"Serahkan!",
"Cepat berikan! atau kau mau ku pukul lagi?", ancam laki-laki itu,
"Tidak akan!", ucap perempuan bersurai merah yang terus bersikukuh mempertahankan dompet lusuh berisi beberapa lembar uang hasil begadangnya semalaman menjahit,
"kau lebih suka aku memakai cara kasar rupanya!"
PLAKK!
perempuan bersurai merah itu tersungkur karena tamparan keras di pipinya,
"Terima kasih sayangku". Ujar laki-laki itu setelah berhasil merebut dompet lusuh dari genggaman pemiliknya,
"Jangan, hiks hiks,"
"Diam kau!"
PLAKK!
Laki-laki itu kembali menampar perempuan tak berdaya tersebut,
"Jangan pakai uang hasil keringatku untuk meniduri wanita-wanita jalangmu, brengsek! aku bekerja siang malam demi Naruto membayar uang sekolahnya, bukan untuk wanita jalang simpananmu!", bibir lembut itu kini tak dapat lagi menahan amarahnya, semuanya ia ungkapkan bahkan tanpa ada lagi air mata untuk lelaki di hadapannya ini,
"Kau?! Cuih! Berani sekali kau berkata seperti itu padaku!"
Wanita berusia 40 tahunan itu mencoba berdiri menyeimbangkan tubuhnya, ia memegang kepalanya, pandangannya seakan mengabur akibat tamparan tadi,
"Aku sudah benar-benar muak padamu Minato!"
PLAKK! PLAKK!
wanita itu kembali tersungkur, pipinya benar-benar terasa panas dan perih kali ini,
"Aku tak takut padamu!", teriaknya masih mencoba bangkit,
Laki-laki itu mendekat bersiap memukul sang istri yang lemah,
"Hentikan!"
"Jangan sakiti kaasan!",
"Kaasan...",,
"Kaasan tidak apa-apa Naruto", sangkalnya bohong,
"Kau?! Sekali lagi kau menyakiti kaasan, ku bunuh kau!", remaja bersurai kuning jabrik itu benar-benar geram melihat ibunya disiksa terus-terusan oleh sang ayah,
"Hahahaha, apa? apa aku tidak salah dengar? Kau ingin membunuhku? Bocah ingusan ingin membunuhku? hahahaha, itu benar-benar terdengar lucu hahaha",
Pria itu menghentikan tawanya, dan menyeringai ke arah Naruto,
BUGH, BUGH, BUGHH,
"ini pelajaran untukmu, bocah tengik!"
BUGH, BUGHH
"Berbicaralah yang sopan pada tousan!",
BUGH!
Satu pukulan keras pada perut Naruto membuatnya jatuh terjerembab,
"A-aku, a-ku tidak s-sudi !", ucap Naruto bergetar mencoba tetap menjaga kesadarannya,
"Kau bajingan! Enyah kau dari kehidupanku dan kaasan!", dengan gemetaran akhirnya Naruto berhasil berdiri,
"Narutooo...", ucap lirih Kushina menahan tubuh Naruto yang sempoyongan,
BUGGHHH!
satu pukulan telak dari sang ayah kembali membuat Naruto tersungkur,
BUGH, BUGH, BUGH,
"Hentikan hiks hiks, ku mohon.. sudah cukup, pergilah.. ku mohon hiks, kau boleh ambil uang itu, hentikan hiks hiks", wanita lembut itu berjongkok meraih kaki Minato yang tengah kesetanan menghajar Naruto,
"Menyingkir kau!"
BUGH!
dengan keras Minato menendang Kushina, menyebabkan wanita lemah itu menghantam meja di belakangnya,
Masih setengah sadar, Naruto kembali berusaha bangkit dan berusaha berpegangan pada mesin jahit tua milik sang ibu di sebelahnya, namun tangannya tak sengaja meraih gunting pada pinggiran mesin jahit itu,
Minato yang kesetanan kini malah hendak menghajar istrinya,
Kushina menutup kedua matanya, bersiap menerima perlakuan kasar sang suami,
JLEBBHH!
