Bang Young Ran Present :
#
PSYCHO
Part 6
(2BANGHIM/ZECHAN)
#
-
-
Pip,
Pip,
Pip...
"Kondisinya sudah cukup stabil. Sekarang Tn. Kim berada dalam pengaruh obat. Dia akan tertidur selama dua hingga tiga jam ke depan. Kuharap, salah satu dari kalian tetap berada di sampingnya saat Tn. Kim tersadar. Dia akan... histeris jika tidak melihat seseorang yang dikenalnya."
Dae Hyun meremas erat tangan sang namjachingu dalam genggamannya. Pikirannya bercampur-aduk, jantung berdebar kacau, serta nafas memburu. Untuk kali ini, ia merasakan dorongan keras untuk melakukan sesuatu. Dae Hyun, ingin memukul seseorang. Entah itu Bang Yong Guk, atau seseorang bernama Bang Zelo, Dae Hyun bersumpah akan memukul namja biadab itu hingga babak belur. Tubuhnya memang tidak begitu tinggi, tapi, Dae Hyun yakin dengan kekuatan otot-otot yang ia bangun.
"Dae... k – hiks! Kenapa j-jadi... hiks, begini?! Hime Hyung... hiks~"
Young Jae tidak kuasa menahan air mata. Sepeninggal dokter, namja manis berpipi chubby itu bahkan langsung menghempas duduk pada kursi rendah di samping brankar. Matanya tidak lepas menatapi pemandangan menyedihkan, dimana sesosok makhluk cantik, berbaring tidak berdaya; sebagian besar tubuhnya berbalut kain perban, berbagai mesin serta peralatan canggih terpasang, mengabarkan kehidupan kecil dalam bunyi 'pip' sederhana.
Him Chan masih hidup.
Setidaknya.
Meski beberapa luka sayatan menghiasi lengannya. Meski salah satu dari sayatan tersebut cukup dalam, nyaris memutus urat nadi pada pergelangannya. Meski... beberapa bagian dari kulit yang selalu mulus itu sekarang... melepuh.
"Oh, God... kenapa kau me-melakukan ini, Hime Hyung?! Kau tidak se-seha – hiks! Seharusnya bertindak bodoh! Hiks..."
Dae Hyun berjongkok di hadapan sang kekasih, membuat tangan mereka bergenggaman di atas paha namja manis itu. "Baby, calm down. Kita akan menemukan cara untuk keluar dari kekacauan ini, ingat? Kita bersama. Kita akan menyelamatkan Hime Hyung dari namja psikopat itu. Tapi saat ini, Hime Hyung membutuhkan kita di sisinya. Bersamanya. Jadi kumohon, Baby, tenanglah, oke? Hal terakhir yang harus Hime Hyung lihat dari kita adalah air mata disertai ratapan. Ne~?"
Bujukan lembut tersebut bagai hembusan angin sejuk di tengah teriknya mentari. Hal itu pula lah yang menyebabkan kepala Young Jae mengangguk cepat, diikuti setelahnya Dae Hyun yang bangkit dan membungkuk, mengecup keningnya lama. Kemudian namja itu menyapu aliran kristal bening yang menganak sungai di kedua pipi chubby Young Jae; berbisik, kalau semua akan kembali seperti semula.
Tapi...
Benarkah?
#########^3^#########
Mozaik foto..., tiga brankar kayu berjajar membosankan di tengah-tengah ruangan..., beberapa kaca lonjong yang menggantung, seolah menjadi tanda pemisah di setiap ranjang..., meja kayu antik...
Oh, itu sudah biasa!
Yang menjadi pembeda dan paling menarik perhatian Natasha adalah... beberapa set monitor serta speaker kecil di sudut lain ruangan. Layar monitor menampilkan pemandangan berbeda-beda; pemandangan ruang-demi-ruang sebuah rumah, dengan dekorasi familiar.
Itu rumah tetangga mereka.
Her dongsaengs' Uri Beautiful.
Kim Him Chan.
