oOo

Main Cast : Luhan, Sehun.

Rate : M

Gendre : Hurt, Drama, Romance.

Length : Chapter

PS : FF ini adalah GS untuk para UKE dan seperti sebelumnya, main cast lain akan muncul dengan bertambahnya Chapter. FF ini hasil inspirasiku sendiri. Jadi aku mohon dukungan reviewnya^^ menerima saran ataupun keritikan tapi menolak bash! Happy reading^^

.

.

.

.

Seorang wanita bertubuh mungil berlari tergesa dengan menggendong sesosok kecil dalam dekapannya. Melewati pejalan kaki lainnya yang berada di samping kiri, kanannya. Nafas wanita itu tersengal dengan pancaran kehawatiran yang tergambar jelas dari raut wajah cantiknya. Dia tidak perduli saat ada beberapa pejalan lainnya yang mengutuk dirinya karna menabrak punggung mereka tanpa meminta maaf. Dia tidak perduli pada apapun yang berada di sekitarnya. Baginya itu tidaklah lebih penting di banding dengan anaknya.

Sesekali dia akan mencium puncak kepala sosok mungil yang berada di dekapannya. Mencoba memberi kekuatan pada anaknya sendiri untuk tetap sadar. Angin malam kota Seoul berhembus, terasa berirama dengan derap langkah kaki si wanita mungil. Mencoba menemaninya untuk menuju tempat yang di tuju.

Wanita itu 'Luhan'. Memasuki salah satu rumah sakit terbesar di Seoul setelah hampir satu jam berlari dari rumahnya. Seorang suster bername tag 'Minseok' segera menghampiri Luhan dan membawa Luhan berserta anaknya 'Chris' untuk memasuki ruang UGD.

Luhan terduduk lesu saat melihat tubuh anaknya sudah menghilang di balik pintu UGD. Nafasnya masihlah terdengar sangat kacau dan Luhan baru merasakan telapak kakinya yang berdenyut sekarang karna ia berlari tanpa menggunakan alas kaki. Luhan terlalu panic saat mendapati tubuh anaknya panas dan menggigil di atas ranjang. Dan tanpa memikirkan apapun Luhan berlari, tidak memperdulikan dirinya yang bisa saja pingsan di tengah jalan.

Luhan menangkup wajahnya menggunakan telapak tangan selagi menunggu penangannya yang sedang Chris terima di dalam sana. Berdoa dengan sesekali isakan terdengar keluar dari belah bibir pucatnya.

"Luhan.."

Luhan mendongak dan mendapati Minseok sudah berdiri di depannya, mengusap pundaknya dengan tatapan iba. Minseok dan Luhan sudah cukup mengenal karna Luhan yang hampir setiap hari datang ke rumah sakit ini dan Minseok adalah suster yang selalu mendapat tanggung jawab untuk menangani Chris.

"Chris akan baik baik saja Lu.." Minseok duduk di samping Luhan dan memeluk tubuh bergetar Luhan. Isakan Luhan terdengar sangat memilukan membuat Minseok cukup mampu merasakan kesedihan Luhan.

Luhan hampir tidak bisa untuk tersenyum. Luhan tidak pernah melewatkan harinya tanpa ada airmata yang menetes dari mata rusanya. Tawa Luhan sangat jarang terdengar, dan raut wajah Luhan selalu terlihat penuh kehawatiran. Itulah gambaran Luhan di mata Minseok.

"Aku takut min.." Suara Luhan terdengar sumbang karna isakkannnya yang masih belum mereda.

"Chris akan bisa melewati malam ini seperti malam malam sebelumnya Luhan.. percayalah" Minseok menepuk punggung Luhan, mencoba menenangkan Luhan. Walau dirinyapun tidak terlalu yakin pada apa yang ia ucapkan. Pada kenyataannya, kondisi Chris semakin kritis di setiap menitnya.

.

.

Spring adalah musim yang banyak orang sukai. Spring adalah musim yang paling bersahabat menurut Luhan. Saat spring datang, bunga bunga akan kembali merekah setelah terhimbun salju yang membuat kelopak kelopak indah itu membeku, di mana air sungai akan mengalir dan menjadi terasa sedikit hangat jika di sentuh, di mana matahari tidak terlalu begitu terik ataupun redup, di mana hujan beberapa kali akan turun untuk menghapus jejak jejak sang winter yang masih tertinggal. Luhan benar benar menyukai musim ini.

Dan hal lain yang Luhan sukai dari musim ini, adalah pemandangan di hadapannya. Anak anak kecil yang bermain dengan ceria tanpa takut akan kepanasan seperti saat musim summer, kedinginan seperti saat musim fall ataupun terjatuh karna licinnya salju di musim winter. Para ibu ibu akan duduk dengan nyaman, memperhatiakan anak mereka yang tengah bermain di area taman. Sesekali akan mengobrol ria bersama ibu lainnya hanya untuk sekedar menghilangkan kejenuhan.

