Prince's Prince

Summary:: 200 tahun yang lalu di jaman Joseon, sebelum Mingyu dihukum mati, ia telah membuat janji pada Wonwoo bahwa mereka akan kembali bersama lagi di kehidupan yang akan datang. Tapi, 200 tahun kemudian, sebuah pertengkaran mengawali pertemuan pertama mereka di sekolah. "Kau...! Kau merusak gitarku!"/ "Kau yang menarik blazerku!"

Couple:: Mingyu x Wonwoo

Rate:: T

Genre:: Drama, Romance

Warn:: BL! Ini bukan angst, cuma awalnya doang agak tegang, ini ff romcance drama kok :D Jadi angst haters jangan kabur yaa

.

Hiwatari's Present

Mulai dari chp ini, jaman joseonnya akan berkurang ya…

.

Enjoy~

.

~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~

.

Setelah selesai memakaikan jaket itu, Mingyu terdiam menatap Wonwoo, masih memegang kedua sisi jaket kuning itu. Namja tinggi itu lalu menarik Wonwoo ke pelukannya. Ia memeluk Wonwoo dengan lembut seraya menggumamkan sesuatu pada Wonwoo,

"Aku rasa aku sudah gila. Aku merasa seperti memimpikanmu setiap hari, Wonwoo hyung."

Wonwoo terdiam mendengar perkataan Mingyu sebelum akhirnya ia tersadar lalu mendorong Mingyu.

"Kau memang gila," ujar Wonwoo singkat yang kemudian langsung berjalan meninggalkan Mingyu yang hanya tertawa kecil.

Wonwoo menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Mingyu. "Dan berhenti memanggilku hyung!"

Mingyu menoleh pada Wonwoo lalu tersenyum hingga menunjukkan gigi taringnya.

"Ayo kita makan siang bersama saat istirahat nanti, hyung."

Wonwoo tidak membalas, ia hanya memutar bola matanya lalu mendengus malas sebelum akhirnya benar-benar beranjak meninggalkan Mingyu yang hanya tersenyum gemas melihat sunbaenimnya itu.

"Makan siang bersama? Dia kira siapa yang mau?" gumam Wonwoo merepeti Mingyu saat ia berjalan ke arah kelasnya. Namja bermata tajam itu tersentak saat seseorang merangkul lehernya dari belakang.

"Apa yang kau repeti sejak tadi, hah?" tanya Hoshi mendekatkan wajahnya ke wajah Wonwoo. Wonwoo menjauhkan kepalanya dari kepala blonde namja bermata sipit itu.

"Tidak apa-apa. Kenapa hari ini kau datang pagi sekali?" tanya Wonwoo bingung. Hoshi menunjukkan cengirannya. Matanya kini hanya tinggal segaris.

"Aku belum mengerjakan PRku. Aku datang pagi-pagi khusus untuk menyalin jawabanmu," jawab Hoshi jujur.

Wonwoo tertawa pelan sebelum akhirnya membalas perkataan Hoshi,

"Oh iya, aku baru ingat kalau ada PR matematika." Wonwoo ikut menyengir. Cengiran Hoshi menghilang. Ia menatap Wonwoo dengan datar.

Buk!

Hoshi berdecak kesal saat seseorang menabrak pundaknya. Ia menatap tajam ke arah namja yang menghentikan langkahnya itu.

Hoshi memasang wajah kesalnya saat melihat Dokyeomlah yang menabraknya. Dokyeom dengan ponsel di tangan kirinya dan dengan wajah polosnya menatap Hoshi seraya menyeruput bubble tea yang ada di tangan kanannya.

Sedangkan Wonwoo yang masih dirangkul lehernya oleh Hoshi itu hanya memutar bola matanya. Dua manusia paling berisik ini bertemu lagi.

"Ya! Apa lihat-lihat?! Kau menabrakku! Minta maaf!" kesal Hoshi.

Dokyeom melepaskan mulutnya dari sedotannya.

"Maaf, sunbaenim."

Hoshi merasa kesal dengan jawaban singkat dan tidak ikhlas dari Dokyeom, mata sipitnya beralih ke bubble tea yang ada di tangan Dokyeom.

"Apa ini? Pagi-pagi sudah minum yang dingin-dingin seperti ini?!" Hoshi menunjuk bubble tea itu sebelum akhirnya merebutnya dari Dokyeom lalu meminumnya. Dokyeom hanya memasang wajah malasnya melihat pemalakan yang dilakukan oleh sunbae blondenya itu.

Setelah puas meminumnya, Hoshi mengembalikan minuman itu pada Dokyeom. Dokyeom tentu saja mengambilnya lagi. Sedangkan Wonwoo hanya memasang wajah bingungnya. Namja bermata tajam itu menunjuk Dokyeom, menunjuk Hoshi, lalu menunjuk bibirnya sendiri.

"Eehm, bukankah itu ciuman tidak langsung?" tanya Wonwoo dengan suara pelan dan tidak yakin.

Hoshi yang tengah mengunyah bubble yang ada di mulutnya pun menatap Wonwoo dengan mata terbelalak. Sedangkan Dokyeom yang hendak kembali menyeruput bubble teanya pun menghentikan gerakannya dengan mulut yang terbuka dan sedotan yang telah berada di goa mulutnya.

"Sunbaenim, untukmu saja." Dokyeom menyerahkan bubble teanya pada Hoshi. Sedangkan Hoshi menatap Dokyeom dengan mata melotot. Ia kemudian menendang bokong Dokyeom untuk segera menjauh darinya.

"Pergi kau sana! Sialan! Ciuman pertamaku!" heboh Hoshi menyentuh bibir seksinya.

Dokyeom mencibir, "Ciuman pertama apanya, bukan secara langsung, kok. Aku juga tidak ingin mendapatkan ciuman pertamamu."