"Huwwaaaaaah~! THIS IS AWESOME! Where you got the idea to put on the cameras in his house? Such creative!" pekik Natasha heboh. Monitor ditatapinya satu-per-satu bak yeoja di tengah butik tas ber-merk. Ketiga adiknya bahkan tidak tahu kalau Natasha bisa memperlihatkan aegyo dengan kedua tangan di pipi dan bibir membulat. "Tapi... Uri Beautiful kalian di mana? Aku tidak melihatnya di manapun..."
"Huft, dia menginap di rumah Dae Hyun, Noona." Yong Guk menjawab sembari memeriksa pengaturan monitor yang tengah Natasha patuti—salah satu kamera di kamar Him Chan. Hmm... bahkan sampai sekarang, Yong Guk masih dapat membayangkan saat dirinya tidur dengan nyaman di dalam kamar beraroma strawberry itu. Kamar yang menyimbolkan segala pribadi Him Chan. Kamar di mana makhluk cantik tersebut tidur, menghabiskan waktu, dan... membuka pakaian...
"... Guk? Earth to Bang Yong Guk, are you still with us, Lil' Bro?" Natasha menjentikkan jemari berkali-kali di depan wajah sang namdongsaeng yang terlihat... melamun? Ne, a daydreaming, for eaxactly. "Uri Namie here, just asking you, Gukie, why are you sounded so sure that Him Chan was stay in this 'Dae Hyun someone' home?" ungkapnya, mengulang pertanyaan Yong Nam yang tidak ditangkap sedikitpun oleh Yong Guk.
"Ne! Kenapa kau begitu yakin Uri Beautiful bersama Dae Hyun?!" Yong Nam menuntut dengan suara tinggi, seperti biasanya. Dan bukan Bang Zelo namanya kalau remaja bertubuh tinggi itu akan melewatkan kesempatan untuk sekedar berdecih penuh cemooh atas sikap barbar kakak tertua nomor 2 di keluarga Bang tersebut.
"Karena mereka memata-mataiku di kampus kemarin."
Singkat.
Datar.
Namun menghebohkan.
(("MWO?!"))
Yong Nam dan Zelo terpekik bersamaan. Keduanya bahkan membungkuk, menumpukan seluruh berat tubuh pada telapak tangan yang menggebrak sisi lain meja monitor.
"Apa maksudmu dengan 'memata-matai'?"
Yong Guk dapat melihat ke-ingin-tahuan besar yang begitu menuntut dari mata tajam familiar di hadapannya. Well, Yong Nam bukanlah tipe 'penyabar'. Yong Guk tahu itu—ralat, seluruh dunia mengetahuinya. "Mereka dipergok oleh dosenku saat mengintip dari kelas sebelah. Aku melihat sendiri ada Uri Beautiful dan temannya Dae Hyun di sana. Ah, dan juga seorang anak bernama Young Jae. Young Jae adalah hoobae-ku di univeritas. Setelah kuselidiki lebih jauh, aku mendapat informasi kalau Young Jae dan Dae Hyun berkencan. Dan aku yakin, Young Jae lah yang mengantarkan Uri Beautiful mengambil kesimpulan untuk memata-mataiku. Kalian tahu sendiri, aku meninggalkan 'pesan' untuk Uri Beautiful menggunakan nama asli. Jadi..."
"Jadi kau adalah tersangka utama yang patut dicurigai." Natasha menyelesaikan sembari menyilangkan kaki anggun. Yeoja itu telah duduk nyaman di tepian salah satu brankar. Kedua lengannya menyilang di bawah dada. "Tapi mereka tidak punya cukup bukti, 'kan? Mereka hanya akan sampai pada kesimpulan, bahwa kau Gukie, hanyalah seseorang bernama sama, namun, jauh berbeda dengan 'si tersangka'."
Lagi-lagi Natasha memprediksi semua dengan cerdas. Zelo menceritakan semua 'masterpiece' yang telah ketiganya lakukan secara mendetail saat menaiki tangga. Tiada satu kalimat pun, yang terlewat tanpa senyum puas dan bangga dari Natasha.
"Mungkin sebaiknya malam ini kau tidak ke club, Guk-ah. Aku yakin, mereka akan memata-mataimu juga di sana."
"Kkkk~" Zelo terkikik, senyuman miring menghiasi wajahnya. "Mereka tidak akan datang ke club," ucapnya sambil lalu, meninggalkan sisi Yong Nam untuk duduk di tepian brankar bersama Natasha.
