Summary: Akhirnya ada seseorang yang bisa membuat Inaho merasakan 'jatuh cinta' tapi bagaimana jika orang itu adalah pacar kakaknya sendiri? Bagaimana cara Inaho merebut Slaine dari kakaknya?
Disclaimer: Gen Urobuchi, Katsuhiko Takayama
Genre: Romance, YAOI ALLERT
Rate: M
Pairing: Inaho x Slaine
Warning: OOC, typo eperiwer~~~~ , BL, Yaoi, Absurd, gak nyambung dengan summary, bahasa berantakan, Beware Lemon Inside!
DON'T READ , IF YOU DON'T LIKE STORIES ABOUT BL~~
DIFFICULT LOVE
(chap 1)
"The Dangerous First Sight"
Langit sudah berubah warna menjadi orange kemerahan. Burung-burung gereja terlihat mengitari pohon untuk kembali ke sarang mereka masing-masing. Begitu pula Inaho Kaizuka. Siswa kelas tiga Deucalion High School, seperti hari-hari sebelumnya saat tidak memiliki jadwal les dia akan menghabiskan waktunya di rumah. Membuat makan malam untuknya dan kakaknya yang satu tahun lebih tua darinya. Dia dan kakaknya terpaksa harus tinggal hanya berdua di salah satu apartement karna orang tua mereka harus bekerja di daerah lain. Kakak perempuannya sendiri adalah mahasiswa tahun pertama di Universitas Deucalion. Salah satu Universitas terbaik di negara itu.
Meskipun kakak beradik yang tinggal dalam satu rumah, mereka berdua terbilang jarang bertemu. Hanya bertemu secara langsung di hari sabtu malam, saat makan malam. Sejak duduk di bangku kelas tiga senior high school, Inaho mengikuti banyak sekali bimbingan belajar untuk persiapannya mengikuti ujian masuk di tempat kakaknya kuliah. Hanya sabtu malam dia tidak memiliki jadwal les karna memang tidak ada tempat les yang buka di hari sabtu. Kakaknya sendiri sibuk dengan kegiatan ospek di kampusnya yang hampir setiap hari, maklum anak kuliah tahun pertama. Mereka berdua juga tidak bertemu saat sarapan pagi karna Inaho selalu berangkat pagi-pagi sekali saat kakanya masih tertidur. Apartement yang berisi dua orang itu selalu nyaris terlihat seperti apartement tak berpenghuni.
Hari ini, Inaho menyiapkan lebih banyak masakan setelah mendapat pesan singkat dari kakaknya yang mengatakan akan mengenalkan dia kepada pacarnya. Tiga porsi omelet rice, telur gulung dadar manis dan asin, dan screamble egg juga dibuat Inaho. Tidak lupa Inaho juga membuat banyak jus jeruk alami yang diperasnya sendiri sebagai pelengkap. Tepat setelah dia selesai menata meja untuk makan malam mereka, bel di apartement itu berbunyi. Inaho yang masih mengenakan celemek berwarna orangenya membukakan pintu.
Saat itu juga pandangannya seketika fokus melihat sosok yang datang bersama kakaknya. Pria dengan rambut berwarna kuning pucat, kulit putih yang bisa membuat para gadis yang melihatnya iri, iris mata berwarna hijau kebiruan yang tampak seperti warna laut menenangkan namun juga msiterius. Orang itu tersenyum ramah, membuyarkan lamunan Inaho yang beberapa saat itu. Aroma mint lembut keluar saat pria itu berjalan tepat di hadapan Inaho. Ada perasaan aneh yang seketika anak bungsu keluarga Kaizuka itu rasakan, perasaan aneh tepat di dadanya.
"Yuki-chan, rumahmu sangat nyaman" ucap tamu mereka itu setelah duduk di sofa berwarna hijau tosca yang ada di ruang keluarga. Iris hijau kebiruan itu memandang penuh antusias ke seluruh ruangan.
"Tentu saja, ini semua berkat Nao-kun" Satu-satunya wanita yang ada di sana memeluk Inaho sayang. "Dia bahkan jago masak loh. Ahh iya sampai lupa. Sayang, dia ini adikku. Adikku satu-satunya di dunia ini yang kusayangi. Inaho Kaizuka. Kamu bisa memanggilnya Nao-kun juga, karna suatu saat dia akan menjadi adikmu. Nah, Nao-kun perkenalkan dia ini Slaine Troyard pacarku. Kamu harus baik-baik yah kepadanya, karna suatu hari dia akan menjadi kakakmu juga"
"Halo Nao-kun, namaku Slaine Troyard" ucap pria berambut pirang itu menjulurkan tangannya ramah kepada Inaho.
