Naruto milik Masashi Kishimoto

Story by me

Warning : Typo, OOC, bahasa tidak dimengerti, dan lain-lain

Mungkin mereka benar, aku sudah terbiasa untuk memegang tanganmu.

Lalu…

Apa yang harus kulakukan, bila kau tak bisa kugenggam lagi seperti dulu?

Jika aku memintamu, untuk tidak pergi ketempat yang tidak bisa ku raih dengan tanganku ini…

Maukah kau melakukannya?

Please, Don't Go

Sebuah mobil berhenti tepat didepan gerbang setinggi 3 meter, tak lama, seorang gadis cantik turun dari kursi belakang mobil dengan menggunakan seragam sekolah. Rambut panjang yang di gerai tanpa hiasan apapun dan pupil mata lavender menambah kesan cantik dan anggun pada gadis itu.

Beberapa orang yang menggunakan seragam seperti gadis itu, memandang dengan tatapan yang berbeda-beda. Sebagian orang mulai menilai sifat gadis itu, seperti gadis manja yang tak pernah menyentuh sesuatu yang tak selevel dengannya, dan sebagian lagi menatapnya kagum seolah melihat bidadari yang baru turun dari langit.

Gadis itu sadar dirinya sedang jadi pusat perhatian, tapi ia berusaha untuk tak peduli. Walau sebenarnya ada perasaan gugup dan sedikit kesal, tapi ia tetap mencoba untuk terlihat seperti gadis normal lainnya.

"Nona baik-baik saja?" tanya pria yang baru turun dari kursi pengemudi.

Gadis itu memaksakan sebuah senyuman untuk memberi jawaban kepada pria itu.

"Nona yakin baik-baik saja, kalau memang nona merasa tak enak badan, kita bisa pulang" tawar pria itu.

"Tidak apa-apa paman Iruka , kalau aku pulang sekarang, ayah pasti akan marah" gadis itu sebisa mungkin menjawab sambil tersenyum, ia sangat tahu bagaimana sifat supirnya ini, mudah khawatir apalagi kalau itu menyangkut dirinya. Paman Iruka sudah bekerja pada keluarganya bahkan sebelum dirinya terlahir kedunia, dan sejak kecil ia lebih sering bermain bersama Paman Iruka dibanding keluarganya sendiri, karena itu, ia sudah menganggapnya seperti seorang ayah, tidak, bahkan baginya orang yang pantas menjadi ayahnya adalah paman Iruka.

"Tapi No.."

"Paman, jangan panggil aku Nona, panggil saja Hinata" gadis itu sedikit kesal dengan panggilan formal itu. Dari dulu, gadis itu selalu menyuruh supirnya ini dan pembantu-pembantu dirumahnya untuk memanggil dengan nama saja, kecuali saat dia sedang bersama keluarganya. Sebenarnya dia tak terlalu suka dengan panggilan formal itu, karena panggilan itu, membuat seolah-olah dia adalah majikan yang harus dihormati dan dipatuhi padahal baginya, paman Iruka dan pembantu-pembantunya yang lain sudah dianggap seperti keluarganya bahkan melebihi keluarganya sendiri.

Iruka menghela nafas ketika mendengar keluhan dari majikannya ini, sebenarnya Iruka sedikit heran, kenapa keluarga Hyuuga yang terkenal angkuh, beretika tinggi dan cerdas bisa mempunyai seorang anak yang sopan, lembut, dan rendah hati, walaupun sifat beretika dan juga cerdas masih melekat pada diri Hinata tapi sikap angkuhnya sama sekali tak ada didalam dirinya. Menurut Iruka itu adalah sifat yang baik, tapi tidak bagi keluarga Hyuuga, bagi mereka sifat Hinata yang seperti itu hanya mempermalukan keluarga, Karena itu Hinata selalu di didik agar bisa menjadi seperti keluarganya yang lain. Yahh, karena sifatnya yang lembut, Hinata tak pernah bisa menolak perintah dari keluarganya, tapi entah kenapa ia juga tak pernah bisa merubah sikapnya itu, karena itu, Hinata hanya akan bersikap angkuh ketika ia sedang bersama keluarganya.

"Baiklah Hinata-chan, tapi jika kau benar-benar tak suka dengan sekolahnya, kau bisa bilang pada paman, nanti paman akan bicarakan dengan ayahmu agar kau dipindahkan" ucap Iruka.

