Title : Someone Like Me (Your Eyes)
Genre : Brothership, Family, Drama
Cast : Cho Kyuhyun, Kim Kibum
Rated : Fiction T
Warning : Typo(s), Geje, Bored, Drama, Bad Plot, OOC (Out of Character). Dia *nunjuk Cho Kyuhyun* masih diusahakan milik saya. Don't like it? Don't read it! Mind to RnR?
Disclaimer : All cast isn't mine. I own only the plot. Don't copy paste without permission.
.
Princesskyunie
.
Proudly
.
Present
.
.
1
Anak itu terlihat sempurna secara fisik. Sepasang mata bulat dengan manik sewarna lelehan cokelat, surai cokelat terang yang begitu lembut, hidung mancung dan bibir berwarna merah ranum. Ah jangan lupakan kulit putihnya –atau bisa kita menyebutnya pucat? Entahlah, tapi yang pasti itu menambah kesan sempurna bagi anak itu.
Tapi seperti yang kita tahu, sesungguhnya tak ada seseorangpun yang benar-benar sempurna. Begitupun anak itu. Dia, yang akan memasuki usia 16 itu, kehidupan yang dijalaninya nyatanya tak sesempurna penampilan fisiknya.
Ia tinggal bersama Ibunya, seorang wanita yang bekerja pada malam hari disalah satu klub malam di kota Seoul. Jangan tanya dimana Ayahnya, dia sendiri tak tahu siapa Ayahnya. Ibunya tak pernah membahas mengenai hal itu dan dia enggan untuk bertanya. Ya. Ia enggan tahu jawabannya. Memangnya Ayah seperti apa yang diharapkannya sementara ibunya bekerja di klub malam seperti itu? Bahkan ia tak yakin Ibunya ingat siapa Ayahnya.
Tapi tok anak itu bersyukur karena Ibunya ada bersamanya meski wanita itu tak pernah menghiraukan kehadirannya. Baginya, asal masih bisa melihat wanita itu, itu saja sudah cukup. Meski harus ia akui, ia ingin lebih dari sekedar bisa melihat wanita itu. Sudut hatinya ingin dia mendapatkan sesuatu yang harus diberikan seorang Ibu pada anaknya. Kasih sayang dan perhatian.
"Kyuhyun-ah? Kau melamun lagi?!"
Kyuhyun –Cho Kyuhyun, yang tengah tanpa sadar melamun itu tersentak begitu suara cempreng seseorang menyadarkannya. Kim Ryeowook, teman kerja part time-nya itu menatapnya didepan pintu dapur dengan wajah kesal. Mungkin sejak tadi temannya itu sudah memanggilnya dan dia mengabaikannya karena terlalu sibuk dengan lamunannya.
"Ada apa, Ryeowook-ah?" terlalu datar. Dan Ryeowook menghela nafas karenanya. Anak itu berusaha agar tak melempar gelas ditangannya ke arah Kyuhyun. Beruntunglah Kyuhyun karena Ryeowook sudah lama mengenal anak itu, jadi Ryeowook masih bisa mentolerir sikap dingin anak itu. Entahlah, mungkin kalau bukan Ryeowook, tak ada yang tahan dengan sikap introvert anak itu.
"Kau harus menyelesaikan semuanya sebelum Shin Ahjusshi datang. Atau dia akan menelanmu hidup-hidup"
Ryeowook tentu melebih-lebihkan dan Kyuhyun tahu itu. Shin ahjusshi itu terlalu baik. Buktinya pria yang sudah akan memasuki usia kepala empat itu memperbolehkan dirinya dan Ryeowook bekerja part time di cafe milik pria itu. Meski kadang jujur saja Kyuhyun suka terganggu dengan kecerewetan pria itu jika Kyuhyun maupun Ryeowook terlambat menutup cafe.
Kyuhyun sendiri tengah mengelap meja-meja di kafe itu dan membereskan kursi-kursinya. Sedangkan Ryeowook tengah mencuci piring-piring, gelas dan alat untuk memasak lainnya. Memang hanya tinggal mereka berdua. Semua karyawan tetap sudah pulang sejam yang lalu, meninggalkan mereka dengan tugas harian yang harus dilakukan mereka.
Kyuhyun melirik jam dinding kemudian menghela nafas. Anak itu mempercepat kegiatannya. Ini sudah pukul 10 malam dan ia harus segera pulang.
Bunyi lonceng yang terdengar membuat Kyuhyun menoleh. Ia tersenyum samar begitu Shin Ahjusshi tersenyum menyapanya. Pria itu berjalan melewatinya, melongok ke dapur dan kemudian berjalan menghampiri Kyuhyun bersama Ryeowook yang mengekornya.
"Kalian mau ku antar? Salju sudah mulai turun" Shin Ahjusshi menatap Kyuhyun dan Ryeowook setelah mengunci pintu cafe. Malam itu memang hari pertama salju turun tahun ini.
