KILL

By : Han Kang Woo

Cast : Do Kyungsoo, Kim Jongin, Exo Member, etc.

Main Cast : KaiSoo

Genre : Romance

Warning : BL (Boys Love),
Banyak Typo, FF ini hanya pinjam nama saja

Rated : M

DLDR

= Happy Reading =

O…O…O…O…O…O…O…O…O

o

o

o

o

Seorang anak berumur 15 tahun meringkuk tidak bergerak didalam sebuah lemari. Tubuhnya bergetar hebat, dahinya mengeluarkan titik keringat yang mengucur deras. Matanya yang lumayan bulat mengintip takut takut di celah sisi lemari yang dibukanya sedikit. Teringat lagi kata kata ibunya beberapa menit yang lalu.

"Apapun yang terjadi, tetap disini. Sembunyi. Omma menyayangimu." begitu kata ibunya.

"Iy..iya omma." dia menjawab, sembari mengangguk pelan.

Itu adalah percakapan singkat antara ibu dan anak. Percakapan terakhir yang tidak akan dilupakan si anak. Sekarang ini anak itu masih meringkuk didalam lemari, dia mematuhi pesan ibunya.

Di luar lemari, atau didalam ruangan itu, ada ayah dan ibu si anak. Suami istri itu tidak berdua, namun ada orang lain juga. Orang itulah yang sepertinya berkuasa disana.

Si anak masih mengintip, hingga beberapa saat kemudian terdengar jeritan keras memilukan yang berasal dari ayahnya. Sebuah pisau menghunus perut ayahnya. Yang membuat pria paruh baya itu meregang nyawa, tewas seketika. Si anak menutup mulutnya dengan mata terbelalak. Dia menyaksikan sendiri pembunuhan ayahnya.

"Oh sayang. Tuan Do sudah tiada. Kau milikku sekarang." kata si pembunuh itu, horor.

"Kau biadab... Kau..." ibu si anak berteriak, air matanya tumpah. Dia tidak bisa melakukan apa apa. Kaki dan tangannya terikat kuat.

"Hahahaha..." si pembunuh brengsek tertawa membahana, tawa kemenangannya. Dia melangkah pelan dan mendekati ibu si anak.

Dan peristiwa laknat itu terjadi, si pembunuh memperkosa ibu si anak. Memperkosanya dengan keras dan sadis dalam keadaan terikat. Setelah menyalurkan hasrat dan nafsunya, dia menambah kekejamannya dengan langsung membunuhnya. Lengkaplah sudah. Ibu si anak mengikuti jejak suaminya yang terlebih dahulu meregang nyawa.

Hening.

Si anak menangis dalam diam, dia menutup mulutnya dengan kedua tangan kecilnya, berusaha keras agar tidak terisak dan berteriak. Si pembunuh sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Kini dia sudah menjadi anak yatim piatu, sebatang kara.

o

o

o

o

Peristiwa pembunuhan dan pemerkosaan itu sudah berlalu selama lima tahun. Si anak yang kedua orangtuanya sudah tiada itu tumbuh menjadi anak yang dingin dan pendiam. Dia tidak akan mempercayai siapapun di dunia ini. Untuk melangsungkan hidup, dia rela bekerja sebagai apa saja. Sebagai pengantar koran, pengantar susu, apapun itu, yang penting dia bisa bertahan.

Namanya Do Kyungsoo. Nama indah yang diberikan oleh ibunya sendiri. Dia betul betul tidak menyangka akan menjadi seorang yatim piatu diusia yang masih sangat muda. Beberapa tahun yang lalu dia pergi meninggalkan rumah kecil keluarganya. Pergi setelah melihat kedua orangtuanya dibunuh secara sadis. Kasus pembunuhan kedua orangtuanya ditutup oleh pihak kepolisian tanpa kepastian. Dan hal itu membuatnya geram.

Dan dia berjanji dalam hati bahwa dia sendirilah yang akan menuntut balas atas kematian ayah dan ibunya. Nyawa harus dibayar dengan nyawa.

"Aku akan membunuhnya sendiri. Juga keturunannya." Kyungsoo sering mengucapkan kalimat itu berulang ulang. Terutama saat menjelang tidur.

Kini namja yang berwajah tampan cenderung imut itu menggeliat pelan diatas kasur reotnya. Dia akan mengawali hari mengantarkan koran pagi ke rumah rumah yang sudah berlangganan.

Belum juga dia beranjak, terdengar pintu ruangannya yang diketuk keras.

Bug bug bug.