BRUKKHH!
Minato terduduk, ia memegang punggungnya,
Tangannya berlumuran darah,
Kushina membuka matanya perlahan,
JLEBH, JLEBH, JLEBH,
berkali-kali ujung runcing itu menusuk punggung Minato,
"Naru.. ", Wanita paruh baya itu membungkam mulutnya sendiri, ia benar-benar syok melihat adegan di hadapannya,
"K-kaau?!.." Minato mencoba mengeluarkan suaranya, namun...
BRUKH!
Kini tubuh Minato benar-benar tersungkur tak bergerak,
Crakhh!
Gunting berlumuran darah itu terjatuh begitu saja dari tangan Naruto,
Tangan berkulit tan itu ikut ternoda warna merah berbau amis,
Tubuh Naruto benar-benar gemetaran, ia terhuyung ke belakang dan jatuh terduduk di atas kursi goyang ibunya,
Ia menjambak rambutnya sendiri, membuat surai kuningnya ikut-ikutan berbaur dengan warna merah,
"Heh, heh, heh, Hahahahahaha.. Naruto.. Hah, hah, hahaha, kau membunuhnya, kau membunuh bajingan itu hahaha, kita bebas Naruto, kau membebaskan kita dari lelaki keparat itu, hahahaha",
GREBHH!
"Kaasan..." Naruto memeluk tubuh ringkih sang ibu,
"Dia mati Naru..."
Kaki Kushina menendang-nendang kecil tubuh tak bergerak Minato,
"Hahahahahaha, k-kita b-bebas? Lelaki brengsek ini tak akan lagi menyiksa kita Naruto, hahaha kita bebas Naru, kita bebas" Kushina menggenggam pundak Naruto mengguncang-guncangkannya,
Ada perasaan takut, bersalah, berdosa, kalut, namun... Ia merasa bebas, ringan seolah beban dalam hidupnya yang begitu berat terhempas jauh entah kemana, ada semacam rasa senang karena terlepas dari si brengsek itu.
Dan.. Dan.. Dan ia menyukai perasaan ini, benar-benar menyukai perasaan ini,
"Hah, hah, hahahahaha, kaasan... A-aku, a-aku, aku membunuhnya?, kita b-bebas?, Hahahaha, kita bebas kaasan, kau benar kaasan kita bebaaasss...".
.
.
.
.
.
BRUKH!
"Aduh!",
"G-gomen, a-aku tidak s-sengaja",
Karena asik membaca buku, Naruto tidak melihat-lihat jalan dan menabrak seorang gadis yang berjalan berlawanan arah dengannya, membuat gadis itu terjatuh dengan tumpukan berkas-berkas yang ia bawa,
Memang bukan sepenuhnya salah si rambut kuning ini, karena tumpukan berkas yang dibawa gadis ini pun turut andil sebagai penyebab terjadinya insiden barusan,
Namun karena ia tahu siapa gadis yang ia tabrak lantas dengan sigap ia segera meminta maaf dan membantu merapikan kembali kertas-kertas yang berserakan di lantai itu,
Gadis yang benar-benar sangat ia hormati, ia kagumi, ah bahkan mungkin ia cintai, dari pertama awal pertemuan mereka saat masa orientasi siswa yang menjadikan gadis ini sebagai kakak pembinanya. Ya gadis ini adalah ketua Osis di sekolahnya, siapa lagi jika bukan Hyuga Hinata, gadis manis yang memiliki manik amethyst seindah rembulan, rambut indigo panjang sepunggung yang sangat menawan, serta tubuh langsing semampai, dan tentunya ia juga ramah pada setiap orang, membuat siapa pun akan jatuh hati padanya pada pandangan pertama,
"G-gomen ss-senpai". Ucap Naruto kikuk pada seniornya,
Dan Hinata hanya membalasnya dengan senyuman manisnya, membuat jantung Naruto semakin berdetak cepat,
"Namamu Naruto kan?" tanya Hinata,
DEGH
'dia tau namaku?' batin Naruto tak percaya,
"H-Ha'i" jawab Naruto singkat tanpa berani mengalihkan pandangannya pada sosok gadis manis di hadapannya,
"Makanya lain kali kalau jalan pakai matamu!" hardik gadis berambut pink permen kapas di sebelah Hinata dengan angkuhnya,
Ya siapa lagi jika bukan Haruno Sakura, wakil ketua Osis sekaligus sahabat dari gadis bersurai indigo yang disukai Naruto.
