Summary: "Sekali lagi Slaine-san" bisiknya nakal

Disclaimer: Gen Urobuchi, Katsuhiko Takayama

Genre: Romance, YAOI ALLERT

Rate: M

Pairing: Inaho x Slaine

Warning: OOC, typo eperiwer~~~~ , BL, Yaoi, Absurd, gak nyambung dengan summary, bahasa berantakan, Beware HARD LEMON Inside!

DON'T READ , IF YOU DON'T LIKE STORIES ABOUT BL~~

DIFFICULT LOVE

(chap 7)

"…-kun…. Slaine-kun!" Yuki meninggikan suaranya, membuat orang-orang melihat mereka berdua dengan penuh tanya. Tidak hanya orang-orang di sana, Slaine juga sampai tertegun. Pertama kalinya mendengar pacarnya itu 'membentaknya'.

"Yu..Yu..Yuki-chan" jawabnya menatap sekitar sambil menunduk tidak enak pertanda dirinya meminta maaf kepada para pengunjung café. "Maaf, tadi Yuki-chan mengatakan apa?"

"Moooo.. Ku bilang, malam ini tolong temani aku. Adikku katanya akan menginap di sekolah, persiapan untuk festival budaya besok."

"Yuki-chan seperti anak kecil saja" Slaine tersenyum mendengar penjelasan Yuki, mengacak-acak rambut pacaranya itu dengan perasaan gemas.

"Bagaimana kalo besok kita ke sekolah Inaho? katanya kelasnya akan membuka café. Aku penasaran apakah si wajah datar itu bisa melayani orang lain sebagai pelayan yang baik?" Yuki tertawa cekikikan membayangkan Inaho tengah memakai pakaian butler dengan wajah tanpa ekspresi.

"Bukankah itu kalimat yang cukup jahat untuk adik sendiri?" Slaine ikut tersenyum. Para pengunjung yang tadi menatap tidak senang kepada mereka berdua kini sudah kembali kepada kesibukan mereka masing-masing. Fikiran pria itu kembali menerawang. Mengingat pesan singkat yang diterimanya beberapa hari lalu dari adik Yuki

Jam di kamarnya masih menunjukkan waktu pukul tiga subuh. Tidak biasanya Slaine terbangun, dia bahkan tidak memasang alarm karna hari itu dia tidak ada jadwal kuliah. Tapi suara dering ponselnya membuatnya terlonjak kaget. Dering khusus yang digunakannya untuk kontak Inaho. Pria yang belakangan ini lebih memenuhi setiap sudut kepalanya dibandingkan Yuki-chan pacarnya sendiri. Dengan perasaan bahagia bercampur penasaran, Slaine membuka pesan dari Inaho tersebut. Tidak biasanya orang itu mengiriminya pesan apalagi di jam sepagi ini (itupun kalau bisa disebut pagi).

From : Orenji

Subject: untitle

Slaine-san, untuk sementara kita tidak bisa bertemu. Aku akan sibuk menghadapi persiapan ujian kelulusan dan persiapan memasuki Universitas. Mulai sekarang aku juga akan membatasi diri bermain gadget. Jadi kau mungkin akan susah untuk menghubungiku.

Slaine tersenyum membaca pesan empat kalimat itu. Baginya pesan itu terlihat seperti lelucon. Dirinya dan Inaho tau betul, jika si pemilik iris merah itu tidak akan tahan jika tidak menghubunginya lebih dari satu hari. Maka dengan perasaan menahan tawa karna lelucon tidak lucu dari Inaho itupun, Slaine melanjutkan kembali tidurnya.

Tapi, siapa sangka? Seminggu berlalu. Inaho benar-benar tidak menghubunginya. Slaine sudah beberapa kali mencoba menelpon ke nomor Inaho tapi nomornya tidak aktif. Begitu pula dengan semua sosial media milik Inaho. Semua akun itu tiba-tiba tidak aktif. Satu-satunya cara yang terfikir olehnya adalah dengan setiap hari mengantar jemput Yuki-chan dengan harapan bisa bertemu Inaho tanpa sengaja. Tapi, harapan tinggal harapan. Seminggu ini dia benar-benar tidak bertemu Inaho.