"Jangan sok akrab dengan memanggilku Nao-kun. Belum tentu kalian menikah" Inaho menyambut uluran tangan perkenalan Slaine. Wajahnya tetap datar seperti biasa meskipun ada nada ketus dari ucapannya tanda bahwa dia tidak suka.
"Nao-kun.!" Yuki menegur Inaho yang menurutnya sedikit tidak sopan. "Ma-maaf sayang, cara bicaranya memang seperti itu. Tapi dia baik kok" ucapnya menjadi penengah. "Bagaimana kalau kita langsung makan malam saja? Kulihat Nao-kun bahkan sudah mengatur meja makan" ajak Yuki. Lengan kanannya mengapit Inaho, sementara lengan kirinya mengapit Slaine.
Tidak banyak suara yang Inaho keluarkan saat makan malam, sejak tadi dia terlalu fokus menikmati makan malam buatannya. Setidaknya begitulah di mata Yuki dan Slaine. Namun, sebenarnya Inaho sejak tadi memperhatikan setiap gerakan Slaine dari ujung matanya. Seperti memiliki magnet, Inaho tidak bisa mengalihkan pandangannya dari orang bernama Slaine itu. Mereka bertiga berada di satu meja makan yang sama, tapi seperti berada di dimensi yang berbeda. Slaine dan Yuki yang terlihat saling menyuapi satu sama lain dengan mesra. Mereka bahkan tidak sungkan memamerkan kemesraan mereka di depan Inaho, atau mereka bahkan lupa jika Inaho ada di sana? Entahlah, hanya mereka berdua yang tau. Dan Inaho yang sejak tadi diam seperti sedang menonton drama di layar televisi yang bahkan jika dirinya protespun tidak akan di dengarkan oleh Slaine dan Yuki.
"Masakanmu enak sekali Na.. Inaho-kun" ucap Slaine setelah beberapa waktu. Slaine akhirnya menyadari ada makhluk lain di meja makan itu sedang menatapnya sejak tadi. Bulu kuduk Slaine sedikit berdiri, tentu saja setiap adik akan menatap seperti itu kepada pacar kakaknya. Bagaimanapun Slaine harus bisa mengambil hati Inaho, agar hubungannya tetap langgeng dengan Yuki di kemudian hari.
"Benarkan sayang? Inaho memang paling bisa diandalkan untuk hal seperti ini" timpal Yuki mengiyakan pacarnya.
Slaine mengangguk, sedikit menelan ludahnya saat melihat Inaho masih tidak merubah ekspresinya dan masih tetap menatap Slaine. "Seandainya dia seorang gadis, aku pasti akan jatuh cinta padanya dan memilihnya dibandingkan dirimu Yuki-chan. Dia sangat ahli mengurus rumah tangga, siapapun yang menjadi pasangannya pasti bahagia. Hahahaha" Slaine tertawa renyah, membuat Yuki sedikit memajukan bibirnya berpura-pura tidak senang mendengar ucapan kekasihnya itu.
"Yap, untung saja Nao-kun itu pria. Jadi aku tidak perlu repot-repot berebut dengannya" Yuki ikut tertawa. Membayangkan adiknya itu seorang gadis dan mereka akan bertengkar hanya karna pria bernama Slaine. Benar-benar suatu lolucon terlucu yang pernah melintas di fikirannya.
"Terima kasih atas makanannya" ucap Inaho mengatupkan kedua tangannya penuh syukur. Dengan cepat membereskan piring, gelas, sumpit dan mangkuk yang tadi digunakannya dan membawanya ke wastafel. "Yuki-nee jika kalian sudah makan simpan saja piring kotornya di wastafel, besok pagi akan kucuci." Inaho meninggalkan kakaknya dan Slaine yang masih terlibat percakapan omong kosong menurut Inaho.
Kamar bernuansa orange milik Inaho gelap gulita. Bukan karna Inaho sudah tertidur, matanya bahkan masih terbuka lebar menerawang langit-langit kamarnya. Gambaran wajah tersenyum Slaine yang pertama kali dilihat Inaho lewat di hadapannya. Inaho menatap langit-langit kosong itu seperti seorang ahli lukisan yang tengah menilai sebuah mahakarya. Inaho bisa dengan jelas melihat sosok Slaine di sana, jantungnya kembali berdegup kencang. Telapak tangannya dingin, namun mengeluarkan keringat. Beberapa kali Inaho mengganti posisinya, berguling ke samping kanan dan kiri, tapi setiap kali dia menghentikan gerakannya dan kembali membuka matanya sosok wajah Slaine kembali muncul.
