Title : Akudou 悪童 (Bad Boy)

Cast : Kai, Kyungsoo, Other

Genre : Teen, Romance

Disc : I don't have anyting of all below content!

.

.

.

Chapter 1

Enjoy~

Happy Reading

.

.

.

Satu hal yang selalu kuingat dari orang tuaku, bahwa semua orang punya masa lalu.
Semua orang punya masa lalu, baik dan buruk. Semua orang punya masa lalu yang bukan untuk diungkit dan dipertanyakan kembali.

.

.

.

Kyungsoo POV

Aku masih ingat satu kalimat yang diucapkannya, yang mengubah semuanya.

"Biarkan aku membawanya."

Satu kalimat pendek dan terdengar normal sebenarnya, namun tak senormal itu jika kalimat itu keluar dari mulut seorang Kim Jongin, bad boy yang paling diminati seluruh sekolah.

Panggilannya Kai, dia beberapa kali memenangkan piala boxing, dia mengendarai sepeda motor yang besar, dan dia adalah murid yang selalu bermasalah. Kai, pria dengan rambut hitam, mata kelam tajam memikat, dingin, serta tubuh yang terbentuk sempurna, kuat, yang membuat para wanita tergila-gila.

Di balik itu semua, sosoknya sangat sulit didekati, menambah rasa penasaran dan ketertarikan semua orang. Dan fakta bahwa seorang Kai dengan sukarela membantu seorang gadis, ini bukan hal normal.

Lalu, apa sebenarnya yang terjadi?

.

.

.
Aku adalah seorang gadis yang amat sangat biasa-biasa saja, hambar dan membosankankan. Dengan mata hitam bulat, rambut sebahu, penampilan biasa-biasa saja dan dengan tinggi yang biasa-biasa juga. Over all, aku benar-benar biasa-biasa saja.

Tapi, waktu itu Kai menolongku... Kenapa?
Apa yang aku miliki dan gadis-gadis lain tidak?
.

.

.
Setelah aku memukul keras, bola voli itu terlempar, terbang melewati net dengan tipis dan tidak mampu dihalau lawan, yang tentunya mencetak kemenagan bagi timku. Mereka semua yang melihatnya seketika menjerit antusias penuh kebahagiaan, semua berlari, berkumpul di satu titik dan kemudian berpelukan. Dan aku adalah orang yang terlalu pemalu untuk bergabung, jadi aku berjalan mundur, menjauhi kumpulan tim.

Sayangnya, aku adalah orang yang ceroboh, terlalu kikuk, aku jatuh dengan pergelangan kaki yang memutar. Seketika itu juga aku menjerit karena rasa sakit, terduduk di lantai gym dengan air mata yang membasahi pipi, astaga ini sungguh sakit. Rasa sakitnya terasa menyebar ke betis bahkan naik ke lutut, aku mencoba memegang pergelangan kakiku, memijitnya pelan berharap rasa sakitnya berkurang. Tapi bukannya berkurang, rasa sakit itu semakin menjadi. Sialan!

Teman-teman yang mendengar jeritanku berhenti dan semuanya menatap penasaran ke arahku yang masih terduduk.

Dengan segala penampilan dan sifatku yang amat sangat biasa, aku tidak pernah jadi pusat perhatian. Tapi sekarang, semuanya melihatku! Dan ini benar-benar menakutkan.

Peluit Pelatih Kook bertiup nyaring di seluruh ruang gym, aku refleks mendongakkan kepala, untuk melihat ke arahnya, semua orang juga.

"Kyungsoo, kita masih harus lanjut. Cepat bangun," Pelatih Kook berkata demikian meski ia menyadari rasa sakit yang terlihat jelas di wajahku.

"A-aku...aku tidak bisa," ucapku pelan.

"Apa?" Responnya memaksaku untuk berkata lebih keras.

"Aku tidak bisa," kataku lagi dengan sedikit lebih keras.

"Katakan lebih keras!" Pelatih membentak marah.

"Aku bilang aku tidak bisa!" Aku berteriak dan seketika seluruh gym terdiam dan menatapku dengan mata lebar.

"Kenapa tidak bisa?"

Lihat, inilah yang aku tidak suka dari Pelatih Kook. Dia senang melihatku kesakitan, seringai samarnya terlihat saat aku lemah, dan dia selalu menatapku dengan pandangan lapar, mata penuh nafsu, seperti singa yang belum menemukan mangsa dalam waktu yang lama.

"Pe-pergelangan kakiku sakit."