"Tidak usah, Ahjusshi" Ryeowook buru-buru menjawab. "Aku akan menemani Kyuhyun berjalan" katanya sambil tersenyum kearah Kyuhyun yang menatapnya. Ryeowook tahu, Kyuhyun pasti akan menolak.
"Baiklah. Hati-hati" dan pria itu berlalu dengan mobilnya, meninggalkan Ryeowook yang melambai dan Kyuhyun yang sudah berjalan kearah berlawanan dengan mobil Shin Ahjusshi.
"YAK! Kau meninggalkanku Kyu!" Ryeowook mensejajari langkah Kyuhyun dengan mulut bergumam tak jelas.
"Kau akan mengambil beasiswa itu?" Ryeowook memulai lagi. Ia ingat inilah alasannya pulang bersama Kyuhyun. Ia ingin memastikan sendiri bahwa Kyuhyun mengambil beasiswa yang ditawarkan sekolah swasta terbaik di Seoul itu.
"Hm" gumam Kyuhyun sebagai jawaban. Anak itu menghela nafas, "Mereka menawarkan beasiswa penuh"
Itulah alasan Kyuhyun menerima beasiswa yang ditawarkan sekolah itu. Beasiswa penuh dari sekolah swasta terbaik yang bisa membawanya masuk universitas terbaik manapun di Korea. Diam-diam Kyuhyun kembali bersyukur karena dirinya terlahir dengan otak cerdas, sehingga ia tak perlu khawatir mengenai uang sekolah. Karena setiap proposal pengajuan beasiswa yang diajukannya selalu mendapat persetujuan.
"Aku khawatir padamu" akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulut Ryeowook. "Disana, tempat itu sangat buruk, Kyu"
Kyuhyun menoleh begitu suara Ryeowook terdengar bergetar. Ia tahu mengapa Ryeowook mengatakan itu dan berterimakasih karena temannya itu begitu perhatian padanya, mengkhawatirkannya yang bahkan tak mengkhawatirkan dirinya sendiri. Kyuhyun ingat, hyung Ryeowook meninggal karena pem-bully-an di SMA itu. Dan mirisnya sekolah tetap bersikukuh bahwa itu ada kecelakaan dan media tak melakukan pemberitaan apapun. Ya. Uang –dalam segala hal, selalu benar kan?
"Aku sudah mengalaminya, hyung. Kalau kau lupa" Kyuhyun berucap pelan, melupakan bahwa akhirnya dia kembali memanggil Ryeowook dengan sebutan 'hyung'. "Aku berteman baik dengan hal-hal semacam itu. Jangan khawatir"
Pluk
Sebuah tepukan mendarat di pundak Kyuhyun. "Benar. Kau harus memiliki nasib yang berbeda dengan hyung-ku" dan Ryeowook berlalu setelahnya.
Kyuhyun menghela nafas panjang setelah melihat Ryeowook menghilang di tikungan. Ia juga benar-benar berharap ia tak memiliki nasib seperti hyung Ryeowook. Ya. Semoga saja.
.
.
"Tuan Kibum, Tuan Besar memanggil anda"
Seseorang yang tengah berkutat dengan buku-buku ratusan lembar itu menghela nafas sebelum menyahut dengan enggan. Kibum. Kim Kibum, nama anak itu, melepas kacamata bacanya sebelum melangkah menuju ruang kerja Ayahnya, melewati maid-maid yang berjajar rapi bak patung.
Kibum, dengan penampilan sempurna itu adalah idaman semua orang Korea. Kulit terlampau putih, sepasang mata bermanik hitam yang menatap tajam, rambut hitam legam dan terutama dia adalah putra Tuan Kim. Pengusaha yang mengontrol perekonomian di Korea.
"Hai Bum. Mau menemui Appa-mu?"
Kibum tak menyahut, bahkan melewati wanita itu dengan wajah datar. Wanita itu, yang memaksanya memanggil 'Mom' adalah orang yang paling membuat Kibum tak betah berada dirumah. Wanita itu, Song Jihye, adalah ibu tirinya. Beruntunglah wanita itu suka sekali traveling sehingga Kibum tak harus melihat wajah wanita itu dirumahnya setiap saat.
Terbiasa dengan sikap dingin Kibum, wanita itu hanya mengangkat bahu acuh. Berjalan melewati para maid dengan angkuh menuju kamarnya.
"Dia akan menghabiskan uangmu untuk apa lagi kali ini?" selain hobi traveling, Ibu tiri Kibum itu hobby sekali shoping. Entah sudah berapa barang tak penting yang dibeli wanita itu untuk menjaga gengsinya didepan teman-teman sosialita.