Hoshi kembali melotot. Ia menendang bokong Dokyeom lagi. Dokyeom sendiri hanya tertawa seraya berlari menjauh.

"Itu tidak termasuk ciuman pertama. Lain kali akan kupastikan untuk mengambil ciuman pertama yang sebenarnya dari sunbaenim ," ujar Dokyeom seraya berlari menjauh.

Hoshi hendak melepaskan sepatu kanannya dan mengejar Dokyeom jika tidak ditahan oleh Wonwoo yang tengah tertawa.

"Sudah, biarkan saja." Kali ini Wonwoo yang merangkul leher Hoshi yang tengah memajukan bibirnya dengan kesal.

Senyum Wonwoo perlahan menghilang saat mengingat sesuatu.

'Ciuman pertama, ya? Sialan! Ciuman pertamaku sudah melayang semalam.'

Wonwoo mendengus seraya menggeser pintu kelasnya. Matanya dapat menangkap teman-temannya sudah duduk di meja masing-masing. Seungcheol yang tengah sibuk menyalin jawaban PR milik Junghan, Woozi yang sibuk dengan ponselnya, Junghan yang memakan kacang seraya memperhatikan Seungcheol menulis, dan Joshua yang tengah membaca komik.

"Yo!" sapa Hoshi seraya berlari masuk dan menjatuhkan bokongnya ke kursinya yang ada di sebelah Woozi.

Wonwoo berjalan pelan mendekati mejanya yang dibagi bersama Joshua lalu meletakkan tasnya, lalu mengambil tas Joshua untuk mencari buku PR namja yang lahir di L.A itu untuk dipinjamkan pada Hoshi.

"Ah! Aku baru ingat!" Seungcheol tiba-tiba mengangat kepalanya. Sontak Wonwoo, Hoshi, Junghan, Joshua dan Woozi mengalihkan perhatian mereka pada namja yang paling tua di antara mereka itu.

"Malam ini Mingyu mengadakan barbeque kecil di rumahnya berhubung orang tuanya sedang tidak ada di rumah juga. Dia menyuruhku untuk mengundang kalian juga untuk meramaikan karena dia hanya mengajak beberapa teman dekatnya saja," jelas Seungcheol.

Setelah mendengarkan itu, Hoshi membulatkan mulutnya dengan lucu. "Hooo! Barbeque?! Hoshi hadir!"

Woozi memukul punggung Hoshi dengan ponsel miliknya.

"Dasar rakus!" ejek Woozi.

"Memangnya kau tidak ingin ikut? Kau 'kan paling suka dengan hal-hal seperti ini," balas Hoshi dengan seraya melirik Woozi dengan malas.

Woozi tersenyum pada Seungcheol. "Aku ikut."

"Okay, Junghan juga pasti dan harus ikut. Josh? Wonwoo?" tanya Seungcheol.

Joshua tersenyum lembut. "Kalau memang dia mengundangku, aku pasti akan ikut." Seungcheol ikut tersenyum mendengar jawaban Joshua. Ia kemudian mengalihkan tatapannya ke Wonwoo.

Wonwoo menggaruk kepalanya dengan wajah malas.

"Bagaimana, ya. Barbeque itu 'kan biasanya malam hari, malam hari biasanya aku selalu mengantuk dan akan tidur cepat. Bagaimana kalau aku mengantuk saat barbeque?" tanya Wonwoo.

Seungcheol dan Hoshi memutar bola mata mereka. Mereka tahu kalau itu hanya alasan Wonwoo karena selama ini mereka di group chat, Wonwoolah yang paling terakhir tertidur di antara mereka semua.

"Kalau kau mengantuk, kamar dan kasur empuk milik Mingyu selalu tersedia untukmu," jawab Seungcheol.

Wonwoo berdecih pelan. Ia tahu kalau itu adalah paksaan secara tidak langsung oleh Seungcheol untuknya. Sebenarnya ia sangat tidak ingin menghadirinya. Tapi kalau ke lima pasang mata itu sudah menatapnya dengan tajam, mau tidak mau ia harus menganggukkan kepalanya juga.

Sedetik kemudian, Seungcheol kembali mengangkat kepalanya yang baru saja ia tundukkan.

"Ahh! Ada lagi! sepulang sekolah, ada pertandingan persahabatan antara sekolah kita dengan sekolah M. Yang bertanding hanya kelas 10 dan kelas 11. Kita harus menontonnya."

.

.

.

.

.

.

.

.

Wonwoo duduk di bangku panjang yang ada di pinggir lapangan. Lapangan outdoor ini sangatlah panas. Ia bingung kenapa tidak diadakan di lapangan indoor saja?

Ahhh, dia baru ingat kalau ini pertandingan persahabatan antar sekolah, jelas saja diadakan di outdoor, sehingga penonton dari sekolah lainpun dapat melihat dengan bebas. Lapangan indoor hanya digunakan untuk sekolah sendiri dan juga pertandingan resmi.

Mata tajam Wonwoo yang menyipit karena sinar matahari itu dapat menangkap banyaknya para gadis berseragam sekolah lain, duduk dan ada beberapa yang berdiri dengan teriakan-teriakan memekakkan mereka. Dan tidak lupakan poster nama team sekolah M tengah dipegang oleh mereka.

Para siswi sekolah Wonwoo pun tidak kalah berisiknya dari sekolah M, bahkan lebih berisik dan heboh.

'Sebenarnya ini pertandingan basket atau pertandingan berteriak, sih?' Wonwoo menggaruk belakang kepalanya.

"Panas, ya," keluh Hoshi yang duduk di samping kanannya. Namja sipit itu semakin terlihat sipit saat tengah memperhatikan pertandingan yang tengah seru itu.