"Begitukah?" Dia menatapku dengan tatapan berani, aku hanya mengangguk pelan.

"Baiklah Kyungsoo, karena sepertinya kau tidak bisa berjalan, aku akan membawamu ke ruang perawat," matanya menatapku dengan tatapan yang ku kenal, tatapan lapar.

"Jangan! A-a-maksudku...aku akan mencoba untuk berjalan," lalu aku bangun, aku menggigit bibir mencoba untuk tidak menjerit, ini sakit sekali! Air mata perlahan mengalir di wajahku.

Jujur, rasa sakit ini tak tertahankan, mungkin semua orang menatap remeh, hanya segini saja tapi sudah kesakitan dan menangis.

Dan kemudian aku jatuh terduduk kembali.

"Ayolah Kyungsoo, aku akan mengantarmu," Pelatih mengedip padaku, dia pasti senang melihatku lemah dan menangis seperti ini.

Perlahan-lahan Pelatih Kook mendatangiku, berjongkok di sebelahku, lengannya meluncur di bawah lututku bermaksud untuk mengangkatku, tapi aku rasa sedikit terlalu dekat dengan pantatku.

Tapi sebelum Pelatih benar-benar mengangkatku...

"Pelatih, tunggu!"

"Ya, Nak?" Pelatih mengerang sambil berdiri, beralih ke seseorang –entah siapa, karena sepertinya orang itu ada di dalam kerumunan.

"Biarkan aku membawanya."

Dan kemudian orang itu maju keluar dari kerumunan, tak lain tak bukan, dia... Kim Jongin, Kai...berandalan yang digilai wanita satu sekolahan, si juara boxing, dan berandalan yang sering berurusan dengan polisi.

Kai bukan orang yang mau dan bisa didekati siapapun. Kabarnya, dia hanya pernah berdekatan dengan sedikit wanita untuk suatu kesenangan. Dan tidak normal baginya untuk bersikap seperti ini, menawarkan bantuan hanya untuk membantu seorang gadis sepertiku.

Mata semua orang menatap kami, dan aku melihat tatapan antara campuran kebingungan dan kecemburuan.

"Aku bisa melakukannya." Pelatih menjawab tegas.

"Pelatih, anda mengajar kelas gym sekarang." Kai membujuk.

"Aku akan melakukannya dengan cepat." Pelatih menjawab, menaikkan suaranya.

"Dan akan lebih cepat jika anda membiarkanku yang membawa dia." Kai tak mau kalah.

"Aku bisa-"

"Aku yakin akan lebih baik jika aku yang melakukannya." Kai berkata tak terbantahkan sambil menatap ke arahku.

Dia meiliki ego yang besar.

"Baik." Pelatih menjawab lalu beralih ke kerumunan murid, membubarkan mereka menyuruh kembali ke lapangan.

Kai perlahan berjalan mendekatiku, aku yakin semua yang melihatnya menganga. Dan sepertinya aku juga!

"Tutup mulutmu atau kemasukan lalat." Dia berkata pelan.

Perlahan-lahan, sentuhan lembut Kai meluncur di bawah lutut dan di punggungku, untuk kemudian mengangkatku dengan sangat mudah seperti aku tidak memiliki berat. Dengan ekspresi datar di wajahnya, berjalan keluar dari gym dengan membawaku dalam pelukannya.

Ini akan menjadi perjalanan panjang, mengingat ruang perawat ada di bagian sudut sekolah. Dan sekolah ini adalah sekolah yang besar!

Aku memainkan jari-jariku, tidak tau harus bersikap bagaimana. Aku hanya menunduk sementara Kai menatap lurus ke depan tanpa ekspresi. Aku mungkin tercium seperti keringat dengan campuran parfum sekarang. Bau yang sangat tidak enak! Oh Tuhan tolong aku...

Sudah sekian lama sejak aku merasakan hatiku meletup-letup seperti ini. Aku pernah pacaran sekali, dulu...dan berakhir seperti bencana. Dan sekarang, hatiku seperti meletup-letup seakan mau meledak.

Aku tersentak dari pikiranku ketika Kai bergeser, untuk memposisikanku sehingga dia bisa mengetuk pintu ruang perawat dengan tangan kirinya, ia memelukku dengan satu tangan. Dia kuat.

"Jongin-ssi, apa yang kau lakukan kali ini?" Perawat itu menggoda saat ia membuka pintu menatapku.

Dia adalah seorang wanita paruh baya, dengan rambut coklat terang disanggul rapi, sedikit keriput di wajahnya, dan wangi parfum melingkupinya.