Lebih dari satu jam Inaho berguling-guling di tempat tidurnya sendiri. Rasa haus akhirnya menuntunnya untuk keluar kamar, mencari air untuk membasahi tenggorokannya yang terasa sangat kering. Lampu di koridor yang memisahkan kamarnya dan Yuki terlihat padam, lampu ruang keluarga yang menjadi ujung keridor itu juga terlihat padam. Slaine pasti sudah pulang begitulah kira-kira yang ada di kepala Inaho sampai matanya menangkap sosok kakaknya tengah duduk di sofa. Rambut panjang kakaknya terlihat sedikit berantakan, kemeja yang tadi digunakan kakaknya terlihat terbuka menampilkan sosok kakaknya yang terlihat hanya menggunakan pakaian dalam yang menutup dadanya.
Dari balik sandaran kursi muncul sepasang tangan yang menjulur ke arah pundak Yuki. Tidak lama setelahya sosok Slaine juga terlihat –muncul bangkit dari posisi berbaringnya yang terhalang sandaran kursi– lalu menciumi leher Yuki. Tanpa sadar Inaho mengepalkan tangannya sendiri. Menyentakkan kakinya setiap kali melangkah agar dua orang itu sadar akan keberadaannya, namun tidak ada satupun dari mereka yang sadar. Mungkin karena sudah terlalu tenggelam dengan apa yang mereka akan lakukan. Tanpa rasa bersalah Inaho menekan saklar lampu ruang keluarga itu. Yuki dan Slaine terlihat kaget dan sedikit malu saat ternyata Inaho mendapati mereka dalam keadaan seperti itu.
"Na-Nao-kun? A-pa yang kau lakukan? Bu-bukannya kau sudah tidur?" Yuki tergagap memasang satu demi satu kancing bajunya, dan menyisir rambutnya dengan jarinya. Sementara itu Slaine membantu Yuki merapikan rambut pacarnya itu.
"Aku haus" Inaho melangkah masuk ke dapur, wajah datar tanpa ekspresinya masih terpasang sempurna seolah tidak menyaksikan apa-apa di ruang keluarga itu. Membuat pasangan kekasih itu semakin salah tingkah.
Setelah menghabiskan dua gelas air, Inaho yang tadinya ingin langsung kembali ke kamarnya malah mengurungkan niat. Tumpukan cucian piring kotor yang tadi mereka gunakan lebih menarik perhatiannya. Inaho menggulung lengan bajunya sampai siku, memulai mencuci piring-piring kotor itu. Sementara itu, di ruang keluarga Yuki dan Slaine memutuskan menyalakan televisi untuk membuang waktu, menunggu Inaho kembali ke kamarnya. cucian piring yang harusnya bisa selesai dalam waktu sepuluh menit itu belum juga diselesaikan Inaho bahkan setelah hampir satu jam. Inaho masih asik bermain air di wastafel. Kegiatan cuci mencucinya baru selesai setelah mendengar pintu apartement mereka terbuka saat Slaine berpamitan pulang.
"Aku mau ke minimarket membeli telur" ucap Inaho sedikit berteriak, agar suaranya terdengar kepada kakaknya yang sudah masuk ke dalam kamarnya. Slaine baru saja meninggalkan apartement mereka sekitar lima menit lalu. Inaho berlari kelift, memencet tombol di sana dengan tidak sabaran.
Apartement milik Inaho langsung terhubung dengan jalan utama teramai di kota itu. Meskipun malam sudah semakin larut, tapi jalan itu masih ramai dengan orang yang berlalu lalang. Inaho yang baru keluar dari gedung apartementnya terlihat bingung mencari sosok Slaine. Tidak mungkin dia bisa hilang secepat itu. Matanya membulat saat melihat surai kuning milik Slaine sedikit bergoyang dipermainkan angin malam. Slaine terlihat berdiri mengantri di depan stand takoyaki. Inaho memperpanjang langkahnya agar bisa mencapai Slaine secepat mungkin. Antrian di depan Slaine masih ada lima orang saat Inaho menarik Slaine keluar dari antrian itu.