Belum sempat Wonwoo menjawab, seseorang yang baru saja duduk di samping Hoshi menyela.

"Bukannya menonton, kenapa sunbaenim malah tidur?" tanya Dokyeom yang kemudian meminum air mineralnya.

Hoshi berdecak kesal lalu memukul pelan botol mineral yang tengah diminum oleh Dokyeom itu. Dokyeom terkejut hingga tersedak dan airnya sedikit membasahi dagu dan seragamnya.

"Siapa yang tidur, hah?" kesal Hoshi. Kenapa Dokyeom selalu ada di mana-mana? Apa namja itu sebenarnya adalah hantu? Hantu yang mengikutinya ke manapun ia pergi?

"Itu, mata sunbaenim terpejam." Dokyeom menunjuk mata Hoshi. Hoshi menepis tangan Dokyeom.

"Ini terbuka, bodoh! Mataku terbuka!" Hoshi melebarkan matanya. Dokyeom tertawa puas melihat ekspresi lucu kakak kelasnya itu. Ia kemudian memutuskan untuk memperhatikan pertandingan yang ada di depan sana. Sedangkan Hoshi, ia hanya mendengus lalu kembali memperhatikan pertandingan juga.

Wonwoo di samping hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat ia akan memperhatikan lapangan lagi, matanya tidak sengaja menangkap seorang siswi yang berjalan mendekatinya. Joshua yang duduk di sebelah kiri Wonwoopun menyiku lengan namja bermata tajam itu.

"Mau apa dia?" bisik Joshua pada Wonwoo seraya melirik Sohyun yang berjalan mendekati mereka.

Wonwoo berdiri saat Sohyun telah berdiri di depannya.

"Ada apa?" tanya Wonwoo.

Sohyun menunduk, melihat ke arah handuk kecil dan sebotol air mineral yang ada di tangannya. Tangan mungilnya kemudian menyerahkan benda-benda itu pada Wonwoo.

"Ini, berikan pada Mingyu oppa," ujar Sohyun. Wonwoo terdiam. Ia tidak menyambut pemberian itu.

Sohyun mengangkat kepalanya lalu tersenyum tipis pada Wonwoo.

"Ini bukan dariku untuknya. Tapi aku memberikan ini padamu untuk kau berikan pada Mingyu oppa. Kau harus memberikan sedikit perhatian padanya, dia sangat perhatian padamu. Selama ini aku selalu memperhatikannya, dan perhatiannya hanya tertuju padamu saja." Sohyun kembali menyodorkan handuk dan air mineral itu pada Wonwoo.

Wonwoo dengan sedikit ragu menerimanya. Sohyun tersenyum. "Jangan katakan padanya kalau ini aku yang memberikannya padamu, ya. Anggap saja ini tanda terima kasihku pada kalian berdua yang pernah menolongku." Sohyun membungkukkan badannya sebelum akhirnya yeoja cantik itu berbalik dan beranjak.

Baru beberapa langkah, Sohyun menoleh ke belakang dengan senyum jahil di wajah cantiknya.

"Ingat, berikan sedikit perhatian padanya. Selama ini dia sangat memperhatikanmu." Sebuah kedipan sebelah mata diberikan Sohyun pada Wonwoo sebelum akhirnya yeoja itu benar-benar menghilang dari area lapangan basket itu.

Wonwoo kembali mendudukkan dirinya seraya mengamati benda yang ada di tangannya itu. Ia melirik ke kiri dan ke kanan dengan wajah ragu-ragu.

'Apa aku memberikan ini padanya?' Ia menggaruk belakang kepalanya.

"Berikan saja. Lagian orangnya sudah berjalan ke arah sini, kok," bisik Joshua.

Wonwoo mengangkat kepalanya dan mendapati Mingyu tengah berjalan ke arahnya. Ahh, tanpa ia sadari ternyata babak pertama sudah berakhir dan dimenangkan oleh sekolah mereka.

"Apa itu untukku?" suara bass milik Mingyu menyapa telinga Wonwoo.

Wonwoo terlihat salah tingkah. Ia melirik ke arah lain, namun tangan kanannya menyerahkan handuk dan air mineral itu pada Mingyu.

"Keringkan kepala dan badanmu," ujar Wonwoo.

Mingyu tersenyum. Ia mengambil handuk itu dan mengeringkan wajah dan kepalanya. Ia lalu mengambil botol mineral dan meminumnya. Setelah minum setengah, ia melirik ke arah Wonwoo.

"Hyung minum juga. Cuaca sangat panas, hyung pasti haus." Mingyu menyentuhkan bibir botol itu pada bibir Wonwoo dan meminumkan Wonwoo secara perlahan.

Wonwoo dengan terpaksa minum sedikit lalu memukul perut Mingyu. "Pergi sana!"

Mingyu tertawa kecil seraya mengacak rambut hitam milik kakak kelasnya itu. Wonwoo berdecak kesal seray menjauhkan kepalanya dari tangan besar Mingyu. Ia lalu menendang kaki Mingyu.

"Aku akan kembali." Mingyu mengeringkan keringan yang ada di lengan dan lehernya. Mingyu kembali mengacak rambut Wonwoo sebelum ia melangkah untuk kembali ke lapangan. Tidak lupa handuknya ia lemparkan pada Wonwoo.

Wonwoo yang tanpa sadar menangkap handuk itupun memasang wajah horor saat merasa handuk itu basah karena keringat Mingyu. Ia kemudian melempar handuk itu pada Hoshi. Hoshi yang asyik menonton pun terkejut dan melempar handuk itu ke wajah Dokyeom yang duduk di samping kanannya.

Dokyeom mengambil handuk yang mengenai wajahnya. Ia menolehkan kepalanya pada Hoshi dengan gerakan slow motion, dengan kening berkerut dan bibir yang dikatupkan dengan rapat. Hoshi tertawa mengejek pada Dokyeom.