Hinata menggeleng "Tidak usah paman, paman kan tahu, bagiku semua sekolah sama saja.." Hinata diam sebentar untuk menarik nafas. "Yang tak kusukai bukan sekolahnya paman, tapi belajarnya, aku memang tak pernah suka belajar" Hinata melanjutkan.

Satu lagi fakta yang membuat Iruka tak percaya kalau Hinata adalah seorang Hyuuga. Normalnya semua anggota keluarga Hyuuga adalah orang-orang yang suka belajar karena itu mereka terkenal cerdas, tapi berbeda dengan Hinata, dia justru sangat benci belajar, dulu Iruka pernah bertanya kenapa Hinata sangat membenci belajar dan jawaban Hinata sungguh membuatnya terkejut.

'Belajar membuat kepalaku sakit paman'

Jawaban Hinata saat itu terngiang jelas di telinga Iruka. Tapi entah kenapa, walaupun Hinata tak suka belajar, nyatanya nilai Hinata tak pernah buruk dalam mata pelajaran apapun. Mungkin ini yang dinamakan 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya'.

"Baiklah Hina.."

Tinnn Tinnn

Suara klakson mobil mengehentikan ucapan Iruka, reflek suara itu membuat Iruka dan Hinata menoleh ke sumber suara.

Sebuah mobil sedan berwarna hitam berada tepat di belakang mobil Hinata.

Tinn Tinnn

Mobil itu membunyikan klakson lagi, dari lampu sennya yang mengarah kegerbang, Iruka tahu kalau mobil itu ingin masuk kedalam sekolah dan mobil yang di bawanya sudah menghalangi jalan masuknya. Iruka segera memberi tanda untuk menunggu sebentar kepada pengemudi yang membawa mobil itu.

"Hinata kalau ada apa-apa segera hubungi paman" ucap Iruka.

"Tentu paman, sebaiknya paman cepat sebelum orang yang membawa mobil itu marah" ucap Hinata sambil menggerakan dagunya ke arah mobil yang berhenti di belakang mobilnya.

Setelah mendengar jawaban Hinata, Iruka langsung masuk kedalam mobil dan pergi dari sana.

Beberapa menit sebelumnya..

"Tuan Sasuke, silahkan masuk" ucap seorang pria paruh baya dengan seragam supir sambil membuka pintu mobil.

Orang yang dipanggil Sasuke itu langsung masuk dan duduk di kursi belakang. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, dan Sasuke benci itu. Seminggu sebelum masuk sekolah, ayahnya menyuruh Sasuke untuk melupakan soal musik dan mulai fokus pada pelajaran bisnis yang akan diterimanya di sekolah yang sekarang. Sekolahnya yang sekarang ini adalah sekolah milik keluarganya sendiri, di sekolah ini pelajaran yang paling utama adalah pelajaran mengenai bisnis, dan hampir semua siswa yang masuk kesekolah ini adalah siswa-siswa calon pewaris perusahaan orang tua mereka masing-masing, termasuk Sasuke. Tapi ayahnya salah, kalau ia berfikir Sasuke akan dengan mudah menuruti perintahnya, Sasuke bukanlah orang yang penurut bahkan ia cenderung selalu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keinginan ayahnya, bukan karena ia membenci ayahnya atau sejenisnya, hanya saja ia tak suka ayahnya atau siapapun, melarangnya melakukan hal-hal yang dia sukai apalagi kalau itu mengenai musik.

Tinn Tinn

Suara klason mobil yang dibunyikan oleh supirnya membuyarkan lamunan Sasuke, ia baru sadar kalau sudah sampai di 'Uchiha High School' , tapi yang membuatnya bingung, kenapa supirnya tidak masuk dan malah berhenti di depan gerbang.

Tinn Tinnn

Supir Sasuke kembali membunyikan klaksonnya.

"Ada apa?"Tanya Sasuke pada pada supirnya.

