Summary : Sebuah cerita yang slow paced dan slow update dengan prolog yang klise. Di malam Voldemort menyerang, Harry Potter lah yang menghadang dan mengalahkan Voldemort. Namun, karena satu dan hal lain semua kredit itu diperoleh oleh adiknya, Daniel. Bagaimanakah Harry bertahan sebagai bayangan adiknya? Ketika semua orang-orang terdekatnya sedikit demi sedikit mulai melupakan keberadaan dirinya.

Tag : Gaming Element, Wrong Boy-Who-Lived, Neglected Harry, Inventor Harry.

Pairing : Harry P. x Fleur D.

(masih dipertimbangkan : Harry P. x Daphne G. , Harry P. x OC , Potter Incest, Harry P. x Harem)

Warning : Cerita ini mempunyai rating M karena beberapa alasan. Bagi yang berumur kurang dari 18 tahun dan/atau tidak suka cerita berating M dipersilahkan untuk melewati cerita ini.

Disclaimer : J. K. Rowling adalah pemilik frenchise Harry Potter. Penulis hanya menyumbangkan plot yang didasarkan pada imajinasi liar penulis. Penulis tidak mengambil keuntungan materiil apapun dari tulisan ini.

First Arc : Childhood Arc.

Chapter 1 : Malam di mana semua itu dimulai, part 1 (Halloween Night)

Halloween Night, Potter Villa, Godric Hollow, Great Britain

Harry Potter terpaku memandang langit. Malam ini langit terlihat begitu cerah. Gugusan bintang bertebaran di langit bagai sebuah permadani malam dengan bulan sabit merah terselip diantara mereka sehingga menambah indahnya pemandangan itu.

Entah kenapa akhir-akhir ini Harry senang sekali memandangi langit malam dari balik jendelanya. Terutama, dia senang sekali mengamati pergerakan dan perubahan bentuk bulan. Dia sendiri juga tidak tahu mengapa, namun dia merasa seperti ada sebuah daya tarik tersendiri pada bentuk bulan di langit malam.

Waktu telah berlalu namun Harry kecil masih tetap tidak dapat melepaskan pandangannya terhadap bulan sabit merah yang terselip di antara gugusan bintang.

Harry tersadar dari lamunannya ketika sebuah tangan menepuk bahu nya lembut. Ketika dia membalikkan badannya dia mendapati ibunya, Lily Potter, sedang tersenyum lembut padanya dan kemudian memeluknya erat dari belakang.

"Ada apa, Harry sayangku? Apa yang sedang Harry lakukan?" Lily bertanya lembut pada anaknya.

Harry mengembalikan perhatiannya ke bulan sabit merah yang ada di langit. "Harry sedang melihat bulan, Mum. Tidak tahu kenapa, tapi malam ini bulannya terlihat sedikit aneh."

Lily tersenyum. "Aneh? Memangnya apa yang aneh? Mummy tidak melihat ada yang aneh. Apa mungkin perasaan Harry saja?"

Harry memiringkan kepalanya seperti sedang berpikir keras. Sesaat kemudian dia menggelengkan kepanya. "Tidak-tidak.. Bulannya memang sedikit aneh. Harry tidak tahu anehnya di mana, tapi Harry yakin malam ini bulannya sedang aneh. Apa mungkin karena hari ini hari Halloween ya?" Harry berkata dengan nada lucu seperti anak berumur 5 tahun pada umumnya.

Melihat kekeras-kepalaan anaknya membuat Lily tertawa kecil. "Hmmm.. Mummy tidak melihat ada yang aneh dengan bulannya.. Tapi ketika Harry bilang begitu, sepertinya Mummy juga merasa bulannya jadi aneh."

"Umm.. Umm.." Harry mengiyakan perkataan Mummy nya sambil menggangguk-anggukkan kepalanya. Dia puas karena Mummy nya juga setuju dengan dirinya.

Tidak lama kemudian terdengar sebuah tangisan bayi dari kamar sebelah.

"Eh.. adikmu menangis tuh. Harry mau ikut Mummy ke kamar adik?" Lily bertanya pada anak sulungnya.

Harry menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak-tidak.. Harry masih mau melihat bulan, Mum."

Lily tertawa kecil melihat putranya. "Oke deh, kalau begitu Mummy ke kamar Daniel dulu ya. Harry melanjutkan melihat bulannya saja ya."

"Um." Harry menganggukkan kepalanya.