"Wae? Apa-apaan sikap angkuhmu itu!? Jangan sok tahu, Bocah!"
"Kenapa kau sangat yakin kalau mereka tidak akan datang ke club, Zelo?"
Zelo sangat benci dengan nada yang Yong Guk gunakan saat ini padanya; seolah ia hanyalah remaja labil yang membutuhkan sebuah bujukan pelan agar mau berbicara. "Tsk! Jangan menggunakan nada itu saat berbicara denganku, Hyung," sergahnya jengkel. "Aku sangat yakin karena, seperti yang Noona katakan, mereka akan sampai pada kesimpulan bahwa si tersangka dan Yong Guk Hyung adalah orang yang berbeda. Mereka tidak mempunyai alasan untuk memata-matainya lagi. Apalagi datang ke club!"
"Tcih! Meski terdengar dangkal, kurasa kau benar, Bocah."
"Ini disebut analisis sederhana namun cerdas. Bukannya dangkal, You Dickhead."
~~~~~~~p(=+.+=)(=0o0=)7~~~~~~~
"Daehyunie?"
"N-ne, Ahjumma?"
Glup~
Dae Hyun menelan saliva kasar. Dari semua waktu yang ada, Ahjumma Kim, ibu Him Chan, malah menghubunginya di saat-saat seperti ini. Tidak ada pilihan lain, apapun yang terjadi nanti, Dae Hyun harus mempersiapkan mentalnya untuk berbohong. Secara wajar.
"Oh, syukurlah, ahjumma pikir terjadi sesuatu! Dari kemarin ahjumma menghubungi telepon rumah tapi tidak ada yang mengangkat. Handphone Himchanie juga! Apa Himchanie menginap di tempatmu, Daehyunie?"
O-ow...
"Uh... oh, ne! Ne, Ahjumma! Him Chan Hyung dari kemarin menginap di tempatku. Dan seingatku, dia memang tidak membawa handphone kesini. Mungkin Him Chan Hyung lupa membawanya?" Dae Hyun menggigit bibir bawahnya keras, seolah menghukum diri sendiri karena telah berbohong pada orang sebaik Ny. Kim.
"Tsk, itu mungkin saja, Daehyunie. Ukh! Anak itu selalu saja teledor. Kau tahu? Dia bahkan lupa mengirimi ahjumma email yang waktu itu ahjumma minta padanya! Untung, saja, rapat ahjussi ditunda hingga minggu depan oleh rekan bisnisnya. Kalau tidak?! Ugh... oh, ya, mana Himchanie? Ahjumma ingin berbicara dengannya."
Deg!
Aigo, apa yang harus Dae Hyun lakukan?! Him Chan masih tertidur pulas dalam pengaruh obat di kamarnya, dan, Dae Hyun tidak yakin, Him Chan akan mampu berbicara begitu ia terbangun. Bahkan, Dae Hyun ragu apakah namja cantik itu akan bersikap 'normal' saat ia bangun nanti.
'Ayo berpikir cepat, Jung Dae Hyun...! Pikirkan sesuatu, Babbo!' batin namja tampan berbibir penuh ini menggurui dirinya sendiri.
"Daehyunie?"
"Ah, eh, maaf, Ahjumma. Him Chan Hyung baru saja pergi keluar bersama Young Jae."
"Omo, geure?! Yah... padahal ahjumma ingin menyampaikan berita penting!"
Berita penting?
"Berita penting apa, Ahjumma? Mungkin aku bisa menyampaikannya pada Him Chan Hyung nanti?"
"Ahjumma dan ahjussi terpaksa memperpanjang jadwal kami disini, Daehyunie. Mungkin seminggu lagi, atau bahkan lebih. Rekan bisnis ahjussi memundurkan jadwal rapatnya. Err... menurutmu Himchanie akan baik-baik saja kami tinggal selama itu?"
DEG.
Jantung Dae Hyun bagai disentak kasar. Tidak, tentu saja Him Chan tidak baik-baik saja. Bahkan ini belum seminggu... "T-tentu saja, Ahjumma. A – hik!" Dae Hyun secepat mungkin menutup mulutnya dengan telapak tangan. Terkejut karena sebuah isakan nyaris lolos dari sana. Ia sama sekali tidak menyadari kalau saat ini matanya menghangat oleh genangan kristal bening. Ia menangis.
