Between Love and Hate

By Amaya Katsumi

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Angst, Hurt/Comfort, Drama, Family

Rate : K (untuk chapter ini saja)

Warning : Typo, gak jelas, gak nyambung (dan kesalahan lainnya)


Apapun yang terjadi, aku akan selalu bersyukur. Dari pengalamanku selama ini, aku telah banyak belajar. Akhirnya aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Tuhan memang adil.

Hai, perkenalkan! Namaku adalah Uzumaki Naruto. Panggil saja aku Naruto. Aku mempunyai ciri-ciri fisik yang paling menonjol yaitu pada rambutku yang berwarna pirang jabrik, bola mata biru, 3 pasang kumis kucing di pipi, dan kulit berwarna tan. Sekarang umurku telah beranjak 12 tahun.

Selama 10 tahun, aku tinggal bersama guruku, Umino Iruka. Bagiku, dia sudah seperti ayah kandungku sendiri. Jika aku mendapat nilai bagus, Iruka-sensei akan mentraktirku makan. Walaupun hidup sangat berkecukupan, aku sangat bahagia.

Dalam pergaulan, aku mempunyai banyak teman. Dan yang paling dekat denganku adalah si Teme. Ups, maksudku Uchiha Sasuke. Aku akui, dia itu tampan, pintar, kaya raya. Tapi, mulutnya itu sangat jelek. Tak jarang kami beradu mulut jika bertemu. Namun bagiku, rasanya sangat menyenangkan bersamanya. Dia sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. Sasuke selalu mengajakku berangkat dan pulang sekolah bersama dengan mobil jemputannya. Aku sudah memutuskan untuk menjadi rival untuknya.

Aku juga mempunyai orang yang kusukai. Dia adalah Haruno Sakura. Tapi aku tidak berani menyatakan cinta padanya. walaupun aku sangat dekat dengannya, Sakura sangat menyukai Sasuke. Begitu pun dengan Sasuke. Meskipun dia terlihat cuek, gelagat Sasuke memperlihatkan kalau dia juga menyukai gadis berambut pink itu.

Ada seseorang yang sangat kukagumi selama ini. Dia adalah Namikaze Minato, seorang walikota Konoha. Dia juga merupakan seorang konglomerat yang mendirikan Namikaze Group dan juga SMA Konoha. Jika aku lulus, aku sangat ingin melanjutkan sekolah ke sana. Katanya sekolah itu sangatlah disiplin dan ketat saingan. Tapi akan kuusahakan untuk masuk ke sana. Karena tidak ada yang tidak mungkin kan? Itulah kata-kata yang kudengar dari sang walikota saat berpidato yang kulihat di TV. Namikaze Minato adalah orang yang jenius dan hebat. Awalnya dia hanyalah seorang yang nol, namun sekarang dia adalah sosok yang bernilai tinggi. Ah, aku harap bisa seperti dia.

Dia juga mempunyai istri cantik yang bernama Kushina. Seorang wanita cantik berambut merah. Aku juga selalu bermimpi untuk mempunya ibu sepertinya. Sesosok perempuan yang sangat baik hati.

Di sekolah, aku dikenal sebagai murid paling bodoh dan suka berbuat onar. Dari jumlah murid sebanyak 30 orang, akulah yang selalu mendapat rangking pertama…. Errrr… rangking pertama, dari bawah. Yah, paling bawah. Si Teme itulah yang selalu menjadi juara di kelas. Menyebalkan!

Berkali-kali aku dipanggil oleh wali kelas karena kenakalanku. Tapi di sisi lain, aku selalu membela diriku saat dituduh menghajar seorang anak yang menghinaku. Kau anak haramlah, kamu anak pungut dari tong sampahlah, kamu anak yang tidak inginkanlah sehingga aku dibuang, ya ya ya bla bla bla. Dan yang paling membuatku marah adalah saat mereka menghina Iruka-sensei. Mereka berkata kalau Iruka-sensei terlalu bodoh karena mau memungut anak haram sepertiku. Tentu aku tidak terima itu dan langsung menghajarnya. Biasanya aku yang akan babak belur, tapi waktu itu merekalah yang tepar ulahku. Lalu anak-anak itu mengadu kepada orang tuanya dan menuntut sekolah. Namun akhirnya mereka malu sendiri karena itu salah anak-anak itu sendiri.

