Alzheimer Disease

Cast : Naruto U, Sasuke U, Kyuubi/Kurama, Itachi U, Tsunade, dll

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Drama

Rated : T

Warning : FemNaru. OOC, typo, pasaran, gak jelas, alur maju mundur dll

Summary :Saat aku menyatakan cinta, kami berjanji untuk selalu bersama selamanya. Selalu, kami mengingat janji itu. Dua tahun berpacaran, kami memutuskan untuk menikah. Tahun pertama berjalan lancar, kami berdua sangat bahagia dengan kehidupan baru kami. Hingga di tahun kedua pernikahan kami, Naruto mulai berubah—kearah yang tidak menyenangkan.


Suara pisau yang beradu dengan talenan terdengar dari arah dapur. Wortel, tomat dan sayur lainnya dipotong dadu dengan rapi oleh seorang wanita. Rambutnya pirang panjang, digelung rapi dan menyisakan poni miring kearah kiri miliknya. Dengan cekatan, ia memasukkan potongan sayuran tersebut ke panci yang berisi air mendidih. Setelahnya, ia mengaduknya perlahan.

"Tadaima, Naru," sebuah suara terdengar dari arah pintu depan. Wanita tersebut menoleh, namun tidak beranjak dari dapur. "Okaeri, Sasuke-kun," serunya dari dapur. Sasuke—pria yang tadi masuk, segera melangkah ke dapur. Indra penciumannya sudah mengendus wangi-wangi yang akan mengisi perutnya. "Apa ini? Kau ingin membuat sup?" tanya Sasuke, berdiri di samping Naruto—sang istri. Naruto masih sibuk memotong daging, sementara Sasuke berkata, "Hei, aku sudah pulang, Naruto-chan," Sasuke memanggil dengan nada manja.

"Ya-iya, aku tahu—tenang saja," jawab Naruto sekenanya. Sasuke melirik sang istri yang benar-benar penuh dengan aura kewanitaan. Wajahnya, tangannya, tubuhnya yang berbalut apron manis. Benar-benar istri idaman. GYUUT. Sasuke merengkuh pinggang Naruto ke pelukannya. Naruto terbelalak saat Sasuke melakukan hal itu. Kemudian ia menghela nafas, "Aku sedang memegang pisau, Sasuke," keluh Naruto. Sasuke malah mengeratkan pelukannya. "Hn," jawabnya. Naruto hanya mendecih. "Baik, peluk aku sesukamu," Naruto mengalah. Tanpa Naruto tahu, Sasuke tersenyum dibalik perpotongan leher si pirang.

Naruto tetap mengaduk supnya, sementara Sasuke masih bergelayut manja padanya. "Naruto," panggil Sasuke. "Ya?" Naruto menyahut pelan. Sasuke belum menjawab, ia malah mengisap aroma leher Naruto yang terekspos bebas.

Dikecupnya singkat leher tersebut. "He-Hei! Geli tau!" seru Naruto kaget. Sasuke tertawa kecil. "Kau manis sekali dobe," balas Sasuke. Naruto merengut kesal. "Kau aneh sekali hari ini. Ada apa denganmu?" Naruto menoleh kearah Sasuke sekarang. Sasuke hanya memasang wajah datar. "Menurutmu?" Sasuke menggoda Naruto untuk menebak. Naruto mengerucutkan bibir imut. "Aku tidak tahu, cepat katakan saja!" ujarnya menyerah. Gantian Sasuke yang cemberut.

"Kau ini memang dobe. Kau lupa hari ini hari apa?" Sasuke melepas pelukannya. Naruto mengerjapkan mata. "Hari—Senin, ah bukan. Hari Jum'at," jawab Naruto. Sasuke menghela nafas. "Tanggal berapa?" Sasuke kembali memancing. Ia benar-benar kesal jika Naruto juga gagal di pertanyaan ini. "Eung… chotto," Naruto melirik kalender di ruang lain. "13 Maret," jawabnya lantang. Yak, Sasuke tidak jadi benci, namun ia bertambah geregetan.

"Jadi?". Naruto mengerutkan alis. "Jadi—apa?" tanya Naruto bingung dengan mimik polos. Sasuke menepuk dahi, dan ia menyentil dahi Naruto kemudian. "Auw!" keluh Naruto. "Dasar Dobe!" Sasuke kini benar-benar kesal. Naruto memandangnya penuh tanda tanya. "Hey, ada apa sih, Suke?" Naruto juga mulai terpancing emosi.

Sasuke berbalik dan menatap Naruto. "Ini. Hari ini, hari ulang tahun pernikahan kita yang kedua, DOBE," ujar Sasuke tak lama. Mata Naruto terbelalak. "Huh? Benarkah?". Sasuke nyaris menepuk dahi dengan tidak elitnya. "Dasar Dobe," hanya itu yang bisa terucap dari bibir Sasuke saking kesalnya pada istri tercinta. Bisa-bisanya, hari special seperti ini dilupakan begitu saja. Bodoh!

Melihat reaksi Sasuke yang sepertinya marah, Naruto pun merasa bersalah. "Euh—Sasuke, aku minta maaf. Aku benar-benar lupa," elak Naruto. Ia memang sungguh lupa! Sasuke meliriknya. "Aku akan memberikanmu hidangan yang lezat, lebih dari sekedar sup ini," jawab Naruto dengan kerlingan nakal. Mendadak kekesalan Sasuke menguap entah kemana. Mungkin karena pesona Naruto yang tak dapat ia tahan lagi yang menjadikannya seperti ini.

