Hai lagi! Bertemu lagi dengan saya... ah, sudahlah.

Kali ini saya meng-update LAGI cerita satu ini. Kenapa? Karena mungkin banyak yang mengkritik kalau episode terakhir yang lalu, katanya kurang GEREGETAN.

Karena itu saya membuat Epilog nya, (Saya gatau kalo epilog itu owari/omake, makanya epilog)

Ada beberapa alasan kuat yang membuat saya menulis epilog ini:
1. Ending-nya klise.
2. Saya bikin ending-nya karena terdesak.
3. Ada yang penasaran kelanjutan Sasuke & Naruto.
4. Ada beberapa bagian yang lupa saya tulis pas mau ending (ini yang paling bikin sebel-_-)
5. Sekalian merayakan readers sampai 10K

Saya harap kalian merasa terhibur, oh iya saya pake sudut pandang Naruto/Naruto POV

Okey langsung kita mulai!

Sudah beberapa jam yang lalu pesta pernikahan ku dan Sasuke berlangsung. Semua para hadirin turut hadir dalam hari bersejarah itu. Mataku berderai air mata haru saat itu. Padahal baru kemarin Sasuke melamar ku. Dan yang membuat ku semakin senang adalah saat semua kerabat dan keluarga ku hadir. Wajah mereka tampak berseri saat kami- Aku dan Sasuke- saling mengamit lengan.

Aku tak menyangka pertemuan pertama aku dan Sasuke saat ia menyindir ku. Saat itu bahkan aku belum bisa merasakan getaran cinta yang akan menuntun ku hingga saat ini.

Aku ingat betul saat ia meminta maaf karena telah mempermalukan ku dengan berpura-pura menjadi kekasih ku. Lalu, saat aku melihat siluet nya saat menari di cafe milik Itachi. Terus saat, aku bertemu dengannya di sebuah restoran dan orang yang menemukan ku pingsan kehujanan sehabis menguping pembicaraan Kyuubi adalah Sasuke. Aku pun baru mengetahui hal itu saat aku lulus kuliah. Dan belum lagi saat malam yang paling berkesan dalam hidupku, saat semua kebenaran itu terungkap.

Aku hanya bisa mengulas senyum mengingat semua pengalaman manis pahitnya hidupku. Mata ku masih menatap buku diary ku yang belum ku tulis apapun. Padahal aku berniat menulis hari bahagia di buku milikku. Aku sedikit melirik jam yang berada diatas meja nakas. Pukul 9 malam, ternyata sudah cukup larut. Aku bahkan tak ingat saat aku mengganti gaun pernikahan ku hanya dengan kaos polos dan hot pants. Mungkin aku terlalu asyik mengingat kejadian yang terulas berputar di ingatan ku.

Aku menatap lama pintu kamar mandi, telinga ku masih bisa mendengar jelas suara Sasuke yang tengah mandi. Sungguh tadi sangat menyebalkan, dia hampir saja menggotong ku ke kamar mandi untuk mandi bersama. Untungnya tadi aku sempat mengelak kalau aku sudah mandi, dan juga aku tak ingin malam pertama ku di lakukan di bathup, bukan di ranjang. Lagi-lagi aku tersenyum dalam.

Kring! Kring! Kring!

Aku segera menyambar ponsel milikku dan duduk di sisi ranjang.

"Moshi-moshi?"

"Halo, Naru-chan! Apa kabarmu?!"

Aku terpekik gembira saat mendengar seorang sahabat ku, Hinata. Hubungan ku dan Hinata menjadi seperti semula setelah semua kebenaran itu terungkap, kalau itu hanya kelakuan keji Sakura.

"Maaf tadi aku tidak bisa datang, soalnya tadi aku baru saja melahirkan."
"Wah selamat ya Hinata! Aku turut bahagia mendengar nya!"

"Gomen ya naruto! Mungkin aku akan kesana dalam beberapa hari lagi,"

"Ah tak usah datang tak apa Hinata..." Balas Naruto cepat.