Berbeda dengan Luhan. Luhan hanya duduk terdiam, memperhatikan anak laki laki yang Luhan kira berusia sama dengan anaknya. Luhan merasa sedih saat tersadar anaknya tidak bisa seberuntung mereka.

Harusnya Chris bisa bebas berlari kemanapun yang ia mau. Harusnya Chris bisa mencari tahu apapun yang ingin ia tahu. Harusnya Chris bisa mengdatangi apapun yang ingin ia datangi. Harusnya di usia Chris yang hampir menginjak empat tahun, Chris bisa bermain bersama mereka.

Airmata Luhan menetes dengan sendirinya. 'Leukemia limfotik'. Tidak seharusnya anaknya mengidap penyakit itu! Tidak seharusnya penyakit itu bersarang di dalam tubuh anaknya. Luhan selalu merutuk, menghujat pada tuhannya yang sudah dengan tega membuat anaknya menderita dan kesakitan. Chris terlalu kecil untuk bisa menghadapai semua itu. Harusnya ia yang lebih pantas untuk mendapatkan 'Leukemia mielogen' sekalipun. Andai memindahkan penyaki semudah membalikkan telapak tangan, Luhan akan dengan rela mengorbankan dirinya untuk Chris.

Ingatan Luhan berputar pada obrolannya dengan doctor yang menangani Chris semalam. Setelah Chris selesai mendaptkan penangan.

.

.

Luhan terduduk di sisi ranjang, di mana anaknya tertidur dengan alat alat yang selalu membuat Luhan merasa ingin mati saat itu juga. Di dunia ini tidak akan ada ibu yang tidak menangis saat melihat tubuh anaknya selalu harus di masuki jarum dan pernafasannya harus selalu menggunakan alat bantu. Tidak akan ada ibu yang tidak merasa sedih saat melihat anaknya terbaring lemah dengan semua kesakitan yang selalu menghantuinya. Senyenyak apapun Chris terlelap dia bisa terbangun dengan tangisan memilukkan saat kesakitan itu mengusik tidur nyenyak putranya.

"Luhan.."

Luhan menghapus airmatanya dan menoleh pada 'Suho'. Doctor yang menangani Chris. Luhan tahu kalau akan ada hal buruk yang Suho sampaikan. Luhan bisa melihatnya dari raut wajah Suho.

"Kita harus cepat melakukan Transplantasi sel induk Luhan, radioterapi sudah tidak berguna untuk Chris.."

Luhan terdiam. Dia sudah menduga ini akan terjadi, penghambatan tidak akan mempu untuk menyembuhkan Chris.

"Lalu apa yang harus aku lakukan ?" Airmata Luhan kembali menetes. Mata Luhan sudah terlihat sangat sembab dan bengkak, karna dia tidak bisa berhenti menangis. Menangsi seolah sudah menjadi temannya sejak dua tahun silam. Sejak Chris di fonis mengidap leukemia limfotik.

"Jika kau menyetujuinya aku bisa mencari pendonor sum sum tulang belakang, Chris terlalu kecil untuk bisa kita jadikan pendonor untuk dirinya sendiri, terkeculai jika ada ayah dari Chris.. kita bisa mencoba melakukan tes kecocokan padanya"

Luhan menggeleng. Itu terdengar lebih mustahil di banding harus mencari pendonor.

"Apa kau tidak bisa mengusahakan untuk mengambil sum sum tulang belakang ku ?"

"Luhan.."

"Lalu berapa biyaya untuk operasinya ?" Luhan memotong kalimat Suho karna dia tahu suho akan tetap mengatakan 'Tidak bisa' karna darahnya berbeda dengan darah Chris.

"Untuk operasinya kau harus menyiapkan Tiga Ratus Juta won dan itu belum termasuk membayar pada pendonor.."

Luhan menggenggam erat dress yang ia kenakan. Tiga ratus juta won bukanlah nominal yang kecil. Keputus asaan mulai menghinggapi hati Luhan. Harsukah ia merelakan Chris pergi ?

Luhan menggeleng untuk mengeyahkan pemikiran bodohnya, dan kembali menghapus sia sia jejak airmata di pipinya, karna seberapa keraspun Luhan menghapus. Jejak itu akan kembali terbentuk.

"Lakukan oprasi itu.." Luhan menatap yakin pada Suho. Hanya ibu yang bodoh yang akan dengan mudah membiarkan anaknya meninggal. Luhan akan berusaha untuk mencari bantuan. Luhan akan melakukan apapun untuk nyawa anak tunggalnya.

.

.

"Luhan.."

Luhan tersentak karna terkejut dan menatap wanita yang sudah berdiri di depannya. Terlalu hanyut dalam fikirannya sampai Luhan tidak menyadari kedatangan sahabatnya 'Baekhyun'. Baekhyun adalah orang ke dua yang Luhan miliki di dunia ini setelah Chris. Baekhyun adalah sahabatnya sejak mereka masih berada di China sampai kini mereka berada di Korea. Negara kelahiran Baekhyun.

