Disclaimer : J. K. Rowling adalah pemilik frenchise Harry Potter. Penulis hanya menyumbangkan plot yang didasarkan pada imajinasi liar penulis. Penulis tidak mengambil keuntungan materiil apapun dari tulisan ini.

First Arc : Childhood Arc

Chapter 3 : Natal (1).

Setelah kejadian di malam Halloween itu, terasa ada beberapa fenomena aneh yang terjadi di kehidupan sehari-hari Harry. Salah satu dari keanehan tersebut adalah entah kenapa, tiba-tiba saja semua orang menjadi sangat perhatian terhadap Daniel.

Tidak hanya kedua orang tuanya, namun juga paman Sirius, bibi Helen, paman Remus, dan orang-orang lainnya memberikan perhatian yang lebih terhadap Daniel. Bahkan, orang-orang yang sebelumnya belum pernah Harry lihat tiba-tiba datang ke rumahnya dan memberikan banyak hadiah kepada Daniel. Mereka berkata bahwa Daniel adalah pahlawan mereka, dan mereka sangat berhutang budi pada Daniel.

Harry pernah bertanya pada orang tuanya mengapa semua orang memanggil Daniel pahlawan. Memangnya apa yang telah Daniel lakukan hingga dia menjadi pahlawan? Karena tentu saja, Harry juga ingin bisa disebut pahlawan. Mummy nya menjawab bahwa Daniel telah mengalahkan penyihir jahat, oleh karena itu Daniel dipanggil sebagai pahlawan. Ketika Harry bertanya mengapa dia tidak disebut pahlawan ketika melindungi Daniel dari penyihir jahat? Bukankah Mummy pernah berkata bahwa melindungi orang yang kita sayangi dapat disebut sebagai pahlawan? Mummy nya tidak menjawab pertanyaan Harry, dia hanya tersenyum dan kembali mengurusi Daniel.

Mungkinkah hal ini berhubungan dengan apa yang diceritakan Harry setelah kejadian di malam Halloween? Jika diingat-ingat, sepertinya Daniel mulai disebut sebagai pahlawan di momen saat Harry pertama kali siuman.

Pada hari ketika Harry siuman dari pingsannya, tanpa menunggu waktu lama (dengan menghiraukan protes dari Mummy nya) beberapa orang segera 'membujuk' Harry untuk bercerita tentang apa yang terjadi di malam Halloween setelah orang tuanya keluar dari rumah. Sebenarnya, keadaan Harry masih belum pulih benar, namun sebagai anak yang baik, tentu saja Harry menceritakan secara jujur apa yang dia tahu.

Harry bercerita kepada mereka bahwa setelah kedua orang tuanya pergi, tidak lama kemudian paman Peter juga ikut pergi untuk mengambil sesuatu yang tertinggal dan Harry kembali ke kamar Daniel untuk bermain. Selang beberapa menit, paman Peter kembali datang ke rumah mereka, namun saat itu dia tidak sendirian.

Paman Peter membawa serta seseorang berjubah hitam dengan mata merah dan kulit putih pucat. Orang itu kemudian diantar paman Peter ke dalam kamar Daniel. Hanya dengan sekali lihat, Harry tahu bahwa orang berjubah hitam itu penyihir jahat. Dan karena Harry sudah berjanji kepada Mummy untuk melindungi Daniel dari penyihir jahat maka Harry langsung menyuruh penyihir jahat itu pergi dari rumah namun tidak tahu kenapa tiba-tiba saja Harry terlempar ke seberang kamar.

Harry teringat, bahwa setelah Harry mengatakan bahwa dia terlempar ke seberang kamar seisi ruangan itu menjadi gaduh. Banyak dari mereka yang berkata bahwa Dumbledore benar dan Daniel merupakan pahlawan mereka. Sampai sekarang Harry masih bingung, apa hubungan dari Harry yang terlempar ke seberang ruangan dengan Daniel menjadi pahlawan?

Sebenarnya saat itu Harry ingin melanjutkan ceritanya, namun karena orang-orang dewasa di sana sepertinya sudah tidak tertarik lagi dengan cerita Harry berbicara antara satu sama lain maka Harry menjadi diam dan memilih untuk memakan buah yang telah disiapkan mummy nya.