Mata Wonwoo kembali fokus pada Mingyu yang tengah bermain dengan serius di lapangan sana. Matanya melihat ke sekelilingnya di mana banyak sisiwi yang meneriakkan namanya. Sudut bibir namja berambut hitam itu sedikit tertarik ke atas. Ia berpikir, betapa beruntungnya Mingyu memiliki banyak penggemar di sekolah. Hampir seluruh perhatian para siswi yang tengah menonton itu tertuju pada namja berambut abu-abu itu.

Kata-kata Sohyun kembali terngiang di kepalanya. Benarkah Mingyu sangat perhatian padanya? Hanya dirinyakah perhatian Mingyu tertuju?

Wonwoo tertawa kecil. 'Tidak mungkin.' Ia kembali teringat saat-saat pertama di mana mereka bertemu dan mereka saling membenci, selalu bertengkar dan saling menagih tanggung jawab. Mana mungkin Mingyu perhatian padanya? Ia tahu kalau Mingyu sangat kesal padanya selama ini, dan namja berambut abu-abu itu hanya akan datang padanya untuk membuatnya kesal.

Teriakan heboh dari penonton membuat Wonwoo tersadar dari pikirannya. Ia mengalihkan perhatiannya ke tengah lapangan. Mata tajamnya tidak sengaja bertemu tatap dengan Mingyu yang juga tengah menatapnya dengan senyum bangga di wajah tampannya. Ternyata Mingyu baru saja berhasil memasukkan satu bola ke dalam ring lawan.

Tanpa sadar, Wonwoo tersenyum tipis. Ia mencengkram pelan botol mineral dan handuk Mingyu yang entah sejak kapan kembali ke tangannya.

'Kenapa aku merasa takut, ya?' Mata tajamnya terus mengikuti gerak-gerik lincah Mingyu di lapangan basket itu.

.

.

.

.

.

.

Dan di sinilah dia, seorang Jeon Wonwoo berjalan pulang ke rumah dengan wajah malasnya. Ia menoleh ke belakang dan memasang wajah malasnya saat melihat Mingyu tengah tersenyum padanya. Sejak pertandingan selesai, Mingyu terus mengikutinya.

Saat Wonwoo mempercepat langkahnya, Mingyu pun akan mempercepat langkahnya. Saat Wonwoo tiba-tiba menghentikan langkahnya, Mingyu akan menabraknya dari belakang. Saat ia berjalan lambat, Mingyu akan berjalan di sampingnya.

Wonwoo memutar bola matanya.

"Kau mau apa? Pergi sana! Jangan ikuti aku!" Wonwoo melanjutkan langkahnya.

"Aku memenangkan pertandingan itu, hyung. Tidak ada ucapan selamat atau hadiah kecil darimu?" tanya Mingyu yang masih terus mengikuti Wonwoo.

Wonwoo mendengus, ia menoleh pada Mingyu lalu menjulurkan lidahnya sebelum akhirnya ia kembali melangkah dengan cepat.

Mingyu mengerucutkan bibirnya lalu kembali mengejar kakak kelasnya itu dengan langkah cepat.

"Akh!" keluh Mingyu yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Mendengar itu, Wonwoopun menoleh ke belakang dan mendapati Mingyu tengah berjongkok dan meringis seraya memegangi pergelangan kakinya. Mata Wonwoo yang semula datar kini membulat.

"Oya! Kau kenapa?" Wonwoo segera berlari menghampiri Mingyu dan ikut berjongkok. Ia memegangi pergelangan kaki Mingyu.

"Saat bertanding tadi aku melompat dan salah mendarat hingga otot pergelangan kakiku tersentak," jelas Mingyu.

Wonwoo memukul kepala Mingyu pelan. "Kalau belum sembuh, kenapa kau mengejarku, hah?!"

"Siapa suruh hyung lari?" Mingyu memasang wajah cemberutnya.

Wonwoo mendengus malas. Ia kemudian memijit pelan pergelangan kaki Mingyu. "Ini mungkin akan butuh dua hari untuk sembuh dari rasa sakitnya."

Mingyu tersenyum tipis memandangi Wonwoo dari jarak sedekat ini. "Dari mana hyung bisa tahu?"

Wonwoo tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Tahun lalu aku adalah manager tim basket sekolah, jadi aku tahu apa-apa saja mengenai basket, peraturan dan juga penyembuhan cedera saat permainan."

Mata Mingyu membulat. "Hyung manager tim basket? Kenapa tahun ini bukan hyung lagi?"

"Aku memutuskan untuk keluar. Menjadi manager itu melelahkan." Wonwoo berdiri, ia kemudian menunduk dan tersenyum padanya. Tangan kanannya ia ulurkan pada Mingyu.

"Ayo," ajaknya.

Mingyu memandangi tangan itu sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis dan meraih tangan itu.

Setelah berdiri, bukannya melepaskan tangan Wonwoo, Mingyu malah semakin mengeratkan genggamannya dan melanjutkan langkahnya. Wonwoo hendak protes namun dipotong oleh Mingyu.

"Tetaplah seperti ini hingga kita sampai di rumahmu, hyung." Mingyu menoleh pada Wonwoo dan menatap kakak kelasnya itu dalam. Wonwoo balas menatap lalu menghela napasnya. Ia tidak bisa menolak lagi kalau seperti ini.

Namja berambut hitam itu menahan ekspresinya dan juga menahan dadanya, menahan jantungnya yang kini mulai berdetak dengan cepat. Akhir-akhir ini ia sering berdebar seperti ini jika berhadapan dengan MIngyu. Apa ia punya penyakit jantung?