Baekhyun terlihat sangat cantik dan menawan dengan hanya menggunakan celana jeans hitam yang di padu atasan blouse berwarna biru muda, tidak terlewat dengan sepatu heels yang tidak terlalu tinggi terpasang dengan pas di kaki indahnya. Rambut panjang Baekhyun di cepol dengan rapih, membuat panampilan Baekhyun terlihat semakin sempurna. Baekhyun seolah menguarkan kecantikan elegan namun penuh kesexyan di baliknya sehingga mampu memikat siapapun pria yang melihatnya. Berbanding terbalik dengan Luhan yang hanya mengenakan dress berwarna putih yang sudah kusam sehingga membuatnya terlihat sedikit kekuningan. Luhan tidak mengenakan alas kaki bermerek seperti yang Baekhyun kenakan, hanya sandal biasa yang menjadi pelengkap dress selutu yang Luhan kenakan. Wajah Luhan terlihat tanpa polesan make up dengan rambut panjang bergelombang tergerai. Namun semua kekurangan itu tidak akan bisa untuk menutupi wajah canti Luhan.

Luhan kadang merasa iri pada Baekhyun. Karna Baekhyun menjalani hidupnya dengan normal, sesuai dengan usianya sekarang –Dua Puluh Empat Tahun-. Baekhyun memiliki pekerjaan tetap, memiliki kekasih dan memiliki segala jenis fashion keluaran terbaru yang tidak pernah sanggup Luhan impikan. Bagaimanapun Luhan tetaplah wanita Berusia dua puluh empat tahun yang kadang memiliki keinginan untuk bisa hidup seperti Baekhyun. Namun Luhan sadar, kalau sekarang hidupnya bukan untuk itu semua.

Baekhyun duduk di samping Luhan saat tidak kunjung mendapatkan sahutan dari sahabatnya. Baekhyun tahu kalau ada hal buruk saat ini.

"Kau menangis ?"

"Tidak.." Luhan menggeleng kecil membuat Baekhyun mendengus.

"Pipimu basah Luhan apa kau tidak sadar ?"

Luhan terkekeh kecil dan mengusap pipinya, dan ternyata yang Baekhyun ucapkan benar, pipinya basah. Luhan bahkan tidak sadar kalau dia menangis.

"Bagaimana kabar Chris ?" Baekhyun manatap Luhan dengan cemas.

"Buruk Baek.."

Baekhyun menghela nafas. Dan menatap sendu pada Luhan. Baekhyun adalah salah satu saksi betapa kejamnya kehidupan Luhan dari sejak di China sampai mereka sudah berada di Korea. Sehingga Baekhyun bisa dengan cepat merasakan kegundahan hati Luhan.

"Baek.. apa kau tidak bisa membantuku untuk mencari bantuan donasi ? Chris harus cepat di operasi Baek"

Baekhyun menggenggam tangan Luhan. Jauh jauh hari dia sudah memikirkan hal ini.

"Aku sudah mengajukan proposal untuk meminta bantuan pada yayasan Lu.. Dan uangnya baru akan keluar minggu depan, tapi nominalnya tidak akan cukup untuk semua biyaya yang di perlukan"

Luhan mengangguk mengerti. Bagaimanapun tidak hanya Chris yang membutuhkan bantuan.

"Kau bisa menggunakan tabunganku sebagai tambahan.."

Luhan mendelik pada Baekhyun.

"Tidak Baek.. Aku tidak akan menerimanya! Kau pun membutuhkan biyaya besar untuk hidupmu.."

"Dan membiarkan Chris meninggal hanya untuk semua gaun gaun mahal yang terjejer rapih di toko ?"

Luhan terteguh.

"Bukan begitu Baek.."

"Kalau begitu cukup terima saja Luhan.! Chris sudah seperti anakku, kau tidak lupakan kalau selama kau hamil akulah yang mendampingimu"

Luhan terenyum kecil. Mendengar ucapan Baekhyum membuat Luhan kembali teringat saat ia hamil Chris di usianya yang menginjak Dua puluh tahun, sungguh kenangan yang menyedihkan namun terasa lucu saat beberapa kali ia dan Baekhyun di buat kebingungan ketika harus menghadapi masa masa bulan pertama. Luhan tidak tahu harus melakukan apa untuk membalas semua bantuan yang Baekhyun beri kepadanya di saat itu.

Luhan memeluk Baekhyun. Hanya itu yang bisa ia lakukan.

"Terimakasih Baek.. Terimakasih untuk semuanya"

"Tidak masalah Lu" Baekhyun menepuk pelan punggung Luhan dan setelahnya melepaskan pelukan Luhan.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan untuk mencari dana tambahan ? mungkin kita hanya membutuhkan dua ratus juta won lagi sekarang, maaf. Yang aku punya hanya lima puluh juta won"

Luhan tersenyum tipis saat melihat raut sedih Baekhyun.

"Tidak masalah Baek.. Aku akan berusaha mencari sisanya"

Baekhyun terdiam. Sedikit melirik Luhan dengan ragu atas pemikiran yang baru saja melintas di benaknya.

"Lu.."

