itu, kejadian lima tahun lalu saat dirinya kelas satu SMP. Dulu, Hinata pernah ikut klub musik, dari kecil Hinata memang menyukai musik tapi ia tak pernah menunjukkan pada keluarganya karena Hinata tahu keluarganya pasti tak akan mendukung hobinya. Saat SMP, sekolah Hinata memiliki klub musik yang sangat terkenal, klub musik sekolahnya selalu mendapat juara satu dalam perlombaan, mereka juga sering diundang diluar kegiatan sekolah sehingga personil klub mereka tidak hanya dikenal oleh orang-orang disekitar sekolah saja. Karena prestasi yang banyak itu, Hinata memutuskan untuk bergabung dengan klub itu.

Tapi tak lama, tiga bulan kemudian ayahnya mengetahui kegiatan Hinata yang dinilai tak berguna. Tentu saja itu membuat Hinata dimarahi habis-habisan. Setelah hari itu, klub musik disekolahnya dibubarkan.

Hinata tak perlu bertanya untuk tahu siapa yang melakukannya, sama seperti Hinata, semua siswa disekolahnya pun mengetahui dalang dibalik bubarnya klub musik. Karena itu, selama dua tahun setelahnya Hinata terus dibenci oleh semua siswa disekolah itu, meskipun tak mengatakannya secara terang-terangan tapi Hinata tahu semua siswa selalu mebicarakannya saat ia tak ada.

Tiba-tiba Hinata merasa bersalah karena sudah menikmati kejadian tadi siang saat diruang klub musik. Tak seharusnya ia berada disana, seharusnya ia menolak dengan tegas, seharusnya..seharusnya..

"Seharusnya aku menjauhi mereka dari awal, sekarang belum terlambatkan untuk menjauh?" Tanya Hinata pada dirinya sendiri.

TBC

Halloo minnaaa…..

Lama banget ya Ita Upnya :D

Oh iya.. di chap ini Ita memperkenalkan sebuah lagu

Deng.. deng.. deng..

Yup … EXO-Sing For You

Siapa yang tahu lagu ini? yang tahu angkat jempolnya :D

Kenapa Ita pilih lagu ini?

Jawabannya karena Ita juga K-pop lovers :D engga deh bercanda

Itu karena menurut Ita, lirik lagu ini mirip banget sama keadaan Hinata.. mungkin di chap ini kalian belum terlalu paham di mana miripnya tapi semakin jauh chapnya nanti kalian bakal nemuin kesamaan lirik lagunya sama keadaan Hinata... tapi bukan keadaan percintaannya ya.. :D

Karena itu Ita milih lagu ini buat ost utama FF ini *Busetdah pake ost segala*

Eummm terakhir makasih buat yang udah baca dan review dan maaf juga karena Ita gak bisa bales reviewnya soalnya Ita nulis ini juga buru-buru… maap ya… tapi Ita selalu baca kok review-an kalian… jadi Ita Cuma bisa bilang makasih sebanyak-banyaknya, lain kali pasti Ita bales kok :)

Sampai jumpa di chap selanjutnya *lambai-lambai tangan*