~O~O~O~O~O~O~O~

Slaine terduduk lemas di sofa ruang tamu milik keluarga Kaizuka. Benar-benar berbeda, Dia sama sekali tidak menghirup sedikitpun wangi khas yang pertama dihirupnya saat datang ke tempat itu. Seolah rumah itu sudah sangat lama tidak tersentuh oleh Inaho. Tidak ada sedikitpun aroma yang menjadi khas Inaho yang dirasakannya di ruangan itu. Seketika bulu kuduknya merinding, fikiran-fikiran buruk kembali menghantuinya, bagaimana jika Dia dan Inaho tidak akan bertemu lagi.

"Ngggghhh…." Tanpa sadar bibirnya mengeluarkan bunyi itu. "Yu..Yu..Yuki-chan?" tanyanya kembali kaget saat Yuki sekarang sudah berada di hadapannya hanya menggunakan bra dan celana dalam, dengan posisi telah duduk di atas pangkuan Slaine. "Apa aku terlalu banyak melamun sampai tidak menyadari kehadiran Yuki? SIAL!" umpat Slaine kepada dirinya sendiri. "Nggghhhh.."Slaine kembali menggeliat saat jari-jari lentik milik Yuki mulai menjalar di setiap inci tubuh Slaine . "Nggghhhh.. Na…hoo…kun…." Slaine terdiam saat sadar apa yang baru saja diucapkannya.

Dengan penuh perhatian Slaine membuka bajunya dan memakaikannya kepada Yuki. "Kita tidak seharusnya melakukan hal seperti ini Yuki-chan." Slaine kembali mengusap sayang kepala Yuki "Aku pinjam kamar mandimu yah, akan kuselesaikan sendiri. Kau cepatlah pakai bajumu, kau bisa masuk angin jika terus seperti itu." Slaine langsung menuju kamar mandi. Tidak menoleh lagi ke arah Yuki yang sekarang tengah tertunduk meremas lengan baju yang tersampir di pundaknya.

Slaine mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Matanya berhenti saat melihat benda yang dia yakini milik Inaho. Shampoo aroma jeruk. Aroma yang selalu tercium tiap kali dirinya berada di dekat Inaho. Slaine menumpahkan cairan itu ke telapak tangannya, wangi jeruk seketika menyebar ke segala sudut ruangan itu. Dengan pelan dia membuat gerakan naik turun dengan tangannya ke benda miliknya sendiri. Tanpa sadar pria itu terus menerus memanggil nama orang yang seminggu ini sangat dirindukannya, yang menghilang begitu saja hanya dengan empat kalimat di pesan singkatnya.

Dengan perasaan frustasi, Yuki yang tengah berdiri di balik pintu kamar mandi menggigiti bibir bawahnya setiap kali mendengar pacarnya sendiri menyebut nama adiknya. Shower yang sengaja dinyalakan Slaine tidak berfungsi sebagaimana mestinya untuk mengaburkan suaranya agar tidak terdengar sampai keluar.

~O~O~O~O~O~O~O~

Slaine terpaksa harus sedikit berlari mengikuti Yuki yang masih menariknya penuh antusias. Beberapa kali mereka tanpa sengaja menyenggol orang-orang yang tengah berkerumun. Festival budaya di sekolah Inaho memang yang paling terkenal di tempat itu. Tidak heran jika banyak pengunjung luar yang ikut menghadiri acara tahunan sekolah itu. "Kita kan bisa berjalan pelan saja. Tidak usah terburu-buru seperti ini Yuki-chan. Kelas Ina.. maksudku adikmu tidak akan lari.." Slaine melayangkan protesnya kepada Yuki. Cukup melelahkan juga harus minta maaf kepada oarng yang tidak dikenalnya setiap kali dia menabrak atau menyenggol orang lain karena ditarik oleh Yuki.

