Butterfly 3

Pria itu melebarkan seringaiannya. Pria berambut platina tersebut mengambil cup mienya dan membawanya ke meja di belakang kaca depan. Ia menikamati ramennya, namun dengan mata yang tidak teralihkan sedetikpun dari Baekhyun yang menunduk salah tingkah. Tidak tahan, pria itu berdiri dan kembali mendekati Baekhyun. Tertawa meremehkan sekali sebelum menaikkan dagu Baekhyun dan menatap manik kecoklat di depannya "Kau masih membawa KTPku adik kecil" menyeringai lagi, membuat Baekhyun menelan ludahnya kasar.

Bocah berambut merah cengengesan "Hello paman"

Cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol

Pair: ChanBaek

Genre: Romace, Drama

Rating: M

Disclaimer: Ceritaku milik semua.

Summary: Baekhyun hanya anak yang terbuang, dia hidup dengan kumpulan yang sama terbuang. Dia ingat dia baru pulang dari tempat kerjanya dan seorang preman memperkosanya sampai hamil. Preman gila yang pada akhirnya benar-benar jadi ayah dari puteranya. ChanBaek!BL, YAOI, NC17, MPreg.

Warning: YAOI, NC17, MPreg, BL, OOC, Typos, Author baru.

Anti-Mainstream

Chanyeol memutar bola matanya malas "Yeaahhh, bisa kau kembalikan saja KTPku bayi kecil?"

Baekhyun mengerjab, kepalanya ia miringkan kekiri dengan imut sebelum merubah ekspresinya jadi datar "Tidak" Bocah itu mengambil barang-barangnya yang sebagian berserakan, seperti botol air minum, ponsel, dan note kecil untuk dimasukkan ke dalam ranselnya "Kau memperkosaku paman, dan kau harus bertanggung jawab jika aku hamil"

Chanyeol menghela nafas "Kenapa kau bisa setenang ini? Kau hampir membunuhku jika kau lupa!"

Si bocah berambut merah mendongak sebelum menatap sinis ke arah Chanyeol "Masih hampir dan kau berdiri di depanku dengan sehat walafiat, lalu apa masalahnya. Yang ada, masalahmu yang belum selesai denganku. Ayahku dulu hamil aku, dan jika aku hamil maka itu salahmu"

Chanyeol masih ngotot dengan masalahnya sendiri. Chanyeol memang egois, dan dia keras kepala "Aku bisa memenjarakanmu sekarang juga jika aku mau. Kau akan membusuk di penjara atau paling tidak akan menjadi tersangka seumur hidup. Masih kecil sudah berani membunuh lalu bagaimana jika kau dewasa nanti. Apa orang tuamu tidak mengajarimu tentang etika─"

"CUKUP!" Chanyeol terjengit kaget, sementara Baekhyun langsung terengah, matanya memerah karena emosi.

"Tak bisakah kau mendengarku?" setetes air mata tiba-tiba mengalir dari pelupuk matanya membuat yang lebih tua langsung diam seketika "Keluargaku hancur, hyung. Hidupku hancur sejak aku menginjak SMP. Kau tau, cita-citaku bahkan tidak muluk. Aku hanya ingin lulus SMA dengan tenang dan mencari pekerjaan yang lebih layak. Aku ingin satu-satunya adikku menjadi sarjana dengan tanganku sendiri, DAN KAU MENGHANCURKANNYA!" beberapa tetes air matanya kembali meluncur membuat jalan sungai sepanjang pipinya "Seharusnya kau tidak menyentuhku! Kau membuatku malu pada diriku sendiri. Secara fisik, kau bisa sembuh sekarang. Lalu bagaimana denganku? Hiks.. Sampai sekarang aku merasa kotor. Apakah kau bisa kau mengembalikan kesucianku?"

Dengan kasar, bocah itu mengambil tasnya dan berlalu pergi. Masa bodoh dengan pekerjaannya. Moodnya sudah hancur sekarang.

Selang beberapa saat Jongdae masuk ke dalam minimarket yang ditinggalkan Baekhyun dan langsung menempati belakang meja kasir dengan mata menatap bingung kea rah pintu keluar. Anak itu Lalu menatap Chanyeol yeng masih membatu di tempatnya dan menyenggol bahunya pelan "Tuan?"

Chanyeol mengerjab sebelum mengalihkan perhatiannya ke Jongdae yang kini menatapnya "Ya?"