Setelah itu Lily pun meninggalkan anak sulungnya dan berjalan menuju ke kamar putra keduanya yang sedang menangis. Mungkin karena dia sedang lapar atau haus.

Setelah melihat Mummny nya keluar kamar, Harry kembali memandang langit. Namun betapa terkejutnya dia ketika mendapati bahwa bulan yang diamatinya tadi telah berubah drastis. Bulan yang awalnya tadi berbentuk sebuah bulan sabit berwarna merah darah saat ini telah berubah menjadi sebuah bulan purnama dengan warna hijau emerald. Sebuah warna hijau yang mirip sekali dengan warna hijau pada mata Harry dan Mummy nya.

Harry terbengong melihat perubahan yang sangat drastis pada bulan di langit itu. Matanya sedikit melebar dan mulutnya sedikit menganga karena terheran-heran dengan kejadian aneh tersebut.

==Searching Identical Soul==

==Identical Soul Detected==

==Soul Comparation – 100 percent Match==

Ketika Harry sedang tenggelam dalam lamunannya. Tiba-tiba dia merasakan jantungnya berdebar sangat keras.

==Estabilishing Temporary Connection with Main Server==

==Temporary Connection Estabilised==

==Sending Essential Program Installer==

==Installing Essential Program==

==Essential Program Installation – 100 percent Complete==

Dia merasakan peredaran darah di dalam tubuhnya tiba-tiba mengalir begitu cepat dan deras. Dia bahkan hampir dapat mendengar sebuah suara mirip desingan di kedua telinganya.

==Sending Simple AI Program==

==Installing Simple AI Program==

==AI Program Installation – 100 percent Complete==

Selain itu, dia merasa kekuatan magic nya seperti menjadi lepas kendali. Seakan-akan ada kekuatan misterius yang menarik keluar magical core nya dan kemudian menghujamkannya kembali ke dalam tubuhnya.

==Starting Full Body Scanning==

==Scanning Complete – No Anomaly Detected==

==Saving Last Eidos Data==

==Terminate Temporary Connection==

==Connection Terminated==

Untungnya, kejadian itu hanya berlangsung tidak lebih dari 10 detik saja. Setelah beberapa waktu tersebut, keadaan tubuh dan magic Harry berangsur-angsur membaik. Jantungnya sudah tidak lagi berdebar kencang dan dia kembali merasakan kembalinya kontrol atas magic nya.

Jika ada sesuatu yang tidak disukai Harry adalah ketika dia lepas kendali atas kontrol magic nya. Itu karena ketika magicnya lepas kendali Harry selalu direpotkan oleh after effectnya. Terakhir kali dia lepas kendali, semua barang yang ada di kamarnya terbang dan meluncur kemana-mana hingga membuat kamarnya sangat berantakan. Beruntung saat itu hanya dirinya saja yang ada di rumah (kedua orang tuanya sedang keluar untuk melakukan 'tugas orang dewasa', entah apa itu 'tugas orang dewasa' Harry juga tidak pernah tahu). Saat itu Harry bekerja sangat keras membereskan kembali barang-barangnya ke tempat semula sebelum kedua orang tuanya pulang ke rumah.

Harry segera duduk di tempat tidurnya sambil menunggu keadaan tubuhnya benar-benar kembali normal.

Lima menit kemudian, setelah memastikan bahwa kondisi tubuhnya benar-benar kembali ke kondisi normal. Harry segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke lorong rumahnya untuk menemui Mummy nya. Namun ketika dia coba mencarinya di kamar adiknya, harry sama sekali tidak menemui Mummy nya.

Aneh, bukannya tadi Mummy bilang ingin ke kamar adik?

Setelah tidak menemui mummy nya di kamar sang adik, Harry segera berjalan ke arah ruang keluarga. Biasanya Mummy dan Daddy selalu ada di ruang keluarga jika sedang ingin bersantai.

Dan benar saja, dia dapat menemukan kedua orang tuanya di ruang keluarga. Namun sepertinya mereka sedang tidak sedang bersantai. Kedua orang tua Harry sedang terlihat berbicara serius dengan seseorang melalui jaringan floo. Harry tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya hal yang sedang mereka bicarakan sangat serius.

Karena Harry adalah anak yang baik, maka Harry hanya berdiri diam di dekat pintu dan tidak ingin mengganggu kedua orang tuanya. Tidak lama kemudian Harry melihat kedua orang tuanya telah menyelesaikan pembicaraan mereka.

