Byun Baekhyun, seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang masih polos. Polos dalam artian tidak pernah masuk ataupun mencoba hal yang dinamakan pacaran.
Banyak yang tak percaya akan hal itu, bahkan teman-temannya sendiri. Mereka agak simpati dengan Byun Baekhyun yang melewati masa SMAnya dengan sia-sia. Masa dimana para remaja memulai kisah cinta asmara mereka.
Tetapi sekarang, namja cantik dan manis itu dihadapkan oleh keputusan yang cukup sulit sekarang. Tanpa pengalaman apapun di masa sekolahnya, dan tanpa memperdulikan kisah asmara teman-temannya, ia langsung dihadapkan oleh pernyataan dari seorang namja didepannya yang ehm—ganteng.
"Jadilah kekasihku."
Baekhyun menggigit bibirnya sambil menatap namja yang berada di hadapannya. Namja itu menatapnya lekat-lekat. Jantungnya berdebar, gugup ingin menjawab apa. Jemari itu menyentuh tangan Baekhyun lembut. Tidak peduli bahwa mereka yang sedang berada ditengah lapangan kampus ini menjadi pusat perhatian, namja tinggi nan tampan itu mencium punggung tangannya—perilaku ini membuat Baekhyun merona dalam keadaan panas-dingin begitu.
"Aku menyukaimu—"
Baekhyun menahan nafas ketika namja itu menatapnya lembut dengan senyuman tulusnya. Darahnya berdesir tatkala suara bass namja itu menyapa indra pendengarannya, apalagi ketika suara itu memanggil namanya dengan lembut.
"—Byun Baekhyun..."
Baekhyun serasa seperti meleleh saking tidak bisa menahan gemuruh didadanya. Baekhyun tahu kenapa ia yang bahkan tidak pernah merasakan cinta bisa sampai menjadi seperti ini. Ini pengalaman cinta pertamanya, dan bahkan yang menyatakan cinta padanya adalah seorang namja yang tidak dikenalnya.
"T-tapi..."
Baekhyun terdiam sebentar. Kedua insan dengan perbedaan tinggi itu saling menatap cukup lama. Seakan dunia milik berdua, mereka tidak menghiraukan para mahasiswa lain yang berada disekitar sibuk membicarakan mereka. Dengan posisi masih dengan tangan Baekhyun yang digenggam oleh namja tinggi itu, Baekhyun terdiam. Lalu membuka suaranya secara perlahan.
"M-maafkan aku. Tapi aku masih belum bisa menjawabnya,"
Baekhyun tidak mengerti kenapa namja didepannya malah tersenyum tipis.
"Tidak apa. Aku akan menunggu jawabanmu," namja tinggi yang diketahui bernama Park Chanyeol menatap Baekhyun serius. "Rencananya, aku juga akan bertemu keluargamu untuk melamarmu."
Eh?
Apa?
.
.
My Idiot Chanyeol
By: Minori Anra
Disclaimer: Karakter bukan milik saya, tetapi ide dan fict ini milik saya.
Cast: Park Chanyeol – Byun Baekhyun – and other.
ChanBaek/BaekYeol Fiction
Warning! : Typo's. BoysLove. Dll.
.
.
Hope you enjoy it :D
.
.
Byun Baekhyun, seorang mahasiswa semester 2 jurusan musik di Universitas Seoul. Seorang namja dengan wajah cantik, cute, rambut coklat gelap, mata sipit, bibir tipis nan mungil, hidung lucunya, tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek. Lahir di keluarga yang mampu, dengan seorang Ayah, Ibu tiri, dan dua saudara tirinya. Kehidupannya tidak memiliki masalah sama sekali. Tidak memiliki pengalaman cinta pada masa SMAnya adalah masalah kecilnya. Orientasi seksualnya pun tidak diketahui karena tidak adanya pengalaman. Tetapi ia yakin dirinya masih normal—sepertinya.