"Dia terjatuh, sepertinya pergelangan kakinya terkilir." Kai menjawab, berjalan ke ruang perawat dan menurunkanku di tempat tidur.

"Baik, mari kita lihat. Siapa namamu, Sayang?" Wanita paruh baya itu bertanya sambil menarik kacamatanya dari rambutnya dan menempatkannya pada pangkal hidungnya.

"Do Kyungsoo."

"Oh Kyungsoo! Kau sudah begitu besar sekarang, aku bahkan tidak mengenalimu! Bagaimana kabarmu?"

"Baik."

"Kau tidak jatuh terlalu keras kan?"

"Tidak, Bu," aku menjawab, melupakan Kai yang masih di sudut ruangan, mendengarkan percakapan kami.

"Oke, baik. Aku akan memeriksa refleks pada pergelangan kakimu dan itu akan sakit. Tapi mungkin pacarmu dapat membantu," dia melihat penuh arti ke arah Kai.

"Dia bukan pa- "

"Oke," Kai memotong, dia duduk di sampingku dan memegang tanganku.

Wajahku memanas, tanganku mungkin berkeringat dalam genggamannya, ugh... dan sebelum aku bisa berpikir lagi, rasa sakit mendadak muncul begitu hebat dari pergelangan kakiku.

"AAH!-"

Aku mengepalkan gigi kuat-kuat, menahan air mata yang akan untuk keluar lagi. Aku tidak mau terlihat seperti pengecut di depan Kai, lagi, tapi ini sungguh sakit!

Aku merasakan Kai meremas tanganku sementara perawat masih memeriksa pergelangan kakiku.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, perawat itu menghentikan pemeriksaannya, dia duduk di kursinya.

"Ini keseleo," dia berkata sambil melihatku, "tapi tidak masalah, aku akan mengatasinya- "

"Apakah itu akan sakit?" Aku berseru, membayangkan rasa sakitnya.

"Mungkin sedikit sakit, tapi aku yakin Kai dapat membantu mengalihkan perhatianmu," dia menyeringai.

"Apa yang-"

Ucapanku terputus ketika Kai mengusap rambutku, napasku tercekat. Dia memasang senyuman yang sangat menarik, tatapannya menari-nari dengan kenakalan. Dia terus menatapku dengan senyumnya, dan... seringainya-aku tak bisa melepas tatapanku. Lalu kemudian rasa sakit dari kakiku menyengat sedikit-sedikit, membuatku meringis pelan, aku mengalihkan tatapanku dari ketidaknyamanan ditatap lama olehnya.

Aku bisa melihat sudut mulut Kai berkedut, aku tahu dia ingin menertawakanku karena begitu naif, jadi aku menunduk sedikit cemberut.

Lalu ia tertawa.

Perawat itu –Hwang Sonsaeng, bangkit dari kursinya, "Kompres sakitnya dengan es sampai terasa membaik," dia menuju lemari es kecil mengeluarkan kantong es, dengan lembut meletakkannya di pergelangan kakiku, "sekarang kau lebih baik kemasi barang-barangmu dan pulang ke rumah. Ini sudah sore dan sepertinya aku juga akan pulang," dia berjalan ke meja mengambil tas dan jaketnya.

"Semoga malammu baik, Hwang Sonsaengnim," Kai mengatakan sopan.

"Kau juga, Kai. Rawatlah Kyungsoo untukku, ya, " dan dengan itu dia meninggalkan ruangan.

Ugh, aku bisa mengurus diriku sendiri.

.

.

.

Setelah Hwang Sonsaeng, Kai juga meninggalkan aku. Jam sekolah sudah selesai, semua orang sudah pergi, dan aku tinggal sendiri.

Jadi sekarang, aku berakhir dengan pulang berjalan kaki, jalan pincang.

Dan di luar, turun hujan.

Pergelangan kaki sakit, tas berat, pakaian dan rambut basah oleh keringat, dan pastinya bau.

Great.

"TIIIN!" Seseorang membunyikan klakson mobilnya mengejutkanku, secepat mungkin aku menghindar dan- zrash! Air terciprat ke arahku, dari kepala sampai kaki.

Great. Fantastis.

"Masuk jelek!" Aku menoleh ke arah yang berlawanan, dan melihat sahabatku Baekhyun, duduk di Ford Fiesta putihnya, menungguku untuk masuk.

Baekhyun , dengan rambut hitam kemerahan, mata yang menyenangkan, memiliki kepribadian yang bisa menerangi ruangan, anak yang sangat periang, salah satu alasan mengapa ia menjadi sahabatku.