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Oh!" Chanyeol langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan uang lima ribu won dan menyodorkannya ke Jongdae "Ramen satu" menunjuk bekas ramennya sebelum berlalu pergi.

ANTI-MAINSTEAM

Baekhyun memasuki rumahnya. Berjalan lunglai dengan sesekali menghela nafas panjang. Bocah tujuh belas tahun itu melewati raung TV dan mendapati hyung tertuanya tengah menikmati teh dan drama tengah malamnya.

Anak itu berhenti melangkah "Aku pulang" sapanya hingga Seokjin mengalihkan tatapannya kepadanya.

"Oh! Kau sudah pulang, Baek? Makanlah dulu. Lauknya ada di kulkas, kau tinggal menghangatkannya saja" cerocos Seokjin mengalihkan kembali tatapannya ke TV layar datar di depannya.

Baekhyun berdehem sekali "Nanti saja. Aku mau ke kamar dulu"

"Ya ya ya. Terserah kau saja" sepertinya pria itu tidak mau diganggu dari acara menonton dramanya.

Baekhyunpun memilih langsung kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya sebelum lagi-lagi ia berpapasan dengan yang kali ini adiknya. Bocah yang lebih muda menatap Baekhyun datar membuat yang lebih tua hanya bisa menghela nafas panjang "Kau belum tidur, Tae?"

Taehyung terkekeh menyebalkan sekali menjurus ke sinis "Bukannya aku yang harusnya bertanya seperti itu? Kau pikir ini jam berapa? Apa saja yang kau lakukan hingga selarut ini heoh? Melacur?"

Baekhyun tertohok. Mulutnya terbuka dan matanya terbuka lebar. Dia kehilangan kata-kata, tidak menyangka adiknya bisa mengucapkan hal yang seperti itu. Tangannya mengepal nyaris melayang untuk menampar adiknya, namun ia memilih menghela nafas panjang lagi dan menengadahkan kepalanya guna menghalau air matanya untuk jatuh "Begitukah kau mengagapku? Baiklah kalau itu maumu, mungkin besok aku akan pulang pagi setelah berhasil menjual tubuhku ke om-om atau tante-tante di club malam" dan bocah tujuh belas tahun itu berlalu meninggalkan Taehyung yang menatap punggung sempitnya sendu.

"Kenapa aku selalu melukaimu, hyung?" bisiknya pelan.

Baekhyun menutup pintu kamarnya sesaat setelah sampai di ambang pintu dan langsung jatuh merosot menyandar pintu "Aku harus mengadu kepada siapa?" anak itu menatap nanar kedua telapak tangannya sebelum mengepalkannya erat. Ia kemudian menengadah ke arah langit-langit dengan mata tertutup 'Masih ada Taehyung' batinnya menguatkan diri dengan menjadikan adiknya sebagai alasan hidup. Ya, masih adiknya.

ANTI-MAINSTEAM

"Pagi Yeol" sapa Sehun ketika melihat kakaknya duduk malas dengan mata setengah terbuka menatap kosong TV mati di hadapannya.

Anak itu menggendong tas sekolah dan tas gitarnya. Seragam sekolah juga membungkus tubuhnya yang kelihatan kering di luar tapi berisi di dalam. Rambut blonde semu pinknya ia tata sedikit acak hingga meghasilkan style yang agak liar. Tampilannya sih seperti mau berangkat sekolah, tapi Chanyeol sendiri tidak yakin apakah anak itu akan benar-benar sampai di sekolahan.

"Berangkat saja dan jangan ganggu aku. Kalau lapar minta saja sarapan di rumah bibi Kim atau Tiffany Noona" dan percayalah, kalau Chanyeol itu sebenarnya bukanlah kakak yang selalu ia impikan setiap malam.

Sehun mendengus pelan dengan bibir manyun sebelum memilih keluar rumah dan tepat berpapasan dengan Kim Taeyeon─ tetangganya yang merupakan putri jadi-jadiannya bibi Kim. Lihat saja bagaimana seorang gadis SMA berpenampilan. Seharusnya sekali-kali Sehun menegurnya, tapi selalu gagal mengingat bibi Kim adalah sumber energinya setiap pagi.

"Heh perempuan!" Sapa Sehun dengan gesture sok angkuhnya.