Katakan Baekhyun konyol karena tidak pernah merasakan pengalaman cinta tersebut. Alasan sesungguhnya karena otaknya dicuci oleh kakak tirinya. Byun Yifan(nama pendeknya Kris)—kakak tirinya dan Byun Soojung (nama pendeknya Krystal)—adik tirinya, adalah saudara tirinya yang sangat menyayanginya. Begitu juga sebaliknya. Baekhyun masih ingat perkataan hyungnya yang mempengaruhi perjalanan hidupnya, tetapi entah apakah berpengaruh dengan kehidupan Krystal.
"Berpacaran itu tidak berguna. Lebih baik kau belajar terus-menerus, seperti hyung yang selalu mendapat peringkat tertinggi di sekolah, dan kau akan sukses nantinya tanpa seorang pacar yang mengganggu konsentrasimu. Masalah pacar-pacaran bisa kau lakukan nanti, setelah kau sukses. Arraso?"
Meski perkataan itu tidak menarik, tetapi Baekhyun menuruti prinsip hyungnya. Ia tidak pernah pacaran hingga sekarang. Ia lebih senang bersahabat saja dan menjalani hidup dengan happy.
Tapi kali ini lain ceritanya. Diumurnya yang sudah 20 tahun, sudah cukup matang untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Tetapi Baekhyun tak pernah menyangka ia akan menerima pernyataan cinta dari seorang namja.
"Baekhyuuuuuuun!"
Baekhyun yang sedang duduk di meja kantin sambil meminum jus strawberrynya itu tersentak mendengar teriakan dari sahabatnya itu. Ia menatap Sunny dan Luhan yang menghampirinya. Terlebih Sunny yang terlihat antusias menghampirinya. Yeoja bernama Sunny itu memakai kemeja abu-abu, dengan celana jeans, serta sepatu kets. Tas selempangnya terayun-ayun ketika ia berlari menghampirinya. Sedangkan Luhan tersenyum kearahnya. Pakaiannya juga cukup santai untuk belajar di kampus, mengenakan kaos hitam tanpa lengan yang dilapisi hodie putih serta celana jooger berwarna cream yang menjadi bawahannya. Tak lupa topi sport yang menutupi rambut coklat emasnya itu. Tas punggungnya ia sampirkan dibahu. Sepatu kets putihnya pun tak kalah keren dengan sepatu milik Sunny.
"Omo, omo, omo! Daebak, Byun Baekhyun!" Sunny mengguncang tubuh Baekhyun cukup kuat saking hebohnya. "Aku sudah mendengar berita itu! Apakah itu benar? Hm? Hm?"
Baekhyun tertawa kecil melihat tingkah kekanakan sahabatnya yang satu ini—yeah, meski mereka sama-sama sering bertingkah seperti anak-anak. "Astaga Sunny, setidaknya kita memesan makanan dulu. Kau tahu, perutku keroncongan." Sunny langsung menoleh Luhan.
"Oppa duluan lah. Aku terlalu penasaran dengan bocah satu ini." Sunny beraegyo imut sambil melirik Baekhyun.
"Kau ingin memulainya tanpa diriku? Jahat," Luhan manyun. "Aku juga ingin mendengarnya, Sunny-ah."
"Kalau begitu duduklah Oppa!" Sunny langsung berdiri dan mendorong Luhan untuk segera duduk. Luhan tertawa kecil, sedangkan Baekhyun mendengus geli melihat sahabat yeoja dengan tingkah manjanya itu. Sunny segera duduk disamping Baekhyun dan menatapnya lekat-lekat.
"Jadi, ada gosip sangat hot di fakultas kita, oke?" ungkap Sunny. "Kurasa kau tahu apa itu. Gosip tentang sahabatku yang mendapatkan pernyataan cinta tadi pagi ditengah lapangan."
"Oh ya, siapa namanya?" Sunny memiringkan kepalanya, berpose penasaran dengan mata cemerlangnya yang berbinar. Wajahnya terlihat imut dan menggemaskan sekarang.
"Namanya... Park Chanyeol," Baekhyun berucap dengan malu, mengingat kembali namja dengan senyum lembut dan mencium punggung tangannya tadi pagi. "Jurusan musik semester 4."
Sunny dan Luhan terpana melihat sikap sahabatnya yang malu-malu kucing itu.