"Daehyunie? Kau baik-baik saja, Honey? Kau cegukan, ne? Sudah berapa kali ahjumma bilang agar meminum air yang banyak saat kau makan!? Aigoo..."
Suara lembut keibuan di seberang sana semakin membuat air mata mengaliri pipi Dae Hyun deras. Ny. Kim adalah orang baik dan penyayang. Tn. Kim juga begitu. Kenyataannya, Him Chan dan orang tuanya adalah orang baik dan penyayang. Mereka tidak pantas mengalami musibah seperti ini. Terlebih Him Chan. Apa hyung-nya yang cantik itu akan bisa kembali seperti dulu? Kim Him Chan yang manja, cerewet, dan dipenuhi aegyo? Akankah?
Memikirkan semua itu, membuat bibir Dae Hyun semakin bergetar. Sekuat tenaga ditelannya gumpalan tak kasat mata dari tenggorokan dan berucap dengan lirih, "N-ne ... Mianhe, A-Ahjumma. La-lain kali ... a-aku akan menuruti n-nasehatmu."
"Kkkk, bagus...! Nah, kalau begitu, Daehyunie, ahjumma minta tolong padamu dan Young Jae, ya? Tolong jaga Uri-Himchanie selama kami tidak ada. Okay?"
"N-ne, Ahjumma. Aku..." Dae Hyun berhenti untuk menjauhkan handphone. Isakan lirih tidak mampu dibendungnya. Setelah beberapa saat, setelah berhasil memaksa isakannya mereda, barulah Dae Hyun kembali membawa handphone ke telinga, melanjutkan kebohongan menyakitkan yang terpaksa diucapkannya. "Aku dan Young Jae akan menjaga dan menemani Him Chan Hyung selama kalian tidak ada."
Bohong.
Mereka—ia dan Young Jae—jelas telah gagal dalam menjaga Him Chan. Lihatlah apa yang ada di balik pintu yang tengah ia senderi ini. Di atas brankar, makhluk cantik yang biasanya mereka kenal dengan nama Kim Him Chan, saat ini berbaring lemah. Beberapa luka dan lebam menghiasi kulit putihnya.
They're failed. Badly. Miserably.
"Gumawoyo, Daehyunie~! Sampaikan salam ahjumma pada Young Jae, ya?! Dan, katakan pada Himchanie untuk menghubungi ahjumma secepatnya, arra?"
Berbalik, Dae Hyun tidak langsung menjawab. Sejenak matanya menatapi kaca intip berbentuk persegi di pintu; menatap Him Chan di dalamnya. Nanar. "Ne, Ahjumma. Akan kusampaikan ."
"Bye, Daehyunie~!"
Tut.
"... kalau Hime Hyung sudah sadar."
Hanya bisikan lirih Dae Hyun yang terdengar memenuhi koridor sepi rumah sakit.
Pip.
Pip.
Pip.
Dan suara mesin yang tiada henti menyuarakan detak jantung Him Chan.
~~~~~~~p(=+.+=)(=0o0=)7~~~~~~~
"Bang Yong Guk?"
"Ne, Ny. Lee. Mahasiswa semester akhir, Bang Yong Guk. Aku membutuhkan datanya."
"Untuk apa? Aku tidak bisa memberikan data seorang mahasiswa begitu saja kepada mahasiswa lainnya."
Young Jae sudah menduganya; meminta data mahasiswa kepada pegawai TU bukanlah perkara mudah. Di film, orang-orang akan mulai melakukan tindakan terlarang seperti menelusup ke dalam ruang tata usaha pada malam hari. Tapi Young Jae? Oh, dia jauh lebih cerdas dari itu.
"Aku ingin mengetahui dimana alamat Bang Yong Guk Sunbae-nim, Ny. Lee. Ada tugas merakit mesin portabel yang sulit kupecahkan. Aku ingin belajar darinya. Anda tahu sendiri, Bang Yong Guk Sunbae-nim adalah mahasiswa tercerdas di kampus ini."