"Hari ini juga kau harus melunasi tunggakan kamarmu. Tidak ada alasan." si pemilik kos yang galak berteriak cetar seperti penjual sayur. Kemudian berlalu.

Kyungsoo menjawabnya dengan melempar kaleng minuman kosong kearah pintu. Hampir setiap hari begini, si pemilik kos akan selalu mengganggu dan menagih uang kontrakan.

Tidak bisa disebut kontrakan sebenarnya. Ruangan atau kamar sewaan Kyungsoo hanya berukuran 3 kali 3 meter saja, sangat sempit. Tidak ada peralatan dapur disana, hanya ada kasur reot dan lemari kayu yang sedikit dimakan rayap. Kyungsoo selalu makan diluar, jadi dia tidak butuh alat dapur. Sangat mengenaskan, namun Kyungsoo sama sekali tidak pernah mengeluh atau meratapi nasib. Dia selalu mengingat pesan mendiang ibunya agar selalu bersyukur dengan apa yang ada.

Mata bulat indahnya menatap tumpukan koran yang harus diantarkan. Pekerjaannya itu sudah dijalani selama 3 bulan dan sepertinya dia akan diberhentikan. Alasan pemberhentian itu karena karena koran tidak lagi diminati banyak orang seperti dulu. Orang lebih memilih melihat berita di TV atau online di internet. Jadi Kyungsoo harus siap siap mencari pekerjaan baru.

Beberapa saat kemudian, namja itu beranjak, meregangkan ototnya singkat, lalu dengan cepat mandi di kamar mandi yang letaknya di luar. Pekerjaan sudah menantinya.

o

o

o

o

Kyungsoo pulang mengantar koran koran dengan sangat cepat, hanya dua jam saja. Dia memakai sepeda butut yang dibelinya dengan setengah harga. Peluh membasahi dahi lebarnya, dan itu membuatnya nampak terlihat seksi. Dia memarkirkan sepedanya di sebuah pohon dekat kontrakan, dan tiba tiba dikagetkan oleh sapaan seorang yeoja.

"Ahh, oppa baru pulang kerja?" kata yeoja itu. Yeoja cantik dengan eye smile, namanya Minah. Anak pemilik kontrakan.

Kyungsoo mengangguk pelan, mengiyakan. Dia tidak memandang wajah Minah.

"Apa oppa lapar? Aku membuat makanan lebih." lanjut Minah, penuh harap.

"Aku sudah makan." jawab Kyungsoo, singkat. Jawaban dengan nada yang datar dan dingin.

"Oh, begitu." Minah nampak meremas pelan tangannya, dia ingin mengatakan 'sesuatu'. Sesuatu yang sudah lama ingin dikatakannya.

Terjadi keheningan setelah itu. Kyungsoo mengipas dirinya dengan tangan. Namja itu hendak masuk kedalam kamarnya.

"Aku bisa mengatakan kepada appa untuk tidak menagih sewa kontrakan. Aku bisa meyakinkan apppaku." tukas Minah cepat cepat, ketika melihat Kyungsoo hampir masuk kedalam kamarnya.

Kyungsoo menoleh, kali ini memandang wajah Minah. Sesuatu yang langka tentunya.

"Aku bisa membayarnya. Hanya perlu waktu saja." kata Kyungsoo, masih dengan nada datarnya.

"Oppa jangan salah paham, aku hanya ingin membantu." Minah dengan cepat berujar, menjelaskan.

Kyungsoo tidak menimpali lagi, namja itu membuka pintu kontrakannya, namun berhenti sejenak, dia menoleh lagi.

"Apa kau yang membuat lubang di dinding kamar mandi?" tanya Kyungsoo, selidik. Matanya menyipit. Pertanyaannya merujuk pada sebuah lubang kecil yang tiba tiba muncul di dinding kamar mandi yang sebagian terbuat dari papan.

Ditanya seperti itu membuat wajah Minah memerah, dia menundukkan wajah cantiknya. Sepatu hak tingginya menggesek tanah, gelisah.

Melihat ekspresi wajah Minah, Kyungsoo mengerti dan sudah tahu jawabannya.

"Mengintip orang mandi itu tidak bagus." tutup Kyungsoo, kemudian masuk kedalam ruangannya.

Blam.

Hening.

Minah mendesah panjang. Dia agak malu sekarang. Dan sepertinya pendekatannya lagi lagi gagal. Hufff.

o

o

o

o

O...O...O...O

Kyungsoo terus mencari info mengenai pembunuh kedua orangtuanya. Dia tidak akan pernah tenang sebelum menuntut balas. Salah satu alasannya bertahan selama ini karena ingin memberikan pelajaran kepada si pembunuh itu.