Taeyeon menoleh. Anak itu memakai snapbacknya terbalik dan menutupi setengah rambutnya yang ia ikat asal. Sebenarnya Taeyeon itu cukup cantik, sayangnya tingkahnya tidak secantik wajahnya "Apa?!" sahutnya ketus "Kalau kau minta sarapan, langsung saja ke rumah, tidak usah panggil-panggil. Aura jelekmu itu membuat kharismaku luntur 1%"

Ctik

Perepatan jalan langsung lewat di depan jidat Sehun "Heh, Sialan─" Sehun menunjuk tepat di depan hidung Taeyeon "─mana rasa hormatmu pada senior, huh?"

Taeyeon menampik tangan Sehun "Iya senior, selamat pagi" nadanya ia buat semanis mungkin dan benar-benar dibuat-buat, sama saja dengan senyumnya yang terlihat menyebalkan. Jangan lupa jari tengahnya yang ia acungkan tepat didepan mata Sehun sebelum menyusupkannya ke lubang hidungnya sendiri.

"Aishh.. Saekki…" Kepalan tangan Sehun sudah terangkat dan nyaris menjitak kepala bocah yang merupakan anak tetangganya itu "Sebenarnya ibumu dulu ngidam apa hah?!" desisnya gemas.

"ASTAGA" yang percayalah tidak akan pernah dianggap sama sekali oleh bocah berandal sekelas Kim Taeyeon "OPPA!"

Sehun mengalihkan tatapannya ke kanan dan langsung mendapati Tiffany dengan tanpa alas kaki─ hellsnya ia tenteng by the way─ dan baju kantorannya tengah berdiri kaku membelakangi mereka. Wanita itu menggerakkan kepalanya patah-patah ke belakang dan tepat mendapati wajah Kim idiot Taeyeon yang nyengir lebar di hadapannya.

"Pany Oppa!" Sekali lagi suara Taeyeon terdengar dan wanita itu siap berlari kapan saja. Lebih tepatnya ketika anak perempuan yang lebih muda darinya itu melangkah sejangkah, ia langsung berlari menjauh bahkan tanpa memperdulikan imagenya sebagai wanita anggun pujaan lelaki di kantornya.

"Yakk! Oppa! Kenapa kau meninggalkanku?!" Taeyeon mulai berlari mengejar Tiffany dengan segala tingkah tidak jelasnya, meninggalkan Sehun yang hanya menatap malas.

"Tidak bisakah mereka langsung pacaran dan membiarkan pagi di komplek sempit ini tenang sehari saja?"

"Kau membicarakan soal hubungan kita, baby?" dan Sehun langsung menendang wajah Jongin yang tiba-tiba nongol di depan wajahnya begitu saja, reflek─ tigaperempatnya niat. Lupakan soal Taeyeon─Tiffany karena pada nyatanya Ia dan Jongin juga salah satu pasangan biang onar.

Anti-Mainstream

Baekhyun membuka matanya, hal pertama yang dilhatnya adalah lantai kamarnya yang gelap. Anak itu mengerjap pelan, menatap kosong lurus kedepan. Namun beberapa saat kemudian matanya beralih melirik jam dinding yang terpasang di dinding di atas kepala ranjangnya.

Menghela nafas panjang, bocah yang menduduki kelas tiga High School itu mendudukkan tubuhnya kemudian. Rasa pegal langsung menyerang seluruh sendi-sendi tubuhnya. Terbatuk sekali setelahnya, ia lalu berdiri, saat itu pula ia merasakan perutnya teraduk dan keringat dingin mulai muncul di sela-sela pori-pori kulitnya.

'Mungkin aku masuk angin', batinnya yang kemudian mulai melangkah ke kamar mandi dengan gerakan terhuyung ketika kepala juga terasa berat.

Anak itu menyampirkan handuk yang ia ambil dari jemuran di dekat kamar mandi kamarnya sebelum memasuki ruangan tersebut. Ia melucuti satu persatu pakaian yang ia kenakan hingga telanjang. Matanya menatap refleksi tubuhnya yang tanpa busana di depan kaca buram yang sengaja ia letakkan disana. Tersenyum lebar, anak itu memutar-mutar tubuhnya hingga seluruh bagian kulit putihnya tertangkap indera penglihatannya "Aku masih imut kan?" dan mulai narsis. Ia memutar kembali tubuhnya membelakangi kaca, sedikit membungkuk lalu melebarkan kedua kakinya hingga hole merah mudanya terlihat di sana.

