The Taboo Alchemist

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Based on The Legendary Moonlight Sculptor By Nam Hee Sung

Warning : Gaje, Abal, Many Typos, AU, OC, OOC, alur seenaknya saja, pasaran, mudah ditebak, super mainstream? Banyak unsur- unsur dari anime / manga / light novel lain, membosankan.

NO EDIT

Don't like don't read.

...

Chapter 11 : Selesainya Quest Pertama

Sebelumnya di The Taboo Alchemist :

"Hmm paling tidak aku bisa mengambil beberapa item yang berguna. Siapapun kau, terima kasih telah meninggalkan berbagai item bagus ini kepadaku."

Naruto memungut dan menjarah puluhan item yang tergeletak di desa itu. Mulai dari armor, bahan makanan, senjata, tas magic, uang mulai dari silver sampai gold.

Ia memenuhi semua tas magic yang ia temukan dengan berbagai item yang ia temukan di sana.

Ia mengambilnya dengan bersenandung ceria tanpa menyadari bahwa ialah penyebab semua ini.

:::::

Hai, ini aku, Jouji and the party. Saat ini kami sedang menulsuri jejak dari seorang player misterius dengan kemampuan bertarung yang mengejutkan.

Jejak terakhir yang telah kami temukan sampai sekarang adalah saat ini ia sedang menuju ke desa Gether. Sebuah desa terbelakang yang dipimpin oleh seorang Lord yang lalim.

Desa ini juga merupakan sebuah desa dengan tingkat keamanan yang rendah, dengan tingkat kriminalitas dan frekuensi serangan monster yang tinggi.

Apa tujuannya datang ke desa itu? Apakah hanya untuk menginap barang semalam? Ataukah itu merupakan salah satu markasnya? Atau ia sedang mengerjakan sebuah quest? Hmm kami tak akan tahu jawabannya kalau tidak menyelidikinya secara langsung.

::

Cukup lama kami menunggu dan mengamatinya. Tampaknya ia sedang mencari informasi tentang penginapan. Ngomong-ngomong, kami juga lupa malam ini mau bermalam di mana.

Heh itu cuma urusan sepele. Yang penting kami harus memuaskan rasa ingin tahu kami dulu.

Apa? Kau bertanya, apakah kami tak punya kerjaan lainnya? Tentu saja kami punya. Justru itu adalah salah satu pekerjaan kami. Kami adalah Streamer Royal Road yang memiliki kontrak dengan stasiun televisi di Jepang. Yah, meskipun cuma stasiun televisi lokal sih.

Tugas kami adalah meliput berbagai hal menarik di Royal Road. Terutama yang ada kaitannya dengan kami. Seperti quest yang kami jalankan. Petualangan untuk menemukan dungeon baru. Atau bahkan sekedar memberitahukanke warga Jepang tentang berbagai hal menarik yang terjadi di Royal Road.

Selain untuk mempromosikan Royal Road di Jepang, kami juga membuktikan bahwa player-player dari Jepang juga punya kualitas yang tak kalah hebat dari player-player dari negeri asal Royal Road di Korea sana.

Atau bahkan kami berusaha untuk mengalahkan ketenaran dari player dengan kekuatan raksasa seperti Bardray dari Guild Hermes dan Weed dari Benua Utara. Meskipun kelihatannya hal itu masih terlalu jauuuuuh dari jangkauan kami sih.

Untuk saat ini kami melihat sedang melihat sebuah kesempatan emas yang begitu langka. Seorang player dengan masa depan yang menjanjikan sedang terus berkembang di depan mata kami. Kami berusaha untuk menjadikannya bagian dari party kami. Dan mengajaknya untuk mengerjakan berbagai quest yang akan kami jalankan.

Dia adalah seorang player misterius bertudung dengan atribut kelas assassin. Dia juga menggunakan tombak sebagai senjata utama dan menggunakan berbagai macam senjata, teknik, trik, dan strategi dalam bertarung untuk membuatnya bisa menang dalam berbagai pertarungan yang ia hadapi.

Ia merupakan batu berlian yang masih harus dipoles lagi supaya semakin bisa bersinar di masa depan. Dan tentu saja kami akan berusaha sebisa mungkin untuk selalu merekam setiap perkembangannya dan menyiarkannya ke seluruh Jepang dan dunia. Ini semua demi uan—tidak maksudku ini semua demi masa depan player Jepang.

Ah, dia keluar. Kami harus mengikutinya lagi. Sepertinya ia sudah menemukan penginapan untuk bermalam. Hmm, para pemabuk dan pan pria-pria mencurigakan di sana juga keluar mendahului kami.

Kemana perginya dia ya? Sudah kutengok ke kanan ke kiri kok tidak ada ya? Mungkin dia ada di sana, di dalam gang di bagian kanan jalan.

Drap drap drap

Langkah kami menggema di malam yang sunyi ini. Tampaknya ia bertemu seorang gadis yang dikenalnya dan sedang diajak ke suatu tempat. Apakah mereka akan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pria dan wanita di tempat sepi? Ataukah mereka hanya kebetulan bertemu dan sedang ingin mengobrol? Atau mereka sedang mencari penginapan untuk bermalam? Sekalian saja kami mengikutinya.

Ternyata mereka masuk ke dalam penginapan. Hah, meliput kegiatan orang lainpun juga harus memperhatikan batas-batas tertentu. Kami tak bisa asal meliput kegiatan pribadi mereka di dalam penginapan itu.

Setelah melihat si pria dan si wanita itu masuk ke dalam penginapan, kamipun juga ikut masuk dan bermalam di sana. Kami memutuskan untuk melanjutkan penyeledikannya esok hari. Karena sudah waktunya bagi kami untuk log out dan beristirahat di dunia nyata.

Mungkin besok kami akan melihat kejadian menarik ketika ia sudah melanjutkan perjalanannya.

::::

"Oi, Nara kau sudah log in?"

Tanyaku sambil memakai berbagai atribut yang akan kugunakan untuk berburu. Mulai dari memasang armor, pelindung siku, pelindung lengan, sarung tangan, pelindung lutut, sepatu, dan juga helm.

