.
Naruto Masashi Kishimoto
Warning T rated
Genres : Romance/Drama/Fantasy/Tragedy
Main Pair : SasukeXHinata
Side pair : GaaraXHinata/TsunadeXJiraiya/KakashiXSakura
Sorceress And The Knight
-08002-
-Counter Attack-
.
Desa Mizukage
Sasuke dan kawan-kawan sudah berada di Desa Mizukage, berkumpul dengan Neji yang sudah menanti mereka.
"Baiklah, Neji. Coba sekarang jelaskan secara terperinci keadaan Sunagakure sekarang," ucap Sasuke langsung to the point begitu mereka semua sudah berkumpul pada satu ruangan.
"Keadaan Sunagakure bisa dikatakan sangat kacau. Sebagian pasukan militer telah dikuasai oleh Shion dengan kekuatan sihirnya," balas Neji yang sempat mencari sedikit informasi dari luar sebelumnya sesaat setelah ia baru kembali dari Konoha.
"Katakan bagaimana keadaan Ayahku?" Sambar Hinata dengan sedikit tak sabar.
"Tuan Hiashi berada dalam keadaan baik-baik saja." Hinata menghela napas lega. Setidaknya ia tahu kalau sang ayah masih berada dalam posisi yang aman. "Tapi…." Ucapan Neji menggantung, membuat Hinata kembali cemas.
"Ta-tapi apa, Neji?" Tanyanya lagi.
"Kita tidak tahu sampai kapan Tuan Hiashi berada dalam keadaan aman, karena saat ini beliau menjadi sandera di dalam rumahnya sendiri bersama dengan para pengawal dan pelayan yang lain," jelasnya. Neji beruntung karena tak ikut tertangkap. Kejadiannya persis sekali saat ia baru tiba di Sunagakure. Menyadari adanya ancaman pemuda itu segera bersembunyi dan mencari waktu yang tepat untuk bergerak.
"Apa kau tahu, di mana Shion sekarang?" Sasuke sepertinya berencana untuk langsung menemukan Shion dan menyelesaikan misi secepat mungkin.
"Saat ini Shion berdiam di Akademi Sunagakure dan menggunakan kekuatan militer yang ada di sana."
"Bagaimana menurutmu, Sasuke?"
Semua yang ada di sana menunggu keputusan dari Sasuke, termasuk Neji yang biasa bertindak dan berpikir dengan caranya sendiri. Kali ini pemuda itu tidak keberatan kalau harus bekerja-sama dengan para ANBU dari Konoha.
"Kita bagi ke dalam 2 tim. Satu kelompok pergi untuk menyelamatkan Tuan Hiashi dan satunya pergi untuk berhadapan dengan Shion," ucapnya dengan nada serius.
"Hinata? Kau mau pergi kemana?" Ino melirik gadis yang dari tadi tampak ragu. Sepertinya ia sedang memikirkan arah tujuannya saat ini.
"Se-sebenarnya aku ingin sekali pergi menolong Ayahku, tapi…." Hinata terdiam sejenak, mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya memberi keputusan. "Aku rasa aku akan pergi sebagai penunjuk jalan ke akademi Sunagakure. Biar bagaimana pun aku pernah sekolah di sana dan cukup hapal seluk-beluk peta akademi tersebut."
"Kalau begitu aku akan pergi dengan kelompok yang akan pergi menolong Tuan Hiashi," sambar Neji dengan cepat.
"Shikamaru, Lee, Tenten, dan Chouji. Kalian ikut bersama Neji. Shikamaru, kau bertanggung-jawab penuh atas tim ini."
"Aku mengerti. Serahkan saja padaku, Sasuke."
"Sisanya ikut denganku."
"Yeah! Time to kick some butt!" Kiba berseru keras.
Para ANBU membagi diri menjadi dua kelompok dengan memiliki tugasnya masing-masing. Kelompok Sasuke mengikuti Hinata menuju pusat Sunagakure, sementara kelompok Shikamaru yang bersama Neji masuk melalui jalan rahasia yang terhubung langsung dengan Hyuuga mansion.
Sunagakure
Sasuke dan kawan-kawan akhirnya tiba di pusat kota Sunagakure. Baru beberapa hari kota itu dikuasai oleh Shion, keadaannya benar-benar sudah banyak berubah. Kota yang awalnya mereka kunjungi sangat ramai dan padat, kini suasananya berubah hening, mencekam. Bahkan toko-toko yang ada di pinggiran jalan tak berani menyalakan lampu. Semuanya berada dalam keadaan gelap-gulita.