Kalau diingat lagi, sepertinya memang saat itulah kali pertama Harry mendengar Daniel sebagai pahlawan. Walaupun kapan Daniel mengalahkan penyihir jahatnya Harry juga tidak tahu. Mungkinkah malam itu Daniel mengalahkan si penyihir jahat dari belakang punggung Harry? Hmm, sejujurnya ingatan Harry tentang malam itu juga sedikit samar.

Akhirnya, secara tidak terasa hari pun berganti minggu dan minggu berganti bulan. Harry yang merasa perhatian yang diberikannya menjadi lebih sedikit memilih untuk menghabiskan waktunya membaca di perpustakaan. Kini setelah mereka kembali ke Manor Harry dapat kembali ke kegiatan rutinnya, yaitu membaca di perpustakaan. Harry benar-benar kangen dengan perpustakaan nya ini. Selama beberapa bulan pindah ke Villa, dia tidak dapat banyak membaca buku karena koleksi buku di Villa tidak sebanyak di Manor.

-MC-

25 Desember 1981, Perpustakaan, Potter Manor, Great Britain.

Sinar matahari pagi bersinar cerah dari ufuk timur. Cahaya yang lembut berwarna oranye itu bersinar menembus kaca-kaca jendela besar yang sedikit dipenuhi tumpukan salju dan menerangi sebuah ruangan besar yang dipenuhi oleh ratusan rak buku yang masing-masing tingginya sekitar 3 meter. Rak-rak tersebut berjejeran dengan pola yang tak beraturan hingga terbentuk seperti sebuah labirin. Di bawah sebuah jendela paling besar di perpustakaan itu, terdapat sebuah sofa berukuran sedang berwarna merah maroon dan sebuah meja panjang serta beberapa kursi empuk yang mengelilingi meja tersebut.

Di pagi yang cerah dan sejuk itu Harry Potter sedang asik membaca sebuah buku. Dengan punggung bersandar pada sofa empuk dan kaki sebagai sandaran buku, pandangan serta pikirannya Harry semakin tenggelam pada halaman-halaman buku tebal yang sedang dipegangnya. Pupil mata hijaunya terus bergerak ke kiri-kanan mengikuti kalimat-kalimat yang tertulis di sana dan jarinya sesekali bergerak untuk membalik halaman buku.

Pada cover dan punggung buku tersebut, tertulis judul 'Magic of Magic Vol. VII'.

"Harry.. Apa kamu di sini?"

Suara Mummy nya bergaung di dalam perpustakaan itu. Harry mendongakkan kepalanya dari buku yang sedang dia baca. Konsentrasinya terpecah akibat suara Mummy nya itu.

"Harry sayang.. Apa kamu di sini?" Suara Mummy nya kembali bergaung untuk kedua kalinya di ruangan itu.

"Iya Mum, aku di sini!" Harry menyahut sambil kembali membenamkan kepalanya ke buku tebal itu.

Sebuah suara langkah kaki bergaung di ruangan besar itu dan tak lama kemudian muncullah Lily Potter yang segera menghampiri anaknya yang masih asik membenamkan kepalanya di antara halaman buku.

Lily mengangkat sebelah alisnya ketika melihat buku yang sedang dibaca anak sulungnya. Bukankah buku itu jauh terlalu tinggi untuk anak seusianya? Lupakan tentang ilmu yang terlalu advance untuk anak seumur Harry, Lily bahkan tidak yakin anak sulungnya itu telah mampu membaca. Tentu saja dia telah mengenalkan anak sulungnya itu dengan huruf-huruf, namun dia belum mengajarkan anaknya bagaimana merangkai huruf-huruf itu menjadi sebuah kata.

Hmm, jika Harry kecilnya itu masih belum mampu membaca, apa mungkin dia senang melihat gambar-gambar yang ada di buku itu? Ah, pasti itu alasannya.

Lily menggelengkan kepalanya. Dengan tersenyum kecil, dia segera duduk di samping anaknya.

"Harry sayang, kenapa Harry masih di sini? Apa Harry tidak ingin membuka hadiah natal Harry?" Lily bertanya dengan lembut kepada anaknya.

Hadiah Natal?

Kata-kata itu langsung menarik perhatian Harry. Sebagai anak yang masih kecil tentu saja Harry akan sangat tertarik dengan kata-kata hadiah Natal.

Harry langsung mengangkat kepalanya dari buku dan mengalihkan perhatiannya ke Mummy nya.