"Ya aku sudah log in."

Jawab Nara, ia juga sedang bersiap-siap untuk memakai perlengkapan berburunya.

"Ayo kita keluar dan menemui Ino dan Hanabi di luar!"

Membuka pintu kamar, aku dan Nara pergi keluar untuk berkumpul kembali dengan anggota partyku yang lainnya.

"Hey Ino! Hanabi! Apa yang sedang kalian lakukan?"

"Sepertinya ada kejadian menarik di alun-alun desa! Ayo kita cepat ke sana!"

Dengan semangat Ino dan Hanabi melambai-lambaikan tangannya. Tampaknya di alun-alun sedang diadakan sebuah event yang sangat menarik. Sampai-sampai para NPC juga ikut berkumpul di alun-alun untuk meramaikan event itu.

'Ini kesempatan bagus! Aku harus segera menghubungi pihak stasiun.'

Dengan segera melalui akun Royal Roadnya Jouji menirimkan email ke stasiun penyiaran untuk melakukan siaran langsung di stasiun televisi lokal tempatnya bekerja.

Membuat sebuah siaran langsung itu sangat mudah. Dengan koneksi internet dan ijin layanan khusus yang telah disetujui kedua belah pihak. Pihak stasiun juga bisa menyiarkan rekaman yang dilihat secara langsung oleh si player dan menyiakannya di channel yang telah mereka miliki.

Apalagi ini adalah acara khusus Royal Road. Yang peminatnya makin hari makin banyak. Sehingga banyak sekali tayangan yang berisi tentang Royal Road yang ditayangkan di berbagai stasiun televisi di seluruh dunia.

Dan juga acara khusus Royal Road selalu mendapatkan rating yag tinggi dan relatif stabil. Pihak stasiun akan dengan segera mengatur ulang jadwal tayangnya dan mengganti acara yang sedang mereka tayangkan dengan acara khusus Royal Road.

*Ding*

'Yosh, sudah terhubung! Sekarang waktunya untuk mencari tempat yang bagus untuk meliputnya.'

TOOEEEETT

"WOOO HIDUP DEWA EMBINYU!"

"HIDUP DEWA EMBINYU!"

"HIDUP DEWA EMBINYU!"

"HIDUP DEWA EMBINYU!"

Aku harus segera maju dan mengambil tempat yang bagus.

"Nara gunakan skill Eagle Eye untuk melihat dari atas! Hanabi gunakan skill Connection dengan familiarmu untuk meliput dari lokasi yang lebih baik! Ino kau carilah tempat yang terdepan untuk meliput! Aku akan ikut bersamamu!"

Dengan pengetahuanku terhadap skill yang miliki. Aku mengkoordinasi pergerakan dari teman-temanku.

Skill Eagle Eye milik Nara adalah skill untuk dapat melihat objek yang ada di atas tanah dari jarak jauh. Lebih tepatnya ini adalah skill untuk meningkatkan ketajaman mata untuk melihat sebuah objek. Persis seperti elang yang sedang mencari mangsa.

Tetapi untuk melihat di dalam keramaian ini, Nara harus melakukannya dari tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik.

Sedangkan skill Connection yang digunakan pada familiar milik Hinata adalah sebuah skill yang dapat menghubungkan kelima panca inderamu dengan si familiar. Hal ini tentu saja sangat berguna untuk pengintaian dan penyusupan ketika kami masuk ke dalam dungeon.

Untuk bisa menggunakan skill ini dibutuhkan konsentrasi yang tinggi karena ini adalah skill yang membutuhkan ketenangan dan pengaturan nafas tertentu untuk bisa dilakukan.

Begitu semua telah melaksanakan instruksiku, sekarang adalah giliranku dan Ino untuk masuk ke dalam keramaian dan melesak untuk maju ke depan. Akan tetapi sepertinya kami sudah agak terlambat.

Eventnya sudah dimulai. Dan dari dalam kerumunan ini aku bisa mendengar bunyi senjata yang saling beradu di depan sana. Para penonton yang ada di sinipun bersorak-sorak meneriakkan nama "Brumenn!" berulang kali. Sesekali aku juga mendengar "Mati kau Naruto!" atau "Bunuh pemerkosa itu!"

'Naruto! Apakah Naruto-san ada di sini? Apakah ia yang sedang bertarung dengan orang yang bernama Brumenn itu!'

Aku segera merangsek maju untuk bisa melihat dengan lebih baik. Disamping itu aku sangat penasaran dengan Naruto yang dibicarakan oeh orang-orang ini. Apakah ia adalah Naruto-san yang aku kenal? Ataukah ia orang lain yang kebetulan memiliki nama yang sama?

"Lagi... keluarkan lagi suaramu itu... LEBIH KERAS LAGI!"

CRAATTT CRATTT

"ARGGHH HENTIKAN! JANGAN LAKUKAN ITU!"

"KYAAA!"

Orang-orang mulai mengambil batu dan melemparkannya ke dalam arena. Para prajurit pemanah yang ada di atas sana juga mulai bersiap-siap untuk memanah. Ada apa lagi ini?

DUAGHH

"ARGGHH.."

"KYARGGGHH.."

Orang-orang mulai berteriak kesakitan. Orang-orang yang ada pinggir arena juga terkena serangan batu dari arah arena sana. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

'Nara! Apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam arena?!'

Aku mengirim whisper kepada Nara yang ada di atas gedung.

'Batu-batu yang dilemparkan oleh penonton dipukul balik oleh orang yang mereka sebut dengan nama Naruto!'

'Apa?!'

'Sekarang apa yang harus kita lakukan Jouji? Tampaknya ia sedang mengamuk dan membunuh semua orang yang ada di sana! Ia tak membiarkan satu orangpun lolos dari tebasan pedangnya!'

Ini gawat! Kami harus segera menyelamatkan diri.

'Nara! Kita harus kabur dari sini! Kau cepatlah lari dan cari tempat yang aman untuk bersembunyi!'