Setelah menyelesaikan pembicaraan mereka dengan anggota Orde, James dan Lily membalikkan badannya dan menemui anak sulung mereka berdiri diam di depan pintu ruang keluarga. Setelah saling pandang dan tersenyum kecil keduanya segera mendekat ke arah putranya itu dan James segera mengangkat putranya dan menggendongnya di samping tubuhnya.

"Hallo jagoan kecil. Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau kangen dengan Daddy?" James bertanya pada putranya sambil mencium sebelah pipinya. Sebuah senyum lebar tercipta di kedua sisi mulutnya.

Harry menggelengkan kepalanya. "Tidak. Harry mencari Mummy. Tadi Harry ke kamar Daniel dan tidak menemui Mummy. Jadi Harry pergi ke ruang keluarga karena Harry tahu bahwa Mummy dan Daddy ketika sore hari biasanya di ruang keluarga."

"Hmmm.. Jadi Harry tidak kangen dengan Daddy? Daddy kecewa lho dengan Harry.. kalau begitu besok Daddy tidak akan mengajak Harry terbang lagi." James berkata dengan muka cemberut ke arah Harry.

Harry yang mendengar hal itu segera berteriak protes. "Tapi-tapi.. Harry masih ingin terbang bersama Daddy… Harry ingin bisa terbang jungkir balik lagi seperti kemarin.. dan melakukan apa itu? Wongki Fen?"

Sebuah cengiran tercipta di wajah James Potter. "Wronsky Faint? Harry ingin melakukan Wrongsky Faint lagi?" James berkata dengan nada ceria yang diiyakan oleh harry dengan anggukan kepalanya.

James sangat bangga dengan putra sulungnya ini. Di usianya yang masih sangat belia Harry telah menunjukkan ketertarikan dan sebuah bakat tinggi pada dunia Quidditch. Sebenarnya tidak hanya di bidang Quidditch, Harry sepertinya menunjukkan banyak bakatnya di berbagai bidang. Dia bahkan berani bersumpah bahwa dia pernah melihat Harry membaca sebuah buku Transfigurasi dasar di perpustakaan keluarga mereka, walaupun James yakin Harry tidak memahami hal itu, namun hanya dengan modal ketertarikan itu saja mampu membuat hati James dan Lily bangga pada anak sulung mereka.

Ketika james sedang tenggelam dalam ruang ingatannya, dia tidak menyadari bahwa Lily sedang menyipitkan matanya. James lupa bahwa pembicaraannya dengan Harry tadi seharusnya menjadi rahasia diantara ayah dan anak itu. Tidak seharusnya Lily mengetahui fakta tersebut.

"James Potter.." Lily berkata dengan nada manis dan mulut tersenyum. Namun sebagai suami, James tahu bahwa suasana hati istrinya itu jauh dari kata senang. Ketika James memutar otaknya untuk mencari alasan kenapa istrinya marah padanya, James baru saja menyadari bahwa tadi dia keceplosan bicara.

"Ah.. Lily.. A-aku.. Er.. Kita ada keperluan mendadak bukan? Ja-jadi ayo kita segera bersiap-siap.." James berkata dengan suara terbata-bata dan berusaha sekuat tenaga untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

"James.. Aku tidak menyangka kau melakukan ini pada anakku Harry.." Lily berkata dengan manis pada James dengan masih memakai topeng tersenyumnya. "Bukankah kita telah sepakat untuk tidak mengajarkan Quidditch atau hal-hal berbahaya seperti itu sebelum Harry berumur 8 tahun?.. "Lily menyipitkan matanya. ".. atau kau telah lupa dengan janjimu itu?"

"Ah.. Em.. Lily. I-Itu.." James berkata dengan terbata-bata. Dia tidak dapat melawan kemarahan istrinya itu. Ketika melihat istrinya mulai berjalan selangkah-demi selangkah ke arahnya, secara refleks James turut mundur perlahan lahan kebelakang menjauhi istrinya.

"Hmm? Kenapa Mummy marah pada Daddy? Apakah Daddy berbuat nakal?" Harry bertanya sambil memiringkan kepalanya.

"Harry sayang, Harry ke kamar adik dulu ya? Mummy ingin berbicara urusan penting dengan Daddy. Nanti setelah selesai Mummy akan menemui Harry lagi di kamar Daniel. Bagaimana?" Lily berkata dengan lembut kepada Harry sebelum menyipitkan matanya ke arah James.