"Ada mobil yang menghalangi kita, Tuan" jawab supirnya itu. Reflek Sasuke melirik keluar kaca mobil. Diluar ia melihat seorang pria memberi tanda kepada supirnya untuk menunggu sebentar, kemudian pria itu kembali menoleh kearah gadisyang berdiri didepannya. Dilihat dari seragam gadis itu, Sasuke tahu bahwa dia adalah siswi 'Uchiha High School' tapi Sasuke tak bisa melihat wajahnya dengan jelas, dari tempatnya duduk sekarang, Sasuke hanya bisa melihat wajah tampak sampingnya dan rambut indigo panjang yang digerai begitu saja. Tak lama, Sasuke melihat gadis itu menunjuk mobilnya menggunakan dagu sambil mengucapkan sesuatu kepada pria yang berdiri dihadapan gadis itu, kemudian pria yang berdiri dihadapan gadis itu langsung masuk ke mobil

"Aku turun disini saja" ucap Sasuke kepada supirnya, ia sudah malas menunggu, lagipula ia hanya tinggal masuk kegerbang saja.

"Baiklah, Tuan" balas supir Sasuke. Kemudian Sasuke turun dari mobilnya dan berjalan masuk kesekolah.

Sasuke menghentikan langkahnya tepat dibelakang gadis berambut indigo tadi, bukan karena ia ingin berkenalan dengan gadis ini atau ia tertarik dengan gadis ini, hanya saja… gadis didepannya ini bertingkah aneh dan tingkahnya itu membuat Sasuke menghentikan langkahnya. Bukannya masuk, gadis didepannya ini malah berdiri didepan gerbang sambil menatap tulisan 'Uchiha High School'yang berada di atas gerbang. Sasuke mendongakkan kepalanya untuk mengikuti arah pandangan gadis itu, ia penasaran apa yang menarik dari tulisan itu, apakah ada yang salah dengan tulisan itu, atau ada huruf yang hilang? Tidak mungkin, mana mungkin ada huruf yang hilang. Uchiha High School adalah sekolah dengan fasilitas terbaik, jangankan hilang, jika salah satu huruf yang ada ditulisan itu rusak sedikit saja, pasti akan langsung diperbaiki, apalagi kalau sampai hurufnya hilang. Sasuke mengamati tulisan itu dan sesuai dugaannya, ia tak menemukan sesuatu yang aneh dari tulisan itu, lalu apa yang membuat gadis didepannya ini sangat lama memandangi tulisan itu?

Sasuke menghembuskan nafasnya, entah kenapa ia merasa dirinya yang mulai aneh. Sejak kapan dia peduli dengan orang lain? Apalagi orang yang bahkan belum dikenalnya seperti sekarang. Sasuke menggelengkan kepalanya pelan kemudian ia berjalan melewati gadis berambut indigo itu.

Entah sudah berapa kali Hinata menghembuskan nafasnya sambil melihat tulisan 'Uchiha High School', yahh sekolah dengan fasilitas terbagus seKonoha, dengan siswa-siswi yang Hinata yakin sangat cerdas, mengingat tadi tak sengaja Hinata mendengar dua orang siswa berjalan melewatinya sambil membicarakan bagaimana menjalankan bisnis keluarga masing-masing, dan itu cukup membuat Hinata semakin menganggap sekolah itu menyeramkan, menakutkan, mengerikan, atau kata apapun yang membuat sekolah sederajat dengan sarang hantu.

Kringgg Kringgg

Bel masuk sudah berbunyi.

Dikelas X-4. Hinata masuk kedalam kelasnya kemudian ia mengedarkan pandangannya untuk mencari bangku kosong. Ketemu, di barisan keempat dan bangku nomor empat, bangku itu berada di paling pojok dan dekat dengan jendela yang memperlihatkan langsung pemandangan taman belakang sekolah yang dipenuhi berbagai macam Bunga dan pohon-pohon rindang, Hinata berjalan kebangku itu sambil tersenyum, setidaknya ia bisa belajar sambil melihat pemandangan indah yang tersaji di samping tempat duduknya.

"Hai, namamu siapa? Aku Yamanaka Ino" ucap seseorang yang berdiri di samping Hinata. Hinata sedikit terkejut karena mendengar suara yang tiba-tiba muncul itu, tapi kemudian ia menoleh untuk melihat orang yang berbicara.

"A..aku.." Hinata sedikit ragu untuk memberitahu namanya apalagi saat ia sadar bahwa semua siswa di kelas ini juga sedang menatapnya, sepertinya memang hanya dirinya saja yang belum berkenalan dengan siswa disini, mengingat ia baru masuk saat bel sudah berbunyi.