"Di sana adalah Akademi Sunagakure." Hinata menunjuk sebuah gedung yang cukup tinggi di antara bangunan lainnya dengan bentuk seperti stadium lapangan bola yang berada kira-kira 300 meter dari mereka.
"Baiklah, ayo kita kesana!" Naruto bersorak dengan suara yang terlalu lantang. Tanpa pikir panjang pemuda itu berniat untuk berjalan menuju ke akademi.
"Eh, tunggu dulu Naruto. Kau pikir apa yang kau lakukan, hah?" Ino menarik tangan Naruto membuat pemuda pirang itu mundur ke belakang beberapa langkah.
"Tentu saja kesana, memangnya apa lagi?" Balas Naruto dengan bodohnya.
Semua yang ada di sana termasuk Hinata hanya bisa menghela napas melihat tingkah-laku Naruto. Dia benar-benar pemuda yang naïf, tanpa perhitungan, ceroboh, juga bodoh. Kalau ia ditempatkan di medan perang yang besar, sudah dapat dipastikan dia akan cepat terbunuh, kecuali dia memiliki keberuntungan iblis.
"Kita tidak bisa masuk begitu saja kesana tanpa persiapan!" Ino mencoba yang terbaik agar dia tidak memukul kepala pirang temannya.
"Lalu, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Naruto bingung.
"Untuk hal ini aku sudah punya rencana sejak kita berada dalam perjalanan," sambar Hinata secara tiba-tiba, membuat perhatian kini teralih padanya.
"Rencana apa memangnya?" Kali ini giliran Kiba yang bertanya dengan wajah bingung.
"Kita akan menyamar dan menyusup masuk ke dalam sana." Sepintas Sasuke melirik ke arah Hinata dan mendapati gadis itu tengah menyeringai tipis, "dan, aku tahu tempat di mana kita bisa mendapatkan barang-barang untuk menyamar." Hinata menepuk kedua tangannya dengan antusias. "Ayo, ikuti aku!" Ucapnya kemudian melangkahkan kakinya ke depan memimpin jalan.
.
.
.
Sasuke dan kawan-kawan tiba di depan sebuah toko yang berada di pinggiran jalan pada pusat kota Sunagakure. Mereka sama-sama tidak tahu pasti toko apa itu karena keadaan toko yang gelap.
"Toko apa ini?" Tanya Ino merasa tidak nyaman melihat suasana toko tersebut tanpa penerangan. Mendadak bulu romanya jadi meremang.
"Apa di dalam ada orang? Kelihatannya sepi sekali," timpal Kiba, mendekatkan diri pada kaca stainless toko, lalu menempelkan wajahnya pada kaca tersebut mencoba untuk melihat ke dalam tapi nihil. Di dalam sana benar-benar sangat gelap, dia tidak bisa melihat apa-apa.
"Ah, tidak terkunci," ucap Hinata ketika ingin mengetuk pintu toko tersebut malah mendapati pintunya tidak dikunci.
Krieeeet….
Pintu toko terbuka secara perlahan, memerlihatkan bagian dalamnya yang tak mampu ditembus oleh mata.
"He-hei…, kalian tidak bermaksud untuk masuk ke dalam 'kan." Naruto begidik ngeri saat melihat bagian dalam toko tersebut. Dia yakin kalau di dalam sana tidak ada mahkluk hidupnya.
"Sudahlah, Naruto. Jangan banyak bicara, ayo cepat masuk!" Balas Kiba yang langsung masuk mengikuti jejak Hinata, Sasuke dan Ino yang sudah masuk lebih dulu ke dalam.
"Tu-tunggu aku!" Melihat teman-temannya sudah masuk, Naruto tak punya pilihan lain selain mengikutinya daripada dia dicap sebagai seorang pengecut.
.
.
.
Begitu masuk ke dalam mereka baru dapat melihat dengan jelas kalau toko yang mereka masuki merupakan sebuah toko baju dan ada beberapa manekin yang terpajang dengan memakai pakaian yang berbeda-beda.
"Selamat datang," ucap sebuah suara parau yang mengagetkan mereka semua.
"HUWAAAA! HA-HANTU!" Naruto orang yang paling kencang berteriak saat ia menyadari adanya sosok asing yang hadir di tengah mereka.
"Naruto, dia bukan hantu. Tapi dia adalah pemilik toko ini!" Sambar Hinata dengan cepat. Gadis itu menghampiri seorang wanita tua berusia lanjut. "Perkenalkan, namanya adalah Chiyo, dan aku biasa memanggilnya Nenek Chiyo," ucapnya membawa wanita itu lebih dekat kepada Sasuke dan yang lain lalu memperkenalkannya.