"Heuumm"

"Bagaimana jika kau meminta tolong saja pada 'orang tuamu' ? Mereka kaya Lu dan pasti bisa membantumu"

Luhan sontak mendelik saat mendengar saran Baekhyun. Hal itu bahkan tidak pernah melintas di benaknya.

"Kau tahu Baek kalau aku sudah tidak memiliki orang tua! Mereka bukanlah orang tuaku.."

Baekhyun menunduk lesu. Padahal itu adalah solusi terbaik menurut Baekhyun, namun Baekhyunpun tidak bisa memarahi Luhan jika Luhan berbicara seperti itu.

"Bagaimana jika kita mencari 'Ayah' Chris ? Dia har.."

"Baek!"

"Ok! Ok! Ok!" Baekhyun mendengus kesal dan mengangkat dua tangannya selayaknya seorang penjahat yang tertangkap polisi.

Baekhyun kadang ingin menampar Luhan untuk hal ini. Menurut Baekhyun. Ayah Chris haruslah tahu kondisi anaknya dan memberi tanggung jawab pada hidup Luhan dan Chris. Tapi Luhan selalu menolak dengan tegas atas semua saran Baekhyun jika menyangkut 'Dua hal' itu.

"Aku tidak membutuhkan mereka Baek. Aku lebih baik terkubur bersama Chris dari pada harus mengemis pada mereka!" Nada suara Luhan terdengar sangat tegas dan yakin. Membuat Baekhyun tidak akan berani untuk membantahnya.

"Ok.. Aku tidak akan membahas tentang mereka"

Raut wajah Luhan melunak. Tatapan Luhan kembali terlihat teduh. Kekesalan Luhan seolah lenyap terbawa oleh angin dalam sekejap.

"Luhan, apa kau mau bekerja bersama ku ?"

"Bekerja ?" Luhan menatap Baekhyun tidak percaya namun dari balik tatapan itu Luhan jelas sangat berharap pada tawaran Baekhyun.

"Ya, menjadi asisten Oh Sehun, si bodoh itu baru memecat asistennya beberapa hari lalu dan aku belum menemukan penggantinya dan jika kau mau aku bisa memberikannya padamu.."

Tatapan penuh harapan Luhan langsung meredup saat mendengar pekerjaan apa yang Baekhyun tawarkan untuknya. Bekerja menjadi asisten seorang Selebrity ternama seperti Oh Sehun bukanlah hal mudah walaupun dia berada di satu lingkungan yang sama dengan Baekhyun.

"Itu akan memakan waktu dua puluh empat jam Baek. Lalu siapa yang akan menjaga Chris ?"

"Kau bisa menitipkannya pada Kyungsoo seperti biasa dan aku akan mengusahakan agar kau bisa pulang tepat sebelum jam makan malam. Kau bisa menggunakan uang dari gajih itu untuk keperluan sehari harimu atau membayar uang sewa rumahmu.. setidaknya itu bisa lebih meringankan bebanmu Luhan"

Luhan terdiam untuk memikirkan semua perkataan Baekhyun dan Luhan hanya mendapati kalau semua yang Baekhyun ucapkan adalah benar. Waktu sewa rumahnya akan habis bulan ini dan ia sudah tidak memiliki tabuangan lagi untuk memperpanjangnya.

"Kau sedang tidak dalam posisi untuk bisa memilih Lu.." Baekhyun mencoba semakin memantapkan hati Luhan dari segala keraguan. Bagaimanapun, Baekhyun tidak ingin melihat Luhan dan Chris hidup semakain menderita. Setidaknya dengan Luhan bekerja bersamanya mungkin bisa memberi kemudahan untuk Luhan bekerja tanpa meninggalkan Chris terlalu lama.

"Ya.. Kau benar Baek" Luhan bergumam pelan. Semua yang Baekhyun ucapkan sangatlah benar. Dia tidak ada di dalam posisi untuk bisa memilih pekerjaan. Di dunia ini memang pekerjaan sebesar apa yang bisa di dapatkan seorang wanita yang sudah mempunyai satu anak dan hanya memiliki sertifikat kelulusan Sekolah Menengah Atas selain menjadi pelayan ? Luhan sadar betul untuk ini. Bahkan harusnya Luhan bersyukur karna tidak harus menyusuri semua restoran di Seoul untuk bisa mencari pekerjaan seperti yang selalu ia lakukan jika tiba tiba di pecat karna keterlambatan yang sering ia lakukan untuk mengurus Chris lebih dulu.

Luhan menarik nafasnya untuk meyakinkan perasaannya sendiri.

"Aku mau Baek.." Setidaknya mencoba tidak ada salahnya.

Baekhyun tersenyum lebar, merasa senang kini ia akan bekerja bersama Luhan untuk mengurus si bodoh Oh Sehun. Baekhyun tidak harus mati kebosanan mulai sekarang karna akan ada Luhan di sampingnya.

"Ok! Kita berangkat Lu"

Luhan tersenyum kecil saat melihat Baekhyun yang begitu antusias dan setelahnya mereka berdua memasuki mobil milik Baekhyun.