"Ya?" ucap Ino yang sepertinya mulai tak sabar.

"Aku.. Hyuuga Hinata" ucap Hinata.

Deg..

Ini yang paling Hinata benci, saat orang-orang tahu siapa dirinya, pasti tatapan mereka yang awalnya senang melihat teman baru berubah menjadi tatapan kagum, dan itu berarti Hinata tidak boleh menjadi dirinya sendiri, dia harus menjadi seorang Hyuuga pada umumnya, karena kalau ia tidak bersikap seperti seorang Hyuuga, pasti tatapan kagum itu akan berubah menjadi tatapan meremehkan dan kalau ayahnya tahu mengenai itu, Hinata yakin dia akan dimarahi habis-habisan.

Rasa sesak memenuhi dada Hinata, selalu seperti ini, Hinata tak pernah sekalipun merasa bebas seumur hidupnya. Ingin sekali ia menangis, tapi tentu saja itu tak boleh, Hyuuga tak boleh lemah, karna itu Hinata sekarang menutupi perasaan sedihnya dengan senyuman palsu, senyuman yang menunjukkan kalau dirinya seorang Hyuuga yang anggun.

Jam Istirahat.

Dikelas X-1. Sasuke duduk dibangkunya sambil memandang keluar jendela yang menunjukan taman belakang sekolah.

"Siapa namamu?" tanya seseorang yang duduk di depan Sasuke.

"Uchiha Sasuke" jawab Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari taman belakang.

"Benarkah? Namamu seperti nama sekolah kita" ucap orang itu.

'Tentu saja, sekolah ini memang milik keluargaku' jawab Sasuke dalam hati.

"Atau jangan-jangan kau memang anak dari pemilik sekolah ini" ucap orang itu lagi.

'Memang benar' Sasuke membenarkan didalam hati.

"Oh iya, namaku Uzumaki Naruto" orang itu memperkenalkan diri. "Eumm Sasuke, kau itu artis Ya?" tanya Naruto ragu.

Kali ini Sasuke menoleh untuk melihat Naruto, ia penasaran apa yang membuat Naruto berpikir seperti itu, ia tahu dirinya memang tampan tapi tidak semua orang tampan menjadi artis kan? Sasuke melihat Naruto sedang memandang ngeri ke arah pintu masuk kelas, karena penasaran Sasuke ikut melihat arah yang sama.

Sasuke menghela nafas ketika melihat apa yang terjadi, siswi-siswi entah dari kelas mana sedang berkumpul didepan kelasnya dan memandangnya dengan tatapan yang menurut mereka manis tapi bagi Sasuke itu menyeramkan ditambah senyum manis yang dibuat-buat, dan itu membuat mereka lebih terlihat seperti nenek lampir, dan Sasuke rasa Naruto juga setuju dengan pendapat itu.

"Sasuke, katakan padaku, kau itu actor, model, penyanyi atau apa?" Naruto bertanya tanpa mengalihkan tatapan ngerinya ke depan pintu kelasnya. "Atau jangan-jangan kau itu dukun, kenapa banyak sekali nenek lampir disini?" lanjut Naruto.

Sasuke menahan tawanya ketika mendengar Naruto juga menggambarkan siswi-siswi itu seperti nenek lampir.

"Aku bukan artis, dan aku juga bukan dukun" jawab Sasuke.

"Lalu? Mereka siapa?" tanya Naruto yang mulai tak betah dengan tatapan dari beberapa siswi itu, bukan hanya yang diluar yang didalam kelas pun melakukan hal yang sama.

"Aku tidak tahu" Baru saja Sasuke menjawab, salah seorang siswi masuk kedalam kelasnya sambil membawa bungkusan.

"Kau Uchiha Sasuke kan?" Tanya Siswi yang masuk itu. "I..ini untukmu?" siswi itu memberikan bungkusan yang tadi dibawanya kepada Sasuke. Sasuke mengambil dan meletakkannya di meja.

Melihat Sasuke menerima bungkusan dari siswi itu, membuat siswi yang lain ikut masuk dan memberikan bungkusan-bungkusan yang mereka bawa kepada Sasuke. Tentu saja itu membuat Sasuke kewalahan, sebenarnya dia sudah terbiasa dengan hal ini tapi tetap saja kalau siswi-siswi ini mengerubunginya seperti sekarang, Sasuke akan terganggu.