Tuan Kim, Ayah Kibum yang tengah sibuk dengar berkas-berkas yang entah apa, hanya menatap Kibum dengan tatapan menegur. Tak lebih dari itu. Tuan Kim tak ingin memulai perdebatan dengan Kibum, itu alasan ia memilih diam.
"Tapi baguslah dia pergi, jadi aku tak perlu melihatnya dirumah ini" katanya acuh.
"Appa sedang tak ingin berdebat denganmu, Bum" Tuan Kim membuka suara. "Jadi jangan memulai pertengkaran"
"Kalau begitu, belikan dia rumah. Aku benar-benar muak melihatnya disini"
"KIBUM!" Tuan Kim mengusap wajahnya kasar. "Appa tidak ingin membahas itu dulu, okay?" katanya.
"Kuharap lain kali kita bisa membahasnya. Lalu?"
"Persiapkan dirimu. Besok kau akan Appa kenalkan sebagai pewaris sah Kim's Group"
.
.
Kyuhyun mengernyit begitu mendapati lampu di flat murah yang disewanya menyala. Namun detik berikutnya seulas senyum terlukis dibibirnya. Ia mempercepat gerakan mengganti sepatu dengan sandal rumah. Memberi salam dengan suara nyaring dan mendapati Ibunya tengah menonton televisi dengan setoples cemilan dipangkuannya.
"Berisik"
Bukannya sapaan hangat yang didapatnya, namun kalimat pendek dengan nada dingin itulah yang didapat Kyuhyun dari wanita itu. Namun Kyuhyun tetap memasang senyum lebarnya, senyum yang bahkan hanya diberikannya pada sang Ibu. Kata menyakitkan itu tak akan menyakiti hatinya. Katakanlah ia sudah kebal dengan perlakuan Ibunya itu. Karena baginya, melihat Ibunya berada dirumah saat dia pulang benar-benar membuatnya senang.
"Eomma sudah makan?" tanyanya.
Wanita itu, Nyonya Cho menoleh dengan wajah datar. "Bukan urusanmu"
"Eomma pasti belum makan. Aku akan menyiapkan makan malam untukmu. Tunggulah sebentar" tanpa menunggu jawaban Nyonya Cho, Kyuhyun melangkah menuju dapur, melupakan tubuh lelahnya yang butuh istirahat.
Nyonya Cho melirik sekilas kearah Kyuhyun sebelum memilih masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu. "Anak itu benar-benar menyebalkan"
.
.
Brak
Pintu kamar tertutup dengan sempurna, "Sialan" kalimat itu begitu datar, tak ada ekspresi berarti.
"Pewaris sah Kim's Group? Huh yang benar saja!" katanya dengan mata terpejam. Anak itu kemudian mendudukan dirinya dikursi belajar. Tangannya dengan terampil menarik salah satu laci dimeja belajarnya, mengambil satu butir obat dari botol kecil. Tanpa air minum, ia menelannya.
"Pada akhirnya aku tak bisa berhenti mengonsumsi ini" katanya sebelum memakai kembali kacamata bacanya, kembali memfokuskan dirinya pada deretan kalimat berbahasa Inggris.
.
.
Pagi ini Kyuhyun sudah tak mendapati Ibunya dirumah. Sepertinya wanita itu sudah pergi sejak pagi buta. Kyuhyun tersenyum miris begitu melihat masakannya semalam masih utuh diatas meja makan. Ibunya bahkan tak menyentuhnya. "Sepertinya aku masak terlalu banyak" katanya sebelum berlalu dari flat-nya untuk sekolah.
Jarak SM High School dari flat yang disewa Kyuhyun memang tak terlalu jauh, jadi anak itu tak harus berganti bus dua kali seperti saat dia sekolah di sekolah lamanya. Ia bahkan kali ini berjalan kaki, menikmati angin musim dingin yang membekukan tulangnya.
Sepertinya ia sudah gila. Kyuhyun sadari itu. Ini musim dingin dan dia dengan santainya berjalan dengan hanya memakai hodie setipis itu. Anak itu mengabaikan tatapan orang-orang yang meliriknya sambil berbisik. Mengatai dia gila atau merasa kasihan padanya mungkin.
Tap
Kyuhyun menghentikan langkahnya tepat didepan gerbang sekolah barunya. SM High School. Ia membaca dalam hati. Merutuk dalam diam. Mengapa dari sekian banyak proposal beasiswa yang diajukan, SM High School-lah yang menerimanya? Apa tidak ada sekolah lain? Sekolah biasa yang ia tak tahu menyimpan banyak hal buruk misalnya?
"Seharusnya aku tak mencari tahu" keluhnya sambil menghela nafas panjang. Satu hal lagi yang Kyuhyun sesali. Ia dengan segala keingintahuannya mencari data tentang SM High School. Dan Bingo! Dia mendapat banyak kasus pembully-an di SMA swasta terbaik ini meski kenyataannya banyak pula yang ditutupi dari media.