'Baik! Argghh Gawat! Ino terinjak-injak oleh kerumunan yang sedang melarikan diri!'

'Apa? Ughh kau pergilah dan selamatkan Ino! Aku yang menyelamatkan Hanabi!'

Aku harus mencari Hanabi di tengah-tengah situasi kacau ini. Brengsek! Bisa-bisanya ia mengamuk dan menyebabkan kekacauan sebesar ini! Entah kau Naruto yang mana, aku pasti akan membalasmu lain kali!

CRASSHH

*Ding*

Kamu mendapatkan serangan kritikal!

HP berkurang 10%

CRASHH

*Ding*

Kamu mendapatkan serangan kritikal!

HP berkurang 20%

CRASSHH

*Ding*

Kamu mendapatkan serangan kritikal!

HP berkurang 30%

CRASSHH

*Ding*

Kamu mendapatkan serangan kritikal!

HP berkurang 40%

Kamu mengalami kematian!

Kamu tidak akan bisa log in untuk 24 jam ke depan dan akan kehilangan beberpa item yang ada di dalam inventorymu!

'Are? A-aku ditebas? Semuanya menjadi gelap?'

:::::

BSSHH

'Ahh aku di-log out secara paksa karena mati. Sial! Sial! Sial!'

Apakah anggota partyku ada yang selamat? Bagaimana nasib siaran langsungku kali ini? Bisa-bisa kami kehilangan kontrak dengan stasiun televisi karena kejadian ini! Sial!

Aku segera berlari menuju ruang santai di lantai bawah. Kuambil remote tv dan menyalakannya. Kugerakkan ibu jariku untuk memencet tombol 7, channel nomor 7 adalah stasiun televisi tempatku bekerja. Dan apa yang kulihat di sana adalah...

"JANGAN BUNUH AKU!"

Sebuah siaran yang penuh guncangan ditayangkan. Siaran itu adalah siaran yang berasal dari rekanku, Nara. Itu dapat kuketahui dari suara memohon-mohon yang dikeluarkan olehnya.

Ia lari tunggang langgang. Tampaknya ia berusaha sangat keras untuk melarikan diri.

Nara terjatuh, ia membalikkan tubuhnya. Pandangannya mengarah ke atas. Ke arah si pembantai di sana. Belum sampai kelihatan wajahnya tiba-tiba..

CRASHH

BZZZZ BZZZZ

"A-apakah kau melihatnya Rukio-san?"

"Ya aku melihatnya dengan sangat jelas. Pria pirang bernama Naruto itu menggila dan membantai seluruh penghuni desa itu."

"Apa kau sempat melihat wajahnya?"

"Sayangnya dari sekian banyak sudut pandang yang telah ditampilkan aku sama sekali belum sempat untuk melihatnya, bahkan sekilaspun tidak."

"Kau benar juga, semuanya terjadi begitu cepat."

"Bila diperhatikan dari berbagai teriakan yang terekam dalam adegan ini, kau bisa menyimpulkan bahwa si pembantai itu benar-benar gila, selain itu ia juga seorang psycho yang menikmati jeritan kesakitan dari para korbannya."

Aku mengepalkan kedua tanganku erat-erat. Beraninya ia membunuh semua anggota partyku ketika sedang ada siaran langsung seperti ini!

"Apakah ia adalah seorang player?"

"Aku yakin ia adalah seorang player, akan tetapi aku tidak yakin ia benar-benar membunuh mereka karena ia memang gila ataukah ia sedang terpengaruh oleh sihir atau skill tertentu yang dimiliki digunakan oleh player lain kepadanya."

"Hmm perkataanmu benar juga. Kudengar seorang Warlock kelas atas bisa menggunakan Brainwash untuk mencuci otak orang-orang untuk mematuhi perintah mereka. Tetapi aku tidak tahu kalau itu juga bisa digunakan untuk mempengaruhi seorang player sampai bisa mengubah sifatnya secara total seperti itu."

'Apa mungkin ia mengamuk karena terkena skill cuci otak yang digunakan pemain lain kepadanya? Kudengar para player yag berprofesi sebagai Warlock belumlah ada yang sekuat itu sampai-sampai bisa menggunakan sihir tingkat atas seperti Brainwash untuk mengendalikan orang lain.'

"Yah, sampai saat ini kita hanya bisa berspekulasi tentang berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di dalam Royal Road."

"Oh apa kau tadi sempat memperhatikan bagian awal dari video ini Rukio-san?"

"Maksudmu tentang Embinyu itu ya?"

"Ya ternyata desa Gether adalah salah satu tempat yang telah terkena pengaruh aliran sesat Embinyu Church. Aku yakin ia akan mendapatkan fame dan faith yang cukup banyak jika ia membasmi para pengikut Embinyu di desa itu."

"Hahaha kau benar sekali Maruo-san andai ia membunuhnya dengan cara yang ksatria. Bukannya asal mengamuk dan membantai mereka semua. Apalagi aku yakin diantara para player itu juga ada yang bukan penganut Embinyu Church. Sehingga dengan membunuh mereka, player bernama Naruto itu juga pastinya akan mendapatkan infamy yang tinggi dengan melihat dari cara membunuhnya yang sangat mengerikan itu."

Para penyiar masih melanjutkan berbagai pembahasan mereka tentang video yang baru saja ditampilkan. Sedangkan Akimichi Chouji sedang memperhatikan dengan seksama di depan layar televisinya. Di hadapannya juga tersaji bebagai macam snack aneka rasa yang baru saja ia ambil dari lemari peyimpanan miliknya.

::::

"Check Stats!"