"Bisakah kalian menyingkir!" Sasuke mendesisi tajam, Naruto yang berada didepannya sedikit terkejut ketika mendengar suara Sasuke yang terdengar seperti ingin membunuh seseorang, tapi berbeda dengan siswi-siswi yang mengerubungi Sasuke, mereka justru semakin histeris dan semakin mendekati Sasuke.

Naruto yang melihat bangkunya sudah mulai tak aman, karena siswi-siswi itu sudah mulai memenuhi bangkunya yang berada di depan Sasuke, memilih untuk mengambil langkah seribu. Baru saja Naruto bersiap untuk pergi, Sasuke keburu menarik kerah bajunya. Naruto terkejut, kemudian ia menoleh ke arah Sasuke.

"Kau mau kemana?" Tanya Sasuke pada Naruto.

"Tentu saja kabur" jawab Naruto yakin.

"Bantu aku kabur juga" ucap Sasuke datar, Naruto sedikit jengkel padahal jelas-jelas Sasuke sedang meminta tolong seharusnya Sasuke meminta dengan nada yang sedikit memelas bukannya datar seperti sekarang. Tapi Naruto berusaha tak peduli tentang masalah itu sekarang, yang terpenting dia harus memikirkan cara mereka kabur.

"Ahhh gadis-gadis" Naruto mencoba untuk meminta perhatian dari siswi-siswi yang tengah mengerubungi bangkunya dan Sasuke. Berhasil, mereka semua kini menatap Naruto walaupun dengan tatapan jengkel.

"Eumm Bagaimana jika, kalian berbaris disana" Naruto menunjuk tempat kosong yang berada di depan mejanya ragu. Sasuke tak mengerti dengan ucapan Naruto, bukankah barusan Sasuke meminta Naruto untuk mencari cara kabur, sekarang kenapa dia malah menawarkan sesuatu yang aneh, dan sepertinya siswi-siswi disini juga sama tak mengertinya dengan Sasuke.

"Begini, kalau kalian memberikannya bersamaan seperti ini, aku yakin Sasuke tidak akan menerimanya, jadi lebih baik kalian berbaris disana dan memberinya hadiah kalian satu persatu" Naruto menjelaskan. Sasuke memandang Naruto dengan tatapan kesal, bagaimana tidak, ia sangat ingat, barusan ia meminta bantuan untuk kabur, tapi sekarang Naruto malah membantu siswi-siswi ini.

Dan sepertinya, ide itu dapat diterima dengan baik oleh gadis-gadis yang sedang mengerubungi Sasuke, itu terlihat dari mereka yang satu-persatu mulai menyingkir dan mulai berbaris. Disaat siswi-siswi itu sedang sibuk berbaris, Naruto memberi kode kepada Sasuke untuk segera kabur, Sasuke yang memang dasarnya pintar langsung mengerti maksud Naruto, kemudian mereka berdua berlari keluar kelas dan meninggalkan siswi-siswi yang mulai histeris karena sadar bahwa mereka baru saja ditipu.

Sasuke dan Naruto berlari keluar keras, dari belakang mereka mendengar suara teriakan dari gadis-gadis yang sepertinya mengejar mereka atau lebih tepatnya mengejar Sasuke. Mereka berlari hingga sampai di pertigaan koridor sekolah, disana, Sasuke dan Naruto mulai berpisah. Sasuke berbelok kearah kiri sedangkan Naruto berbelok kearah kanan.

Sasuke masih terus berlari saat ia masih mendengar suara teriakan dari siswi-siswi itu. Ia menaiki sebuah tangga yang ada dihadapannya kemudian ia sampai di sebuah koridor, entah itu koridor untuk ruang apa, Sasuke bahkan sudah tak tahu ia ada dimana sekarang, meskipun Uchiha High School adalah sekolah milik keluarganya, ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di sekolah ini jadi ia belum sepenuhnya hafal dengan semua seluk-beluk sekolah ini.