"Salam kenal semuanya. Maaf kalau tadi aku mengagetkan kalian, hohohoho," kata nenek itu setengah tertawa.
"Huh, aku pikir tadi ada hantu di sini." Naruto menggerutu sebal. Bisa-bisanya dia dikerjai oleh orang-tua yang sudah renta.
"Ah, maaf kalau kedatangan kami tidak sopan. Kami adalah ANBU Konoha," balas Ino sedikit tidak enak karena sudah sembarangan masuk tanpa permisi.
"Ka-kalian ANBU dari Konoha?" Wanita tua itu tampak terkejut setelah mengetahui Sasuke dan kawan-kawan adalah ANBU dari Konoha. "Oh, syukurlah. Akhirnya Tuhan mengirim kalian untuk membantu kami," ucapnya kemudian penuh dengan kelegaan. "Kalian kemari pasti ingin mengalahkan Shion, si penyihir itu 'kan," tebak Chiyo dengan sangat yakin.
"Maka dari itu kami kemari untuk meminta bantuanmu Nenek Chiyo," balas Hinata sambil mengangguk.
"Katakanlah apa yang bisa aku bantu?"
"Apa Nenek masih punya seragam akademi Sunagakure?"
"Sepertinya masih ada. Memangnya untuk apa?"
"Kami berniat untuk menyusup masuk ke dalam akademi, menyamar sebagai murid akademi."
"Ah, kau memang pintar Putri Hinata! Tunggu di sini sebentar akan aku ambilkan."
Wanita tua itu kemudian berjalan menelusuri sebuah lorong pendek yang ada di dalam tokonya. Samar-samar terlihat ia masuk ke dalam sebuah ruangan yang ada di sebelah kiri.
"Kelihatannya kau akrab sekali dengan pemilik toko ini, Hinata." Ino mencari topik pembicaraan untuk mengisi keheningan di antara mereka.
"Ya, dulu Ayahku sering mengajakku kemari kalau mau membeli pakaian. Aku juga sudah menganggap Nenek Chiyo seperti Nenekku sendiri," jelas Hinata yang bercerita sembari tersenyum saat mengingat masa kecilnya yang begitu indah, jauh sebelum ayahnya menjadi sibuk seperti sekarang dan ia jadi terkekang,
"Ah, ternyata memang masih ada. Coba lihat masih ada 6 seragam lagi. 3 untuk perempuan dan 3 untuk laki-laki." Chiyo berjalan mendekati Hinata dan yang lain sambil membawa 3 pasang seragam untuk laki-laki dan perempuan.
"Kebetulan sekali!" Seru Hinata sambil menyambar salah satu seragam perempuan dari tangan Chiyo.
"Nah, ini silahkan pakai." Chiyo memberikan seragam perempuan lainnya kepada Ino. "yang perempuan mari ikuti saya untuk berganti pakaian," ucapnya menggiring Hinata dan Ino menuju ke suatu ruangan.
Hyuuga Mansion
Sedangkan di tempat yang berbeda, Shikamaru dan kawan-kawan berhasil menyusup masuk ke dalam kediaman keluarga Hyuuga bersama Neji.
"Ada yang aneh," ucap Shikamaru disaat mereka sedang berjalan menuju ke ruangan atas di mana Hiashi Hyuuga menjadi tawanan.
"Apa maksudmu ada yang aneh?" Tanya Lee mengernyit.
"Apa kau tidak merasa? Tempat ini terlalu mudah untuk dimasuki. Tanpa penjagaan. Tak ada satu pun dari pengawal Shion di sini." Mata Shikamaru menjelajah sekeliling yang kosong-melompong.
"Aku juga sependapat denganmu," timpal Neji yang juga merasakan kejanggalan tersebut.
"Tapi bisa saja 'kan hal ini disebabkan karena Shion yang terlalu percaya diri. Dia itu penyihir yang arogan!" Namun Tenten tampaknya memiliki pendapatnya sendiri.
Shikamaru terdiam, tak berkomentar mengenai pendapat Tenten. Mungkin yang dikatakan gadis itu benar. Shion terlalu yakin tidak ada yang bisa menyusup masuk ke dalam Sunagakure. Tapi, apa semudah itu? Hal yang ditakutkannya adalah mereka terkena perangkap, dari penyihir licik itu.
Shikamaru dan yang lain menaiki tangga dan berjalan menuju sebuah ruangan yang cukup bsar di atas sana. Neji membuka ruangan tersebut, dan di dalam sana mereka mendapat Hiashi sedang berdiri cemas bersama dengan beberapa orang pengawal dan pelayan rumah.
