Sudah 5 tahun berlalu setelah Naruto membantu Yasaka menyingkirkan para pemberontak. Selama waktu itu banyak peristiwa yang terjadi bahkan sampai saat ini, yang paling menghemparkan adalah pecahnya Great War ke-3. Itu terjadi empat tahun yang lalu, dimana terbunuhnya dua anggota pilar bangsawan iblis sekaligus adik dari dua Mao, Rias Gremory dan Sona Sitri oleh anggota Khaos Brigade. Awalnya fraksi iblis yang berperang melawan Khaos brigade, perang terus berlanjut hampir satu tahun dan mulai mengganggu keseimbangan dunia. Melihat hal ini terus berlanjut akhirnya dua fraksi lainnya setuju untuk melakukan diskusi dengan fraksi iblis. Setelah berunding mereka setuju untuk membentuk aliansi dan melawan Khaos Brigade bersama. Namun walaupun mereka telah membentuk aliansi, mereka masih belum memenangkan perang. Tiga tahun telah berlalu dan perang masih berlangsung, hal ini membuat dunia manusia mulai menerima dampaknya, para manusia yang memiliki kekuatan magis ataupun Sacred Gear akhirnya memutuskan membuat kelompok yang disebut Fraksi Pahlawan yang dipimpin oleh Cao Cao yang akhirnya akan ikut ambil dalam perang.
Perang terus berlangsung...
.
.
.
Disclaimer: Naruto dan HS DxD bukan kepunyaanku.
.
.
.
Naruto melompati pohon satu demi satu dengan kecepatan sedang, sesekali matanya melirik kebelakang seolah-olah ada yang mengejarnya. Dia segera menghindar ketika sebuah bola api melesat kearahnya, pohon yang dipijaki Naruto tadi langsung hangus terbakar.
"Lagi-lagi Phenex." gumam Naruto. Ia lalu segera menciptakan mini Rasenshuriken dan melemparkannya kearah iblis yang baru datang. Iblis yang tak siap menerima serangan tubuhnya langsung terpotong menjadi dua. Melihat hal tersebut Naruto segera melemparkan segel sihir.
"Regeneration Seal"
Lingkaran sihir tercipta di bawah tubuh iblis Phenex yang mencoba meregenerasi tubuhnya yang terpotong. Naruto kemudian mengambil kunai dan melemparnya ke kepala iblis tersebut membunuhnya seketika.
Sejenak, Naruto menatap kosong hal tersebut. Ia lalu menatap langit yang terlihat begitu suram di tutupi oleh awan hitam tebal.
Groarrr!
Raungan keras terdengar dari kejauhan namun tak mengalihkan perhatian Naruto yang masih melihat langit. 'Dunia ini kacau.' pikirnya.
Groarr!
"Ck, tak bisa dipercaya aku berakhir di dunia peperang lagi." Ia berdecak kesal, lalu menatap seekor Wyvern yang terbang diatasnya. Mengarahkan tangannya keatas, sebuah lingkaran sihir tercipta diatasnya.
"Spear of Destruction"
.
.
Asia Argento tak pernah berpikir dalam hidupnya jika ia harus berada dalam dunia yang sedang dalam peperangan. Sejak dulu pandangan hidupnya itu simpel, yaitu membantu orang yang membutuhkan dan hidup tentram di vatikan. Namun semuanya berubah saat ia tanpa sengaja membantu iblis, membuatnya dikucilkan dan dipindahkan dari Vatikan ke Kuoh yang pada akhirnya merubah semua kehidupannya.
Setelah kematian King -nya ia tidak tau harus melakukan apa, ia bingung pada awalnya. Lalu kemudian ada Issei, mengingat laki-laki tersebut membuat Asia tersenyum. Ya Issei, dia mengambilnya dan melindunginya. Dia menjauhkannya dari medan perang, tidak memperbolehkannya ikut dalam perang. Asia ingat Issei mengikuti perang selama satu setengah tahun, lalu mundur setelah kehilangan Kiba dalam peperangan dan memutuskan untuk menjauhi perang. Asia ingat saat itu, bagaimana sosok kakak Rias sebenarnya saat Issei memutuskan mundur dalam perang. Sirzech begitu marah hingga hampir memusnahkan Issei dengan Power of Destruction kalau saja tidak dihentikan oleh tiga Mao lainnya, rupanya Sirzech merasa dihiyanati kematian adiknya membuatnya kacau dan melihat anggota budak yang telah dihidupkan adiknya mengundurkan diri dalam perang untuk membalas kematian adiknya memancing amarahnya. Hal tersebut masih membuat Asia merinding.
"Asia, Issei masih belum pulang?"