Sasuke mengernyit ketika ia melihat lorong kecil, mungkin hanya bisa dilewati oleh dua orang saja. Sasuke memasuki lorong gelap itu, ia berjalan perlahan, karena sekarang ia tak bisa melihat jalan dengan leluasa megingat lorong ini gelap, ia tak mau mengambil resiko terpeleset atau jatuh konyol.

Deg.. jantung Sasuke terasa berhenti untuk sesaat ketika ia mendengar suara dentingan piano mengalun di sekitar lorong itu, suara dentingan piano itu sedikit kasar tapi entah kenapa Sasuke menyukainya. Sasuke berjalan mendekati sumber suara, hingga dia berhenti tepat didepan sebuah pintu berwarna kuning, Sasuke sangat yakin suara yang ia dengar berasal dari balik pintu ini. Kali ini Sasuke mendengar suara seorang gadis bernyanyi,mengikuti irama yang dihasilkan oleh dentingan piano yang dimainkan, suara gadis itu sangat lembut berbanding terbalik dengan suara kasar yang dihasilkan pianonya. Suara itu mengingatkan Sasuke pada seseorang, yahh suaranya sangat mirip dengan orang itu. Sasuke terlena, ia merasa dirinya akan terlempar kedalam masa lalunya. Tapi Sasuke segera menepis pemikiran itu, ia tak mau mengingat kembali masa lalunya, setidaknya tidak untuk sekarang. Tapi, suara gadis ini membuat Sasuke penasaran, dengan perlahan Sasuke memutar knop pintu dihadapannya ini, ia tak mau menimbulkan suara sedikitpun yang akhirnya malah mengganggu nyanyian gadis itu.

Sasuke membuka pintu itu, tapi sebelum ia sempat melihat siapa orang yang bernyanyi, ia sudah dikejutkan oleh suara para nenek lampir yang tadi mengejarnya, dengan panik Sasuke menutup lagi pintunnya kemudian ia mulai berlari lagi, kali ini ia tak peduli akan terpeleset di lorong gelap ini, setidaknya itu lebih baik daripada dikelilingi oleh para nenek lampir yang sudah gila. Sasuke menemukan cahaya diujung lorong, cahaya yang sangat terang, dengan cepat Sasuke menuju kearah cahaya itu.

Sasuke berhenti berlari ketika ia berhasil keluar dari lorong itu, kali ini ia menatap kagum pada pandangan yang tersaji dihadapannya. Disini banyak seklai pohon-pohon rindang yang ditanam oleh orang-orang yang sudah ahli.

"Bukankah ini taman belakang sekolah?" Tanya Sasuke pada dirinya sendiri. "Jadi lorong gelap itu, bisa membawa orang ketempat yang indah" lanjut Sasuke tak percaya.

Dengan ekspresi tak percayanya Sasuke memandangi taman belakang sekolah yang terlihat nyaman dan aman untuk bersembunyi dari para nenek lampir itu.

Ditempat lain, seorang gadis masih menyanyikan lagunya dengan penuh penghayatan. Ia memejamkan matanya sambil memainkan piano yang sepertinya sudah lama tak terpakai. Setiap baitnya ia nyanyikan dengan penuh perasaan, siapapun yang mendengarnya bernyanyi pasti akan terlena dan ikut merasakan emosi yang dirasakan gadis itu.

Ting..

Gadis itu menekan tuts piano untuk terakhir kalinya pertanda berakhirnya lagu yang dinyanyikan, setelah itu ia memandang piano dihadapannya dengan senyum yang mengembang, sebuah senyum bahagia yang jarang sekali ia tunjukkan.

Ditaman belakang, Sasuke masih memandangi taman ini dengan senyum tipis diwajahnya. Senyum pertama yang ditunjukkannya semenjak hari itu..

TBC

Halooo minna… ini fict baru Ita *padahal yang lama aja belum beres*

Yahh, karena bentar lagi liburan, dan Ita juga udah mau nyelesaiin fict yang lama, jadi tiba-tiba Ita pengen buat fict lagi untuk menemani Ita selama liburan nanti *maksudnya biar Ita ada kerjaan* soalnya Liburan ini Ita gak kemana-mana hehehe *Curhat*

Oke udah cukup bercurhat-curhat ria nya :D

Semoga kalian suka *berharap banget* kalau gak suka sama fict ini atau sama Itanya boleh kritik dan sarannya…

Oke sampai ketemu di chap 2….