"Astaga," Sunny terkekeh. "Hanya menyebut namanya, kau sudah tersipu malu begitu Oppa?" Sunny berdecak kagum. Baekhyun langsung menggeleng.
"Aniyo! Aku tidak tersipu, Sunny-ah!" Baekhyun mempoutkan bibirnya kesal, mengundang tawa Sunny.
"Park Chanyeol yang tinggi itu ya?" Luhan membeo. Anggukan Baekhyun membuat Luhan melanjutkan perkataannya. "Wow, namja tinggi itu cukup terkenal satu fakultas asal kau tahu. Sikap namja itu cukup buruk katanya."
"Sikapnya buruk?" Baekhyun mengerutkan dahinya. "Tidak mungkin. Dia sangat lembut padaku." Ucap Baekhyun membela Chanyeol.
Luhan mengangkat bahunya. "Entahlah, aku tidak pernah dekat dengannya. Tetapi menurut teman-temanku ya begitu."
"Tidak, tidak. Itu pasti tidak benar." Baekhyun menyangkalnya. "Dia itu tampan, lucu, dan lembut. Tidak mungkin sikapnya buruk. Jikapun sikapnya buruk, itu tidak masalah. Paling hanya pemarah, iya kan?" Baekhyun keras kepala dan bersikukuh dengan perkataannya. Luhan dan Sunny hanya mengangguk mengiyakan.
"Dan juga aku tidak mengerti kenapa dia yang katanya memiliki sikap buruk itu tiba-tiba menyatakan perasaannya begitu. Tetapi dia sangat mempesona saat menyatakan perasaannya." Baekhyun menutup wajahnya malu.
"Kenapa kau tidak mengerti, oppa?"
"Asal kalian tahu, aku bahkan tidak pernah berinteraksi dengannya. Bagaimana caranya dia menyukaiku? Aku jarang bertemu dengannya dan tidak pernah berbicara dengannya saat di kampus. Dari segi mana dia menyukaiku?" Baekhyun menarik nafasnya. "Dan lagi, aku tidak memiliki pengalaman apapun tentang cinta atau kisah asmara ini. Kenapa dia malah memilihku?"
"Aku cukup simpati, Baekhyun." Luhan tersenyum kecil. Ia sudah mengetahui jika Baekhyun tidak pernah merasakan pacaran atau hubungan cinta-cintaan itu, karena mereka sudah bersahabat sejak SMA. Ia tahu betul bagaimana sikap Baekhyun jika menghadapi percintaan ini. "Tetapi kenapa sikapmu begini? Tidak biasanya. Dulu waktu SMA, jika ada yang menyatakan cinta padamu kau akan dengan mudah mengatakan 'kita jadi teman saja ya'." Luhan meniru cara bicara Baekhyun lalu tertawa. "Jika kau tidak mau berpacaran dahulu, kau pasti akan menjawab begitu kan?"
"Memangnya Baekhyun oppa menjawab apa? Apa kau menolak dan mengatakan seperti yang Luhan oppa bilang?" tanya Sunny penasaran. Baekhyun menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Jawabannya ku pending."
"Eh?"
"Dan dia bilang dia akan menunggu jawabanku. Dia juga berencana akan melamarku."
"EEHH?" Luhan dan Sunny melebarkan matanya, terkejut. Saling bertatapan dan berbisik pelan. "Melamar? Wow," Sunny menatapnya takjub.
"Hueeee~ Ottoke, Luhan-ah, Sunny-ah?" Baekhyun merengek manja. "Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku bahkan belum mengenalnya, dan dia malah berencana melamarku. Apa dia idiot?!" lalu menunduk lesu.
Luhan memandang Baekhyun. Kenapa Baekhyun bingung? Itu bukan sikapnya ketika tidak tertarik dengan hubungan percintaan. Tetapi sekarang ia malah kebingungan sambil merengek, sepertinya bimbang untuk memilih perasaannya atau prinsip ajaran hyungnya itu. Jika sudah seperti itu, itu berarti Baekhyun...
"Hei, Baekhyun."