.

.

Satu sosok Pria yang tidak perlu di ragukan lagi tentang kesempurnaannya tengah duduk dengan santai di kursi rias ruang make upnya. Beberapa Hair Stylist dengan cekatan menata rambutnya, membuatnya semakin terlihat mempesona.

Dia 'Oh Sehun'. Selebrity pria berusia Dua Puluh Enam Tahun yang memiliki tampang rupawan alami. Berambut pendek, berwarna hitam dengan poni sepanjang alis mata di sisi kanannya. Apapun yang melekat pada tubuh Oh Sehun akan menjadi sangat istimewa walaupun kini Sehun hanya mengenakan celana jeans hitam panjang yang mempunyai robekan robekan di bagian lutut dan juga kaos berwarna senada dengan gambar gitar yang membalut tubuh sixpacknya. Karna Sehun memiliki karisma tersendiri untuk membuat dirinya selalu terlihat memukau dengan mengenakan apapun. Karisma seorang Oh Sehun tidak akan ada yang bisa menilainya karna Sehun terlalu sempurna untuk bisa di nilai.

Sehun menatap jam rolex hitam di tangannya. Sudah pukul Satu siang dan Satu jam lagi waktu takenya akan di ambil tapi Managernya justru belum terlihat di sekitarnya.

"Di mana Baekhyun ?" Sehun bertanya pada make up artis yang sudah selesai memoles make up tipis di wajah tampannya.

"Nona Baekhyun bilang dia ada urusan dan berjanji akan kembali sebelum pengambilan gambar"

Sehun mengangguk dan mengisyaratkan make up artis juga HairStylistnya untuk keluar. Setelah ruangan ini menjadi kosong, Sehun memejamkan matanya untuk bisa sedikit beristirahat. Namun baru beberapa detik ia terpejam suara pintu terbuka kembali terdengar di telinganya.

"Dari mana saja kau ?" Sehun bertanya tanpa membuka matanya. Dia tahu yang datang adalah Baekhyun, hidungnya sudah terlalu hafal dengan wangi parfume manager cantiknya.

"Oh, kau tidak tidur ? Aku mencari asisten baru, sesuai perintahmu"

Mata hitam Sehun terbuka dan mendapati Baekhyun berdiri di sisi kursinya dengan seorang wanita lain yang terus menunduk di sisi kanan Baekhyun. Mata hitam Sehun terus memperhatikan sosok wanita yang tidak kalah mungilnya dari Baekhyun dan kembali menatap telak pada mata sipit Baekhyun.

"Dan dia yang kau dapatkan ?"

Baekhyun mengangguk kecil. Memang apa yang salah dengan Luhan ?

Kekehan Sehun terdengar, merasa kalau managernya menjadi sedikit terlihat kampungan.

"Apa tidak ada yang lebih baik ? Kau lihat. Bahkan penampilannya seperti gelandangan"

Baekhyun mendelik dengan perasan kesal sementara Luhan semakin menundukkan kepalanya. Luhan sekarang merasa kalau ini bukanlah keputusan yang tepat. Semua pemilik restoranpun sangat sulit untuk menerima dirinya sebagai seorang palayan jadi bagaimana mungkin selebrity ternama akan dengan mudah menerima dirinya sebagai asisten.

"Kau hanya mencari asisten bodoh! Bukan model untuk film atau music videomu. Dia bisa mengurusi semua keperluanmu dengan baik. Itu yang terpenting!"

Luhan menggenggam jemari Baekhyun saat mendengar nada suara Baekhyun yang terdengar meninggi. Perlahan Luhan menegakkan kepalanya dan saling menatap dengan Baekhyun.

"Aku sebaiknya pulang Baek.."

Baekhyun menggeleng cepat.

"Tidak Luhan.. Jangan hiraukan dia! Di sini aku yang mempekerjakanmu"

Luhan menatap sendu pada Baekhyun. Mencoba melunakkan Baekhyun untuk membiarkannya pergi. Sementara Sehun hanya menatap jengah perdebatan Baekhyun bersama wanita yang bernama Luhan. Tatapan Sehun terhenti pada wajah kecil Luhan. Walaupun wajah Luhan terlihat tanpa make up tapi Sehun mengakui kalau wajah Luhan tidak kalah cantik dengan wajah Baekhyun.

Sehun tersenyum kecil tanpa dua wanita itu ketahui. Sehun merasa sedikit tertarik setelah kembali meneliti Luhan dengan baik.

"Baiklah.. Aku akan menerimanya sebagai asistenku"

Baekhyun dan Luhan menoleh bersamaan saat mendengar perkataan Sehun. Baekhyun tersenyum lebar dan sedikit memeluk Sehun.

"Thanks Hun.. tolong perlakukan Luhan dengan sedikit baik, dia adalah temanku" Tatapan Baekhyun tersirat penuh ancaman yang sama sekali tidak Sehun perdulikan.