"Bagaimana kau menemukanku?" Aku bertanya setelah duduk di kursi sebelahnya.

"Aku hanya mengira kau masih di sekolah, mengingat aku yang tiap hari mengantarmu pulang, tadi sebenarnya mau meninggalkanmu, heheh..." Dia mulai menjalankan mobil lagi, "Maaf..."

"Ya, meninggalkanku dan aku akan berjalan pincang sendirian," aku memutar mataku main-main.

"Tadi ku kira Kai akan memberikan tumpangan, maaf."

"Kenapa kau kira begitu?"

"Karena...jelas dia sepertinya kau ada sesuatu dengannya! Kenapa dia menawarkan untuk membawamu ke perawat," Baekhyun berkata dengan nada sok taunya, "dia tidak pernah melakukan itu!"

"Kim Jongin tidak memiliki apapun denganku."

.

.

.

"Nenek, aku pulang!" Aku berteriak di kencang, melempar tas ke lantai setelah Baekhyun mengantarku.

"Nenek di sini!" Nenek berseru dari dapur.

"Nenek sedang buat apa?" Aku berjalan ke dapur, mendapati nenek sedang berkutat dengan ovennya. Aku yakin nenek sedang membuat cookies, baunya menguar harum.

"Chocolate Chip co-" Nenek berbalik ke arahku lalu berteriak, "Astaga! Do Kyungsoo! Kau membuat dapur basah!"

"Di luar sedang hujan, Nenek..." Aku mengangkat bahu, sedikit cemberut karena gagal merebut cookies.

"Pergi mandi, kau bau."

"Pergi mandi, kau bau..." Aku menirukan perkataan Nenek dengan suara bernada tinggi dan setelahnya Nenek melototokan mata ke arahku, "ugh, baik, tapi aku akan dapat cookies setelah mandi kan?

"Setelah kau menghabiskan makan malammu."

"Oke, baiklah nenek sayang!" Aku berjalan pelan menaiki tangga, sedikit pincang, menuju ke kamar mandi kecil di dalam kamar.

Rumah kami tidak begitu besar. Dua lantai, dua kamar tidur, dua kamar mandi, lengkap dengan ruang tamu dan dapur, dengan ruang makan kecil, dan ta-da! Sebuah rumah sederhana yang nyaman. Aku tidak suka menyebutnya rumah kecil, aku menyebutnya rumah sederhana dan nyaman. Dan hanya nenek dan aku yang tinggal di sini.

Aku membasuh tubuh dengan sabun cair vanilla, mencuci rambut setelahnya, serta membersihkan wajah dengan pembersih. Lalu aku melangkah keluar dari kamar mandi dan berpakaian, menuju cermin dan menyadari cermin itu berkabut. Aku menyeka cermin dengan handuk, kemudian bertatapan langsung dengan mata bulatku, mata burung hantu kata nenek.

Bel pintu berbunyi membuyarkan pikiranku. Melupakan soal mata burung hantu dan segera turun untuk membuka pintu. Aku tahu nenek tidak akan membuka pintu, karena terlalu berat untuk nenek berjalan dari dapur ke pintu depan, ya nenek sudah tua.

Setelah membuka pintu, aku melihat- oh ya Tuhan... Kim Jongin berdiri santai di sana. Ini kedua kalinya hari ini aku melihatnya sedekat ini. Dia mengenakan jaket kulit, t-shirt biru gelap, dan celana jeans biru, ia tampak bagus. Terlalu tampan. Aku terpaku dengan mata bulatku yang pasti semakin bulat memandanginya.

"Nice face," adalah kata pertama yang diucapkannya.

"Emm..." dengan cepat aku menyambar handuk yang ada di kepalaku dan mengusap mata, "apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau lupa ini," dia menjawab, menarik keluar handphone putihku dari sakunya, "ada di ruang latihan."

"Oh terima kasih," Aku mengambil ponselku dari tangannya, sedikit malu mengingat kejadian tadi.

"Aku mencium bau cookies," lalu seenaknya dia berjalan memasuki rumah, menuju dapur seperti yang aku lakukan tadi saat baru pulang, bau cookies nenek memang menggoda.

"Apa yang kau- "

"Kyungsoo... Oh, temanmu? Kau tidak pernah bilang kau punya teman lain!" Nenek berseru saat keluar dari dapur, jelas berbicara tentang Kai.

"Dia bukan temanku."