"Memangnya kenapa?"

"Kau kan baru saja melahirkan, lebih baik kau menikmati hari-harimu dengan sang buah hati." Jelas Naruto sambil tersenyum.

"Naruto, kau baik sekali ... Lalu apa malam ini kau akan ..."

Aku mengangguk penuh arti. Aku mengerti apa maksud Hinata. "Tentu, Sasuke sudah menunggu hal ini sangat lama." Aku terkikik pelan menjawabnya.

"Ganbatte Naruto! Sudah ya mungkin lain kali kita akan berbicara. Jaa..."

"Jaa..." Aku memutuskan sambungan telepon itu dan terdiam singkat. Aku membuang napas pendek.

Aku meraih sebuah boneka rubah berekor sembilan. Mataku menatap kagum boneka itu. Boneka yang Karin buat atas hadiah pernikahan ku. Aku tersenyum kecil mendengar fakta itu. Lebih tepatnya saat sebuah janji yang ia ucapkan saat sehari setelah malam penuh kebahagiaan itu. Aku terus mematut boneka berwarna oranye itu. Aku sedikit meremas pelan di beberapa bagian, merasakan sensasi lembut saat tanganku menyentuhnya.

Mataku sedikit teralih saat tak sengaja menatap sebuah album foto yang berada diatas meja nakas. Lengan ku terayun menggapai nya. Aku mengelus sampul buku album foto SMA itu. Rasa berdebar muncul tiba-tiba, membuat rasa keingintahuan ini meningkat.

Halaman pertama kubuka, aku melihat foto Sasuke yang tengah bernyanyi diatas sebuah panggung. Aku ingat kapan foto itu diambil! Yaitu saat akhir pensi. Sasuke mendadak berjalan menuju panggung dan menyanyikan ku sebuah lagu. Tentu saja seketika aku terkejut mendengar ucapannya. Sontak penonton mulai berbisik-bisik layaknya dengungan sayap lebah. Aku bisa menebak wajahku langsung merah seperti tomat.

Aku menyunggingkan senyum mengingat peristiwa itu. Aku tak menduga seorang pria dingin sepertinya ternyata memiliki sisi lembut juga. Aku juga tak menduga saat itu ia mengutarakan perasaannya di depan Karin yang sebagai saksinya.

Apakah itu sebuah karma? Sepertinya begitu, benci yang berlebihan malah membuat seseorang menjadi hafal hal-hal detail seseorang. Sehingga kau tau keunikan orang tersebut dan membuat benci mu dibalut dengan cinta. Itu yang Sasuke katakan padaku. Sebenarnya aku masih tak mengerti arti ucapannya itu, tapi aku lebih baik berpura-pura memahami ucapannya itu ketimbang harus dibilang 'Dobe'. Dan ia pernah mengatakan kalau ia terkena karma itu, sehingga ia mengatakan kalau aku adalah wanita pertama yang membuat ia jatuh cinta. Dan buktinya sekarang aku sudah resmi menjadi Nyonya Uchiha.

Aku berlanjut membuka halaman selanjutnya. Aku sedikit mengerutkan keningku.

Sakura. Itu foto Sakura. Tiba-tiba saja aku terdiam. Tangan ku menyentuh foto itu. Sudah lama aku tidak mendengar kabarnya. Entah kemana sekarang ia pergi. Ia sudah tak nampak dihadapan ku setelah malam pensi itu. Aku tambah tak mengerti, saat keesokan nya ia pindah sekolah.

Aku lalu menanyakan nya kepada Ino dan Tenten. Dan mereka seolah sedang menutupi sesuatu dariku. Tapi, seiring berjalan nya waktu akhirnya mereka mau membuka suara juga.

Mereka bercerita kalau mereka disuruh Sakura untuk mengikuti rencananya. Sakura berniat untuk mempermalukan ku. Aku cukup terkejut mendengar fakta itu. Mataku mendadak nanar seketika.