"Luhan. Kau bisa mulai bekerja, jangan hawatir. Aku akan selalu mengawasi" Baekhyun tersenyum kecil dan menepuk bahu Luhan untuk memberi semangat.

Luhan mengangguk, walaupun perasaannya masih terasa ragu untuk melanjutkan ini. Tapi jika kembali di fikir, Ia memang harus melanjutkan ini.

"Apa yang harus aku mulai Baek ?" Luhan bertanya karna memang tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Kau bisa memulai dengan membereskan pakaian Sehun di sana" Baekhyun menunjuk pada dua koper terbuka yang berisi tumpukan pakaian.

"Baiklah.." Luhan bergumam pelan dengan sedikit senyuman tipis terselip di sana.

"Ok! Sekarang aku harus mengurus beberapa hal. Semangat Lu" Baekhyun tersenyum lebar dan setelahnya keluar tanpa berpamitan pada Sehun.

Suasana canggung sedikit terasa untuk Luhan saat menyadari dirinya hanya tinggal bersama Sehun di dalam ruangan ini. Dengan langkah pelan, Luhan berjalan menuju sudut ruangan di mana koper yang Baekhyun tunjukkan terletak di sana.

Sehun hanya terdiam di tempat duduknya, biasanya dia akan mengambil waktu untuk tidur saat ada luang tapi entah kenapa rasa kantuk yang beberapa menit lalu hinggap di matanya lenyap setelah melihat wajah Luhan. Mata Sehun dengan lekat menatap punggung Luhan yang tengah berjongkok membelakanginya. Ketertarikan itu bisa Sehun rasakan, namun itu bukanlah ketertarikan seorang pria pada wanita karna Sehun hanya di takdirkan untuk membuat wanita tertarik dan berlutut padanya.

Sehun mengambil gelas berisi jus jeruk dari atas meja riasnya. Dengan sudut bibir tertarik Sehun menumpahkan seluruh isi gelas itu di lantai.

"Hai kau.."

Luhan menoleh pada Sehun.

"Bersihkan ini"

Mata Luhan melirik pada lantai yang Sehun tunjuk dan mendapati tumpahan jus yang Luhan tidak tahu kenapa bisa berceceran di sana. Luhan mengangguk dan segera mengambil kain lap untuk membersihkannya.

Sehun lagi lagi menatap lekat pada Luhan yang sudah berjongkok tepat di hadapan kakinya untuk melap tumpahan jus di lantai, wajah Luhan semakin cantik jika di lihat dari jarak dekat. Sehun hampir tidak berkdip andai saja suara knop pintu tidak terdengar olehnya.

"Sehun.." Sosok wanita lain masuk dengan membawa satu cangkir berisi mochachino. Wanita itu terlihat sangat sexy dengan menggunakan gaun pendek sepanjang lutut berwarna merah yang mempunyai belahan panjang dari bagian tengah dada sampai pusarnya.

Luhan mendongak dan mata kecilnya mendelik tanpa bisa di cegah saat melihat 'Irene'. Salah satu selebrity ternama lainnya berada di hadapannya, Luhan tidak menyangka bisa melihat langsung seorang Irene di hadapannya. Luhan terlihat seperti orang bodoh bagi Sehun. Sehun menendang pelan betis Luhan untuk menyadarkannya. Dan Luhan langsung kembali tersadar dari keterkejutannya.

Irene menatap sinis Luhan sekilas dan setelah Luhan menyingkir, Irene dengan tanpa malu duduk di atas pangkuan Sehun. Sehun menerima cangkir mochachino pemberian Irene dan setelahnya mengecup bibir merah menyala Irene.

Luhan menunduk. Merasa pemandangan yang ada di depannya bukanlah sebagai sesuatu yang pantas untuk di lihat.

"Luhan.."

"Ya" Luhan mendongak terkejut saat mendengar Sehun memanggilnya. Luhan bisa melihat dengan jelas senyum sinis yang terukir di bibir merah Irene.

"Bersihkan ini.."

Luhan menatap tidak percaya pada apa yang Sehun lakukan. Sehun menumpahkan isi cangkir pemberian Irene di lantai yang baru selesai ia bersihkan.

"Cepat lakukan bodoh!" Irene membentak dan di susul dengan suara tawa Sehun.

Luhan mengepalkan tangannya, hal seperti ini bukanlah hal pertama yang pernah ia alami. Luhan hanya mengingat kejadian yang lebih buruk yang sudah pernah ia lewati untuk membuat ini terlihat menjadi kecil. Walaupun pada kenyatannya Luhan merasakan kesakitan di dalam lubuk hatinya.

Tanpa bisa membantah. Luhan kembali berjongkok untuk membersihkan tumpahan mochachino di lantai. Luhan tidak berani mendongak hanya untuk sekedar melihat apa yang tengah Sehun dan Irene lakukan karna tanpa melihatpun Luhan sudah bisa mengiranya.