"Kenapa kau tidak menanyakan langsung padanya?"
"Sangat sulit bertemu Bang Yong Guk Sunbae-nim, Ny. Lee. Dia adalah orang yang sibuk."
Smooth.
Tidak ada satu pun orang yang akan menyangka kalau baru saja Young Jae berkata bohong. Toh, namja manis itu berkata dengan santainya; tanpa bergetar, bahkan anehnya, terkesan begitu innocent karena mata doe-nya menatap lurus si petugas tata usaha. Mungkin, jika Yoo Young Jae berkata kalau dia baru saja melihat sebuah UFO sekalipun, orang-orang akan mengangguk percaya.
"Oh. Baiklah."
Nah!
"Tapi... kau bisa mencari sendiri? Hari ini aku sibuk sekali."
Itulah yang Young Jae tunggu-tunggu!
"Tentu, Ny. Lee. Err... dimana aku harus mencarinya?"
"Di lemari itu. Kau bisa menggunakan tangga kecil disana."
Young Jae mengikuti arah telunjuk Ny. Kim. Tepat di ruang belakang, di dekat seperangkat komputer dan mesin fotocopy, sebuah lemari loker tinggi berada. Lemari itu begitu besar, nyaris menutupi satu sisi dinding ruang tata usaha.
'Wow. That's gonna be a long, tiring search.'
#########^3^#########
"Hum, hum, humm~"
Zelo tiada henti menggumamkan senandung untuk mengiringi pergerakan, serta liukan lincah tubuhnya. Ia baru saja selesai mandi, topless, hanya mengenakan sepotong skinny jeans hitam, dan menari. Bang Zelo adalah penari handal. Tubuh tinggi dan kaki jenjangnya membuat setiap gerakan yang ia lakukan terkesan indah; simpel, namun sulit untuk diikuti. Hanya hobi. Zelo selalu menjawab demikian tiap kali dirinya ditanya.
"Omo, kau terlihat senang sekali, My Jello. Apa kau sedang merayakan sesuatu?" Natasha memasuki kamar mandi. Sebatang rokok terselip di antara jemari, matanya tampak riang memperhatikan gerakan lincah sang adik di depan wastafel, tepat menghadap kaca. "Kau harus menceritakannya pada noona! Kau tahu, 'kan, dari dulu noona sangat suka mendengar ceritamu?"
Menghentikan tariannya, Zelo menyeringai, menyandarkan tubuh belakang pada wastafel keramik, lalu meraih ke arah tangan Natasha yang memegangi kotak rokok. Ia mengeluarkan sebatang stik kanker itu, menyelipkannya di antara belahan bibir, dan menyalakannya dengan mendekatkan puncak rokoknya dengan rokok sang noona.
Zelo menghisap penuh stik kanker di antara belahan bibirnya, mendongak, lalu menghembuskan asap putih ke udara sebelum berkata, "Noona, aku telah melakukan sesuatu yang sangat, sangat buruk. Yang sama sekali tidak kusesali."
Yah, seperti yang Zelo ungkapkan, dia tidak menyesal. Terbukti dari senyuman menerawang dan mata terpejamnya. Ia damai. Bang Zelo merasa damai.
"O my, o my... Natasha Noona suka perbuatan buruk!" Natasha berkata excited sembari bertepuk tangan riang, bersikap layaknya yeoja normal pada umumnya meskipun 'apa' yang dibahas, sama sekali jauh dari kata normal. "Apa ini berhubungan dengan Beautiful?"
"Kkkkk~ ne."
Mendudukkan diri di atas wastafel keramik, tepat di samping Zelo, Natasha memainkan kakinya yang menggantung; menendangi udara. "Tell me! Now!" perintahnya tidak sabar.
Ketidak-sabaran sang noona membuat Zelo kembali terkikik. Didekatinya telinga yang dihiasi beberapa tindikan itu, "kemarin malam... aku dan Beautiful... bercinta~" bisiknya berdendang.
Natasha sontak menarik nafas terkesiap. Mata sipit yeoja itu terbelalak lebar. "KAU BERCINTA DENGAN BEAUTIFUL!?" Natasha berteriak begitu saja, namun sesaat kemudian ia tersadar dan menutup mulutnya. Kemudian dengan pelan dan berhati-hati, kembali didekatinya Zelo sembari balas berbisik. "Bagaimana bisa? Maksudku, bagaimana caranya kau melakukan itu hingga tidak diketahui Gukie dan Namie?"