"Um." Harry menganggukkan kepalanya dan berusaha turun dari gendongan James. Namun James yang tidak ingin mendapatkan kemarahan istrinya terus mendekap Harry dengan kencang.

"Daddyyy… Lepassss.. Harry ingin ke kamar Daniel.." Harry merengek sambil mencoba melepaskan diri dari dekapan ayahnya.

"E-eh.. Tapi Daddy masih ingin menggendong Harry.. Bagaimana kalau Harry ikut Daddy ke kamar? Daddy punya hadiah untuk Harry." James masih terus mencoba mendekap Harry. James tahu jika dia bisa terus menggendong Harry maka dia punya kesempatan untuk terbebas dari kemarahan istrinya. Sayangnya, dewi fortuna masih cemberut terhadap James.

"Tidak mau.. Harry ingin ke kamar Daniel saja.." Harry kembali merengek sambil terus mencoba melepaskan pelukan James.

"James Potter.. Lepaskan anakku sekarang juga.. Jika tidak.." Lily berkata dengan nada serius.

Muka James menjadi pucat. Mau tidak mau dia saat ini dia harus mengakui kekalahannya dan segera melepaskan Harry dari gendongannya. Harry yang telah turun dari gendongan James segera keluar dan naik ke lantai atas untuk menuju ke kamar Daniel.

Setelah itu terjadilah pembantaian yang dilakukan oleh Lily Potter terhadap suaminya James Potter. Setelah beberapa jeweran, sedikit ancaman, dan hukuman beberapa hari tidak mendapatkan jatah menikmati tubuh istrinya akhirnya James Potter berjalan lunglai ke arah kamarnya untuk segera bersiap-siap memenuhi panggilan Orde.

Lily yang melihat suaminya berjalan lunglai bagai orang kalah taruhan hanya mampu tersenyum kecil. Walaupun dia memberi sangsi pada suaminya untuk tidak dapat menikmati tubuhnya selama seminggu namun Lily sendiri mengerti bahwa dia tidak akan mampu bertahan tanpa mendapatkan kehangatan dari James lebih dari 2 hari. Jika James masih belum menyerang dan memaksanya bercinta lebih dari 2 hari, mungkin Lily bisa menggunakan pakaian sexy yang baru saja di belinya bersama Alice dua hari yang lalu dan melakukan tari striping di hadapan James?

Ah, sudahlah. Lily menggengkan kepalanya dan segera bergegas menyusul suaminya ke kamar mereka untuk bersiap-siap memenuhi panggilan Orde. Setelah selesai mempersiapkan dirinya, Lily beranjak ke lantai dua untuk menemui anak-anaknya.

Sesampainya di kamar Daniel, dia mendapati bahwa anak sulungnya sedang bermain dengan adiknya. Lily tersenyum lembut ketika melihat anak sulungnya itu begitu menyayangi adiknya. Awalnya dia dan James takut Harry tidak dapat menerima adiknya dengan baik. Mereka takut bahwa Harry akan cemburu dengan adiknya ketika Harry mendapati bahwa perhatian mereka tidak lagi sepenuhnya tertuju kepadanya. Namun Lily dan senang dan bangga pada Harry ketika dia mendapati bahwa Harry sama sekali tidak cemburu kepada adiknya.

"Harry sayang." Dengan senyum lembut yang terus menghiasi bibirnya, Lily memanggil anak sulungnya dengan lembut.

"Ya Mum." Harry segera mengalihkan perhatinnya dari adiknya menuju ke ibunya.

"Sebentar lagi Mummy dan Daddy akan ada keperluan di luar rumah. Harry jadi anak yang baik dan jaga adikmu ya." Lily berkata pada anaknya. "Nanti paman Peter juga akan datang kemari dan bermain dengan kalian berdua. Nanti Harry tidak boleh merepotkan paman Peter ya."

"Um." Harry menganggukkan kepala kecilnya. "Harry berjanji akan menjadi anak yang baik dan menjaga adik dari penyihir jahat."

Lily tertawa kecil ketika mendengar perkataan Harry.

"Hehe, jagoan kecilku memang dapat diandalkan. Mungkin nanti ketika Harry sudah besar akan menjadi Auror seperti ayah dan mengalahkan penyihir-penyihir jahat?" James berkata menimpali dari belakang Lily. Entah kapan James datang ke kamar Daniel, Lily sama sekali tidak menyadari kedatangannya.