"Aku tak menyangka kalau lubang indahku sudah tidak perjaka" jemari jahil anak itu menepuk-nepuk pipi pantatnya sebelum memasukkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam liang hangatnya, dan sedikit mengubeknya.

"Hihihihihi" Baekhyun terkikik ketika anusnya mengkerut yang kemudian di susul dengan 'Little Byun'nya yang berdiri tegak "Sialan! Aku terangsang!" anak itu merengutkan bibirnya sambil menegakkan tubuhnya. Tangannya mengambil 'miliknya' yang mungil sebelum mengurutnya pelan.

"Ahh!" mendesah kecil "Paman itu benar-benar mengotoriku. Sialan! Membayangkannya saja membuatku tegang"

"Ukhww! Uhukhh!" bocah tujuh belas tahun itu menghentikan aktivitas memanjakan dirinya ketika rasa mual kembali menyerangnya. Bahkan tanpa cuci tangan, ia membalikkan tubuhnya dengan mulut yang ia bungkam dengan tangan bekas fapfap, menghampiri toilet duduknya dan mulai memuntahkan semua isi perutnya. Namun tetap saja tidak ada apa-apa mengingat sejak semalam ia belum mengisi perutnya dengan apapun.

Beberapa menit selepas ia merasa agak baikan, ia langsung terduduk masih menghadap ke arah toilet. Kepalanya ia biarkan menyandar bibir kloset. Bagian bawah tubuhnya bisa merasakan hawa dingin hingga membuatnya nyaman, bahkan 'adik kecil'nya sampai lemas sendiri. Terbatuk sekali, anak itu mulai bangkit. Keringat dingin mulai kembali membasahi dahi dan lehernya. Wajahnya memucat namun ia tidak peduli.

Bocah bersurai merah itu kemudian melangkah masuk ke bath-up dan menghidupkan shower mandinya. Rasa segar menjalari seluruh bagian tubuhnya. Ia memposisikan tubuhnya berdiri menghadap dinding dengan kepala mendongak. Ia biarkan ketika rintik air dingin mulai memijat pelan permukaan wajahnya.

Anti-Mainstream

Selesai dengan aktivitas persiapan untuk sekolah, Baekhyun keluar dari kamarnya dengan seragam lengkap. Anak itu menuruni tangga menuju lantai satu dan berjalan pelan menuju meja makan yang ada di dapur. Tanpa berkata-kata, bocah tujuhbelas tahun itu langsung mendudukkan dirinya di samping Jungkook.

"Pagi hyungie" anak manis yang lebih muda menyapa. Mata anak itu tenggelam tertelan pipi tembemnya dengan gigi kelinci yang tanpa sengaja ia pamerkan kepada Baekhyun.

"Pagi juga, Kuki" Baekhyun hanya menjawab seadanya.

Anak yang kini menduduki kelas tiga mengah atas itu melirikkan ujung matanya ke arah Taehyung, namun ia memilih kembali menatap depan dan mulai mengambil sarapannya.

"Baek, kau pucat?" si peka Namjoon membuka suaranya.

Baekhyun mendongakkan kepalanya yang semula menunduk untuk menghadap Namjoon, anak itu menampilkan senyumnya "Aku tiak apa-apa. Mungkin hanya perasaan hyung saja"

"Kalau tidak enak badan, tidak usah dipaksakan. Istirahat saja dirumah, nanti biar hyung yang menghubungi gurumu"

Atensi Baekhyun beralih ke Seokjin yang kini juga menatapnya khawatir "Aku tidak apa-apa hyung. Tidak perlu berlebihan"

"Selalu saja begitu" Seokjin menyahut ketus "Kau itu manusia Baek, apa istirahat untuk manusia termasuk hal yang berlebihan?"

Baekhyun memutar maniknya jengah "Aku baru bangun tidur hyung. Apa kau pikir, tidur juga bukan termasuk istirahat?"

"Tapi jam tidurmu itu kurang!" Seokjin menaikkan nada bicaranya "Kenapa kau susah sekali kalau dikasih tau?" pria itu mulai gondok.

"Aku selesai"

Baekhyun yang berniat kembali membalas perkataan Seokjin mengurungkan niatnya. Anak itu menatap kearah adiknya yang kini terlihat membereskan peralatan makannya yang tersisa setengah piring dan membawanya ke wastafel. Setelah itu Taehyung kembali ke kursinya dan mengambil mantel serta tas sekolahnya.