Mata yang terbelalak milik sang noona tampak begitu penasaran. Ne, tentu saja Natasha penasaran. Sangat, sangat penasaran. Seperti yang dikatakannya, Natasha Bang, sangat menyukai perbuatan buruk—baik itu mendengar, ataupun melakukannya sendiri.
"Aku lebih cerdik dari kedua saudara kembar itu, Noona." Zelo akhirnya menjawab, menambah ke-takjub-an Natasha padanya.
"Hahaha, maksudmu sebenarnya, kau lebih licik dari mereka, 'kan?"
Well, Natasha memang tahu segalanya.
"Yeah, begitulah. Saat itu... dari teropong aku melihat Beautiful berjalan mengendap-endap memasuki teras rumahnya. Memanfaatkan kesempatan saat Yong Nam dan Yong Guk pergi kuliah, aku melompati pagar dan diam-diam memasuki rumah Beautiful melewati pintu belakang. Aku mengamati pergerakannya dari ruang tamu. Beautiful berdiri kebingungan di depan kotak surat. Kurasa dia mencari sesuatu. Dia masuk ke dalam rumah dan... aku menyergapnya." Zelo menjelaskan secara singkat kejadian dua hari yang lalu sembari menerawang. Ia tersenyum. Perlahan kembali dihisapnya stik kanker di antara jemari, lalu dengan damai menghembuskan asap putih ke langit-langit. "Kau tahu, Noona? Beautiful sangat cantik. Jauh, jauh lebih cantik dari apa yang selama ini ku-abadikan di kamera. Kulitnya sangat putih, kenyal, dan mulus. Hmmh... seperti kulit bayi."
"Benarkah? Semulus itu?"
"Eum! Saat aku menyentuhnya, aku hanya ingin menandai setiap inci kulitnya dengan kissmark. Kkkk~ dia bahkan mendesah, terus-menerus memanggil namaku dengan merdu. Oh, aku masih dapat mendengarkannya di kepalaku. His beautiful moans... he's perfect, Noona. Perfect."
Natasha ikut tersenyum, bangga, layaknya seorang umma yang tengah menyaksikan kelincahan anaknya di taman bermain. Seperti Zelo, ia pun menghisap rokok dengan ekspresi damai. "Lalu? Aku berani jamin kalau Beautiful-Mu tidak mendesah begitu saja. Katakan, kau juga melakukan sesuatu dengan hal itu,'kan? Aku melihat botol Potenzol di lemari kamarku berkurang sejak terakhir kutinggalkan. Apa kau bahkan tahu berapa takaran dan dosis yang tepat dalam menggunakan obat perangsang, Lil' Cutie?"
"Noona, aku jenius! Tentu saja aku tahu. Aku memfokuskan diri mempelajari kimia beberapa tahun belakangan. Kau tahu? Aku bahkan bisa memproduksi met(ekstasi red) untuk diriku sendiri kalau aku mau. Tapi karena itu adalah hal bodoh, aku tidak melakukannya. Menghancurkan sel-sel otak secara perlahan bukanlah pilihan cerdas yang akan kuambil. Aku suka hidupku, Noona. Aku sangat menikmatinya."
"Kkkk~ Honey, kita adalah 'BANG'. Tentu saja kita sangat menikmati hidup!"
Celetukan enteng Natasha membuat Zelo menyeringai. Benar. Mereka adalah 'BANG'. Siapa lagi manusia di muka bumi ini yang dapat menikmati hidup lebih dari mereka? Err, bicara soal BANG, "Noona, mana Yong Nam dan Yong Guk? Aku tidak melihat mereka sejak siang ini."
"Oh. Yonggukie ke club. Kalau Namie... huft, aku tidak tahu bocah bebal itu kemana! Ah! Mungkin dia mencari keberadaan Him Chan? Him Chan masih menginap di rumah temannya, 'kan? Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Him Chan, Jello?"