Baekhyun menatap Luhan masih dengan ekspresi manyunnya.
"Kau tidak seperti ini jika seseorang menyatakan perasaannya padamu. Apa kau... tertarik pada Chanyeol?"
Baekhyun terdiam sejenak. Perkataan Luhan ada benarnya. Ia tidak pernah seperti ini saat seseorang—yeoja—menyatakan perasaan padanya. Ia akan dengan cepat menjawab 'tidak', 'kita jadi teman saja', atau 'aku sedang fokus dengan sekolah'. Tetapi kenapa kali ini ia malah serumit ini menghadapi pernyataan cinta dari seorang namja? Apa ia benar-benar tertarik? Atau ia terpesona dengan namja itu karena perlakuan lembutnya? Atau apa?
Baekhyun masih tidak mengerti dengan perasaannya sekarang.
"Aku tidak tahu Luhan-ah..."
"Kalau kau tidak tahu, kenapa tidak mencoba untuk lebih mengenalnya Baekhyun oppa?" Sunny memberi saran.
"Lebih mengenal?" Baekhyun bertanya. "Tapi apa tidak apa-apa? Dia kan namja."
"Lalu kenapa oppa?"
"Dia namja, dan aku namja, Sunny-ah. Dengan begitu kami akan menjadi pasangan gay! Kau tahu kan?" Baekhyun kembali kesal.
"Kenapa kau memperumitnya, oppa? Jika kau tidak menyukai seorang namja, maka sejak awal kau akan langsung menolaknya tanpa berpikir dua kali." Ucap Sunny. "Tapi sekarang kau malah menggantung jawabannya. Itu artinya kau perlu memikirkan perasaanmu lagi bukan? Tandanya kau memiliki ketertarikan dengannya." Jelas Sunny.
Baekhyun berpikir, tetapi semakin ia berpikir ia sama sekali tak memiliki jawabannya. Baekhyun mendesah frustasi. "Ugh! Aku tidak bisa mencerna perkataanmu Sunny-ah. Terlalu sulit!"
"Itu karena otakmu lamban, oppa."
Baekhyun mendelik. "Apa katamu?" ia memang sedikit sensitif jika dicela.
Sunny malah membalas Baekhyun dengan menjulurkan lidahnya—mengejek Baekhyun. Baekhyun langsung mencubit pipi chuby yeoja imut itu, dan Sunny tak sempat mengelak.
"Aw! Yak! Oppa!" Sunny langsung ancang-ancang akan menampar tangan yang hinggap di pipinya itu, membuat Baekhyun menarik tangannya secepat kilat sebelum tangan Sunny menampar tangannya. Yeoja itu mengelus pipinya. "Kau bisa membuat wajahku melebar, kau tahu oppa?"
"Biar saja wajahmu melebar. Aku yakin wajahmu akan lebih lucu jika itu terjadi." Ejek Baekhyun sambil tertawa.
"Yak!"
Kryuuuk~
Sunny merasakan perutnya berbunyi, mengundang tawa Baekhyun. Wajah yeoja itu memerah.
"Yak! Jangan mentertawakanku, oppa!" Sunny menggembungkan pipinya. Ia langsung menoleh pada Luhan yang terkekeh. "Kau juga, Luhan oppa! Jangan mentertawakanku begitu~"
"Bukankah sudah kukatakan bahwa kita seharusnya memesan makanan dahulu?" Luhan akhirnya tertawa lepas. "Kau sih bandel. Lihat, cacing diperutmu itu sudah meraung minta diisi."
"Jangan meledekku oppa~ Ini juga salah Baekhyun oppa yang membuatku penasaran!"
"Eh, kenapa malah menyalahkanku?"
"Molla. Pokoknya semua salah Baekhyun oppa, jadi kau harus traktir aku!"
"Hah?"
"Kalau begitu sekalian traktir aku juga ya, Baekhyun."
"Kalian berdua..." Baekhyun memejamkan matanya, pusing.
"Ayolah oppa~ Sekalian perayaan karena kau sudah memiliki kekasih."
"Yak! Aku belum memiliki kekasih!"
.
—M I C—
.