"Aku bengakat dulu" pamitnya dengan wajah datar sebelum melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Ya hati-hati! Belajar yang benar, TAE!" sahut Seokjin kemudian. Pria itu berdiri sambil teriak-teriak.

Baekhyun menghela nafas panjang. Batin anak itu semakin tertekan "Aku juga selesai"

"Ya?" Seokjin mengalihkan perhatiannya kembali ke Baekhyun.

"Kau mau berangkat sekarang?" kali ini Namjoon yang menyahut "Tapi makananmu masih utuh"

Seojin mengehela nafas panjang "Apa kau ada masalah?" pria itu bertanya hati-hati "Dengan Taehyung?"

Baekhyun tidak menjawab. Anak bersurai merah itu berdiri, memundurkan kursinya lalu menggendong tas ranselnya ke pundak "Aku berangkat dulu hyungdeul, Kuki"

"Ya, hati-hati" pada akhirnya Seokjin memilih untuk mengalah. Percuma juga jika mau berdebat dengan Baekhyun yang kepalanya sudah mengalahkan kerasnya tiang lampu depan rumahnya "Apa, anak itu akan baik-baik saja?" tanyanya pada Namjoon kemudian setelah memastikan Baekhyun meninggalkan ruangan itu.

Yang lebih muda tersenyum "Baekhyun sudah dewasa. Hanya umurnya saja yang tergolong remaja, kau tau sendirikan bagaimana pola pikirnya. Dia pasti bisa mengatasi masalahnya dengan baik".

Seokjin membuang nafas panjangnya "Kuharap begitu" dan bagaimanapun juga, ia tidak akan pernah bisa menghapus kekhawatirannya begitu saja.

Anti-Mainstream

"Hey, Park Sehun"

"…"

"Oi.. Sehuna"

"…"

"Kim Sehun!" Sehun menghentikan langkahnya dan langsungmendeathglare Jongin yang sadari tadi mengintilinya kayak anak bebek "Mau kupukul?" kepalan tangan anak itu terangkat mengarah ke Jongin dan membuat yang lebih tua reflek melindungi kepalanya sendiri.

Jongin cemberut di tempatnya "Kenapa kau galak sekali?"

"Kau tanya saja pada dirimu sendiri, kenapa kau begitu menyebalkan" sahut yang lebih muda ketus. Anak berambut bonde-pink itu kembali melanjutkan langkahnya dengan muka yang semakin ditekuk "Memangnya kau tidak bekerja, eoh?"

"Waw" Jongin menampilkan senyuman lebarnya "Kau ingin aku bekerja untuk anak-anak kita kelak?"

Sehun hanya memutar bola matanya malas, heran sendiri. Bagaimana bisa seorang Kim Jongin bisa sangat tengil dan idiot di matanya "Aku hanya tidak suka kau mengikutiku seperti ekor cicak yang putus"

"Memang kau pikir ekor cicak yang sudah putus bisa mengikutimu?"

"Nah! Kalau begitu, kau jadi ekor cicak putus saja dan berhenti mengikutiku!"

Jongin cengengesan "Bagaimana kalau menjadikan 'adik kecil'ku sebagai ganti ekor cicak yang putus saja?"

Duakk!

Sehun menedang tulang kering Jongin dan membuat empunya kaki langsung loncat-loncat kesakitan "Tidak sadarkah kau pak Dokter? Kau ini sedang berbicara pada anak SMA yang masih polos. Dasar Pedophil! Harusnya kau jadi pasien rumah sakit jiwa saja dari pada menjadi dokter, itu lebih cocok untukmu!"

"Setelah kau lulus SMA, aku juga akan menikahimu" meringis kecil ketika kakinya terasa berdenyut lagi, tendangan Sehun lumayan juga "Lalu apa bedanya aku membicarakan ini sekarang dan setengah tahun lagi?"

Sehun mendecih "Siapa juga yang akan menikahi pria tengil dekil biadab macam kau?!"

"Tentu saja, KAU!" Jongin menekan kata 'Kau' di kalimatnya.

"Dasar tua Bangka tidak tahu diri! Kau pikir─"

BRUKK

"Yakk!" Sehun memekik ketika seseorang menyeruduknya dari belakang. Anak itu memutar tubuhnya dan langsung mendapati seorang anak bersurai merah yang memiliki seragam serupa dengannya tengah terduduk di tanah denga kepala menunduk "Apa kau tidak punya mata, Hah?!" Sehun yang pada dasarnya temperamental dan sedang dalam mode tersulut emosi langsung meledak begitu saja.