[Lily Potter (Lv. 34)]

Sebuah tulisan berwarna biru muda transparan terlihat melayang di atas kepala Mummy nya.

Ini .. merupakan fenomena aneh lain yang tiba-tiba terjadi dalam keseharian Harry pasca kejadian di malam Halloween itu.

Setiap orang yang Harry kenal semuanya mempunyai tulisan semacam itu di atas kepala mereka.

Mulai dari ayahnya [James Potter (Lv. 37)] paman dan bibinya [Sirius Black (Lv. 36) dan Helena Black (Lv. 30)] hingga adiknya [Daniel Potter (Lv. 3)].

Namun tentu saja tidak semua orang mempunyai pola seperti orang-orang yang benar-benar Harry kenal. Untuk orang yang baru saja Harry temui dan sama sekali tidak Harry kenal, mereka mempunyai tulisan [? ? (Lv. ?)] di atas kepala mereka. Sedangkan untuk orang-orang yang Harry kenal namun tidak begitu familiar, tertera nama mereka namun tidak dengan level mereka. Misalnya seperti paman Frank [Frank Longbottom (Lv. ?)] dan bibi Alice [Alice Longbottom (Lv. ?)].

Pada awalnya Harry bingung dengan maksud Lv. yang tertera di samping nama orang-orang. Namun kemudian Harry teringat dengan game yang pernah ia mainkan bersama teman-temannya di desa Godric Hollow. Papan permainan berjudul D&D atau Dungeon and Dragon itu mempunyai fitur level di dalamnya. Fitur itu secara garis besar dapat menunjukkan tingkat kekuatan seorang pemain. Semakin besar levelnya maka semakin kuat pemain itu. Dan jika tebakan Harry benar maka Lv. yang ada di samping nama-nama tersebut merupakan tingkatan level dari seseorang.

Setelah mengetahui hal itu, Harry menjadi sangat gembira. Dia merasa seperti dia sedang diberikan kesempatan untuk memainkan permainan menyenangkan itu sepanjang hari. Maklum saja, ketika di Godric Hollow waktu Harry untuk bermain D&D dengan teman-temannya sangat terbatas. Karena itu ketika datang kesempatan untuk melakukan permainan itu sepanjang hari, dia menjadi sangat gembira dan bersemangat.

Sayangnya, fenomena tulisan nama dan level itu hanya Harry yang dapat melihatnya. Sewaktu Harry bertanya pada Mummy dan Daddy nya tentang berapa level Harry, Mummy dan Daddy nya hanya bengong dan kebingungan dengan pertanyaan Harry. Ketika Harry mencoba menjelaskan apa yang dilihatnya pada orang tuanya, keduanya hanya tersenyum dan mengatakan itu hanya imajinasi Harry saja.

Hpmh, tentu saja itu bukan sekedar imajinasi Harry saja. Harry benar-benar melihat tulisan itu!

Tapi kalau memang kedua orang tuanya tidak bisa melihat berapa level Harry, maka Harry akan mencari tahu levelnya sendiri!

Beberapa macam cara telah dilakukan Harry untuk mengetahui levelnya, mulai dari mencoba melihatnya melalui cermin hingga berjungkir balik untuk menemukan tulisan di atas kepalanya. Sayangnya, hal-hal tersebut tidak membuahkan hasil.

Informasi tentang levelnya justru Harry temui ketika dia membaca buku. Ketika Harry membalik sebuah halaman dan mencoba membaca kalimat pertama di halaman baru tersebut secara tidak sengaja pandangan matanya menangkap sebuah tulisan kecil berwarna biru. Tulisan tersebut sangat mirip dengan tulisan yang ada di atas kepala oarang-orang. Bedanya, tulisan yang Harry temui di sudut pandangannya itu dapat dikatakan lebih lengkap. Tidak hanya nama dan levelnya, tapi juga terdapat HP dan MP.

Harry Potter (Lv. 17)

HP : 360 MP : 820

Harry tidak terlalu yakin dengan kepanjangan dari HP dan MP. Namun jika harry boleh menebak, HP merupakan singkatan dari Health Point dan MP merupakan singkatan dari Magic Point atau Mana Point? Bisa benar – bisa juga salah, Harry tidak tahu. Seperti yang Harry katakan tadi, dia tidak begitu yakin.

