Seungkwan berguling-guling di kasurnya. Dia sudah terbaring disini selama tiga hari dan ia belum bisa melakukan apa-apa.
Iya, Seungkwan sakit. Tepatnya tiga hari yang lalu, ia dan kekasih bule-nya hujan-hujanan sepulang jadwal fansign Seventeen di Daegu.
Seungkwan tidak menyalahkan Vernon, kok. Tidak sama sekali. Karena dia sendiri yang meminta izin pada Seungcheol untuk pergi berdua sebentar bersama Vernon, mereka sudah pasti tidak menyangka akan hujan hari itu. Vernon sudah berkata agar Seungkwan menunggu jemputan supir pribadi Seventeen, tapi memang dasarnya Seungkwan tipe anak yang tidak sabaran, jadi ia menarik Vernon hujan-hujanan.
Bodohnya, tubuh Seungkwan itu termasuk tubuh yang tidak memiliki sistem imun yang kuat.
Ya jadinya seperti ini. Sepulang ia hujan-hujanan dengan Vernon hari itu, ia langsung pingsan tepat di depan pintu dorm. Saat itu member sudah terlelap. Vernon langsung membangunkan para member untuk membantu Vernon membawa Seungkwan ke rumah sakit.
'Cklek'
Suara pintu kamar terbuka dan menampilkan seorang pemuda tampan dan ditangannya terdapat kresek berwarna putih.
Tersenyum, Vernon (pemuda tampan itu) mendekati Seungkwan yang mengerucutkan bibirnya. Vernon mengelus rambut Seungkwan pelan,
"Ada apa sayangku?" Seungkwan hanya mendelik dan memalingkan wajahnya lagi. Vernon menghela nafas,
"Kenapa? Kau ingin pulang lagi?" Seungkwan mengangguk sambil tetap memandang arah lain.
Vernon mengelus lembut rambut Seungkwan (lagi), "Sayang, kau masih belum sehat. Nanti kau drop lagi bagaimana? Lagipula kenapa sih kau selalu ingin pulang? Kau merindukan member? Kan mereka selalu kesini setiap hari, ya walaupun tidak satu hari tiga belas orang, tapi setidaknya mereka tetap menjengukmu, kan?"
Seungkwan membalikkan badannya dan menatap mata Vernon, "Hansol-ah, ada sesuatu yang lebih aku khawatirkan daripada member."
Vernon mengerutkan keningnya, "Siapa?"
Seungkwan menunjuknya menggunakan dagu milik pemuda Jeju itu.
"Kau mengkhawatirkanku?" Seungkwan mengangguk dan menggambar abstrak di sprei tempat tidurnya.
Vernon tersenyum lembut dan mengelus pipi gembul Seungkwan, "Hey, sayang."
Seungkwan mendongakkan kepalanya dan disuguhi sepasang mata yang bersorot serius dari Vernon.
"Kau kenapa mengkhawatirkanku?"
"Ya jelas lah aku mengkhawatirkanmu, bodoh. Kau selalu bersamaku di rumah sakit. Ketika member lain pulang kau selalu tetap disini. Kau kurang istirahat karenaku. Kau yang-"
'Cup'
"Boo Seungkwan, dengar. Aku ada disini karena aku mengkhawatirkanmu. Aku ada disini karena aku adalah kekasihmu. Aku ada disini karena aku ingin selalu menjagamu. Aku tidak peduli jika aku tidak tidur sekalipun jika alasannya harus menjagamu. Jangan pernah merasa bahwa kau merepotkanku. Karena aku tulus melakukannya, Choi Seungkwan."
Kedua mata Seungkwan berkaca-kaca namun ia terkekeh dan sedikit merona karena ucapan Vernon, "Apa-apaan kalimat terakhirnya itu, Choi Hansol."
Vernon tertawa dan memeluk tubuh Seungkwan, "Kan sebentar lagi juga kau akan menjadi Choi Seungkwan. Tunggu saja."