*Ding*

Sebuah jendela pesan muncul

Nama Karakter : Naruto

Sekutu : Cool, Blackbeard

Profesi : Taboo Alchemist

Gelar : The Mad Ripper of Embinyu's Fanatics

Level : 120

Fame : 3859

HP : 7200

MP : 1200

Strength : 100

Agility : 134

Vitality : 56

Wisdom : 52

Intelligence : 59

Fighting Spirit : 63

Endurance : 68

Art : 30

Charisma : 15

Luck : 74

Faith : 75

Infamy : 10

Offense : 80

Defense : 54

Magic Ressistance : Tidak Ada

'Eh kenapa aku mendapatkan begitu banya peningkatan statistik dan level? Perasaan aku hanya bertarung melawan Knight Brumenn itu saja. Aku bahkan tak ingat kalau aku sudah mengalahkannya.'

Naruto hanya sedang berjalan sambil melamun, kepalanya saat ini sedang penuh dengan pertanyaan mengenai berbagai peningkatan statistiknya.

Ngomong-ngomong ia sedang dalam perjalanan menuju ke cabang sungai Arud untuk menemui Blackbeard dan menuntaskan questnya. Ia juga akan bergabung dengan Blackbeard untuk mengarungi lautan dan mengelilingi dunia Royal Road yang masih banya menyimpan misteri.

:::::::

"Untuk sementara ini aku telah berasil mendapatkan banyak uang dari menjual berbagai item yang kudapatkan dari mengalahkan Polon dari Guild Hermes, ditambah dengan mengalahkan Lich Barkhan dan pasukan undeadnya. Morata semakin berkembang, apalagi benteng Vargo sekarang adalah milikku. Ladang uangku semakin bertambah banyak saja. Kukuku."

Di tangan kanannya, ia menggenggam sebuah pisau pahat legendaris, Zahab Sculpting Knife. Di tangan kirinya terdapat sebuah ukiran yang baru setengah jadi, namun keindahan dari karya ciptaannya sudah dapat dilihat dengan sangat jelas.

"Akan tetapi tarif dasar listrik semakin tinggi, harga BBM naik, tuntutan hidup juga semakin meningkat. Uang kuliahku dan adikku saat ini masih akan terus meningkat. Aku harus mendapatkan lebih banyak uang lagi dari Royal Road."

Masih terus memahat dan memahat. Akan tetapi pikirannya selalu bercabang-cabang ke berbagai masalah yang ada di sekitarnya. Tentu saja semuanya tak jauh dari masalah uang.

"Jalanan sedang kacau karena musim dingin. Lebih banyak kecelakaan lalu lintas. Lebih banyak orang terpeleset. Para dokter pasti mendapatkan banyak uang sekarang. Dokter adalah salah satu profesi terbaik yang ada di Korea. Ahh aku sangat iri... Andai aku bisa dapat lebih banyak uang..."

Ini adalah Weed alias Lee Hyun, ia sedang bermonolog tentang sesuatu yang sangat disukainya, uang.

Keserakahan yang tak da habisnya akan uang. Penyesalan yang tak kunjung selesai karena ketidakpuasannya akan uang yang ia dapatkan.

Kerakusannya untuk mendapatkan semua item yang tergeletak di dungeon untuk dijualnya kembali dengan harga yang sangat mahal.

Keinginannya untuk selalu mendapatkan lebih banyak uang untuk disimpan. Inilah Weed, The God of War dari Royal Road.

:::::

"Polon telah gagal. Dengan segala dukungan yang telah Guild Hermes berikan, dia masih tak mampu untuk melakukan perintah dari Lafaye, dia memang benar-benar tidak berguna. Padahal tugasnya hanyalah untuk menghalang-halangi Weed untuk menjalankan questnya."

"Tetapi kalau Weed sampai kalah di tangannya, entah kenapa mungkin aku malah akan merasa sangat kecewa. Seperti yang diduga dari Weed dia memang God of War dari Continent of Magic dan Royal Road. Dia adalah satu-satunya orang yang pantas untuk dijadikan rivalku dalam merebut gelar Emperor of Royal Road."

Berdiri dengan gagah di atas tumpukan mayat-mayat dari monster. Dia adalah Bad Ray, raja dari kerajaan Haven yang baru saja selesai menaklukkan sebuah dungeon dengan kesulitan level 470.

Orang yang gila akan kekuatan dan kekuasaan yang saat ini memiliki gelar player terkuat di Royal Road. Kali ini ia sedang menatap sendu mayat-mayat yang ada di hadapannya.

Jangan salah sangka dulu, ia hanya sedang merindukan saat-saat menyenangkan ketika ia sedang menjelajahi berbagai dungeon di Continent of Magic, sebelum semua kesenangannya di sana di hancurkan oleh Weed yang mengamuk, membunuh dan menghancurkan semua yag ada di depan matanya.

Sebenarnya ia memiliki dendam kesumat terhadap Weed. Tetapi untuk saat ini ia memilih untuk mengurungkan niatnya untuk balas dendam dan memilih untuk terus meneruskan invasi kerajaan Haven ke kerajaan-kerajaan lainnya.

Weed yang saat ini tak lebih hanyalah lalat pengganggu yang sama sekali tak berharga untuk ia bunuh sekarang. Untuk saat ini ia akan membiarkannya dulu.

Kalau ancaman yang ditimbulkan oleh Weed menjadi semakin besar untuk menghalangi terbentuknya Kekaisaran Haven, maka ia tak akan segan untuk menggerakkan Royal Guards-nya dan seluruh kekuatan penuh dari Kekaisaran Haven untuk membunuh Weed dan meratakan Morata dan bneteng Vargo sekaligus.

::::

Kekuatan dari Bad Ray dan Guild Hermes meningkat tajam setelah mereka mendominasi Kerajaan Haven. Menyerap guild-guild lain dan menerima para player di Kerajaan Haven, perkembangan mereka sangat besar.

"Jika kau bukan seorang anggota dari Guild Hermes, tinggalkan tempat berburu ini sekarang!"

"Mereka yang bukan bagian dari guild, akan dikenakan pajak perdagangan tambahan sebesar 35%."

"Party berburu tak boleh lebih dari 5 di dalam dungeon."