Di saat-saat seperti itulah Harry ingin mempunyai buku petunjuk untuk permainan ini.

"..rry.. Harry.. Harry sayang.." Lily Potter menggoyang-goyang pundak anaknya yang tiba-tiba tenggelam dalam lamunannya sendiri.

Harry yang keluar dari alam lamunannya, segera menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak terlalu penting.

"Ya Mum? Ada apa tadi?" Harry bertanya sambil memiringkan kepalanya.

Lily hanya tersenyum melihat tingkah laku anaknya ini.

"Tadi Mummy bilang 'Apa Harry tidak ingin membuka kado Natalnya?' Mummy, Daddy dan Daniel sudah menunggu Harry dari tadi."

"Kado Natal!" Harry memekik kecil. "Oh iya, aku lupa belum membuka kado Natalku!"

Harry segera melipat bukunya dan meletakkannya di meja kecil dekat sofa merah yang sedang didudukinya. Setelah memastikan bukunya aman, Harry segera bangkit dan menarik lengan baju Mummy nya.

+Ting+

[Kamu membaca dan dan mencoba memahamu sebuah ilmu, INT + 2 ; experience + 0.2 %]

Sebuah tulisan transparan berwarna biru muda muncul di ujung kiri bawah pandangan Harry. Tulisan serupa (namun tidak identik) selalu muncul ketika Harry selesai melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya ketika Harry membaca buku (INT +) atau ketika Harry melatih sihirnya (WIS +). Harry tidak tahu apa maksudnya INT + atau WIS + itu, namun Harry dapat menebak bahwa experience + 0.2 % adalah jumlah experience yang Harry dapatkan setelah selesai melakukan pekerjaan. Semakin lama dan semakin keras Harry melakukan pekerjaan tersebut maka semakin besar persentase experience dan INT + atau WIS + yang ia dapatkan. Tapi, itu bukanlah sesuatu yang penting untuk saat ini.

"Ayo Mum ~ Ayo segera kita buka kado Natalku." Harry merengek sambil terus menarik-narik lengan baju mummy nya.

Lily tertawa kecil melihat tingkah laku anak sulungnya itu. Sambil tetap tertawa Lily segera bangkit dari duduknya dan membiarkan Harry untuk menuntunnya keluar dari perpusatkaan keluarganya itu dan berjalan menuju ke ruang keluarga dimana dia dan James meletakkan hadiah-hadiah Natal bagi anaknya.

Setibanya di dekat ruang keluarga Harry segera melepaskan genggamannya pada lengan baju mummy nya dan berlari ke arah ruang keluarga Potter Manor. Namun sebelum Harry sempat membuka pintu ruangan, suara Daddy nya terdengar dari belakang Harry.

"Oh, si jagoan sudah datang. Apa buku yang ada di perpustakaan sudah habis Harry makan? Benar-benar, jagoanku ini semakin lama semakin seperti Mummy nya. Kalau sudah masuk ke perpustakaan seperti lupa waktu." James Potter berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia berjalan menuruni tangga dari lantai atas sambil menggendong Daniel di pinggangnya.

"James!" Lily memekik kecil terhadap perkataan James yang dibalas James dengan cengiran khasnya.

Sebenarnya James masih ingin mengatakan beberapa hal, namun ketika melihat anaknya yang semakin gelisah akhirnya dia mengasihani anaknya.

"Sepertinya Harry kecil sudah ingin sekali membuka hadiahnya." James berkata sambil sedikit mempercepat jalannya menuju ke kedua anggota keluarganya.

Sesampainya di depan Harry, James langsung mengusap-usap rambut Harry. Benar-benar sebuah rambut yang berantakan. Rambut Harry mirip sekali dengan rambut James. Hitam legam seperti bulu burung gagak dengan model berantakan yang sangat sulit untuk di tata. Sebenarnya tidak hanya rambut Harry saja. Secara postur tubuh dan wajah Harry mirip sekali dengan James ketika dia masih kecil. Mungkin jika James kembali mengecil menjadi bentuk anak-anaknya dan kemudian disandingkan dengan Harry, hampir setiap orang pasti mengira bahwa keduanya adalah anak kembar.

"Apa Harry sudah siap untuk membuka hadiah-hadiah Natalnya?" James bertanya pada anak sulung dengan cengiran yang semakin lebar di bibirnya.