Yap, cukup bernostalgianya. Selama 6 bulan, aku melewati sekolah terakhirku. Ada yang bilang, nilaiku kali ini meningkat. Tapi, Iruka-sensei dan para guru merahasiakannya. Dia terus menyuruhku belajar yang rajin untuk bisa lulus ujian. Mereka merahasiakannya bukan tanpa tujuan. Namun agar para murid lebih bersemangat untuk belajar dan lebih meningkatkan nilai serta prestasi mereka. Begitu pula denganku. Suatu saat nanti, aku ingin menjadi sosok yang diakui dan dikagumi banyak orang. Juga sukses seperti Namikaze Minato. Ya, aku ingin sekali seperti dia. Apapun kulakukan agar bisa mencapai cita-citaku.

Akhirnya setelah seminggu lamanya melakukan ujian, hari ini adalah yang terakhir. Ujian tertulis sangat membuatku sakit kepala. Aku lebih suka olahraga dan itu sudah kulakukan. Dan sekarang, aku harus menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh para guru secara langsung.

Huffttt, sangat melelahkan. Begitu menguras otak. Aku tidak yakin sama sekali dengan ujian yang kulewati selama ini. Besok akan diumumkan hasilnya. Aku sangat takut dengan nilaiku yang tidak memuaskan. Bagaimana kalau aku tidak lulus? Bagaimana jika aku harus mengulang setahun lagi? Bagaimana jika aku dikeluarkan dari sekolah? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Arrrghhhh! Aku meremeas rambutku frustasi. Aku tidak percaya dengan diriku sendiri.

"Tenanglah, Naruto!"

Iruka-sensei menurunkan tanganku yang berada di kepalaku. Aku menatapnya dengan padangan sulit diartikan.

"Aku sungguh tidak yakin dengan ujian ini. Aku tidak percaya dengan diriku."

Setelah itu, aku menundukkan kepalaku. Dapat kulihat bibirnya menyunggingkan senyuman saat kucuri pandangannya.

"Apa kau meragukan kemampuanmu? Kau tidak percaya dengan dirimu sendiri? Kau mau mendengar ceritaku?"

Aku langsung mengangkat kepalaku menatap orang yang telah merawatku sampai saat ini.

"Ada seseorang yang sangat bodoh. Untuk berhitung pun dia tidak bisa. IQ-nya sangat rendah karena kelainan saat lahir. Semua guru yang mengajarnya sudah menyerah. Dia tetap saja tidak bisa menguasai satu pun pelajaran. Suatu hari dia kabur dari rumah di tengah-tengah hujan, dan melihat ada batu yang berlubang terkena tetesan air hujan. Setelah itu, dia mencari tahu kenapa bisa terjadi hal itu bisa terjadi. Setelah tersadar, dia kembali lagi ke rumah dan belajar dengan giat. Akhirnya dia murid dengan nilai paling tinggi di kelasnya. Pelajaran yang bisa diambil adalah, hujan saja bisa menghancurkan batu yang begitu kerasnya seiring waktu berjalan. Apalagi kita?"

Mendengar cerita Iruka-sensei, aku jadi tersadar. Selama ini aku telah giat belajar dengan Iruka-sensei sampai aku bisa. Aku juga telah banyak menjuarai prestasi di bidang olahraga antar sekolah. Aku harus percaya dengan kemampuanku.

"Arigatou, Iruka-sensei!"

Kakiku tidak bisa diam. Begitu juga dengan kedua tanganku yang terkepal dan bergetar. Nama demi nama dipanggil oleh Ibiki-sensei untuk mengambil buku hasil belajar selama di sekolah. Teman-temanku yang lain bersama orang tuanya, sedangkan aku? Ada Iruka-sensei kok.

"Uzumaki Naruto!"

Aku terperanjat begitu namaku dipanggil. Aku segera mengikuti Iruka-sensei dari belakang dengan rasa cemas.

Saat Ibiki-sensei menatapku tajam, aku bersembunyi di belakang Iruka-sensei. Namun, aku melihat Ibiki-sensei sedikit menarik sudut bibirnya ke bawah. Apakah artinya itu?

"Omaedeto, Naruto!"

Dengan wajah bingung tak percaya, aku mengambil buku rapotku. Melihat angka-angka yang tertera di sana, membuatku membulatkan mata.

"Kau lulus dengan nilai sangat memuaskan." Ucap Iruka-sensei.

Aku semakin tidak percaya setelah aku melihat buku rapotku. Apa ini lelucon? Ini bukan mimpi kan? Ada perasaan seolah aku ingin meledak.

"YEEEEAAAAYYYY!" tanpa kusadari aku berteriak sangat kencang. "Arigatou, Ibiki-sensei!"

Saking bahagianya, aku melompat memeluk Ibiki-sensei dan mencium pipinya berkali-kali meskipun dirinya meronta minta dilepaskan.