Sehun melumat bibir merah Irene. Membuat lipstick merah yang terpoles rapih di bibir Irene menjadi memudar karna pagutan yang mereka lakukan. Tangan Sehun meraba bagian atas dada Irene membuat Irene sontak membusungkan dadanya meminta Sehun untuk memanjakan payudaranya. Sehun tanpa segan meremas dada Irene walalupun terasa sulit karna gaun yang melekat di tubuh Irene.

"Eeeeuummpphhtt.. Aaaahhh"

Erangan dan desahan Irene terdengar nyaring di telinga Luhan dan itu terasa tidak nyaman. Luhan dengan menutup mata berdiri, melangkah untuk keluar dari ruangan make up Sehun. Tidak mungkin bukan ia akan diam dan menyaksikan pergumalan Sehun bersama Irene.

"Siapa yang menyuruhmu keluar ?"

Tubuh Luhan menegang. Tangan Luhan yang sudah berada di knop pintu perlahan terlepas saat lagi lagi suara Sehun terdengar di telinganya. Dengan ragu Luhan menoleh, Irene dengan manja bersandar di bahu Sehun dan tangan Sehun. Oh! Tangan Sehun berada di dalam gaun Irene. Luhan menelan ludah tanpa sadar.

"Kau belum selesai membereskan pekerjaanmu"

Luhan menoleh pada arah yang Sehun tunjuk menggunakan dagunya dan Luhan menghela nafas pasrah. Luhan lupa dengan koper Sehun yang masih belum selesai ia bereskan. Kaki Luhan menapak pelan, mencoba untuk tidak membuat Sehun ataupun Irene merasa terganggu dengan keberadaannya.

Senyum tipis Sehun terukir saat melihat Luhan sudah kembali dengan kegiatannya. Satu elusan lembut di rambutnya Sehun rasakan. Sehun menoleh pada Irene yang tersenyum menggoda padanya dan kembali memulai pagutan panasnya bersama Irene. Jari jari Sehun dengan pelan mengelus paha bagian dalam Irene membuat desahan lagi lagi terdengar keluar dari belah bibir Irene.

Luhan berusaha untuk menganggap tidak ada apapun yang terjadi di ruangan ini. Luhan sekarang berfikir. Apa Irene adalah kekasih Sehun ? Tapi setahunya dari Baekhyun, Sehun tidak memiliki kekasih.

BRAAAAAAKKK!

Luhan menoleh dengan terkejut pada pintu ruang make up Sehun yang di buka secara kasar dan Luhan bisa kembali melihat selebrity ternama lainnya yang berada di tengah pintu. Soohyun! Jadi Soohyunpun menjadi lawan main Sehun ? Luhan hampir di buat bodoh kembali jika saja dia tidak sadar pada keadaan yang terlihat buruk sekarang.

Soohyun menatap lekat pada Sehun dan Irene. Sementara Sehun menatap bingung pada Soohyun yang sudah mengganggu dirinya namun Irene menatap kesal pada si cantik lain yang mulai berjalan mendekat. Soohyun dengan tiba tiba menjambak rambut Irene dan menjatuhkan Irene di lantai.

Luhan menutup mulutnya setelah melihat perlakuan anarkis yang Soohyun lakukan pada Irene. Apa semua selebrity seperti ini ? Luhan menatap ngeri sekaligus waspada saat Irene sudah berdiri dan balas menatap tajam pada Soohyun.

"APA YANG KAU LAKUKAN ?!" Suara bentakan Irene terdengar sangat kencang dengan tatapan berkilat emosi, Irene berdecak pinggang seolah menantang Soohyun.

Soohyun mendecih, tangannya bersedekap membuat dadanya sedikit keluar dari gaun yang ia kenakan.

"Apa yang kau lakukan dengan SEHUN! SUDAH AKU BILANG. JANGAN SENTUH SEHUN!"

Sehun menunduk dan diam diam terkekeh saat menyaksikan dua wanita di hadapannya tengah memperebutkannya. Sungguh ini bukan kali pertama Sehun menyaksikan hal seperti ini dan menurut Sehun ini adalah tontonan yang sangat menyenangkan. Di dunia ini tidak akan ada pria yang tidak senang saat dirinya di perebutkan kaum hawa.

"Kau fikir Sehun milikmu..! Dia bukan milikmu"

Soohyun mendelik dan dengan kuat Soohyun menampar pipi Irene mambuat emosi Irene semakin tersulut. Keadaan Irene lebih mengenaskan saat ini di banding Soohyun. Rambut Irene sudah kusut karna di jambak dan sekarang pipinya terasa perih karna tanparan Soohyun. Irene tidak akan diam untuk hal ini.

Tangan Irene terkepal dan dengan beringas, Irene menjambak rambut panjang Soohyun. Soohyun mengerang, berusaha melepaskan jambakan Irene di rambutnya namun merasa itu tidak akan berhasil. Dengan cekatan Soohyun membalas jambakan Irene.

"RASAKAN INI!" Soohyun berteriak dan semakin kuat menjambak rambut Irene.

"Aaaarrggghhttt! Kurang ajar kau.." Irene mengerang dan tidak ingin kalah pada Soohyun. Irene dengan kuat, menancapkan kuku panjangnya pada kulit kepala Soohyun tanpa perduli kukunya akan rusak atau patah.