"Maaf Sayang, tolong maafkan sikap buruk cucuku," Nenek menatapku memperingatkan, sebelum meraih beberapa cookies untuk Kai, "apakah kau ingin tinggal untuk makan malam?"

Eh?!

Sejak kapan nenek mengajak laki-laki untuk makan malam?

Sejak kapan dia mengijinkan ada laki-laki di rumah?

Sekali lagi, sejak kapan dia mengijinkan laki-laki di rumah?!

"Aku akan senang untuk bergabung, Nyonya Do," Kai berbicara, menatapku dengan seringai, "tapi aku memiliki sesuatu yang penting malam ini. Mungkin lain waktu."

"Ya, ya, baiklah. Tapi tunggulah beberapa menit, aku akan menyiapkan cookies untukmu," Nenek bersikeras.

"Oke nenek, bagaimana kalau Nenek membuat makan malam, dan aku akan menyelesaikan cookies untuk Kai," aku mengambil loyang kue dari tangan nenek, memberi isyarat pada Kai untuk mengikutiku yang tertatih-tatih menuju ruang makan.

"Ini benar-benar enak," Kai berbicara dengan mulut penuh kue.

"Oh ya?"

"Mmmfm." Dia gagal mengatakan sesuatu karena berbicara masih dengan mulut penuh kue, lalu setelah minum seteguk air, dia membagi cookies menjadi dua bagian dan mengarahkan satu bagian untukku, "Ini, cobalah," ia menawarkan.

"Terima kasih."

Aku tidak tahu mengapa Kai mendekatiku, aku senang dengan jumlah teman yang aku punya dan tidak membutuhkan lebih banyak teman lagi. Memang dia baik sekali datang kemari untuk mengembalikan ponselku tapi sekarang nenek tau tentang dia, nenek menyuruhku menemaninya dan sekarang bahwa dia pikir Kai adalah temanku. Dan itu juga yang terjadi dengan Baekhyun.

"Nenekmu baik sekali," dia menelan cookiesnya, "aku berharap ibuku juga akan membuatkanku kue."

"Tidak pernah terpikir bahwa seorang bad boy menginginkan kue," gumamku, tapi Kai mendengarnya.

"Bad boy? Seperti itukah panggilan untukku?" Dia tertawa sementara aku mengangguk, "I was hoping for something a little more bad ass," aku tersentak sedikit mendengar perkataannya.

"Maaf, I mean bad...butt.." Dia berkata lagi melihat ketidaknyamananku.

"Hentikan, sebenarnya kenapa kau kemari?"

"Aku bosan, jadi memutuskan untuk mengembalikan ponselmu. Tidak ada game di dalamnya, kau mungkin mau menambahkannya, jangan hanya Flappy Bird saja," dia memasang wajah menjengkelkan dan lanjut berbicara, "lalu aku datang ke sini dan mencium bau cookies yang sangat enak dan aku tak bisa menolaknya." Dia selesai dan mengedipkan mata.

"Kau melihat isi ponselku?!"

"Bagaimana lagi, aku harus menemukan siapa pemiliknya kan?" Dia mengerutkan kening main-main.

"Lalu bagaimana kau mengetahui ini ponselku?" Aku bertanya, aku tidak memiliki satu pun foto diriku di ponsel ini dan tidak ada nama atau apapun yang menunjukkan ini adalah ponselku.

"That girl, Baekhyun menghubungi ponselmu jutaan kali."

"Oh. Begitu."

"Yah, aku selesai dengan cookies ini, jadi sepertinya lebih baik untuk pergi."

"Ya, baiklah."

"Oke, sampai jumpa lain kali, Burung Hantu." Dia berdiri dari kursinya.

"Aku bukan Burung Hantu! Aku sedikit membentak.

"Baiklah, Bambi." Dia menjawab, menatapku dengan tatapan nakal, membuatku berpaling.

"Terima kasih Nona Do untuk kuenya," Kai tersenyum lalu berjalan ke pintu depan sambil berseru, "Bye Dear."

"Bye. Baby Doll." Dia menggumamkan panggilan lain lagi, tapi aku mendengarnya, kemudian menutup pintu dan menghilang, sebelum aku sempat berpikir.

Burung Hantu, Bambi, Dear, Baby Doll.

"Kyungsoo, lekas kemari. Waktunya makan malam!"

"Iya Nenek~"

Aku berjalan ke dapur, sambil berpikir, bahwa aku senang, hatiku berbunga dengan panggilan-panggilan yang diucapkan Kai tadi. Yah...kecuali Burung Hantu.
.

.

.

TBC

.

.

.

Review jutheyo~