"Justru karena kelasnya tidak lari, kita harus cepat. Kudengar banyak orang yang mengantri hanya untuk dilayani oleh adikku. Siapa sangka dia bisa sepopuler itu?" Yuki tidak menurunkan kecepatannya, malah menambah kecepatan langkahnya sambil memuji adiknya sendiri.

Tepat seperti yang dikatakan Yuki, antrian di sana memang cukup panjang. Slaine melihat pasrah kepada Yuki, melihat dari antrian itu mustahil dalam waktu satu jam mereka akan bisa masuk ke café milik Inaho. Dengan senyum manisnya Yuki mengedipkan satu matanya, mengeluarkan ponsel dan menghubungi Inaho. Slaine tertegun, seminggu lebih ini setiap kali dia menghubungi orang itu, selalu tidak pernah ada jawaban. Kenapa sekarang, saat Yuki yang menghubunginya, Inaho langsung menjawab? Slaine berusaha menahan emosinya, dan berusaha menjawab sendiri semua pertanyaan-pertanyaannya.

Tapi semua petahanannya runtuh, begitu melihat sosok Inaho keluar dari ruang kelasnya. Seandainya saat itu Yuki tidak meremas tangannya, bisa dipastikan Slaine akan berlari ke arah Inaho detik itu juga. Sorot mata pemuda bersurai kuning itu dengan jelas mengatakan dia sangat merindukan sosok pemuda yang tengah berjalan menghampirinya dan Yuki.

"Ada apa? Sekarang masih shiftku" Tanya Inaho tanpa ekspresi kepada kakaknya.

"Aku ingin melihat cafemu, tapi antrian ini terlihat sangat panjang. Tidak bisakah kami masuk lewat belakang?"

"Tidak, antrilah seperti yang lain."

"Kau tega membiarkan kakakmu yang imut ini berdiri selama itu?"

"Bukan urusanku, jika tidak suka silahkan ke tempat lain"

"Yuki-chan.. Inaho-kun sudah.. sudah.. tidak enak jika yang lain mendengar kalian" Slaine mencoba menjadi penengah, memasang senyum manisnya untuk melerai kedua kakak beradik itu.

Inaho terlihat membuang nafas panjang. Lalu kembali melanjutkan ucapannya "Baiklah, tapi kita tidak boleh masuk bersamaan. Yuki-nee masuk lebih dulu, lima menit kemudian aku menyusul. Lalu lima menit berikutnya baru Slaine-san yang masuk."

"Menunggu sepuluh menit masih lebih baik daripada harus menunggu berjam-jam." Tangkas Slaine. Begitu ketiganya sepakat Yuki mengikut rencana Inaho. dengan perasaan tanpa dosa, kakak perempuan Inaho itu masuk lewat pintu belakang tanpa ada yang curiga. Lima menit kemudian Inaho bersiap masuk, tapi gerakannya terhenti saat ternyata Slaine menarik lengannya. Persis seperti saat Yuki tadi menariknya, sekarang giliran Slaine menarik Inaho. menjauh dari semua kerumunan itu bahkan tanpa Slaine sendiri sadari sekarang mereka sudah meninggalkan gedung utama sekolah. Nafasnya terputus-putus karna sejak tadi dia berusaha menahan emosinya.

Entah sepertinya nasib baik tengah menghampirinya, Slaine menemukan gudang terbuka, daerah yang jarang dilalui orang bahkan saat festival seramai ini sekalipun. Slaine kembali menarik Inaho memasuki gudang itu. Menutup dari dalam tempat itu. Slaine bahkan tidak tau dimana saklar lampu gudang itu. Tapi itu tidak penting sekarang. Yang penting sekarang adalah Inaho ada di hadapannya. Entah ada masalah apa, tapi Slaine yakin, Inaho berusaha menjauhinya. Dan Slaine benar-benar tidak menyukai hal itu.

"Kenapa kau tidak pernah mengangkat telponku?"

"Aku sibuk, persiapan ujian, kurasa sudah kukatakan padamu"

"Apa aku berbuat salah kepadamu?"