"Se Sehun.." Luhan memanggil Sehun dengan ragu. Luhan belum terbiasa menyebutkan nama Sehun. Luhan menatap bingung sekaligus cemas pada pertengkaran Irene dan Soohyun yang terlihat tidak akan mereda jika tidak di pisah. Luhan ingin menarik salah satunya tapi Luhan takut dia akan menjadi sasaran lain.

Suara tawa Sehun terdengar membuat Luhan mendelik saat menyadari tidak ada raut cemas ataupun hawatir di wajah Sehun. Dengan santai Sehun berdiri, berjalan melewati dua wanita itu dan menghampiri Luhan. Sehun duduk di lantai tepat di samping Luhan. Mata hitamnnya kembali terfokus menyaksikan perkelahilan Irene bersama Soohyun di hadapannya dengan sesekali tawa kecil terdengar sebagai sahutan erangan Irene ataupun Soohyun.

Luhan menatap dari samping pada Sehun. Luhan menatap Sehun dengan tidak percaya, sehun terlalu terlihat santai. Dia seolah olah seperti tengah menyaksikan pertandingan bola ataupun acara comedy.

Merasa di perhatikan, Sehun menoleh. Matanya saling beradu dengan mata bening Luhan. Tatapan Sehun mulai menyusuri wajah cantik Luhan. Hidung Luhan terlihat kecil namun itu terlihat pas sebagai penyempurna wajah cantik Luhan. Bibir Luhan terlihat berwarna merah muda tanpa polesan lipstick ataupun lipsglos. Luhan cantik secara alami. Dan mata Luhan. Mata itu seolah pernah ia.

"Astagaaaa!"

Teriakan Baekhyun membuat Sehun dan Luhan menoleh pada arah pintu. Beberapa staff memasuki ruang make up Sehun yang sudah berubah menjadi arena gulat dan memisahkan Irene juga Soohyun. Sehun kembali terkekeh saat melihat Irene juga Soohyun masih saling berusaha untuk menyerang walaupun sudah di pisahkan.

Sehun kembali menoleh pada Luhan yang masih membeku di tempatnya. Pemandangan di hadapannya tidak terlalu manarik sekarang untuk Sehun.

"Kau harus biasa dengan hal ini"

"Ya.. ?" Luhan menoleh cepat pada Sehun.

"Ini akan menjadi awal untukmu melihat duniaku yang sesungguhnya.." Sehun tersenyum lebar. Membuat jantung Luhan terasa meletup letup tanpa alasan.

Luhan sudah pernah melihat Sehun tersenyum di TV ataupun majalah majalah. Tapi kenapa Luhan merasa sangat terhipnotis dengan senyuman Sehun yang berada di hadapannya ? Luhan bahkan tidak bisa menggerakan kepalanya hanya sekedar untuk menoleh ke arah lain. Apa karna ini Sehun mendapat julukan 'Selebrity pria penakluk wanita' di luar sana ?. Luhan yang bahkan hanya pernah mencintai satu priapun bisa terpedaya pada pesona bintang seorang Oh Sehun.

.

.

.

To be continue..

Chap Satu^^ Chap perkenalan masing masing karakter ho ho ho. Semoga ada yang berminat sama FF ini dan suka sama FF ini. Tapi aku mau minta MAAF ke yang biasnya SEHUN karna Sehun aku buat kaya gitu, soalnya mau bikin karakter yang beda. Kan di dua FF ku HunHan tu normal ga ada yang ga bener(?) jadi pengen nulis yang lain, yang beda dan yang baru (^^) berharapnya bisa bikin lebih gereget di banding You got me,oh! Ataupun Two people.

Tolong kalo suka dan berminat untuk baca Chap duanya. Tinggalkan Review buat yang udah baca Chap ini^^ mengingat Chap pertamakan, jadi biar akunya kebut ke Chap dua /maksa/ he he he..

Dan mau bilang sesuatu. Namaku Eky, kelahiran 1993 jangan salah, aku cewe bukan cowo. Jadi sekedar mau minta, panggil aja terserah kalian gimana, namapun ga papa tapi jangan panggil aku AUTHOR. Bukan apa apa, soalnya aku masih ngerasa ece ece ngrasa belum pantes buat dapet panggilan itu terus biar kita makin akrab juga kesannya^^

Karakter anaknya Luhan itu bukan KRIS, WU YIFAN ya LOL. Takut ada yang ngiranya gitu, kalian tahu ga sama bocah yang mirip Luhan yang namanya Chris ? Dia yang aku pake buat jadi anak Luhan. Because what, dari segi apapun pas sama yang aku perluin.

Ok cuap cuap cukup sampai di sini. Aku tunggu reviewnya^^ dan Cek MY STORIE. You got me,oh! Chap 10 update.. Jangan lupa reviewnya ya. Thanks, see you di next Chap kalo ada yang mau (TT) /Nangis sambil doa/