Wajah Slaine sedikit merah saat menyadari adik dari pacarnya menariknya seperti orang bodoh. Beberapa orang yang mengantri di belakang Slaine berbisik dengan orang yang ada di dekatnya, ingin tau apa yang terjadi di antara dua pemuda yang lumayan tampan itu.
"I-Inaho-kun? Ada apa?" Tanya Slaine berusaha melepaskan pegangan Inaho. Namun Inaho sama sekali tidak memperhatikan pertanyaan Slaine dan bisik-bisik orang di belakang mereka. Inaho masih tetap menarik paksa Slaine agar orang itu mengikutinya. Setelah lebih dari lima belas menit terjadi seret menyeret, mereka berdua sampai ke sebuah kuil tua. "Inaho-kun?" Slaine masih menuntut jawaban saat menyadari posisinya tepat di tengah antara Inaho di hadapannya dan tembok di belakangnya. "Apa..huuummmpp" belum lagi Slaine menyelesaikan kalimatnya, dan fikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang apa yang sebenarnya Inaho lakukan, bibirnya sudah terkunci dengan bibir Inaho. "KAU GILA YAH?" Slaine berteriak kepada Inaho yang masih menatap matanya dalam.
"Aku ingin membantumu" bisik Inaho pelan di telinga Slaine lalu menjilati telinga pria pirang itu.
"HAAAAAAAAAH? APA MAKSUDMU?"
"Kubilang aku ingin membantumu. Kau menahannyakan? Tidak mungkin kau bisa menghilangkan hasratmu yang tadi begitu saja. Makanya aku akan membantumu Slaine-san"
"KAU INI BENAR-BENAR GILA! AKU INI SUDAH PUNYA PACAR! JIKA KAU LUPA SIAPA PACARKU, DIA ITU YUKI KAIZUKA! KAKAK KANDUNGMU SENDIRI! LEPASKAN AKU ANAK KECIL!" Slaine masih berusaha melepaskan dirinya, tapi dia tidak tau bahwa Inaho bisa sekuat itu menahannya.
"Tapi, yang di bawah sini berkata lain" Inaho menggerak-gerakkan tangannya pada celana bagian depan Slaine. Sesuatu mengeras di dalam sana. Kembali Inaho menjilati telinga Slaine, membuat si pirang tidak bisa menahan dirinya untuk berdiri lebih lama. Slaine jatuh terduduk, masih bersandar di bangunan kuil yang terbuat dari kayu berumur lebih dari tiga ratus tahun lalu itu. "Tadi kau belum sempat mengeluarkannya kan? Aku akan membantumu mengeluarkannya." Dengan posisinya itu, Inaho semakin leluasa menyentuh Slaine. Dalam sekejap setengah baju Slaine sudah tersingkap, membuat Inaho bisa melihat niple Slaine yang sudah mulai menegang. Inaho memainkan lidahnya perlahan, turun dari telinga Slaine ke bagian dada. Turun lagi ke bagian pusar dan kembali ke dada. Slaine ingin melawan, tapi sekali lagi usahanya sia-sia. Nyanyian caci makinya kepada Inaho berubah saat Inaho mulai menggigiti niple-niple Slaine yang berubah warna menjadi merah. Menyisakan suara "Nggh.. Ahh..." yang terus berganti setiap kali Inaho merubah pelakuannya kepada tubuh Slaine yang saat ini sudah terbaring.
"Siapa sangka suaramu juga terdengar sangat indah Slaine-san"
"Diam kau anak kecil! Kupastikan kau akan menyesal! Si… Nggghhh"
Puas dengan bagian tubuh atas Slaine, Inaho melanjutkan dengan melepas belt yang melingkar di pinggang Slaine. Menurunkan resleting celana berbahan jeans yang dipakai oleh si pirang. Dengan perlahan Inaho melepaskan benda yang terperangkap di balik boxer berwarna biru muda yang dipakai Slaine. Tangan kanan Inaho terlihat bergerak naik turun pada benda milik Slaine, sedangkan tangan kirinya sudah menyusup ke bagian belakang tubuh Slaine. Inaho memasukkan dua jarinya tangannya ke mulut Slaine, agar jarinya basah. Setelah merasa cukup basah, Inaho menarik jarinya memasukkan ke lubang bagian belakang milik Slaine.
