Langit telah berganti.

Dari kilauan oranye indah yang mempesona, hanya jadi hitam yang membosankan.

Dia berdiri disana. Disepuh gelap, namun tak juga tidak terlihat. Sebab warna biru kelam yang kelewat mempesona, apalagi kala memantul kuning lampu jalanan.

Kau menatap ia dalam pandang bosan; seperti ekspresimu tiap harinya. Menutupi ledakan rasa yang tak boleh keluar―tak boleh bahkan dibiar mengintip.

Tak ada yang boleh tahu, akan sesuatu yang sedang bergemuruh.

Aku membencimu.

Dikatakan dengan mudah dan ringan. Seolah tanpa resah, benci kau suarakan. 'Benci' adalah kata yang terlampau keras, begitu kata orang. Namun bagimu, 'benci' adalah kata yang tepat untuk menjadi topeng; sebuah dinding yang melindungimu dari malu dan tatapan jijik. Menjadi subsitusi dari segala kata manis yang sampai mati pun tak akan keluar dari bibirmu―karena sarkasme dan kau telah berkawan akrab sejak lama.

Kau, yang terlalu arogan.

Atau dia, yang tak juga mengerti.

Mengerti bahwa ada virus berbahaya yang menggerogoti hatimu semakin dalam.

Menjijikan, perasaan itu adalah tabu. Tak boleh ada ataupun menyepuh dirimu. Dirinya juga.

Harus kau buang, kau lempar, kau singkirkan sejauh mungkin. Semuanya. Baik yang paling tulus sekali pun, hingga yang terkotor; yang tiap malam mengotori mimpimu dengan desah basah miliknya. Yang membuatmu gila berminggu-minggu.

Kau mengambil langkah mundur.

Mengabaikan wajahnya yang kini terhias bingung, dengan alis gelap yang bertaut. Khas dirinya.

Kata 'kenapa' disuarakan dengan keras.

Kau tak menatap wajahnya; tak sanggup. Takut bayangan akan rona merah dan salivah yang mengaliri dagunya mampir lagi. Mengacaukan segala kata yang telah kau susun dalam otak cerdasmu.

Kau beranjak pergi, meninggalkan ia tanpa kata perpisahan.

Hanya dengan satu kalimat pahit yang kauharap mampu menyelesaikan segalanya.

.

Kau egois dan menyedihkan.

.

Kebohongan lainnya.

.

.

.

fin.


.

disclaimer; haikyuu © haruichi furudate

i don't gain any commercial adventage from making this fanfic.

.

dissipate―[1] to cause to separate and go in different directions, [2] move away each other, [3] to scatter completely; to disperse and cause to disappear; ―used esp. of the dispersion of things that can never again be collected or restored.

(story only; 299 words)

.


omake;

.

Dia menatap punggungmu yang terus menjauh.

Merasakan perih yang kau tinggalkan.

Sebab, apa yang kau kira dusta adalah kenyataan.

Jangan pergi, Idiot.

.

Dan bulan masih bersinar dari tempatnya.