Angin sepoi-sepoi dan warna langit yang mulai berwarna jingga itu menemani langkah Mingyu dan Wonwoo yang berjalan dengan pelan. Pandangan Wonwoo teralihkan saat ia melihat taman kecil yang kemarin ia lewati bersama Mingyu.

Tanpa sadar, ia tersenyum kecil saat melihat mawar putih yang ada di depan taman itu. Wonwoo teringat dengan mawar putih yang diberikan Mingyu padanya kemarin. Ia masih menyimpannya di kamarnya, dan bunga itu masih segar dan cantik. Meskipun ia memiliki perasaan aneh setiap kali melihat mawar putih, tapi ia tidak bisa membuang bunga cantik itu. Entah kenapa.

Wonwoo menghentikan langkahnya saat ia telah sampai di depan gerbang rumahnya. Ia menghadap ke arah Mingyu, menunggu agar tangannya dilepas oleh namja yang lebih tinggi darinya itu. Tunggu dan tunggu, Mingyu tak kunjung melepaskan tangannya, yang ada hanyalah senyum yang tertempel di wajah namja berambut abu-abu itu.

Dengan kesal, Wonwoo mencengkram tangan Mingyu dengan sangat erat. Mingyu meringis tanpa suara. Ia dengan segera melepaskan tangan Wonwoo lalu mengelus-elus tangannya sendiri.

"Sudah, aku masuk dulu. Kau pulanglah. Terima kasih." Sebelum Wonwoo membuka pagarnya, ia menoleh sedikit pada Mingyu.

"Ah, selamat atas kemenanganmu." Ia lalu membuka gerbang rumahnya. Saat hendak memasukinya, suara Mingyu menghentikan gerakannya.

"Malam ini hyung datang, 'kan?" tanya Mingyu. Wonwoo menoleh lagi pada Mingyu.

"Hmmm, entahlah." Namja berambut hitam itu langsung masuk ke dalam rumahnya dan meninggalkan Mingyu yang memajukan bibir bawahnya. Namja tinggi itu lalu menaikkan kedua bahunya sebelum akhirnya melangkah untuk pulang ke rumahnya.

.

.

.

.

.

.

.

Wonwoo melempar baju yang baru saja ia cocokkan di depan badannya. Ia mendengus seraya mengamati kaca besar yang ada di depannya itu. Saat ini ia baru saja selesai mandi, ia tengah mengenakan pakaian rumah, kaos putih, celana pendek hitam dan rambut yang setengah basah.

Sedari tadi ia tidak menemukan baju yang cocok untuk dipakainya nanti. Kalau begini terus, bisa-bisa ia memutuskan untuk memakai pakaian rumah ini saja ke rumah Mingyu. Ya, dia akhirnya memutuskan ke untuk menghadiri barbeque itu karena paksaan kelima temannya yang terus merengek padanya.

Namja manis itu mendengus lalu memilih untuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer dulu, lalu setelah itu baru mencari baju yang cocok.

Sekitar setengah jam berkutat di depan kaca, namja manis itupun keluar dari kamarnya dan menuruni tangga rumahnya.

"Wahh, mau ke mana anak eomma yang sangat tampan ini?" tanya ibu Wonwoo yang tengah menonton TV di ruang keluarga. Ia tersenyum cantik saat melihat penampilan Wonwoo yang mengenakan kaos stripes putih hitam, dengan kemeja casual berwarna cream sebagai luarannya, dan celana jeans yang terdapat sedikit sobekan di bagian lututnya.

Wonwoo tersenyum pada ibunya yang cantik itu. "Tentu saja aku tampan. Temanku mengundangku untuk acara barbeque di rumahnya, eomma. Aku mungkin akan pulang larut," izin Wonwoo.

Wanita paruh baya itu mengangguk seraya tersenyum manis. "Baiklah. Jangan minum alcohol dan sembarang makan, ya."

Wonwoo mengangguk lalu mencium pipi ibunya sebelum akhirnya beranjak.

"Oh! Mau ke mana dia? Kenapa keren sekali? Biasanya kalau keluar, tidak pernah setampan itu." Ayah Wonwoo yang baru saja selesai mandi, masih dengan handuk yang menggantung di lehernya, melihat Wonwoo baru saja keluar dari rumahnya.

Ibu Wonwoo tersenyum kecil lalu menjawab, "Menemui pacarnya, mungkin."

Ayah Wonwoo hanya tertawa kecil kemudian duduk di samping istrinya untuk ikut menonton TV.

.

.

.

.

.

.

Wonwoo berdiri di depan sebuah rumah mewah. Ini bukan pertama kalinya ia datang ke rumah ini, tapi tetap saja ia ragu untuk masuk ke dalam.

"Apa yang kau tunggu? Ayo, masuk!" Wonwoo tersentak saat seseorang tiba-tiba berada di belakangnya lalu merangkul tangannya untuk masuk ke dalam rumah Mingyu.

Namja bermata tajam itu berdecak saat melihat lagi-lagi Hoshilah yang mengejutkannya lagi. Dan tanpa ragu, namja blonde itu menekan bel rumah itu.

Tak berapa lama, seseorang membukakan pagar rumah Mingyu. Hoshi memasang wajah datarnya saat melihat siapa itu.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Hoshi dengan nada datar dan wajah datar. Dokyeom yang membukakan pagar itupun ikut memasang wajah datar.

"Karena aku sahabat Mingyu," jawabnya yang tak kalah datar dari Hoshi.

"Tahu ada dirimu, lebih baik aku tidak datang," ujar Hoshi tapi kakinya tetap melangkah masuk ke dalam rumah Mingyu, melewati Dokyeom yang tertawa kecil melihat tingkah kakak kelasnya itu.