"Neji?" Pria paruh-baya itu cukup terkejut melihat kedatangan Neji bersama dengan beberapa orang. Dengan langkah tergesa ia berjalan menuju pintu. "Apa yang kau lakukan di sini? Di mana Hinata? Apa kau bersamanya?" Tanyanya dalam satu kali hembusan napas.
"Aku adalah Shikamaru, dan mereka adalah Lee, Tenten, juga Chouji," ucap Shikamaru sembari memperkenalkan diri dan teman-temannya kepada Hiashi, "kami adalah ANBU Konoha dan diperintahkan oleh Jiraiya-sama untuk menolong anda juga untuk membunuh Shion," jelasnya lebih detail.
"Tuan Hiashi jangan khawatir. Nona Hinata saat ini sedang bersama dengan Sasuke. Kemungkinan besar mereka akan melawan Shion," timpal Neji berusaha untuk meredam kegundahan hati Hiashi.
"Apa katamu? Hinata akan berhadapan dengan Shion?" Tapi pernyataan Neji barusan malah membuat Hiashi semakin resah. "Ini tidak boleh terjadi! Hinata tidak boleh bertemu dengan Shion!" Ucapnya semakin kalap.
"Anda tenang saja. Aku yakin Sasuke bisa menjaga Hinata dengan baik, karena dia salah-satu ANBU yang paling kuat dan dapat diandalkan di Konoha." Shikamaru mencoba untuk meyakinkan Hiashi kalau putrinya itu aman selama dia bersama dengan Sasuke.
"Bukan itu yang jadi permasalahannya…, hah, bagaimana ini…." Hiashi diam sejenak untuk mengatur napasnya kembali. "Hinata dia tidak boleh bersinggungan dengan Shion, karena aku takut kekuatan spirit yang ada di dalam dirinya itu muncul," ucapnya menjelaskan mengenai kondisi Hinata dan alasannya kenapa gadis itu tidak boleh sampai berbenturan dengan Shion.
"Tunggu dulu. Itu artinya…, Hinata berpotensi untuk menjadi penyihir…?" tanya Tenten setengah ragu. Namun, keraguannya pupus saat melihat Hiashi mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Tenten.
"Ini gawat sekali! Kita harus segera keluar dari sini dan mencari Hinata, mencegahnya agar tidak bertemu dengan Shion. Ayo teman-teman!"
Seketika itu Tenten menjadi panik mengetahui kebenaran yang tersembunyi di dalam diri Hinata. Dia tidak bisa membiarkan gadis sebaik Hinata berubah menjadi penyihir hanya karena Shion.
"Kita tidak bisa keluar dari sini," ucap Aoba secara tiba-tiba. Dia adalah salah-satu pengawal yang juga ikut terkurung di sana.
"Apa maksudmu tidak bisa keluar?" Entah kenapa Shikamaru merasakan suatu firasat buruk.
"Shion telah membuat segel kutukan pada rumah ini. Siapa pun yang berada di dalam dan masuk ke dalam sini tidak akan pernah bisa keluar, kecuali…," Shikamaru dan yang lain menatap Aoba dengan wajah-wajah tegang, "kecuali Shion sendiri yang membebaskan mantra ini atau…, dia berhasil dikalahkan…."
"Sial! Seharusnya sudah kuduga hal ini akan terjadi!" Shikamaru hanya bisa merutuki dirinya yang terlalu naïf, beranggapan kalau Shion memang sedang lengah. Dia benar-benar merasa bodoh.
"itu artinya…, kita hanya bisa berharap Sasuke dan yang lain bisa mengalahkannya…," ucap Lee sambil mengeratkan kepalan tangannya.
"Kalian jangan khawatir. Sasuke itu kuat. Dia pasti bisa mengalahkan Shion dan membebaskan kita." Chouji mungkin menjadi satu-satunya orang di sana yang mampu bersikap santai.
"ka-kau benar. Aku yakin, kalau Sasuke pasti bisa." Tenten mengangguk setuju.
Apakah Sasuke benar-benar akan berhasil mengalahkan Shion? Lalu, apa yang akan terjadi nanti pada Hinata kalau hal yang ditakutkan oleh Hiashi terjadi?
TBC
A/N : Maaf sempat lama update, sempat kehilangan alurnya. Tapi ini sudah ingat lagi. Titik balik Hinata akan dimulai di chapter depan dan yang menunggu momen SasuHina mulai terlihat jelas mulai chapter depan.