Mereka memeras para player biasa sampai kering dengan menciptakan berbagai peraturan. Kritik-kritik tentang Guild Hermes membumbung tinggi, tetapi mereka tidak peduli. Mereka memegang posisi penguasa dan bangsawan sehingga meskipun para player menyebabkan perselisihan, mereka bisa dengan cepat menekannya. Tak ada lagi tempat di Kerajaan Haven yang tidak dipengaruhi oleh Guild Hermes.

"Jika itu tidak adil, tinggalkan Kerajaan Haven. Tetapi para gelandangan tak akan diterima oleh kerajaan manapun."

"Karena kami adalah guild terkuat di Benua Versailles, kami membutuhkan konsesi sebanyak ini. Kami mengelola Kerajaan Haven, kami tak bisa menjalankannya seperti sebuah kegiatan amal."

Mereka menerapkan pajak yang tinggi pada penduduk Kerajaan Haven. Kekayaan menumpuk dalam Guild Hermes!

Dari penempaan, mereka membuat senjata perang dan menggandakan pasukan mereka beberapa kali lipat dengan sistem wajib militer. Itu berada pada tingkat yang sulit untuk memprediksi kekuatan Guild Hermes saat ini. Sembari Benua Tengah berada dalam keadaan panik karena Order of Embinyu, Guild Hermes mempersiapkan perang untuk mendirikan sebuah kekaisaran.

Tetapi saat ini, Polon, para Knight, Mage dan Ranger semuanya dikalahkan! Kepala eksekutif menggelar sebuah rapat.

"Kita harus membuat serangan balik yang sebenarnya terhadap Weed. Ayo buat Morata menjadi lahan abu."

"Bahkan seekor semut pun tak boleh disisakan, setiap penduduk harus dimusnahkan. Patung-patungnya? Kita bisa menghancurkannya sampai berkeping-keping. Jika ada yang berguna, kita bisa membawanya kesini."

"Berikan perintah dan bunuh semuanya."

Dalam sidang kepala eksekutif, kebencian dari para Ranker meluap layaknya sebuah bendungan jebol. Tak peduli seberapa besar ketenaran pribadi milik Weed, Guild Hermes tak pernah menganggap dia pada kedudukan yang sama seperti Bad Ray.

Di benua tengah, dimana yang kuat berada dalam persaingan yang sengit, itu memalukan untuk membandingkan Bad Ray yang disebut-sebut sebagai God of Weapon dengan seseorang seperti Weed. Dan karena mengalahkan Guild Hermes, itu adalah suatu perbuatan yang berada diluar yang bisa ditoleransi!

Ketika Bad Ray tidak memberi perintah langsung, itu adalah sebuah masalah yang ditangani oleh guild master Lafaye.

:::::

Suasana yang sejuk dan menyegarkan menyapa dirinya. Perjalanan melewati hutan memang salah satu perjalanan yang sangat ia sukai.

Melewati jalanan berumput yang subur, rindangnya pepohonan, burung-burung yang berkicau, suara serangga yang sedang beterbangan di penjuru hutan meninggalkan kesan yang menyenangkan dalam dirinya.

'Rasanya sudah lama sekali aku tak berjalan-jalan di hutan yang sebenarnya di dunia nyata. Dengan teknologi virtual reality ini semua orang bisa pergi menikmati keindahan alam tanpa perlu bepergian ke tempat yang jauh dan terpencil untuk bisa menikmati keindahan alam. Sungguh luar biasa!'

Perjalanan di siang hari yang cerah itu tampaknya akan segera sampai pada ujungnya. Naruto telah sampai di tempat yang telah ditentukan setelah ia melewati rute yang panjang hanya dengan berjalan kaki sendirian melewati berbagai medan yang berbahaya.

"Akhirnya aku telah sampai di percabangan sungai Arud. Yang perlu kulakukan saat ini adalah menemukan Blackbeard dan questnya akan selesai."

Berjalan-jalan di percabangan sungai Arud untuk mencari Blackbeard. Naruto berjalan melewati bebatuan-bebatuan yang licin dengan hati-hati.

JRUSSHH KKPLAK KPLAK

Dari jauh terlihat seseorang sedang berburu ikan di sungai menggunakan tombaknya. Dalam sekali tusukan tombak ia dapat menangkap seekor ikan dengan mudah. Tampaknya ia sangat berpengalaman.

Orang itu adalah seorang pria berbadan besar dan berambut lebat. Bahkan wajahnya juga tertutupi oleh rambut-rambut itu.

Oh, apakah aku lupa menjelaskan kalau badannya jug dipenuhi dengan bulu-bulu tipis yang bahkan kalau disaksikan dari jauh kelihatan seperti kera hitam berbadan besar yang sedang berburu di sungai.

'Orang itu! Tak salah lagi itu adalah Blackbeard! Apa-apaan dia! Dia menggunakan fundoshi* ketika berburu ikan disungai! Sungguh tak tahu malu!'

(Fundoshi = celana (dalam?) yang dipakai sama pesumo (kalau tidak salah))

Pemandangan orang yang memakai fundoshi sedang berbasah-basahan juga bisa membawa suasana aneh yang berdesir di kulitmu.

Membuatmu bisa merasakan rasa aneh yang, yang, yang entahlah. Mungkin ini yang disebut sebagai ill feel.

Melihat pemandangan seperti itu lebih lama lagi bisa-bisa membuat matamu sakit dan perih.

'Sepertinya aku harus menyapanya. Mungkin dengan sebuah serangan kejutan akan mengagetkannya. Kukukku.'

Sepertinya Naruto ingat kalau ia memiliki sebuah item menarik di dalam tasnya. Sebuah item yang ia yakini akan memberikan kejutan yang meriah sebagai sapaannya kepada pak tua Blackbeard.

Merogoh ke dalam salah satu tasnya, Naruto mencari-cari sebuah item yang mungkin saja bisa menyelesaikan masalah matanya itu.

Item yang ia ambil adalah sebuah item berbentuk bola dengan ukuran sebesar bola bola tenis dengan warna abu-abu gelap.

Mempersiapkan tubuhnya dengan melakukan ancang-ancang, Naruto bersiap untuk melakukan lemparan andalannya ke arah Blackbeard.