Namun berbeda dengan Hinata, gadis ini justru sangat angkuh dan sombong, bahkan ia selalu memperlakukan siswa yang menyukainya layaknya pembantu, membawakan tas dan buku-bukunya sampai ke kelasnya, membawakan makanannya, mengerjakan PR nya, ya pemuda bodoh yang mau diperlakukan seperti itu adalah Rock Lee, pemuda yang dengan sangat tulus menyukai Sakura, anak konglomerat itu bahkan rela masuk ke dalam selokan demi mengambil sepatu Sakura yang dengan sengaja ia jatuhkan sendiri untuk mempermalukan Lee, tapi apa mau dikata, seperti kata pepatah 'Cinta itu Buta' dan itu pun terjadi pada Rock Lee anak salah satu pengusaha terkenal bernama Maito Guy, dan jika bukan karena Lee, Sakura pun tak akan berada pada posisi wakil ketua Osis di Konoha High School seperti sekarang ini,
"Cepat sedikit kenapa sih!" gerutunya,
Bukannya membantu sahabatnya merapikan kertas-kertas yang berhamburan ke mana-mana, gadis bermata emerald itu malah hanya berkacak pinggang dan mengetuk-ngetukkan sepatunya seraya memperhatikan kuku-kukunya yang baru di manicure kemarin,
"Kalau kau sudah lapar, kau duluan saja ke kantin Sakura-chan", ucap Hinata dengan senyum manisnya,
'Angel' batin Naruto,
Baru saja Sakura akan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu, seorang pemuda berambut raven datang menghampiri dan langsung berjongkok membantu Hinata dan Naruto membereskan kertas-kertas itu,
"Aduh Hinata-chan mana mungkin aku meninggalkanmu dan makan sendirian", celoteh Sakura munafik dan ikut berjongkok pura-pura membantu,
"Arigatou" ucap Hinata tulus,
Akhirnya dengan 4 sumber daya manusia, berkas-berkas itu tertumpuk rapih seperti semula,
"Sudah selesai kan? Kau masih punya janji makan siang denganku nona manis", ujar pemuda berambut raven tadi pada Hinata,
"Tapi Sasuke-kun, aku harus meletakkan berkas-berkas ini dulu ke lokerku", alibi Hinata berusaha menghindari ketua tim basket kekasihnya,
"Tidak ada alasan, kali ini aku tidak menerima penolakan darimu sayang", ucap Sasuke manja,
Kemudian ia merebut tumpukan kertas pada tangan Hinata dan memberikannya pada Sakura,
"Mohon bantuannya nona wakil ketua Osis", ucap Sasuke penuh penekanan pada Sakura,
Dan itu berhasil membuat gadis pink itu menyunggingkan senyum kecut pada Hinata yang sudah menjauh ke arah kantin digandeng Sasuke,
"Dasar jalang! Akan ku pastikan kau dan Sasuke-kun berpisah secepatnya!" umpat Sakura lalu menghempaskan kertas-kertas itu ke tanah dan membuatnya kembali berserakan kemudian meninggalkannya tanpa menghiraukan seseorang yang masih berada di sana,
"Ck ck ck, sepertinya cinta sudah membentuk segi rupanya..."
"Hmm... Menarik", ucap pemuda itu tersenyum sarkastik,
to be continued...