Seungkwan mendongak dan menyodorkan kelingkingnya ke hadapan Vernon, "Janji?"
Alih-alih mengaitkan kelingkingnya, Vernon mengecup ujung jari kelingking Seungkwan, "Janji!"
Mereka tertawa bersama sambil tetap berpelukan hangat.
Vernon melepaskan pelukannya terlebih dahulu, "Kau tidak istirahat?"
Seungkwan menguap besar, "Hooaamm iya aku mengantuk."
Vernon buru-buru menangkup mulut Seungkwan dengan tangannya, "Kau ini, kalau menguap itu tutup mulutmu. Kalau fans tahu bisa habis kau."
Seungkwan hanya nyengir dan memperbaiki posisinya untuk tidur.
Vernon merengut melihat di hadapannya bukan wajah dan dada Seungkwan, melainkan punggung Seungkwan. Vernon mulai berinisiatif untuk mengganggu tidur Seungkwan dan membuat wajah Seungkwan berhadapan dengannya.
Vernon melingkarkan tangannya dan sesekali menggelitik perut Seungkwan dengan jarinya dan menghasilkan erangan kesal Seungkwan. Namun bukannya berhenti, Vernon malah semakin menjadi dan Vernon terus menggelitiki perut Seungkwan selama lima belas menit lamanya.
"Vernon~ Aku mau istirahat, oke. Lepaskan~"
"Aku tidak akan melepaskannya kalau kau tertidur membelakangiku."
Seungkwan membuka matanya dan tertawa, "Ya ampun, Vernon. Bilang saja kalau kau mau melihat wajahku. Aku tahu aku ini tampan, oke. Segitunya kau menyukaiku ya."
Vernon facepalm. Boo-nya ini memang fab sekali. Diva is being diva.
"Nah begitu, dong. Kan aku bisa mengecup bibirmu kapan saja."
Seungkwan menatap tajam Vernon, "Oh jadi kau suka mencuri kecupan dariku, ya? Dasar nakal."
Vernon menyengir, "Hehe. Habisnya aku gemas sekali, sih."
Seungkwan tiba-tiba mengubah ekspresinya menjadi khawatir, "Tapi kalau kau keseringan mengecupku saat aku sedang sakit seperti ini, kau bisa tertular, Vernon-ie."
Vernon tersenyum dan menggenggam tangan Seungkwan, "Jika aku boleh meminta harapan kepada Tuhan, aku mungkin akan berharap yang berbaring di ranjang ini aku, bukan dirimu. Jadi jangan pernah merasa khawatir aku akan tertular, ya, sayang?"
Seungkwan tak kuasa untuk memeluk Vernon. Seungkwan bersyukur mempunyai kekasih sepengertian pemuda Korea-Amerika ini.
"Aku jadi merasa bersalah padamu, Vernon-ie. Padahal selama ini aku lebih sering bersikap tidak peduli padamu, tapi kau-"
"Sstt. Sudahlah. Kau jangan selalu merendahkan dirimu. Aku tidak pernah merasa bahwa aku selalu diperlakukan seperti itu olehmu. Kau itu istimewa, Boo."
Seungkwan semakin mempererat pelukannya dan Vernon tersenyum tampan. Seungkwan melepas pelukannya dan mengecup pipi kanan Vernon.
"Terima kasih sudah menerimaku apa adanya, Vernon. I love you." Seungkwan mengakhiri ucapannya dengan mengecup bibir Vernon dan menarik selimutnya untuk tidur. Uhm, sebenarnya sih untuk menutupi rona di pipinya.
Sedangkan Vernon terkekeh melihat tingkah menggemaskan kekasihnya ini. Vernon mengelus rambut Seungkwan dan mengecup dahi Seungkwan.
"Jaljayo, chagiya. I love you, too."
.
Fin
.
Review?