Menghadapkan tubuhnya ke samping. Mengangkat kedua tangannya ke atas.

Menarik kedua tangannya ke depan dada. Menekuk dan mengangkat kaki kirinya hingga menyentuh perutnya.

Kemudian dengan gerakan yang bertenaga ia pindahkan pusat gravitasi pada tubuhnya dengan menggerakkan kaki kirinya ke depan.

Tangan kirinya juga mengikuti perpindahan gravitasi itu dengan berpindah ke depan dalam keadaan tertekuk sembilan puluh derajat menghadap ke bawah.

Sedangkan tangan kanannya ia angkat ke belakang kepala dan ia ayunkan sekuat-kuatnya ke depan.

WUSSHH SYYUUTT

DDUARRR SRRAATT JLEB

"ARRGGHH!"

Sebuah ledakan dengan radius kecil terjadi terjadi beberapa ratus di depan Naruto. Di lokasi yang ia yakini sebagai lokasi dari Blackbeard.

Akan tetapi ia juga tak menyangka bahwa disaat yang bersamaan dengan peledak yang ia lancarkan ada sebuah tombak yang melesat ke arahnya.

Tombak itu melesat begitu cepat dan mengenai Naruto tepat sesaat setelah ia melakukan lemparan andalannya.

Tombak itu menancap dengan indah di lengan kiri atas milik Naruto yang tadi ia posisikan di depan badan.

"ERGGH! Aku harus menghentikan pendarahannya."

Tombak itu tak bisa dicabut dengan sembarangan karena bisa menyebabkan pendarahan yang fatal pada luka Naruto.

Kalau ia dengan sembrono mencabutnya bisa-bisa ia akan mati kekurangan darah.

Oleh karena itu pertolongan pertama yang harus ia lakukan pada saat seperti ini adalah mengikat lengannya pada bagian atas luka dengan kencang.

Hal itu dilakukan untuk mencegah darah mengalir lagi ke bagian yang sedang terluka. Setelah diikat kencang dan dirtunggu selama beberapa saat, sekarang Naruto mulai berusaha untuk mencabut tombak yang menancap di lengannya itu.

ZRUUT

Tombaknya sudah berhasil dicabut. Hal yang perlu ia lakukan selanjutnya adalah meminum potion pemulih dan membalut lukanya dengan ramuan herbal dan mengikatnya dengan perban.

Sudah selesai dengan pertolongan pertamanya. Naruto kini hanya bisa beristirahat sambil memulihkan diri di tempatnya semula.

Melakukan pertolongan pertama pada diri sendiri setelah menerima luka sebesar itu memang sangat menakjubkan.

Meskipun Naruto bisa dibilang seorang amatir pada bidang penyelamatan, tak dipungkiri dengan pengetahuannya yang luas ia telah berhasil melakukan penyelamatan yang hanya ia ketahui sebatas teori pada percobaan yang pertama kali. Ia memang pantas menyandang gelar jenius yang serba bisa.

"Zehahaha jadi kau ya, Naruto. Kau adalah orang baru saja yang menyerangku menggunakan peledak, ya."

Seseorang datang menemui Naruto. Orang itu berbadan besar dengan tubuh yang dipenuhi berbagai macam bulu dengan yang paling lebat adalah dibagian wajah dan kepalanya.

Ia juga masih mengenakan fundoshinya. Tak lupa dengan beberapa luka bakar kecil bersarang di beberapa bagian tubuhnya.

Dia adalah orang yang baru saja Naruto serang dan juga orang yang Naruto cari-cari. Namanya adalah..

"Blackbeard! Sudah kuduga ledakan kecil seperti tadi tak akan bisa membunuhmu. ERGH! Tapi tak kusangka disaat yang bersamaan kau juga ERRGGH berhasil menyadari keberadaanku dan bahkan langsung melakukan serangan yang terdug- ERRGGHH-ga padaku. Benar-benar brengsek kau Blackbeard."

Naruto berkata dengan susah payah, nampaknya rasa sakit yang ia rasakan sedikitnya telah mengganggunya untuk bisa berbicara dengan normal terhadap Blackbeard.

"Zehahaha ternyata kau memang benar-benar Naruto. Tak kusangka lemparanku bisa meleset dari jantungmu. Apakah kau menghindarinya di saat-saat terakhir?"

Dengan nada bercanda ia membalas perkataan Naruto. Sontak ini membuat Naruto marah. Namun ia tak punya kata-kata yang tepat untuk bisa mengekspreikan betapa marahnya dia. Lagipula bibirnya juga terkunci sehingga ia tak bisa bicara dengan jelas meskipun ia ingin.

Oleh karena itu yang bisa muncul dari Naruto bukanlah kata-kata kasar penuh sumpah serapah. Tetapi sebuah ekspresi marah yang biasanya ia gunakan untuk membuat orang-orang di dunia nyata takut padanya.

"Apa-apaan ekpresimu itu Naruto. Kau mau menantangku?!"

Mencengkeram kedua pipi Naruto dengan satu tangan. Blackbeard dengan mudah mengangkat Naruto ke udara. Sampai-sampai kedua kaki Naruto sudah tak menapak di atas tanah lagi.

Berusaha melawan dengan sekuat tenaga akan tetapi tampaknya usaha Naruto sia-sia saja. Bahkan tendangan-tendangan kaki yang dilakukan Naruto tidak berhasil. Ia hanya menendang udara kosong belaka.

Itu membuktikan betapa besarnya tubuh Blackbeard ini. Tentu saja Naruto tak menyerah begitu saja. Dengan susah payah ia mengangkat kedua kakinya ke lengan Blackbeard dan menendangkannya disana.

DUAHG DUAHGG

Akan tetapi usaha Naruto sia-sia saja. Blackbeard bahkan tak bergeming sekalipun dari posisinya. Tangan kirinya tetap saja mencengkeram kedua pipi Naruto sembari mengangkatnya di udara.

"Zehahaha kau jadi tampak seperti bocah yang sedang bergelantungan di tanganku Naruto."