"Um. Um." Harry mengangguk-anggukkan kepalanya dengan sangat bersemangat. Dia sudah tidak sabar untuk melihat hadiah-hadiah Natalnya.

"Well, tunggu apa lagi?"

James membuka pintu keluarga dan mempersilahkan Harry masuk ke dalamnya.

Di sana, di sebelah tungku perapian utama, berdiri sebuah pohon Natal yang cukup tinggi. Pohon Natal setinggi 2 meter itu dihiasi oleh berbagai macam ornamen yang berkelap-kelip dengan cahaya magic serta ditambahkan oleh salju yang terus bertaburan turun dari atas pohon sehingga menambah keindahan pohon Natal tersebut. Di bawah pohon itu, terlihat tumpukan hadiah Natal dengan berbagai macam bentuk dan bungkus. Ada yang panjang, pendek, kotak, bundar, dan di bungkus oleh kertas-kertas berbagai warna yang membuat hadiah-hadiah itu semakin menarik di mata Harry. Tumpukan hadiah Natal itu terbagi menjadi menjadi dua buah kelompok dengan tumpukan di sebelah kiri lebih banyak dari pada tumpukan di sebelah kanan. Tidak hanya lebih banyak, tumpukan di sebelah kiri juga terlihat lebih menarik dari pada tumpukan di sebelah kanan.

Harry yang melihat tumpukan hadiah Natal yang begitu banyak langsung memekik kegirangan.

"Itu semua hadiah Natalku?" Harri bertanya dengan sangat bersemangat. Mulutnya terbuka lebar dan matanya berbinar kegirangan penuh antisipasi. Jari telunjukknya tak henti-hentinya menunjuk-nunjuk hadiah-hadiah Natal yang ada di bawah pohon.

Lily Potter menjadi salah tingkah.

'Ah.. Akhirnya pertanyaan itu keluar juga.' Keluh Lily dalam hatinya.

Semenjak selesai menata hadiah-hadiah Natal itu, Lily selalu khawatir Harry akan mengeluarkan pertanyaan itu. Lily khawatir dia tidak dapat memberikan jawaban yang tepat pada anak sulungnya itu tanpa membuatnya kecewa.

Sebenarnya mulai awal Lily telah menentang pengaturan ini, namun sikap James yang keras kepala dan mudah menggampangkan sesuatu akhirnya membuat Lily menyerah dan menuruti apa yang diinginkan James. Yaitu menjadikan hadiah Daniel dan Harry menjadi satu tempat.

'Dan betapa aku menyesalinya sekarang. Lihatlah bagaimana hasilnya sekarang.' Lily kembali berkeluh kesah di dalam hatinya.

Ketika Lily sedang berkeluh kesah di dalam hatinya dan berpikir bagaimana memberikan jawaban terbaik bagi anaknya, suaminya James memutuskan untuk membuka mulutnya dan mengatakan perkataan yang dihindari Lily sekuat tenaga.

"Sayangnya tidak jagoan, milikmu adalah tumpukan di sebelah kanan sedangkan yang di sebelah kiri adalah hadiah Daniel." Jawab James dengan entengnya sambil menunjuk tumpukan mana yang menjadi hadiah Natal Harry dan tumpukan mana yang menjadi hadiah Natal Daniel.

Senyum dan cahaya kebahagiaan di mata Harry seketika itu juga meredup ketika mengetahui bahwa tumpukan hadiah Natal yang ada di bawah pohon itu ternyata hanya sebagian saja milik Harry. Senyum Harry kembali mendapatkan pukulan dan terus meredup ketika dia menyadari bahwa tumpukan hadiah Natalnya lebih sedikit dari pada Daniel yang masih bayi. Secara tak sadar, Harry bergumam pelan, ".. punya Daniel lebih banyak dan lebih bagus dari punya Harry.."

Rasa kecewa merebak di dalam diri Harry. Pada hatinya segera timbul pertanyaan, mengapa hadiah Daniel lebih banyak dan sepertinya lebih menarik dari hadiah Harry? Apakah karena Daniel di sebut pahlawan oleh semua orang sehingga membuat hadiah yang diterima Daniel lebih banyak dari dirinya?