Wonwoo pun mengikuti langkah Hoshi dari belakang. Acara barbequenya diadakan di halaman belakang yang luas yang dibuat memang khusus dibuat untuk pesta kecil atau barbeque seperti ini.

Wonwoo dan Hoshi tersenyum saat mendapati teman-teman mereka telah berada di sana membantu pemilik rumah untuk menyiapkan segala sesuatu. Seungcheol yang membuat api di sebuah tabung dibantu oleh Minghao. Junghan dan Joshua yang menyiapkan pembakar electric. Sedangkan Woozi, Vernon, Dino, Jun, Seungkwan membantu menyiapkan segala daging dan sayur yang akan mereka bakar.

Dokyeom keluar dari pintu kaca belakang rumah Mingyu membawa beberapa bungkus snack dan juga cola. Tiba-tiba seorang yeoja cantik keluar dari pintu belakang membawa beberapa peralatan dan saus. Sontak hampir semua namja yang ada di sana memperhatikan yeoja itu, kecuali Dokyeom, Vernon dan Minghao yang sudah mengenal yeoja itu.

Yeoja itu tertawa kecil seraya menggaruk belakang kepalanya. "Ahh, aku baru selesai mandi dan ingin bergabung dengan kalian."

Mingyu berdecak. "Bergabung apanya? Sana masuk dan belajar! Bukankah besok kau ada ujian?" Mingyu mengibas-ngibaskan tangannya.

"Ah, dia adikku. Si pengganggu," timpal Mingyu menjelaskan pada teman-temannya.

Adik Mingyu memajukan bibirnya. "Tidak mau! Pokoknya aku mau makan, oppa! Makan sendirian di dalam rumahpun tak apa, yang penting aku dapat beberapa potong daging."

Mingyu hanya bisa menghela napasnya dan menganggukkan kepalanya. Tidak apa-apa, selama adiknya tidak mengganggunya.

Wonwoo pun memutuskan untuk membantu Seungcheol. Sedangkan Hoshi, ia sedang berebutan snack dengan Dokyeom.

"Jumlah kita semua ada 13 orang, jangan pedulikan makhluk yang menunggu makanan di dalam rumah sana. Aku memang sengaja tidak mengundang begitu banyak orang agar kita bisa lebih nyaman. Maka, sekarang kita nikmatilah waktu kita," ujar Mingyu seolah-olah mengatakan kata pembukaan.

Sontak, semua namja yang ada di sana berteriak heboh dan mulai acara barbeque mereka. Canda tawa memenuhi halaman belakang itu. Mereka memanggang dan membakar seraya memakannya bersama, dan sesekali mereka akan menyalakan kembang api.

Lelah, Wonwoo memilih untuk duduk sejenak di belakang seraya meminum colanya. Tanpa ia sadari, Mingyu juga ikut duduk di sampingnya. Namja tampan itu menjepit sepotong daging yang ada di piring kecil yang ia bawa untuk ia suapkan pada Wonwoo.

Awalnya Wonwoo menolak dan menjauhkan kepalanya, namun karena paksaan Mingyu, akhirnya Wonwoo memakannya.

Tanpa mereka sadar, adik Mingyu yang hendak mengambil cola, menghentikan tangannya yang hendak membuka pintu kaca. Ia melihat Wonwoo dan Mingyu duduk bersebelahan sangat dekat, dan Mingyu suka membuat Wonwoo kesal.

"Siapa namja itu?" tanya adik Mingyu pelan pada dirinya sendiri. Bibirnya tersenyum tipis.

"Dia sangat manis. Terlihat cocok dengan Mingyu oppa." Yeoja cantik itu lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan memotret kakaknya dan namja manis itu yang tengah duduk membelakanginya.

Yeoja cantik itu terkikik pelan sebelum akhirnya kembali ke ruang keluarga untuk melanjutkan acara makan sambil menonton dramanya itu, melupakan keinginannya untuk mengambil cola.

Setelah semua makanan telah habis, yang tersisa hanya cola dan snack, kehebohan mereka belum berakhir. Berbagai macam perebutan makanan dan candaanpun mereka buat.

Saat Wonwoo hendak mengambil snack yang ada di belakang, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Mingyu.

"Aku ingin menunjukkanmu sesuatu." Namja berambut abu-abu itu menarik Wonwoo ke sisi lain dari halaman belakang itu, berjalan ke arah taman kecil yang jaraknya cukup jauh dari kerumunan namja yang tengah berpesta itu.

"Ada apa?" tanya Wonwoo bingung.

"Coba lihat ini." Mingyu menunjuk sebuah tanaman yang cukup mendomanasi taman kecil itu.

"Mawar putih?" tanya Wonwoo. Mingyu menganggukkan kepalanya.

"Sebelumnya, aku tinggal di luar negeri dan telah lupa kalau aku memiliki taman kecil di rumah ini. dan setelah satu tahun ini aku kembali ke Korea, aku tidak pernah mengunjungi halaman belakang, hingga beberapa hari yang lalu, aku tidak sengaja menemukan taman kecil ini. Taman kecil ini dibuat dan diurus oleh ibuku," Mingyu menghentikan ceritanya.

Wonwoo hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tidak terlalu mengerti arah pembicaraan Mingyu.

"Lalu aku bertanya pada ibuku, kenapa mawar putih mendominasi taman ini? Lalu ibuku mengatakan bahwa sebelum aku keluar negeri, umurku sekitar 10 tahun, akulah yang menanam sendiri mawar putih ini. Aku menanamnya sangat banyak dan sangat merawatnya. Bahkan saat aku hendak keluar negeri, aku sangat sedih harus meninggalkan mawar putih ini. Saat aku kembali menemukan taman kecil ini dan melihat mawar putih ini, aku kembali teringat masa dulu saat aku merawatnya," Mingyu memetik setangkai mawar putih.