"Kau sudah janji, dan kau tidak boleh lupa," Sasuke mengikat janji. "Tentu saja, Sasuke-kun," jawab Naruto masih meneruskan pekerjaan memasaknya.


Malam itu, mereka habiskan dengan bercinta. Kelelahan, keduanya tertidur lelap hingga keesokan paginya. Sasuke bangun terlebih dahulu, mendapati istri manisnya masih tidur dengan cantiknya. Poninya jatuh ke bantal, tubuh berkulit tan miliknya penuh tanda merah tanda milik Sasuke. Selimut menutupinya hingga sebatas bahu. Mencoba membangunkan namun tidak tega, akhirnya Sasuke beranjak dan memakai kembali pakaiannya.

Ia menyeduh kopi dan teh untuk dirinya dan Naruto. Dibawanya nampan berisi cangkir beda rasa itu, dan diletakkannya di nakas. "Naru-chan, bangunlah. Sudah pagi," tegur Sasuke lembut, tepat di telinga Naruto. Dilihatnya Naruto menggeliat nikmat, memprotes siapa yang berani membangunkannya sepagi ini. "Suke…? Ada apa? Ini masih pagi, tau~" protes Naruto, menggulung diri lagi dibalik selimut coklat yang hangat dan lembut kembali menggodanya. "Aku sudah membuat teh dan kopi. Tidakkah kau ingin menghabiskan hari bersamaku?" tanya Sasuke. Naruto melirik Sasuke dari balik kelopak matanya yang berat. "Baiklah Uchiha, baiklah," ia mengalah dan akhirnya bangun. "Hm, siapa Uchiha? Kau atau aku?" timpal Sasuke mengingat nama mereka berdua yang bermarga 'Uchiha'. Naruto nyaris tersedak teh, "Kau ini! Dasar Teme!" Naruto memukul manja bahu Sasuke kesal.

Rutinitas kembali normal saat akhir pekan telah usai. Sasuke pergi ke kantor, bekerja di perusahaan milik Uchiha—yang katanya sekarang jadi miliknya. Naruto mengikatkan dasi ke kerah baju Sasuke—menjadi istri yang baik, ia melambaikan tangan dan mendapat kecupan singkat di dahi dari Sasuke. "Ittekimasu," ujar Sasuke. "Itterashai," balas Naruto lalu kembali masuk saat melihat Sasuke sudah melaju dengan mobilnya.


Naruto sudah mandi, dan ia duduk di sofa—menganggur. Naruto tidak tahu apa yang harus dilakukan pada rumah yang dibeli Sasuke saat mereka menikah itu. Lalu terbesit di kepalanya, lebih baik bersihkan kamar saja—yang semalam porak-poranda akibat aktivitas malam mereka.

Ia melangkahkan kaki masuk, melihat seprai yang acak-acakan, kemeja dan bajunya yang dilempar sembarangan oleh sang suami tercinta. 'Sasuke benar-benar ganas,' pipinya memerah saat mengatakan itu—bahkan dalam hatinya. Setelah menghela nafas untuk meredakan detak jantung yang tadi begitu cepat, akhirnya Naruto memungut potongan pakaian tersebut dan memasukkannya ke keranjang baju kotor.

Seprainya ia ganti dengan seprai baru—berwarna biru langit yang lembut, seperti kedua warna matanya. Setelahnya, ia mencuci seprai juga baju-baju. Sembari menunggu, ia merapikan kamar lagi. Mengembalikan tata letak pakaian di lemari, menata ulang meja rias yang berisi botol lotion, parfum dan sejenisnya. Naruto duduk di depan meja rias sejenak, memperhatikan dirinya lewat cermin kotak berbingkai hitam.

Dilepasnya jepit rambut yang sudah nongkrong disana bahkan setiap ia bangun tidur, memasak, mandi, mencuci hingga terkadang tertidur dengan jepit itu. Ah, rambutnya sudah begitu panjang. Mengapa ia tidak menyadarinya? Poni miring kearah kiri miliknya bahkan hampir menyentuh pundak.

Tangan Naruto meraih sisir putih panjang di atas meja, menyisir pelan rambut pirang miliknya yang begitu lembut—kata Sasuke. Baru semalam ia merasakan sentuhan Sasuke semalaman, ia benar-benar beruntung memiliki Sasuke.

Naruto membuka laci meja rias. Terdapat setumpuk album foto yang membuat Naruto ingin bernostalgia sejenak. Diambilnya satu, dan dibukanya perlahan seolah menanti foto apa yang akan tampak. Naruto terpaku melihatnya, senyum di bibirnya merekah.

Foto itu… diambil tahun lalu, dimana Sasuke membuat Naruto menjadi milik Uchiha selamanya.

"NARUTO!". Seseorang berteriak membuat Naruto terkejut dan lantas memasukkan foto itu ke tempatnya lagi. "Ya?"


Bersambung...


Gimana minna? Menarik? Ingin dilanjutkan? Atau mending hapus saja?

Review ya... Sumbang ide kalau bisa, hehe. Makasih!