"Arigatou, Iruka-sensei!" aku memeluk Iruka-sensei sambil menangis bahagia.

"Doita, Naruto." Iruka-sensei balas memelukku.

Orang-orang memandangku dengan berbagai variasi. Ada yang tidak percaya, kecewa, datar, atau pun ikut senang dan terharu melihat drama keluarga versiku. Haha! Aku tidak peduli apapun yang mereka pikirkan atau katakan. Mereka tidak aku yang sebenarnya.

"Ini." Iruka-sensei menyodorkan gelas berisi ocha panas. "Udara begitu dingin."

Ya. memang benar. bulan Oktober identic dengan daun-daun berwarna orange yang berguguran. Musim yang paling kusukai karena pada bulan inilah aku lahir.

Walaupun aku tidak mengetahui orang tuaku, aku sangat bahagia. Bersantai menikmati segelas ocha di bangku taman sambil memandang dedaunan yang berguguran seperti sekarang ini.

"Naruto, aku mempunyai Sesuatu untukmu." Ucap Iruka-sensei yang membuatku mengangkat sebelah alis.

Tiba-tiba dari kejauhan, muncul sosok yang tak asing bagiku. Yang membuatku terkejut adalah…. Sosok itu memang sangat tidak terduga.

"Ini adalah hadiah kelulusanmu, dan juga ulang tahunmu. Otanjoubi omedetou, Naruto!"

Dan setelah itu, wanita berambut merah berlari dan merentangkan kedua tangannya padaku.

"Naruto, anakku!" ucap wanita berambut merah.

What? Apa katanya? Anakku? Mereka juga tahu namaku. Hal ini membuatku semakin bingung. Seorang pria yang sangat kuidolakan datang bersama istrinya, dan sekarang aku berada dalam pelukan wanita ini dengan mendengar kata yang sungguh membuatku tidak percaya.

"Naruto, akhirnya kami menemukanmu. Selama 12 tahun ini aku mencarimu tapi tidak kutemukan. Dan Iruka memberitahuku kalau kau ada bersamanya. Ternyata margamu yang diubah." Jelas pria berambut kuning itu.

"Gomen, karena kami tidak ada bersamamu selama 12 tahun ini. Go sotsugyou omedetou, Naruto!" lanjutnya sambil menepuk puncak kepalaku lalu mengusapnya.

"Otanjoubi omedetou, Naruto!" ucap wanita yang kini kutahu statusnya sebagai ibu kandungku.

Kami saling berpelukan melepas rindu. Aku menangis haru karena ternyata orang yang selama ini kuidolakan adalah orang tua kandungku. Aku sangat berterima kasih pada Iruka-sensei yang telah merawat dan menjagaku selama ini. Jika bukan karena dia, aku tidak akan pernah bertemu ayah dan ibuku.

"Tou-chan, kaa-chan, boleh kupanggil begitu?" tanyaku ragu sambil menggaruk pipiku yang tidak gatal.

"Tentu saja, nak! Kami memang ayah dan ibumu. Dan kau adalah anak kami."

"Boleh kuminta satu permintaan?" tanyaku lagi.

Aku ragu untuk meminta hal ini. Tapi, jika tidak, aku juga tidak mau meninggalkan Iruka-sensei sendirian.

"Bolehkah Iruka-sensei ikut bersama kita? Tou-chan bisa memberinya pekerjaan."

Tou-chan tampak berpikir terlebih dahulu. Setelah itu, kaa-chan mengangguk padanya.

"Ya, Naruto! Nanti akan kupikirkan apa pekerjaannya setelah di rumah."

Iruka-sensei tampak terkejut dengan permintaanku dan persetujuan tou-chan.

"Itu sebagai ucapan terima kasih kami karena telah menjaga dan merawat Naruto. Arigatou, Iruka-san!" Ucap kaa-chan.

"Sekarang kemasi barang-barangmu dan Naruto. Kalian ikut bersama kami." Lanjut tou-chan.

"Arigatou, Namikaze-sama!"

.

.

.

End


Amaya's note :

Amaya coming! NaruHina lagi!

Ceritanya mungkin bakal berpairing NaruShion. Tapi itu cuma sementara. Baru nanti lanjut ke pairing NaruHina. Kan namanya juga ngalalakon dulu :D

Fic 2 in 1 lagi proses. Dan Amaya lagi mau ngepublish Menggapaimu. Tapi ceritanya mau direwrite dulu.

Tetap review sebagai dukungan serta kritiknya ya! :)

Arigaotou gozaimasu