"Dan dua hari yang lalu, aku baru menyadarinya kenapa aku sangat menyayangi tanaman ini." Namja berambut abu-abu itu menatap Wonwoo dengan dalam. Wonwoo juga balas menatap Mingyu.

"Itu karena bunga ini sangat cantik, dan aku selalu ingin memberikan bunga ini setiap hari untuk orang yang aku cintai, untuk itu aku menanamnya sangat banyak. Dan sekarang, setiap kali melihat bunga ini, aku selalu ingin memetiknya dan memberikannya padamu." Mingyu memberikan bunga itu pada Wonwoo.

Wonwoo terdiam, masih menatap mata Mingyu kemudian beralih melihat bunga yang diberikan oleh Mingyu itu. Ia mencekram ujung kemejanya, dadanya mulai berdebar kencang lagi.

'Dasar jantung aneh!' rutuk Wonwoo dalam hati.

"Sejak pertama bertemu denganmu, aku selalu mengalami hal-hal aneh yang selalu mengingatkanku pada dirimu. Ada suatu bayangan di mana selalu ada dirimu di dalamnya. Kau mengerti maksudku, 'kan?" tanya Mingyu.

Wonwoo masih terdiam. Ia berusaha mengontrol perasaan dan pikirannya yang mulai kacau karena perkataan Mingyu. Ada sedikit rasa sesak saat mendengar kata-kata itu.

Mingyu tertawa kecil. "Entah kenapa rasanya kita seperti pernah terikat oleh satu hubungan yang tidak terlihat."

Wonwoo tersenyum kecil mendengar perkataan Mingyu. Jujur, apa yang dikatakan oleh Mingyu memang benar. Ia juga mengalaminya. Hal-hal aneh itu, di mana selalu ada Mingyu di pikirannya. Dan perasaan itu, perasaan tidak asing setiap kali melihat Mingyu. Perasaan yang seolah menunjukkan kalau mereka pernah bersama sebelumnya.

Wonwoo tersenyum kecil pada Mingyu. "Aku tahu," ujarnya.

"Aku tahu apa yang kau maksud dan apa yang kau rasakan, karena aku juga merasakannya selama ini," lanjutnya.

"Aku sering tidur dan terbangun dengan perasaan sesak, senang, lega, marah, dan sedih. Awalnya aku tidak tahu kenapa aku seperti itu. Dan sekarang aku baru sadar, kalau selama ini yang ada di dalam mimpiku adalah dirimu, meskipun aku tidak ingat apa yang kumimpikan itu, dan aku tidak tahu kenapa aku selalu bermimpi dan bangun dengan perasaan sesak." Wonwoo menarik lengan kemeja panjangnya hingga menutupi sebagian telapak tangannya.

Mingyu terdiam dan menatap Wonwoo dengan dalam.

"Sudah, jangan katakan lagi," ujar Mingyu. Ia tiba-tiba menarik tangan Wonwoo hingga membuat tubuh yang lebih kecil darinya itu terjatuh ke pelukannya.

"Kau sudah tahu perasaanku. Aku tahu ini aneh, karena semua ini berawal dari sebuah pertengkaran. Tapi, pertengkaran itulah yang membawamu padaku." Mingyu menyandarkan dagunya di pucuk kepala Wonwoo.

"Aku sudah mengatakannya tadi, kalau mawar putih ini khusus aku tanam selama bertahun-tahun untuk kuberikan pada orang yang kucintai. Sekarang aku memberikannya padamu, apa kau mau menerimanya?" tanya Mingyu setelah melepaskan pelukannya. Ia kembali memberikan setangkai bunga itu pada Wonwoo.

Wonwoo mengamati bunga itu cukup lama sebelum akhirnya ia menerima bunga itu dengan gerakan yang sangat pelan. Ia mendongak, menatap Mingyu dengan senyum manis di wajahnya. Wajah tampan Mingyu juga terpampang senyum lebar.

"Apa itu artinya sekarang kau adalah pacarku?" tanya Mingyu dengan senyum jahilnya.

Wonwoo memudarkan senyumnya. "Tidak, aku tidak mengatakan kalau aku mau jadi pacarmu."

Senyum Mingyu berubah menjadi wajah bodoh. Ia memasang wajah protesnya. "Tapi kau sudah menerima mawar putihku. Itu artinya kau sudah menjadi pacarku."

Wonwoo memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia menahan tawanya melihat ekspresi bodoh seorang Kim Mingyu yang terkenal sangat pintar itu.

Mingyu mendekatkan wajahnya pada Wonwoo. "Kau adalah pacarku, hyung. Wonwoo hyung adalah pacar Kim Mingyu. Hyung adalah pacarku. Pacarku! Paca-hmmph!"

Wonwoo menutup mulut Mingyu. "Berhentilah mengatakan itu! Kau memalukan!" Wonwoo memalingkan wajahnya kea rah lain, tidak ingin menatap mata Mingyu yang menatapnya.

Mingyu menarik tangan Wonwoo yang membungkan mulutnya dan menarik namja itu ke arahnya dengan dirinya yang sedikit menunduk.

Wonwoo tertarik ke arah Mingyu dan terdiam saat Mingyu mengecup bibirnya lembut. Ia dapat melihat Mingyu yang tengah menatapnya. Namja berambut hitam itupun memejamkan matanya. Manusia mana yang tidak malu ditatap saat berciuman? Mingyu sedikit menaikkan sudut bibirnya sebelum akhirnya ikut memejamkan matanya.

Melumatnya sedikit sebelum akhirnya Mingyu melepaskan ciumannya dan kembali menatap Wonwoo.

"Pacarku yang sangat mani-hmph!" Mulut Mingyu kembali dibungkam oleh Wonwoo.