Pertanyaan serta kata-kata beruntun dari sang noona bagai menyentak Zelo. Benar juga. Bagaimana kabar Beautiful-Nya? And oh, shit, Yong Nam tidak boleh mencari keberadaan Him Chan begitu saja. Itu namanya curang, Bang Yong Nam!
"Maaf, Noona. Aku harus segera pergi mencari Yong Nam." Kata Zelo mendadak panik. Dengan terburu diraihnya sebuah t-shirt dari lemari dan meloloskannya ke kepala. "Aku tidak akan membiarkan Si Bodoh itu berbuat curang!"
Tanpa penjelasan lebih jauh, Zelo pergi begitu saja, setelah sebelumnya melayangkan kecupan singkat pada pelipis sang Noona.
"Jello... Jello, kau menghakimi Namie berbuat curang hanya karena dia mencari Him Chan, tapi kau sendiri? Kau bahkan 'menyentuhnya', Baby! Kkkkk~"
~~~~~~~p(=+.+=)(=0o0=)7~~~~~~~
"Apa Hime Hyung sudah bangun, Dae?"
Dae Hyun melirik ke samping, menatap tubuh diam di atas brankar. Helaan nafas panjang keluar begitu saja dari mulutnya. Sudah lewat 3 jam dan Him Chan masih... "Belum, Youngie. Kurasa Hime Hyung sangat lelah," ucapnya lirih. Tanpa sadar meremas smarthphone yang menempel di telinga, keras. "Bagaimana denganmu, Baby? Kau sudah menemukan data mengenai Bang Yong Guk?"
Pertanyaan Dae Hyun bersambut helaan nafas berat dari seberang.
"Belum. Data mahasiswa disini sangat banyak, kau tahu. Seandainya Ny. Lee mengizinkanku mengecek di komputernya."
"Kenapa kau tidak memintanya saja?"
"Entahlah, Dae. Dia terlihat sangat sibuk sekarang. Tsk! Aku hanya tidak menyangka, laci-laci ini begitu banyak menyimpan data mahasiswa. Err, sebaiknya aku mencari lebih teliti. Aku tutup teleponnya, ya?"
"Ne, good luck, Babe. Beristirahatlah sejenak kalau kau lelah, oke?"
"Oke. Kau juga, kabari aku kalau Hime Hyung sudah bangun, ne?"
"Oke. Bye. Love you~"
"Love you too~"
Pip.
Senyum sekilas yang sempat menghampiri bibir penuh Dae Hyun menghilang dalam sekejap, berganti dengan kerutan. Bibirnya mengerucut ke samping, dan mata yang menatap sendu wajah tidur Him Chan. Biasanya, seseorang akan terlihat damai saat tertidur. Tapi Him Chan? makhluk cantik tersebut terlihat kelelahan, seolah dalam kurun waktu lama ia tidak pernah tidur.
"Hiks..., maafkan aku karena tidak bisa melindungimu, Hime Hyung..."
Dae Hyun kembali melakukan hal yang beberapa jam lalu dilakukannya.
Menangis.
#########^3^#########
"Kau sudah menemukan data Bang Yong Guk?"
Young Jae terlonjak kaget mendengar suara dari bawah. Ia menengok, menemukan Ny. Lee menatap penuh tanya sembari menggeser kaca mata berlensa tebal di puncak hidung. "Err, aku belum menemukannya. Lemari ini sangat besar Ny. Lee. Aku tidak tahu seberapa lama aku harus mencari—"
"Tsk! Kau ini. Seharusnya kau mencari di laci yang paling atas, Anak Muda. Bang Yong Guk adalah Top Students. Tentu saja datanya ada di laci yang paling atas. Karena itulah aku menyuruhmu menggunakan tangga."
What the...
Di dalam hidupnya, Yoo Young Jae tidak pernah merasa sebodoh ini.
"Turunlah. Aku akan mencarikannya untukmu."
Atau mungkin Ny. Lee, yang terlalu 'irit' memberi informasi?
"God! Kau bahkan sudah mencari di deretan nomor 3 dari 8 tingkat. Wow."
TBC
NB: Short update, I know...=..= Chap ni rada terpengaruh ama body Uri-Jello yang... sluuuuuuurrrp~ #plak / *pervert noona mode on*