Dengan ekspresi bengis ia tertawa. Kemudian dengan hempasan keras ia membenturkan kepala Naruto pohon berkali-kali sampai pohon itu tumbang dan kemudian di lanjutkan ke pohon lainnya.

"ZEHAHAHA! RASAKAN INI, NARUTO!"

DUAGHH DUAGHH

"ARHHG! BRENGS-!-SEK!KAU!BLARGGHH!BEARRGHH!"

(Brengsek kau Blackbeard)

Sumpah serapah terus saja Naruto keluarkan. Dengan keinginan supaya kata-katanya dapat membuat Blackbeard berhenti.

Tapi bagaimana mau berhenti. Memangnya siapa yang tidak bertambah marah kalau kau terus dimaki-maki seperti itu.

Sepertinya Naruto harus lebih berhati-hati dalam menggunakan mulutnya kali ini. Kalau tidak ia akan menjadi lebih menderita dari ini.

Dan juga sepertinya ia hanya bisa berharap agar ia tidak kehilangan terlalu banyak item dari inventory-nya karena cepat atau lambat kalau situasinya tetap sepertia ini ia akan segera mati.

Berkali-kali Blackbeard melakukan itu kepada Naruto sampai-sampai ia tak sadarkan diri. Ternyata HP, stamina dan vitality Naruto telah diambang batas. Sehingga ia kini dalam keadaan antara hidup dan mati.

"Hai, Blackbeard-san! Apa yang sedang kau lakukan?"

Seseorang mendatangi mereka berdua. Eh, kelihatannya bukan cuma satu orang dibelakang orang itu juga ada beberapa orang lagi yang tampaknya datang secara terpisah.

"Oh Gekkou 'kah, ternyata kau bisa datang tepat waktu ya?"

Tak ada niat untuk berhenti dari kegiatannya, Blackbeard tetap menjawab pertanyaan Gekkou dengan jawaban yang tidak nyambung. Tangannya juga masih sibuk membentur-benturkan kepala Naruto ke pohon lainnya yang masih berdiri.

Agak bingung dengan jawabn Blackbeard. Sesaat kemudian Gekkou memberikan jawaban atas pertanyaan Blakbeard.

"Ya, aku sudah datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ngomong-ngomong kenapa kau melakukan itu kepadanya?"

"Hm? Aku hanya sedang memberikan pelajaran padanya agar tidak berbuat sembrono lagi padaku."

"Memangnya dia telah melakukan apa?"

"Kau tak usah banyak tanya! Atau kau mau ikut merasakannya juga?!"

GLEK

Gekkou meneguk ludahnya. Tentu saja ia tak mau merasakan hal yang sama dengan orang-yang-entah-siapa-namanya-tapi-malang-sekali-nasibnya ini. Lebih baik dia bersikap seolah hal itu normal dan memilih untuk mengabaikannya saja.

"Ne Blackbeard-san, ini barang-barang yang kau minta. Aku telah berhasil mengambilnya di checkpoint yang ada di dala peta."

Mengambil tas yang ada di bagian pinggangnya, Gekkou kemudian merogoh benda itu dan mengeluarkan beberapa item dari tas selempang magic-nya.

Kemudian ia letakkan di atas sebuah batu yang kebetulan memeiliki permukaan yang cukup lebar untuk meletakkan item-item tersebut.

"Aku juga! Ini itemnya!"

Tiba-tiba orang-orang lain yang tiba secara terpsah darinya itu juga ikut meletakkan itemnya. Ternyata mereka daritadi memilih untuk menunggu dan mengamati situasinya, daripada ikut menginterupsi kegiatan Blackbeard.

"Hoo jadi kalian juga telah datang. Ini berarti kalian telah sukses memenuhi permintaanku."

*Ding*

Sebuah jendela pesan muncul di hadapan mereka.

Come to the fork of Arud River telah selesai

Kamu telah berhasil melalui datang melalui rute yang tercatat dalam peta dan membawakan item quest yang sesuai dengan yang diminta.

Blackbeard akan sangat senang dengan hal ini.

Fame telah meningkat 213 poin

Stamina telah meningkat 3 poin

Courage telah meningkat 3 poin

Stamina telah meningkat 5 poin

Intimasi dengan Blackbeard meingkat dengan pesat

Level Up!

Masing-masing dari mereka mendapatkan pesan yang sama pada jendela pesan mereka masing-masing. Bahkan hadiah yang akan mereka terima dari Blackbeard pun sama.

"Are? Dia sudah pingsan toh? Huh tak asik."

Blackbeard sudah bosan dengan Naruto yang kini sudah tak merespon perlakuan darinya. Oleh karena itu ia melemparkan Naruto begitu saja ke tanah layaknya boneka yang sudah tak bisa ia mainkan lagi.

Kemudian dia mengeluarkan item-item hadiah quest itu hadiah quest itu dari dalam tas Naruto secara acak. Dia menggunakan barang-barang milik Naruto sebagai hadiah quest tanpa ijin dari sang pemilik.

TAP TAP TAP

Maju mendekati para player yang telah menunakan misis mereka dengan sukses. Balckbeard membagi-bagikan item sejenis kepada masing-masing player itu.

*Ding*

Kamu mendapatkan Schimitar of Fugward!

Sedangkan mereka hanya diam saja dan menerima item dari Blackbeard.

"Mulai sekarang kalian adalah anggota dari kelompok bajak lautku. Perkenalkan namaku adalah Marshal D. Thatch. Aku lebih dikenal sebagai Blackbeard."

*Ding*

Sebuah jendela pesan lagi-lagi muncul di hadapan para player.

Kalian telah bergabung dengan kelompok bajak laut Blackbeard.

Blackbeard adalah kapten yang dulunya dikenal sebagai seorang kapten dari kelompok bajak laut Blackbeard yang engendarai kapal The Punshment. Akan tetapi setelah menerima kekalahan telak karen kelicikan dari bajak laut Griffith, kini ia telah kehilangan seluruh harta dan kapalnya.