"Sudah kubilang diam!" kesal Wonwoo. Sedetik kemudian tangan yang membungkam mulut Mingyu beralih menarik leher hoodie yang dipakai oleh Mingyu.

Mingyu sedikit tertarik ke arah namja berambut hitam itu. Wonwoo dengan segera menenggelamkan wajahnya ke dada bidang namja tampan itu dengan tangan kanannya yang masih mencengkram hoodie Mingyu. Cengkraman itu lalu berubah menjadi satu pukulan yang cukup kuat di dadanya. Mingyu menunjukkan ekspresi kesakitannya tanpa mengeluarkan suara.

Namun beberapa detik kemudian, Mingyu tersenyum gemas melihat Wonwoo yang masih menenggelamkan wajahnya itu. Ia lalu meletakkan tangannya di pucuk kepala Wonwoo.

"Ayo kita kembali berkumpul dengan teman-teman. Mereka pasti mencari kita," ujar Mingyu.

Wonwoo menganggukkan kepalanya kemudian berjalan mendahului Mingyu untuk kembali berkumpul dengan teman-temannya. Mingyu mengikuti Wonwoo dari belakang.

Namun sedetik kemudian, muncul senyum kecil di bibirnya. Ia dengan tiba-tiba meraih tangan Wonwoo dan menarik namja manis itu untuk berlari ke kerumunan yang masih heboh berpesta itu.

.

.

.

.

.

1815, Joseon Dynasty.

.

Sebulan berlalu setelah meninggalnya Mingyu. Namja manis itu duduk di bawah pohon dengan mata yang masih tertuju pada danau kecil jernih yang ada di depan sana.

Saat angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, namja bermata tajam itu tersenyum tipis. Ia kemudian bangkit, dengan tangan kanan yang menggenggam setangkai mawar putih dan tangan kiri yang memegang pita biru, ia melangkah meninggalkan taman kecil itu, masih dengan senyum tipis di wajahnya. Ia terus mengingat janji Mingyu padanya. Dan ia tahu, Mingyu tidak pernah mengingkari janjinya.

"Kami akan bersama kembali suatu saat nanti. Kembali bersama dan bahagia bersama selamanya."

.

.

I'm scared that you will leave me again

I'm scared that you will see my tears again

But when stand infront of me and hug me tightly,

You give me back that warmth

That trauma in my heart has gone away

I know,

You have comeback,

And will never leave me again

.

.

~END~

.

!Author's Cuapcuap Corner!

Halohaaaa~! Akhirnya ff ini end juga~~~ Gimana endingnya? Memuaskan gak? Author udah buat semampu author di chapter ini. semoga memuaskan kalian semua ya~ *bow*

Oh ya, author berencana buat lanjutan Soonseok/Seoksoon nih, tapi special ff buat mereka. Jadi bakalan dibuat ff terpisah, tapi lanjutan dari kisah mereka di sini. Buat SoonHoon shipper, I'm so sorry, but I'm already in love with SeokSoon TvT #plakkk

Dan pengumuman untuk kalian~ FF Meanie author yang baru udah dipublish beberapa hari yang lalu~ Judulnya Sixth Sense, silahkan cek stories author dan silahkan baca~ hihihih *promote* #plakk

Ada beberapa pertanyaan readers yang perlu author jelaskan di sini::

Apa mereka akan mengingat masa lalu mereka?

No, mereka gak bakal ingat. Karena setelah reinkarnasi, manusia itu tidak akan mengingat masa lalu mereka. Di sini Meanie hanya diberi hint doang buat bisa bersatu, tapi gak bakalan pernah tau kalau di jaman joseon tuh mereka berjuang keras banget.

Sohyun itu Sohyun mana sih?

Kim Sohyun aktris, hehehe~ Yang tampil sama Seventeen di Mama Awards ituloh~

Okayy, sekian cuapcuap gak penting author, sekarang saatnya mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya buat readers author tercinta yang selalu mendukung dan menemani author selama ini. Inilah saatnya kita untuk berpisah di ff ini. Mari kita berjumpa lagi di ff author yang baru itu~ Ahahah XD promosi lagi

Special thanks for my lovely readers/reviewers that always read and give a lot of love to my fanfic, I Love U All~~~

DevilPrince, Mirror, Applegyu, 17MissCarat, Khasabat04, Re-Panda68, Rin SNL, Guest, gyupire18, shmnlv, Atma Venusia, SJMK95, Zahra492, hlyeyenpls, shinhy, inisapaseh, BSion, Jang Taeyoung, XiayuweLiu, babymoonlight, hanbinunna, putrifitriana177, sunche, Rahma Lau137, geuxx29, Guest, bizzleSTarxo, Arlequeen Kim, Rie Chocolatos, Ara94, Siti254, hamipark76, Firdha858, eunkim, wonuya, Vioolyt, kookies, Twelves, SCitra, exoinmylove, whatamitoyou, kim gyuii, wonuemo, lulu-shi, svtbae, Han Jjemin, meanieslave, NichanJung, Cheon yi, Jjinuu7, monwii, DaeMinJae, Wonu1254, Baek Gain, SkyBlueAndWhite, alwaysmeanie, Beanienim, Mrs. EvilGameGyu, ChoiEunJoon, BumBumJin, Baby Yoongi, tyneeee, A'yun Meanie Shipp, xjhhsnl, yehet94, Mbee, yoonripark

Terimakasih pada kalian semua~ Inilah akhir dari ff Prince's Prince. Maaf bila mengecawakan kalian #bow

Sampai jumpa di ff author yang lainnya~ Bye byeee~ #lambailambaikolorThe8

Jangan ada silent readers yah readers tercintah~ *tebar kecup basah* XD

Okedeh, akhir kata dari author,

Review, please~? ^^

Gomawo *bow* m(_ _)m