Anak berambut merah yang menabrak Sehun berdiri. Langsung terhuyung dan membuat Sehun dan juga Jongin reflek berusaha menangkap lengannya "Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" tanya Sehun kemudian.

Yang diajak bicara mendongak. Menunjukkan wajah pucat serta mata sayunya "Aku tidak apa-apa. Maaf sudah menabrakmu" anak berambut merah itu melepas tangan Sehun yang masih berusaha menyangganya dengan pelan.

"Kau yakin baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat?" Jongin angkat bicara sebagai seorang dokter. Pria duapuluhlima tahun itu mengambil pergelangan tangan anak itu untuk diperiksa denyut nadinya, namun anak itu langsung menarik kembali tangannya.

"Aku tidak apa-apa, maaf sudah membuat khawatir" Anak itu berjalan menjauh, beberapa langkah dan kemudian langsung ambruk ke tanah.

"Astaga!" Sehun memekik kaget. Bocah SMA berambut blonde itu langsung berlari diikuti dengan Jongin dibelakangnya mendekati si surai merah dan mendapati anak itu sudah menutup rapat matanya "Dia pingsan" lirih Sehun.

Tanpa banyak bicara, Jongin langsung menelentangkan tubuh anak itu dan memposisikannya terbaring lurus. Tangannya meraih pergelangan tangan anak itu dan menghitung denyut nadinya tiap menit.

"Apa kita perlu membawanya ke rumah sakit?"

"Rumah sakit terlalu jauh. Tangannya dingin. Anak ini setengahnya masuk angin" ucapnya menekan-nekan bagian atas perut anak itu dan turun ke perut bagian bawah. Dahi pria itu mengernyit bingung "Ahh!" pekiknya kemudian hingga membuat Sehun sedikit berjengit.

"Ada apa?"

"Tidak ada. Kita kerumahmu saja yang lebih dekat. Air madu hangat akan membuatnya lebih baik" Ucapnya kemudian.

"Baiklah" Sehun mengamini.

Kemudian Jongin mengambil lengan kiri bocah yang masih telentang tadi, lalu menempatkannya ke bahu kirinya "Bantu aku, Hun" Sehun mengangguk. Bocah kelas tiga SMA itupun membantu mengangkat anak bersurai merah itu ke punggung Jongin dan membawanya pulang.

Anti-Mainstream

Chanyeol membuka kulkasnya. Menatap isi dari alat pendingin makanan itu yang kosong melompong. Hanya tersisa beberapa bungkus snack, cola, dan beberapa botol air mineral. Ahh! Isi kulkasnya memang hanya itu, memang apalagi yang ia harapkan. Menghela nafas malas, pria berambut platina itupun memilih mengambil sebotol air mineral dan meneguknya hingga tandas.

"SIALAN!" teriaknya sesaat kemudian, membanting botol bekas minumnya ke lantai. Pria itu menyenderkan tubuhnya ke kulkas, mendongak lalu menutup matanya dengan sebelah lengannya "Bocah itu membuatku gila" desisnya.

Chanyeol menegakkan tubuhnya setelah merasa sedikit tenang. Pria itu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah dan berniat kembali bermalas-malasan sebelum ia mendengar suara ribut dari pintu depan.

Penasaran, pria lalu terdiam. Menunggu ketika pintu utama rumahnya terjeblak lebar dan menampilkan Sehun serta Jongin yang tergesa-gesa masuk "Apa yang terjadi? Dan bukannya kau tadi pamit sekolah, Sehun?"

"Tidak jadi" sahut Sehun cepat. Anak itu membimbing Jongin yang tengah menggendong seseorang di punggungnya menuju kamarnya. Perawakannya terasa tidak asing dimata Chanyeol terlebih, rambut merah menyalanya mengingatkannya pada─.

Chanyeol membulatkan matanya yang sudah bulat. Pria berumur seperempat abad itu langsung beranjak mengikuti Jongin yang kini sedang menidurkan anak itu di kasur Sehun. Pria itu semakin mendekat dan membatu seketika melihat wajah yang benar-benar tidak asing di otaknya.

"A.. apa yang terjadi?" tanya Chanyeol agak tebata.