Suara monoton dari belakang membuat Asia sedikit tersentak dari lamunannya. Menoleh kebelakang ia melihat sosok mungil Koneko. "Mungkin sebentar lagi."
Koneko lalu duduk disebelah Asia. "Kuharap dia tidak melakukan hal bodoh lagi."
Asia tertawa kecil, yah Issei masih tetap sedikit bodoh. Asia melirik Koneko, selain dirinya Koneko juga mengikuti Issei. Lalu Akeno, Xenovia dan Gasper masih mengikuti perang mereka merasa harus membalas kematian Rias.
"Shironeee!"
Teriakan dari dalam rumah membuat Koneko bergidik, ia dengan panik mencoba berdiri dan berlari.
"Epp! Mau lari kemana?"
Koneko kelabakan mencoba melepaskan pelukan maut tersebut. "Nee-san lepaskan aku."
"Tidak, tidak, tidak. Ini saatnya mandi!" Kuroka mengankat Koneko kepelukannya seperti boneka tedy bear.
"Aku bisa mandi sendiri." Ucap Koneko masih datar seperti biasa. "Dan jangan bawa aku seperti boneka." Namun semua perkataannya masih diabaikan oleh Kuroka. Mereka berdua lalu menghilang dalam rumah meninggalkan Asia duduk sendiri di depan teras rumah.
Asia tersenyum melihat hal tersebut, ya Koneko akhirnya bertemu kakaknya lagi walau awalnya bermusuhan namun setelah Kuroka menjelaskan semuanya akhirnya Koneko mengerti dengan keputusan kakaknya meninggalkannya. Senyum Asia semakin melebar saat ia melihat sosok yang dicintainya di depan pagar rumah.
"Aku pulang."
"Selamat datang."
.
.
Naruto muncul didepan sebuah gerbang besar yang telah ia tandai dengan segel Hiraishin. Ia menoleh sedikit saat merasakan seseorang barada disebelahnya.
"Masih tetap ingin bertanya apa kamu memang tidak bisa mengajarkannya padaku?"
Naruto menatap datar. "Issei, seberapa inginnya kamu belajar Hiraishin itu tidak mungkin karena itu bukan dari dunia ini."
Issei meringis dengan jawaban Naruto, "Yah, hanya ingin bertanya."
Mereka berdua kembali terdiam saat pintu gerbang terbuka dan berjalan masuk kedalam.
"Jadi?" Issei kembali membuka obrolan. "Apa yang kau temui?"
"Phenex dan sekumpulan Wyvern."
"Sepertinya aku beruntung, aku hanya bertemu beberapa iblis liar." Issei menghela napas. "Dunia benar-benar kacau!"
"Hn"
Mereka kembali berjalan dalam diam, beberapa penduduk yang berpapasan dengan mereka menyapa mereka. Yah saat ini mereka berada dalam wilayah faksi Youkai, faksi yang tidak ikut dalam perang dan memilih netral, walau begitu masih ada beberapa iblis, malaikat jatuh dan beberapa monster yang mencoba mengusik faksi Youkai. Hal ini menyebabkan mereka harus berpatroli di luar gerbang untuk menjaga para penyusup tidak masuk.
"Apa kamu akan melapor? " tanya Issei.
"Tidak. Aku mau pulang dulu."
"Bagus! Aku juga!" Issei lalu berpisah dengan Naruto. "Sampai ketemu besok!"
Naruto mengangguk dan menatap kepergian Issei. Ia jadi ingat saat bertemu Issei satu tahun yang lalu tak jauh dari wilayah Youkai saat ia dalam tugas patroli. Itu sangat menyedihkan seingatnya saat melihat keadaan Issei, Asia, Koneko dan Kuroka mereka terlihat berantakan dan lelah. Naruto sempat berpikir untuk menghabisi mereka andai saja Asia tidak memohon dan bersujud didepannya yang lebih mengejutkannya lagi adalah Issei yang memohon untuk menyelamatkan ketiga gadis, dia bahkan rela mati agar tiga gadisnya diselamatkan. Melihat tekad, kesungguhan dan juga keputus asaan dimata Issei membuat Naruto akhirnya membawa mereka kedalam wilayah Youkai. Keputusan cukup baik, ternyata Yasaka senang saat melihat dua gadis Nekosou yang tersisa dari rasnya.
Mengelengkan kepalanya ia kembali berjalan, ia melihat sebuah stand Ramen dan ia hampir tergoda untuk mampir. Namun ia ingat rumah dan masakan rumah lebih enak 'tapi ramen tetap yang terbaik.' batinnya. Mengingat rumah membuatnya tersenyum, 'ya aku punya rumah.' Ia mengernyit saat memikirkan rumah, tentu Naruto masih menganggap dunia shinobi rumahnya tapi itu dulu, ia sekarang sudah mencoba melupakan sedikit demi sedikit masa lalunya dan mulai menerima jika sekarang dunia ini adalah tempatnya. Bahkan mimpi buruk perang shinobi keempat sudah hampir tidak muncul lagi. 'Tapi... ' Naruto mengepalkan tangannya 'Kali ini aku tidak akan kehilangan lagi.'