Si pembunuh dan keturunannya. Ya, keturunan...alias anak anak pembunuh itu. Itu janji Do Kyungsoo.

Dia masih mengenali wajah pembunuh sadis itu, walau sudah lima tahun berlalu. Pekerjaannya sebagai tukang koran, cukup membantunya. Melalui koran itulah dia bisa mendapatkan informasi mengenai si pembunuh yang belum tersentuh hukum itu.

"Kim Young Min. Pemilik sekolah swasta DongAh High School." Kyungsoo bergumam pelan, mata burung hantunya mengamati foto kecil yang dipajang di koran itu. Dari foto itulah dia yakin.

"Youngmin sukses dengan bisnis pendidikan dan perhiasannya. Istrinya setahun yang lalu meninggal. Pebisnis sukses ini memiliki dua orang anak, semuanya lelaki." Kyungsoo membaca pelan penggalan artikel yang ditulis kecil kecil.

Kyungsoo sontak mengepalkan tangannya, dia meraih pisau dapur yang sudah lama dibelinya. Namja itu menghujam pisau itu tepat ke foto si pembunuh.

"Kau akan mati, juga dua anakmu... Ditanganku." geram Kyungsoo, giginya bergemeretak. Amarahnya muncul. Dia akan memotong penis semua anak pembunuh itu. Semuanya.

Sekarang rencananya adalah dia harus masuk kedalam sekolah milik si pembunuh itu, menjadi bagian didalamnya. Bagaimanapun caranya. Dia mungkin akan menjadi siswa disana, atau mungkin petugas kebersihan. Yeah, apa saja.

Dan rencana itu harus segera dilakukan. Harus.

o

o

o

o

O...O...O...O

"Apa dia siswa baru?"

"Entahlah. Aku baru melihatnya."

"Wah, tampannya. Alisnya tebal, matanya bulat. Perpaduan yang jarang kulihat."

"Tapi dia agak pendek, bahunya juga sempit."

"Itu cocok untuknya. Wajahnya tampan sekaligus imut."

Beberapa yeoja yang 'nongkrong' tidak jelas didepan kelas, mulai bergosip mengenai siswa yang baru pertama kali mereka lihat. Dan tentu saja siswa itu adalah Kyungsoo.

Kyungsoo berjalan tegap dan mantap. Pandangan lurus kedepan. Dia berhasil menjadi murid pindahan di sekolah itu. Dengan usaha keras dan tidak mudah tentunya. Dia adalah namja yang pintar dan itulah salah satu sebab pihak administrasi sekolah menerimanya.

Seperti biasa Kyungsoo akan terus memasang wajah datar, dingin dan tidak bersahabat. Sifatnya yang dulu ceria perlahan hilang sejak lima tahun lalu. Dia tidak pernah tersenyum, sekalipun.

"Ah, Kyungsoo... Apa benar ini kau?" tiba tiba seorang namja mengagetkan Kyungsoo yang sedang mencari ruang kelasnya.

Kyungsoo menoleh, lalu menepis pelan tangan si namja yang memegang bahunya.

"Ini benar kau kan? Ya Tuhan, sudah lama sekali. Kau masih ingat aku kan? Aku Chanyeol . tetangga rumahmu dulu." ulang si namja, bernama Chanyeol. Lengkapnya Park Chanyeol. Namja tinggi diatas rata rata.

Kyungsoo tidak menimpali, dia memandangi wajah si namja yang mengaku sebagai tetangga rumahnya dulu.

"Kau masih ingat aku kan? Maaf waktu itu aku pindah mendadak. Kau tinggal dimana sekarang? Bagaimana keadaan Do ahjumma?" Chanyeol mencecar Kyungsoo dengan serentetan pertanyaan.

Kyungsoo masih diam, hatinya merasa pedih ketika ibunya disebut sebut. Namun dia tidak ingin terlihat rapuh, dia harus tegar dan kuat.

"Hei... Kau betul betul lupa denganku ya? Kita sering duet bersama. Kau menyanyi dan aku memainkan gitar. Itu sudah lama sekali, tapi aku masih mengingatnya." Chanyeol terus berkata, mencoba membangkitkan memori lama itu.

"Maaf, kau salah orang." akhirnya Kyungsoo mengeluarkan suaranya. Sangat tidak bersahabat. Setelah itu, namja bermata owl itu berlalu, tanpa mengucapkan apa apa lagi.