"Tidak"

"Lalu kenapa kau seolah menjauhiku Inaho-kun?"

"Aku bosan kepadamu"

"Bercandamu mulai tidak lucu Inaho-kun!"

"Aku sedang tidak bercanda, sejak awal aku memang tidak pernah menyukaimu. Aku hanya bermain-main denganmu. Semua pelajar yang stress saat menghadapi ujian butuh hiburan. Kebetulan saja kau menjadi hiburanku. Tapi sekarang, aku bosan…."

PLAAAAAAAK tamparan keras mendarat di pipi Inaho. Inaho terkejut, tentu saja siapapun yang ditampar pasti akan tekejut. Tapi bukan tamparan itu yang membuatnya terkejut. Melihat Slaine menangis yang membuatnya terkejut. Setidaknya Inaho berharap Slaine akan membencinya setelah mengatakan semua hal kejam itu. Tapi yang didapatinya saat ini malah berbeda. Slaine, menangis. Hal yang tidak ingin dilihat Inaho bahkan di dalam mimpinya sendiri.

Semua keangkuhannya, semua keyakinannya untuk memutuskan hubungan dengan Slaine selama seminggu lebih itu runtuh begitu saja. Lengan-lengannya refleks memeluk Slaine yang menangis. Rasa rindunya kepada si surai kuning terasa terobati. "Maafkan aku, Aku tidak ingin menyakitimu. Aku meninggalkanmu demi kebaikanmu"

Slaine tidak menjawab. Masih terisak, hanya saja kali ini dia memasrahkan dirinya dipeluk oleh Inaho. "Bagaimana jika orang lain tau hubungan kita? Dan kau, dan bagaimana jika keluargamu.." ucapna Inaho terpotong saat Slaine dengan cepat membungkam bibir Inaho dengan bibirnya.

….

"I..Ina..ho… ngghhh –kun… nghhhh hah haah kau penuhi… ghhaaahh…"

Nafas keduanya terputus-putus. Semakin lama, gerakan maju mundur pinggul Inaho semakin cepat. Sentakanya juga semakin kuat. Membuat punggung Slaine melengkung setiap kali Inaho berhasil mengenai titik sensitifnya.

"Benar-benar… sempit… seperti tidak … pernah .. digunakan" Inaho tersenyum melihat wajah Slaine yang sekarang benar-benar merah.

"u..nghhh ruse.. ahhhh ahhh ahh nggghh tentu saja… nghhh ahhh tidak ada ahhh nghgh yang pernah ahhh deeper ngghh melakukannya selain ahhh dirimu.. nghhhh" Slaine mengalunkan lengannya di leher Inaho. Pemuda berambut coklat itu mendekatkan wajahnya. Slaine dengan jelas bisa mencium wangi shampoo aroma jeruk khas Inaho. Merasa sama-sama akan sampai batasnya Inaho pun menutup bibir Slaine dengan bibirnya. Tidak ingin suara lenguhan Slaine dinikmati orang lain. Dan benar saja lima sentakan kemudian, lubang milik Slaine telah terisi penuh oleh cairan milik Inaho. Begitu pula dengan Slaine, mengeluarkan semua cairannya bahkan beberapa sampai menegnai wajah Inaho. Slaine tertawa melihat wajah datar milik Inaho berantakan karna ulahnya.

Lima menit mengatur nafas, Inaho kembali menciumi Slaine, menggigiti kecil niple-niple Slaine yang sekarang kembali berwarna merah muda. "Sekali lagi Slaine-san" bisiknya nakal.

~TBC~

OWARI

AKU KEMBALI~~~~ /dilempar sandal/ Maafkan otak ini yang rada error, datang-datang bawa hard lemon. Tapi pasti banyak yang nunggu /pede/ Tapi emang banyak kok, ada beberapa malah yang selalu nagih di line :v. BTW kalimat "Sekali lagi Slaine-san" itu terinspirasi dari salah satu author wabtoon fave saya :v