Naruto tersadar dari pikirannya saat ia sudah sampai didepan pagar rumahnya. Ia terdiam sebentar dan mengamati rumahNYA, itu terlihat sederhana sama seperti rumah gaya tradisional jepang lainnya yang membuatnya spesial adalah ini rumahnya dan keluarganya. Ya, sekarang ia memiliki keluarga, rasanya ia ingin sekali menertawakan dirinya sendiri karena dulu ia sangat tidak ingin menjalin hubungan dengan orang lain lagi dan sekarang apa yang terjad? , 'salahkan gadis vampir itu.' batinya. Ia membuka pagar rumah berjalan masuk ia tak lupa kembali menutup gerbangnya lagi.
Naruto melepas sepatunya saat sampai di depan pintu dan meletakannya di rak yang berada persis disamping itu.
"Aku pulang."
"Selamat datang." sahut suara feminim dari dalam rumah.
Tanpa menunggu lagi Naruto langsung menuju kearah suara itu. Disana di dapur ia melihat sosok wanita yang kini telah mengisi hatinya yang kosong. Dia menoleh dan tersenyum kearahnya.
"Belum makan kan?" tanya Moka yang masih sibuk dengan masakannya.
Naruto mendekati Moka lalu memeluknya dari belakang, meletakan kepalanya tepat disisi wajah Moka. "Belum." jawabnya lembut.
Semburat merah menghiasi pipi Moka, 'selalu seperti ini ugh.' batin Moka. Walau ini sudah menjadi kebiasaan, tetap saja Moka tersipu ketika Naruto melakukan itu.
Naruto tersenyum geli, "Kamu tau? Kamu tambah manis jika memerah." Naruto mengecup pipi Moka membuatnya semakin memerah. "Jadi masak apa hari ini?"
Masih dengan wajah yang memerah Moka menjawab, "Coba tebak apa?"
Naruto mengintip dalam panci dan sedikit melebar saat melihat apa yang di masak Moka adalah "Ramen.. "
"Yup yup, ramen!"
Naruto membalik tubuh Moka sehingga mereka saling berhadapan, "Kamu tau? Kamu adalah istri terbaik." Dan tanpa menunggu jawaban dari Moka, Naruto mencium bibir Moka. Awalnya halus namun semakin kasar saat Moka mengigit bibir Naruto dan meminum darahnya. Mereka berdua terus berciuman tanpa menyadari ada orang lain yang menonton adengan tersebut dengan wajah polos.
"Papa mama."
Naruto dan Moka buru-buru melepaskan tautan. Mereka melihat sosok kecil yang telah mengganggu kesenangan mereka.
"Bo-boruto, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Moka sedikit tergagap, yah... Ia malu harus dipergoki oleh anaknya.
"Bolu mendengal papa pulang." Anak usia tiga tahun setengah itu menjawab dengan suara cadelnya. "Kata papa mau ajak bolu main."
Naruto tersenyum lebar lalu menyambar Boruto dalam gendongannya, tak pernah dalam pikiran terliarnya ia akan punya anak dalam usia semuda ini tapi apa boleh buat ia senang dengan ini. "Jadi, mau main apa jagoan papa ini?"
Boruto membuat ekspresi berpikir yang imut. "Oh ya?! Ninja! Ajali Bolu Ninja."
"Tentu." jawab Naruto, ia lalu mencium pipi Moka dan berjalan kehalaman belakang. 'Walau diluar terjadi perang besar aku tidak peduli selama keluargaku aman.' batinnya.
.
.
Halo semua? Ingat saya? Ugh, pasti sebagian sudah lupa. Maaf banget jika lama tidak update cerita. Banyak sekali alasan saya tidak update. Kalian pasti bertanya kok langsung skip 5 tahun? Jujur saja saya kehilangan alur cerita. Lalu apa cerita ini lanjut? Yah,, saya tidak bisa janji, tapi mungkin ini masih saya lanjutkan tapi, bisa jadi end ngegantung kayak gini atau malah nanti menjadi bab baru. Mengapa Rias dan Sona mati? Yah,, saya merasa itu deperlukan.
Intinya terima kasih sudah ngikutin cerita ini dan maaf jika ini mengecewakan kalian. Saya tidak bisa berkata apa tapi, jujur saya juga sedikit kecewa dengan cerita ini.
Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Sampai ketemu lagi...