"Baekhyun."
Baekhyun menoleh pada seorang yeoja didepannya. Choi Sooyoung namanya. Mereka kini sedang berada di ruang kelas. Yeoja tinggi bak model itu memberikan Baekhyun sebuah benda berbentuk kotak itu kepada Baekhyun. Baekhyun mengernyit heran.
"Apa ini?"
"Molla." Sooyoung mengangkat bahunya. "Seorang namja menitipkan itu padaku. Dari Park Chanyeol."
Baekhyun langsung terdiam beberapa saat. "Ah, terimakasih, Sooyoung-sshi."
Sooyoung mengangguk dan melangkah pergi menuju kursinya. Baekhyun memainkan bibirnya. Barang apa sih yang diberikan namja yang belum resmi menjadi kekasihnya itu? Dan kenapa pula harus dititipkan? Katanya namja bernama Park Chanyeol itu menyukainya... Kenapa dia tidak memberikannya secara langsung sehingga mereka bisa saling bertatapan?
Tak ingin ambil pusing, Baekhyun segera membukanya dan menemukan sebuah foto disana. Baekhyun semakin heran ketika menemukan satu-satunya benda dalam kotak itu dan berisi foto dengan modelnya adalah Park Chanyeol sendiri. Namja itu berpose dengan jari telunjuk dan tengah yang membentuk huruf 'v' dan diletakkan di samping matanya. Chanyeol terlihat tersenyum difoto itu. Senyum yang menawan.
Baekhyun mengulum senyumnya melihat namja tampan di foto itu, lalu matanya tak sengaja melihat secarik kertas yang tertimpa oleh foto berukuran 2R itu.
Foto ini sengaja kuberikan padamu agar kau selalu memikirkanku. Pandangi wajahku setiap saat, oke!
Btw, aku menunggu jawabanmu, Baekhyun-ku. Kalau bisa jawab secepatnya.
Tertanda, Park Chanyeol.
Baekhyun mendengus geli, merasa konyol dengan namja ini. Apa-apaan itu? Memberikan fotonya agar Baekhyun memikirkannya? Astaga. Mereka bahkan belum saling mengenal, hanya tahu nama dan wajah saja serta info lain yang umum dari teman-temannya. Selebihnya, ia tidak tahu seperti apa namja ini. Lalu kata panggilan itu—apa katanya?
—Baekhyun-ku.
Baekhyun merasakan wajahnya sedikit memanas. Bagaimana bisa namja itu langsung mengklaim diri Baekhyun adalah miliknya? Jangan salah mengartikan kata 'miliknya' ya. Bukan 'miliknya' yang itu.
Baekhyun tersenyum kecil sambil kembali menatap wajah namja itu difoto. Meneliti setiap lekuk wajah ciptaan Tuhan yang terpahat sempurna itu. Baekhyun sempat memandangi lama bibir kissable nan menggoda tersebut di foto, ia tanpa sadar menjilat bibir tipisnya.
Bibir itu...
Bagaimana rasanya?
Tersadar dengan apa yang ia lakukan dan ia pikirkan, Baekhyun malu sendiri. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan lentiknya saat merasakan wajahnya kembali memanas.
"Ughh... Park Chanyeol..." Baekhyun memindahkan kedua tangannya untuk menangkup kepalanya. Ia melihat kembali foto Chanyeol tersebut. "Kalau begini, bisa-bisa aku mengatakan 'ya' detik ini juga."
Baekhyun tertawa kecil.
Tidak, ini masih terlalu cepat. Masih ada rintangan lain akan menunggu.
Bukankah begitu, Baekhyun?
.
.
.
To Be Continued.
.
.
.
.
Ulangan semester akan tiba. Disaat yang lain siap-siap belajar, saya malah ngetik untuk memeras otak yang terasa meriang ini dan akhirnya jadilah fic dengan suasana anak kampus ini. Padahal dirinya sendiri belum kuliah wkwkwk.
Gak tau mau komentar apa lagi. Cuma berharap semoga fic ini bisa dinikmati oleh anda semua :')
Untuk menambah motivasi dalam mengetik,
Review? :)