Hem... lagi tertarik buat fic Naruto x Gintama. Buat fic yang lainnya ditunda dulu, lagi hilang semangat nulisnya. Maaf...


Saya bukan pemilik Naruto maupun Gintama!

Emas dan Perak - Chapter 1

Mengintrupsi tanpa angkat tangan!


Dahulu kala. Jauh... jauh, jauh sekali dari era sekarang ini, terdapat seorang shinobi yang bertarung demi seorang gadis yang dicintainya. Tapi tidak semuanya benar sih, karena sang shinobi juga bertarung demi keselamatan Ramen miliknya serta beberapa orang terdekat baginya. Namun semua usahanya berakhir menyedihkan, karena harus terombang-ambing di luar angkasa dengan keadaan tidak sadarkan diri sebab kalah dalam pertarungan yang terjadi di bulan.

Waktu terus berlalu, tetapi sang shinobi masih belum sadarkan diri. Hingga dia diselamatkan oleh sekelompok alien yang tengah melakukan ekspedisi menemukan eksistensi kehidupan baru. Tetapi semua tidak bertahan lama...

"Gin, cepat bayar uang sewamu!" Tukas wanita tua bernama Otose, dengan jari tangan kanan mengapit sepuntung rokok begitu memasuki pintu sebuah ruangan yang berada pada lantai dua bangunan rumah.

"Woi tunggu... tunggu!"

"Ahhh... tidak bisakan aku meminta waktu sedikit lebih lama lagi? Setidaknya berikan aku waktu sehari... tidak, sebulan lagi! Tapi aku akan lebih bahagia kalau diberikan setahun lagi untuk melunasi tagihan sewaku." Jawab seorang pria berambur perak dengan mata yang terlihat menahan kantuk berat.

"Woi... tunggu!"

"Satu tahun katamu? JANGAN BERCANDA! LEBIH BAIK KAU TINGGAL DI PENJARA KALAU TIDAK MAU BAYAR UANG SEWA, DI SANA KAU BISA TINGGAL SETAHUN BAHKAN SEUMUR HIDUP TANPA BAYAR UANG SEWA. Jadi..." Otose menarik napas panjang setelah meneriaki pria berambut perak di hadapannya, lantas menarik kerah baju pria tadi dan siap melemparkan keluar dari bangunan rumahnya.

"Tu-tunggu... tunggu..." Pria tadi berbicara dengan terbata dan peluh yang mulai bercucuran nampak pada pelipisnya.

"Woi... tunggu... tunggu!"

"...Ti-tidak bisakah kita bicarakan dengan baik-baik?" Pinta pria tadi dengan wajah yang memelas. Tetapi justru disuguhi pandangan tajam oleh Otose, sehingga pria berambut perak tadi hanya meneguk ludahnya sendiri. "Baiklah... baiklah, aku mengerti. Berikan aku waktu satu bulan lagi untuk..."

"JANGAN BERCANDA BOCAH TENGIK! KAU PUNYA 10 HARI UNTUK MELUNASI TUNGGAKANMU SELAMA TIGA BULAN INI..."

"WOI... SUDAH AKU BILANG TUNGGU! Pembukaan cerita yang ditulis autor belum selesai, kenapa sudah ada yang memulai percakapan? Lagian dari mana ada yang tahu kalau wanita tadi bernama Otose?" Terdengar suara mengintrupsi interaksi kedua manusia zaman Edo itu.

"Heh... apa kau bisa mendengar suara tadi, Gin?" Tanya Otose pada pria berambut perak sambil melepaskan cengkraman tangan kirinya pada kerah baju.

"Suara? Tidak. Tapi kalau ada tulisan yang muncul di antara percakapan kita, iya." Balas Gin atau pria berambut perak yang tengah terduduk di lantai sambil mengorek-orek hidungnya.

"Woi..."

"ITU SAMA SAJA." Bentak Otose.

"Mana bisa sama? Suara dengan tulisan jelas-jelas berbeda jauh, wanita tua." Balas Gin dengan ngotot.

"Woi... kenapa kalian masih melanjutkan..."

"Tentu saja sama. Keduanya sama-sama mengintrupsi pembicaraaan kita." Jelas Otose.

"AHHH... aku menyerah." Suara/tulisan itu muncul lagi dengan makna yang begitu putus asa. "Aku tidak mau melanjutkan cerita ini lagi, sampai di sini saja. Selamat tinggal anak dan ibu, Otose dan Kintoki."

"KAMI BUKAN ANAK DAN IBU." Bentak kedua orang tadi.

"Oi... Siapa yang kau panggil Kintoki?" Tukas Gin dengan amarah yang mulai meninggi. "Ini..." Lanjut Gin sambil menunjuk dirinya sendiri. "...Gintoki, bukan Kintoki."

SREK

Terdengan sebuah gesekan dari dalam ruang kontrakan rumah Gin. "Pagi, Gin-chan!" Suara feminim terdengar menyusul setelah suara gesekan tadi.

"Hahhh... baru cerita pertama, semua karakternya sudah tidak bisa diatur. Sampai di sini dululah, dilanjutkan kalau aku sudah ada semangat lagi. Dan tentunya setelah kalian semua bisa mengikuti arahanku."


Cerita berakhir...


Reviews!

Frozen Clouds.