Katanya, Sakura sudah lama mengagumi sosok Sasuke. Ia bahkan bersumpah akan menyingkirkan siapapun yang berani mengganggu jalannya. Ironi memang.

Ia bahkan juga tak segan-segan melukai sang korban dengan cara licik nya. Dan sepertinya aku salah satu korbannya. Ia memaksa Karin dan teman-temannya untuk membenciku,lalu, dia berpura-pura menjadi malaikat yang membutakan. Dan semua rencananya itu gagal kalau Karin tidak merasa iba saat aku sudah terjebak di perangkap setan ini.

Aku sungguh terkejut bukan kepalang. Ternyata aku terlalu terbuai dengan ucapan manis Sakura. Semua opini ku tentang gadis itu mendadak berputar. Aku kira ia adalah wanita yang pemurah. Tapi, tak sepantasnya aku membencinya. Aku sudah memaafkan nya. Jika pun ia datang dan meminta maaf dihadapan ku, tentu aku langsung akan memaafkannya. Sepertinya itu ide yang bagus. Namun, sepertinya ia sudah pergi tanpa jejak. Sepertinya ia benar-benar malu. Hah ... Sakura.

Cklek!

Pandangan mataku pun langsung teralih ke sumber suara. Mataku pun langsung membulat. Spontan saja aku langsung membelakangi Sasuke dengan wajah memerah. Bagaimana tidak, Sasuke tidak memakai baju dengan tubuh yang masih basah. Menambahkan kesan seksi. Belum lagi rambutnya. Ah, sepertinya aku berlebihan.

"Kau ini kenapa?" Tegur Sasuke dengan suara beratnya. Aku bisa mendengar langkahnya yang bergerak mendekati ku.

"Tidak, aku baik-baik saja." Jawabku bohong dengan suara senormal mungkin. Dia semakin dekat dan jantungku semakin berdebar kencang. Aku bisa merasakan ia sedang naik keatas ranjang. Jantung ku kian menggila berdesir. Oh ayolah, semua wanita pasti akan deg-degan saat malam pertama.

"Kau yakin?" Bisiknya ditelingaku membuat aku merinding. Aku bisa merasakan tetesan air sehabis ia mandi yang jatuh di pipiku.

"Bisakah kau memakai bajumu dahulu?" Kataku. Aku bisa mendengar Sasuke mendegus disebelah ku. Aku yakin ia pasti mengejek ku.

"Memangnya kenapa?" Tanyanya pura-pura tak tahu. Aku langsung menutup mataku, berusaha mengenyahkan bayang-bayang tubuh atletis Sasuke. Jantungku semakin tak karuan. Aku harap dia tak mendengar suaranya.

"Lagipula kenapa kau harus malu? Sekarang aku ini suami mu. Lagipula seharusnya sekarang kita ... "

"Apa?" Tegur ku dengan nada malas. Aku mengerti ucapan yang menggantung itu. Tapi, mau tau tak mau aku harus mau melakukannya dengannya.

"Seandainya kau tahu, aku menunggu hal ini sangat lama sekali, sayang!" Bisik Sasuke di telingaku.

"Aku tidak mau!" Sergahku.

"Kau harus mau."

"Tidak!"

"Iya!"

"Tidak!"

"Iya!"

Glep!

"Ti- Eh kenapa lampunya mati?" Kataku panik.

"Sasuke ... kau dimana?"

"Sasu- ahh ... "

"Akhirnya saat ini tiba, dobe-chan~"

.

.

.

.

Tamat

Akhirnya bisa rampung juga. Maaf ya kalo malah tambah aneh & klise endingnya-_- maklum amatiran.

Saya juga mau ucapkan terimakasih untuk semua pembaca yang setia baca cerita saya. Perjuangan bangeeeeeet nulis nih cerita. Pernah mau berhenti nulis cerita ini pas masih 2 chap, tapi pas baca komentar yg laen mendukung. Uhuhu~ aku terharu #laptisu

Okey sekian bhay~