Slaine tampak meringis kesakitan karna perbuatan Inaho itu. Tapi tidak lama, karna dengan cepat Inaho menemukan titik sensitif Slaine di dalam sana. Saliva mengalir dari ujung bibir Slaine saat Inaho semakin mempermainkannya –mempercepat gerakan naik turun tangannya dan mempercepat gerakan keluar masuk jarinya–. Cairan putih keluar dari benda yang tengah dipegang Inaho di tangan kanannya, punggung Slaine sedikit terangkat. Nafasnya putus-putus kekurangan oksigen. Melihat Slaine yang seperti sudah tidak berdaya untuk melarikan diri. Inaho akhirnya melepaskan Slaine beberapa menit untuk melucuti pakaiannya sendiri. Kembali pria dengan surai coklat itu menari-narikan lidahnya hampir di seluruh tubuh Slaine agar si pirang kembali terangsang.
Si pirang yang sudah kehabisan tenaga akhirnya mencakar pundak Inaho saat pria bersurai coklat itu kembali menginvasi bagian belakang Slaine. Kali ini bukan dengan dua jarinya, namun dengan benda tumpul miliknya yang berukuran jauh lebih besar. Beberapa bekas cakaran tertinggal di pundak Inaho.
"Si..Sial.. Kau benar-benar sangat sempit Slaine"
"Akan kubunuh kau nnnggghhh haaah haaah setelah nnnggh ini nnggghh"
Tidak seperti ucapannya, Slaine malah menarik kepala Inaho mendekat ke wajahnya. Menginjinkan lidah Inaho untuk menginvasi bagian dalam mulutnya juga. Semakin cepat pinggul Inaho bergerak, semakin kuat sentakan yang dilakukannya, dan semakin pendek jarak tubuh mereka. Semakin kuat juga dorongan Slaine kepada kepala Inaho agar ciuman mereka tidak terlepas. Inaho kembali menaik turunkan tangannya di benda milik Slaine yang kembali berdiri seperti menantang.
"Nggghhh Sial… Sial! Ngggghhh"
"Slaineeeeeeeee-san haaaah haaah " Inaho mengangkat wajahnya, punggungnya melengkung sedikit bergetar saat di bawah sana dia mengeluarkan semua miliknya tepat di dalam Slaine. Sementara itu, untuk kedua kalinya pada malam itu Slaine menumpahkan milikknya tepat di telapak tangan Inaho. Inaho rubuh tepat di atas tubuh Slaine yang juga kehabisan tenaga. Menjilati tangannya yang masih berlumuran benda cair putih milik Slaine.
"Sial! Harusnya pengalaman pertamaku itu bersama Yuki!" Slaine memakai pakaiannya yang kusut. Setelah setengah jam lebih, tenaga mereka sudah sedikit kembali pulih setidaknya untuk memakai pakaian. "Siaaaal! Aku sudah mengkhianati Yuki!" Slaine mengapit kepalanya dengan kedua lengannya tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
"Ini takdir kita"
"HAAAAAAAH? TAKDIR? KAU SAJA YANG SINTING!" Slaine kembali berteriak kepada Inaho yang sekarang tengah duduk di hadapannya dan menangkupkan kedua tangannya tepat di pipi Slaine.
"Tadi juga pertama kalinya buatku. Bukankah itu takdir?"
"Aku tidak peduli denganmu. KAU ITU SINTING! Yuki-chaaaan maafkan aku.. maafkan aku" Slaine terus meminta maaf kepada Yuki yang tidak ada di hadapannya.
"Tapi Aku peduli chuuuuu" Inaho kembali mengecup bibir Slaine, yang dibalas dengan jambakan Slaine di surai coklat Inaho
~TBC~
OWARI
KAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH akhirnya.. akhirnya buat yang M (shock sendiri) /padahal udah pernah buat M yang soft (sok polos).. Ini masuk hard bukan sih? Duuuuuuuuuuh duuuh duuuuh semoga yang ku ketik ini bisa dibayangkan yah.. habisnya ini ngetik sambil liat-liat fanart InaSure yang unrated. Semoga ketikannya gak kemana-mana.. ugggghh (guling-guling) Maafkan ke-absurd-an fanfic ini (kabur ke moonbase) .. fanfic ini ku dedikasikan untuk sahabatku tersayang Hiragi-san akan Aya-chan aka Jeng Ririn aka Nao Hiragi! Selesai dia baca Last Refrain dia malah minta yang rate M. Jadi kalo ada yang mau protes otaknya jadi nistah karna baca fanfic tak berperasan ini salahkan dia yah. Sudah ratednya M, multichap pula.. duuuuuhhh kalo gini kapan insafnya? hahahahah