Oleh karena itu dengan semangat balas dendam kini ia bangkit dan merekrut anggota-anggota baru untuk sekali lagi mengbarkan bendera bajak laut Blackbeard di lautan dan menebarkan teror dan rasa takut di samudera luas yang belum ada seorangpun yang bisa menaklukkannya.

Bangkitkan semangatmu! Mulai sekarang kau adalah bagian dari kelompok bajak laut Blackbeard.

"EEEHH?"

"APA?"

"SEKARANG KITA JADI BAJAK LAUT ?!"

Mereka hanya bisa shock karena ini merupakan quest yang tak bisa ditolak. Mulai sekarang dan selamanya. Atau paling tidak selama Blackbeard masih hidup mereka semua adalah anggota dari bajak laut Blackbeard.

"Nah bagaimana kalau kita mlai dengan perkenalan. Kau yang di paling kanan siapa namamu?"

"Aku Gekkou! Seorang Warior!"

Dengan tidak ikhlas, Gekkou memperkenalkan dirinya. Dia adalah manusia dengan wajah yang standar dengan rambut ungu cerah. Penampilannya layaknya warior pada umumnya. Mengenakan armor tebal yang kelihatannya cukup berat, dan juga pedang besar yang ukurannya melebihi tubuhnya sendiri.

"Aku Marco! Seorang Archer!"

Dia juga sama tidak niatnya. Dia dari ras manusia juga dengan wajah tirus dengan bibir tebal dan rambut layaknya jambul ayam. Dia mengenakan armor ringan, dengan sebuah busur yang tersampir di bahunya dan tas anak panah yang menggantung di pinggangnya.

"Aku Wanda! Seorang Mage!"

Dengan wajah yang mengalirkan air mata, ia mengenalkan diri. Sepertinya ia masih shock dengan kemampuan dari Blackbeard yang bahkan bisa memaksa player untuk menjadi anggota kelompoknya.

Dia adalah perempuan bertubuh gembul dengan kacamata yang menggantung di hidungnya. Ia mengenakan pakaian dan topi khas dari seorang penyihir. Tampaknya levelnya juga cukup tinggi karena pakaian yang ia kenakan tampaknya berharga mahal.

"Aku Gord! Seorang Warlock!"

Tampaknya ia yang paling tenang diantara mereka semua. Wajahnya kelihatan kalem sekali. Dari wajahnya kita bisa melihat kalau ia sudah terbiasa menjadi orang yang dipaksa melakukan ini dan itu oleh orang lain.

Dan yang terakhir adalah ...

"Aku Hannah. Seorang Fisherwoman!"

Dia memiliki badan ramping khas model dengan wajah rupawan dan berambut biru. Ia menggendong tas selempang dengan perlengkapan memancing yang tampak menyembul dari dalam tasnya. Dia kelihatan agak tomboy dan tampak seperti bisa hidup dan beradaptasi dimana saja.

"Begitu ya. Kalau begitu aku akan mengenalkan satu lagi anggota kita. Namanya adalah Naruto."

Begitulah kata Blackbeard sambil menunjuk Naruto menggunakan kaki kanannya.

Mereka yang melihat pemandangan seperti itu hanya bisa memasang wajah simpatik. Mereka bersyukur karena salah satu dari mereka bukanlah target dari kemarahan Blackbeard.

"Kau. Sembuhkan dia!"

Balckbeard menunjuk Gord. Sebagai seorang Warlock biasanya paling tidak memiliki satu atau dua sihir penyembuh tingkat dasar. Meskipun itu adalah sihir hitam dengan efek yang tidak sebanding dengan skill seorang Priest.

"Hai'. Dengan kekuatan Dewa Iblis Lucakur. Sembuhlah! Dark Recover!"

Sebuah mantera dirapalkan kepada Naruto. Sebuah aura kegelapan menyelimuti tubuh Naruto.

::::::

"Egghh.."

Naruto menggeliat dari tidurnya tampaknya sekarang ia sudah bisa bergerak normal. Untunglah Blackbeard tidak benar-benar membunuhnya.

Jadi yang perlu ia lakukan ketika avatarnya dalam keadaan tak sadar adalah menunggu avatarnya merecovery tubuhnya sendiri atau berharap akan ada seseorang yang berbaik hati untuk menyembuhkannya.

'Bau ini, bau perairan. Apakah aku dipindahkan ke area dekat sungai tadi? Eh, ini juga bergoyang-goyang. Apakah aku ada di atas kapal?'

Dengan sekuat tenaga Naruto membuka kedua matanya. Sebuah cahaya menyilaukan yang berasal dari matahari membuatnya mengernyit dan mengerutkan dahinya. Ia dalam keadaan terbaring, sehingga ketika sadar ia lngsung menghadap ke arah matahari yang bersinar cerah hari itu.

"Oh kau sudah sadar rupanya. Selamat di kelompokku Naruto. Di kelompok bajak laut Blackbeard!"

Sebuah suara menggelegar dari pria berbadan besar bernama Blackbeard datang ke telinganya.

"Hahh jadi setelah dianiaya aku benar-benar harus jadi bajak laut di bawah perintahmu ya, Taichou-teme."

To be continued

Zehahaha

Ketemu lagi dengan saya author dari The Taboo Alchemist. Oh ya judulnya saya ganti Lho. Entah ada yang sadar atau nggak.

Saya mohon maaf. Karena melanggar janji saya untuk segeraw update setelah UN. Jujur saja saya sangat sibuk (Belajar buat SBMPTN, baca komik/novel/fanfic, nonton anime spring/film)di Real Life jadinya nggak ada waktu buat update.

Jadinya ya, gitu deh. Pokoknya terima kasih aja buat yang udah mau nunggu ataupun nyempatin waktu buat sekedar ngelirik fanfic ini. Kritik, saran, review, saya terima semuanya.

Pokoknya terima kasih buat yang udah mereview, favourite, follow. Maaf saya nggak bisa nyebutin satu-satu. Maafkan saya yang nggak tahu diri ini.