Kyuhyun terlonjak sedikit ketika klakson sebuah mobil menyadarkannya. Ia membalikan badan, menemukan mobil mewah itu kembali membunyikan klaksonnya. Ah Kyuhyun tersadar sekarang, ia berdiri ditengah jalan masuk. Menyingkir dari sana, Kyuhyun membungkuk sedikit sebagai permintaan maaf.
Mobil melenggang masuk, meninggalkan Kyuhyun yang entah sudah berapa kali dalam beberapa jam ini menghela nafas panjang. Anak itu memperhatikan sekelilingnya, pemandangan yang tersaji disana membuatnya diam-diam meringis. Hampir semua siswa yang dilihatnya diantar dengan mobil mewah.
"Bahkan jika Eomma mengantarku berjalan kaki. Itu pasti menyenangkan" lirihnya.
"Hey! Kau akan berdiri disana terus? Sebentar lagi jam pelajaran pertama dimulai!" seseorang berteriak padanya dengan mata melotot. Ah sepertinya guru kedisiplinan.
.
.
"Saya akan menjemput anda saat jam makan siang, Tuan Muda"
Kibum mengangguk mendengar ucapan Sekretaris Han disampingnya. Anak lelaki itu tampak sibuk merapikan pakaian seragamnya sebelum melenggang meninggalkan Sekretaris Han tanpa berucap apapun.
Anak itu menghela nafas melihat teman-temannya menatapnya seolah dia barang mahal. Meski sudah terbiasa ditatap seperti itu, tapi Kibum tetap merasa muak. Namun ia tak mengucapkan apapun, tak membalas mereka dengan dengusan atau apapun, hanya tetap melangkah agar cepat sampai dikelasnya. Karena baginya, satu-satunya tempat yang normal disekolah ini adalah kelasnya.
Deg
Deg
Deg
Kibum menghentikan langkahnya, menyentuh dadanya. Entah mengapa jantungnya berdebar begitu cepat, seolah mau melompat keluar. Dan—apa ini? Kibum merasa senang seketika, tanpa alasan.
"Permisi. Kau tak apa?"
Deg
Deg
Deg
Lagi. Jantungnya berpacu begitu cepat dan semakin cepat begitu tangan berkulit pucat dan dingin itu menyentuh permukaan kulitnya dengan erat. Kibum mendongkak, tanpa sadar mendorong anak lelaki yang tengah menatapnya khawatir, membuat anak lelaki itu mengernyit bingung.
"Jangan menyentuhku" dingin, dan setelahnya Kibum berlalu masuk kedalam kelasnya begitu ia mendengar samar-samar suara walikelasnya, meninggalkan anak lelaki itu yang menghela nafas kesal karena diperlakukan dengan menyebalkan.
"Masuklah Kibum. Pelajaran belum dimulai" Guru Jung mempersilahkan Kibum masuk begitu anak itu membuka pintu kelas dan membuat seluruh isi kelas menatapnya. Setelah membungkuk pada Guru Jung, Kibum segera duduk dikursinya yang berada dibaris terakhir.
"Nah, seperti kata kepala sekolah seminggu lalu. Hari ini kelas kita kedatangan murid baru" Guru Jung memulai lagi. "Haksaeng. Silahkan masuk"
Sosok tinggi berkulit pucat itu masuk, menunduk pada Guru Jung sebelum mengedarkan pandangannya kepada seluruh teman sekelasnya yang baru. Anak itu mengumpat dalam hati begitu tatapan yang diterimanya adalah tatapan mencemooh dan tak bersahabat. Seperti dugaannya.
"Perkenalkan dirimu"
"Hallo semuanya, aku Kyuhyun. Cho Kyuhyun"
Deg
Deg
Deg
Kibum tak tahu mengapa jantungnya lagi-lagi berdebar lebih cepat dari biasanya hanya karena mendengar suara bass rendah itu. Kyuhyun? Cho Kyuhyun? Entah mengapa nama itu terasa tak begitu asing ditelinganya. Sepasang matanya yang semula mengamati awan diluar sana, ia edarkan untuk melihat pemuda bernama Cho Kyuhyun itu. Lama ia mengamati teman barunya itu sampai ia sadar, Cho Kyuhyun juga tengah menatapnya dalam.
—TBC—
Haloo~ aku bawa fanfic baru ^-^
Karena udah mentok sama fanfic lama, akhirnya lahirlah *apa ini* fanfic ini.
Masih dengan genre brothership dan family-nya Kyuhyun & Kibum.
Semoga fanfic ini dapet sambutan sehangat sambutan untuk fanfic-fanfic-ku yang lain yaa
Last—RnR?
Sampai jumpa di fanfic selanjutnya, annyeong *bow*