"Tadi, anak ini menabrakku lalu pingsan" Sehun menjawab.

"Bagaimana bisa?"

"Ya, mana ku tau" Sehun menaikkan bahunya malas.

"Hun, ambil air putih hangat dan campur dengan dua sendok madu. Cepat!" Jongin memberi instruksi yang langsung diamini Sehun. Pria itu kemudian menatap ke arah Chanyeol "Bisakah aku minta baju ganti, bajunya basah"

Chanyeol menatap Jongin datar "Ambil saja"

Jongin mendesis sebal. Kenapa Chanyeol begitu tidak peka, maksudnya kan menyuruh pria itu untuk mengambilkan baju ganti. Malas mencari masalah dengan Tn. Park yang sepertinya dalam mood tidak bagusnya, pria itu memilih beranjak mengambil baju di lemari Sehun.

Sementara Chanyeol melangkah lebih mendekat lagi ke arah Beakhyun. Pria dengan tubuh menjulang itu menatap dalam ke wajah pucat anak itu "Kita harus menyelesaikan masalah kita secepatnya, bocah" gumam Chanyeol sebelum mendudukkan tubuhnya di ujung kasur dengan mata yang tidak lepas memandang sosok itu.

Sosok bocah berambut merah maroon yang beberapa hari terakhir ini mengisi mimpi buruknya.

TBC

Anti-Mainstream

A/N: Hehehe.. Ada yang merindukan gua? Kaga ada Yaudah #LoL

Gua balik guys. Begimana. Ada yang mau protes? Monggo. Hehehehe.

Oh Ya! Ada yang tanya, Kenapa KaiHun? Kenapa Crack Pair? Dan Kenapa CeYe di panggil Ahjusi padahal CeYe ganteng.

Oke, gua jelasin ya.

Jadi gini sudara-sudara (mulai pidato) sebenernya kalo dilihat dari ff gua yang pertama, gua sebenernya nulis ff KaiHun dan gua kaga bisa ngebayangin Bunda Luhan jadi uke, jadi mari kita pangil dia Ayah disini dan panggil Bunda ke Sehun saja #smirk Buat Sehun sendiri, jangan bayangin jidat dan ABS Sehun yang bangsad dong. Kalo gitu mah dia manly banget , Bayangin Sehun jaman dia masih unyu aja. Gua ngambil jaman video 'Eye Contact with EXO' yang BGMnya Tender Love. Yang Sehun ngerikitin jam dinding. Tau dong, dia kliatan kinyis banget disitu soalnya. Cari aja di YT kalo belom tau, keknya ada ;) Dan buat Jongin bin Jongong, bayangin aja dia pas basah-basahan di EXO Luxion kemaren aja #LoL. Dan yang tanya kenapa Chanyeol dipanggil 'Ahjussi', awalnya gegera gua pikir itu pas gelap-gelapan dan Baekhyun Cuma ngenalin suara berat CeYe kek omom kampung sebelah :v tapi lama-lama gua pikir imut aja kalo BBH manggil CeYe Om (Alasan macam apa ini). Pokoknya gitu lahh.. :v :v

Yang kemaren juga nebak-nebak sama tanya kapan BBH hamil, tebak lagi.. :v :v

Maaf ya kalo banyak typos, alur berantakan dan ngajak perang ngeboseninnya. Maaf banget.. Gua kan author baru dan masih banya belajar lahh.. Mohon bantuannya semua..

Special Thanks for:

Just05 (Chap 1), twinkellittlestar, Wellery14, ChanBaekLuv, park sukju, anaknya chanbaek (Chap 1), nab03 (Chap 1), cucunyachanbaek, forexin, Chanbaekisreal, ExoPlanet, Kimibyun, nur991fah, Ochi-chan, chan banana (Chap 1 dan 2), Me, laraswu89, LeeEunin, Baekyeoluv, ChanChan, aa88 (Chap 1), Namu Hwang, KimChanChan0630, RDRD ChanBaek, xiuxiumin, vivikim406, Viyomi, septianaditya1997, sunsehunee (Chap 1 dan 2), Real ParkHana, Lussia Archery.

Terimakasih banyak untuk apresiasi para reader baik dalam bentuk review, follow, dan Favoritenya. Dukungan kalian sangat berarti untuk saya yang masih butuh banyak dukungan #bow Jangan bosan-bosan ngikutin ff ini ya

Salam

Anti-Mainstream