"Hei tunggu...Aku tidak salah orang, kau memang tetanggaku dulu." Chanyeol ingin mengejar namja kecil itu, namun batal karena ponselnya berdering keras, minta diangkat.

Kyungsoo berjalan cepat, dia melewati beberapa ruang kelas. Dia berjalan asal saja, menjauhi Chanyeol. Kyungsoo bukannya tidak mengenal Chanyeol, tidak, dia sangat mengenalnya, sangat. Namun dia tidak ingin tenggelam dalam pertemanan lama, fokusnya saat ini adalah mencari dan menemukan pembunuh ibu dan ayahnya. Menuntut balas.

Kyungsoo terus berjalan, nyaris berlari. Namja itu hampir sampai ke toilet sekolah yang berderet deret. Akibat tidak melihat jalan didepannya, Kyungsoo bertabrakan dengan salah satu siswa disana.

Brugh.

Kyungsoo terjengkang dengan posisi bokong mencium lantai. Dia meringis tertahan, kesakitan sekaligus kaget.

"Ah, maaf. Kau tidak apa apa?" kata siswa yang bertabrakan dengan Kyungsoo. Seorang namja.

Kyungsoo tidak menimpali, dia membersihkan debu di celananya. Wajahnya lalu mengarah ke namja itu, matanya lalu terbeliak lebar.

"Ah, ohh... Aduh, aku hampir lupa." si namja sadar seketika, ekspresi Kyungsoo menyadarkannya. Dia dengan cepat berdiri dan memasukkan 'belalai lemasnya' kedalam sangkar. Ada setetes cairan putih yang jatuh ke lantai. Si namja lekas menghapus cairan itu dengan sepatunya. Dia sangat malu.

Ya Tuhan, namja itu baru saja onani sendirian di toilet sekolah. Dan sepertinya Kyungsoo sadar akan hal itu.

Si namja menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia betul betul malu. Penisnya sempat menjadi tontonan bagi Kyungsoo.

Dilain pihak, Kyungsoo nampak salah tingkah juga. Wajahnya jadi merah setelah melihat kejantanan seseorang. Dan hal itu baru pertama kalinya terjadi.

'Ada apa denganku?' batin Kyungsoo, mendadak galau. Dia mulai tidak fokus.

Suasana menjadi hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing masing. Kyungsoo melihat sekilas name tag yang terpasang di baju seragam namja itu.

'Kim Jongin.'

Itu nama si namja, seorang pemuda dengan kulit seksi dan tubuh yang bagus. Jongin terus saja menggaruk kepalanya.

"Maaf, mengenai yang tadi. Jangan katakan pada siapa siapa. Aku pergi dulu." Jongin berujar dengan nada cepat, dia tidak ingin aksi onaninya menjadi konsumsi sekolah. Apa kata dunia?

Kyungsoo belum mengucapkan sepatah katapun. Dia berusaha menormalkan diri dan perasaannya. Dia harus fokus sekarang.

Jongin sudah mengatakan ingin pergi, namun namja tampan itu belum beranjak juga. Posisinya masih didepan Kyungsoo.

"Namaku Kai. Kim Kai." Jongin memperkenalkan diri dengan mengucapkan nama populernya, Kai. Dia mengulurkan tangannya.

Kyungsoo lagi lagi tidak mengucapkan apa apa, wajah datarnya terpasang dan menutupi wajahnya yang imut. Dia sama sekali tidak menjabat tangan si namja tan.

Setelah menunggu agak lama, Jongin ingin mengucapkan sesuatu lagi, namun tiba tiba diinterupsi oleh seruan salah seorang teman kelasnya.

"Oh, anak pemilik sekolah ada disini rupanya."

Deg.

Mendengar itu, Kyungsoo sontak terkaget. Nyaris tidak percaya.

'Dia anak pemilik sekolah?'

o

o

o

o

o

o

o

TBC

O...O...O...O...O...O...O

Aku bawa FF Kaisoo. Aku awalnya mau buat FF ini jadi GS (coba coba sih), tapi ditengah jalan, aku malah tidak bisa dapat feelnya. Jadi aku buat yaoi saja, hehehee. Mudah mudahan pembaca Kaisoo ship tidak jenuh.

Ini masih chap awal, aku akan publish chap dua secepatnya jika FF ini direspon baik. Mudah2an chap awal ini tidak kepotong.

Review ya chingu.

Salam

Han Kang Woo