Senyum Harry secara bertahap memudar di bibirnya. Namun sebelum senyum itu memudar sepenuhnya, tiba-tiba Harry kembali tersenyum lebar ke kedua orang tuanya. Walaupun saat itu Harry sedang dilanda kekecewaan tapi karena Harry adalah anak yang baik maka Harry akan terus tersenyum ketika dia akan menerima hadiah. Sekalipun hadiahnya terlihat inferior bila dibandingkan dengan hadiah Natal Daniel.

Lily yang melihat senyum Harry memudar dengan cepat menjadi merasa bersalah. Dia sudah menduga bahwa inilah hasil yang akan terjadi jika dia menuruti kemauan James walaupun kata di dalam hatinya mengatakan sebaliknya. Lily merasa dia sudah tidak adil kepada anaknya, apalagi ketika dia mendengar suara pelan Harry yang terlihat sangat kecewa.

Otak Lily segera berputar dengan cepat berkata pada anak sulungnya. "Daddy mu hanya bercanda. Untuk tumpukan di sebelah kanan memang milik Harry. Untuk tumpukan sebelah kiri merupakan gabungan hadiah Natal untuk Daddy, Mummy dan Daniel." Lily kemudian tersenyum untuk mendamaikan anaknya.

Harry tidak berkata apapun, dia hanya mengangguk dan tersenyum kecil sebelum kemudian berlari ke arah tumpukan hadiahnya.

Setelah memastikan Harry sibuk dengan Hadiahnya, senyum di wajah Lily sirna seketika. Dia melirik suaminya yang masih tersenyum kepada anak bungsunya. 'Orang ini.. apa dia tidak sadar bahwa perkataannya yang baru saja membuat kecewa anaknya?' Dengan mata menyipit dan pandangan tajam, dengan diam Lily terus memelototi suaminya itu.

Ketika James menyadari bahwa Lily sedang memelototinya, pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya sambil bertanya-tanya kesalahan apa yang baru saja dia perbuat.

Melihat suaminya yang terlihat sama sekali tidak menyadari kesalahannya, Lily hanya bisa mendesah kecewa di dalam hatinya sebelum kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah anak sulungnya yang sedang membuka hadiah-hadiah Natalnya. Melihat anak sulungnya yang kembali tersenyum setelah membuka beberapa hadiahnya membuat Lily kembali tersenyum kecil.

Setelah Harry selesai membuka semua hadiahnya dia segera menumui kedua orang tuanya untuk mengucapkan terima kasih. Walaupun sempat kecewa, namun mengucapkan terima kasih setelah menerima hadiah merupakan sebuah kebiasaan yang selalu ditanamkan Mummy nya.

James hanya mengangguk sambil memberikan senyum hangat kepada anak sulungnya, sedangkan Lily – dengan suasana hati yang telah kembali normal – segera mengangkat anak berumur 6 tahun itu dan kemudian menciumi wajah anaknya itu dengan gemas. Puas menciumi anaknya, Lily segera menurunkan anaknya dari gendongannya dan berlutut di depan anaknya itu.

Dengan senyum mengembang di bibirnya Lily berkata pada anaknya, "Harry sayang, setelah ini Mummy akan membantu Harry untuk merapikan hadiah-hadiah Natal Harry dan menyimpannya di kamar Harry. Setelah itu Harry mandi kemudian segera ke ruang makan ya. Mummy sudah menyiapkan banyak masakan dan kue kesukaan Harry di ruang makan."

Harry menatap mummy nya beberapa saat, dengan sebuah senyuman gembira Harry menggangguk dengan semangat dan segera melaksanakan permintaan Mummy nya.

-MC-

Bersambung di chapter 4 : Natal (2)

Author Note : Selamat Natal dan Tahun. Oke, mungkin terlambat, tapi tidak ada salahnya bukan? Dari pada tidak sama sekali. Sebenarnya chapter 3 ini (hampir) selesai sebelum Natal, namun karena ada satu dan hal lain sehingga saya tidak dapat mengupload nya sebelum Natal. Saya meminta maaf atas keterlambatannya.

Untuk next update, sepertinya masih dalam batas waktu yang tidak ditentukan. Saya ingin merevisi dan mengupdate cerita saya terdahulu (Mega-mega no mi), menyempurnakan game mechanic dari cerita ini, dan (mungkin) merealisasikan beberapa plot bunny yang selama ini mengganggu pikiran saya. Sekali lagi saya mohon maaf atas keterlambatan dan ketidaknyamanannya.

Terima kasih.

Dimenstrom.