+Trriiiinnngg+

"Ah, itu mungkin paman Peter sudah datang. Ayo Harry, ikut Mummy dan Daddy menyambut paman Peter." Lily berkata sambil menggandeng tangan Harry.

Sesampainya di pintu rumah, James mengintip dari jendela siapa yang datang ke rumahnya, apakah itu benar Peter ataukah orang lain. Walaupun rumah ini sudah terlindungi dengan mantra Fidelius, namun tidak ada salahnya dia mengecek terlebih dahulu. Di sana dia melihat pria pendek dengan rambut seperti tikus, ciri-ciri umum Peter.

"Katakan kata sandinya." Suara James bergaung di halaman rumah. Membuat Pettigrew meloncat karena kaget. Entah kenapa, Peter selalu saja terkaget dengan sistem ini walaupun dia sudah berkali-kali berkunjung ke rumah keluarga Potter.

"A-aku bersumpah ba-bahwa aku orang tak berguna." Peter Pettigrew mengatakan kata sandinya dengan sedikit terbata-bata.

"Ok, masuklah Peter." James berkata sambil membuka pintu.

Peter berjalan perlahan-lahan masuk ke dalam rumah. Setelah melepas jubahnya dan menggantungnya di rak jubah dia segera mengikuti James masuk ke kamar tamu.

"A-aku dengar Dumbledore memanggil semua anggota Orde untuk berkumpul di rumah Edgar. Apakah ada masalah serius James?" Peter bertanya pada James sambil mencoba untuk duduk di sofa.

"Tidak-tidak… Saat Sirius sedang tidak bermasalah dengan anggota Orde manapun." James berkata dengan suara tenang dan muka datar. Peter hanya memandangnya dengan wajah sedikit bingung.

"James.. Serius sedikit. Ini bukan waktunya bercanda." Lily mengingatkan sambil sedikit meremas lengan James.

James hanya menyengir kecil.

"Oke-oke. Aku tidak akan bercanda lagi." Kata James sambil mengangkat kedua tangannya. "Aku pribadi tidak tahu seberapa serius masalahnya. Yang aku tahu hanyalah beberapa menit yang lalu tim kita mendeteksi sebuah anomali energi magic yang sangat besar. Mereka mencurigai Death Eater lah yang berada di balik semua itu. Entah mereka sedang melakukan ritual atau apa, namun fenomena ini sepertinya berkaitan erat dengan pergerakan mereka."

"Ah. O-oke-oke aku paham. Dan kalian berdua diminta untuk membantu karena kemampuan kalian berdua bukan? James yang seorang Auror dan Lily yang seorang ahli dalam rune magic?" Peter berkata sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian dia melanjutkan dengan suara pelan. "Dan aku yang tidak mempunyai kemampuan menonjol ini tidak begitu diperlukan bukan?"

James dan Lily berpandangan satu sama lain.

Lily tersenyum kecil dan berkata dengan lembut. "Bukan begitu Peter. Kami memang ingin kau kemari untuk menjaga Harry dan Daniel. Kau tahu bagaimana kondisi kami bukan?"

Peter memandang Lily selama beberapa saat dan kemudian mengangguk. "O-oke, aku mengerti. Serahkan saja padaku. Malam ini aku akan menjaga Harry dan Daniel."

Sebuah cengiran tercipta di wajah James. "Tentu saja Peter. Kami bisa mengandalkanmu."

"Oke, karena masalah ini sudah selesai kami harus bergegas untuk berkumpul di rumah Edgar." James berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Peter sambil menepuk pundaknya. Peter hanya diam saja dan menggangguk.

"Oke Harry. Paman Peter sudah datang. Nanti kau dan Daniel akan di rumah bersama paman Peter. Ingat perkataan Mummy tadi. Jadi anak baik dan jaga adikmu. Dan juga, jangan merepotkan paman Peter." Lily berkata sambil mencium kening Harry.

"Baik Mum. Aku akan manjaga Daniel dari penyihir jahat."

Lily tersenyum kepada anaknya. "Tentu Harry. Mummy akan mengandalkan Harry untuk melindungi Daniel dari penyihir jahat."

Setelah mengacak-acak rambut anaknya dan kembali mencium kening Harry, Lily segera bergegas menyusul suaminya keluar dari rumah. Mereka akan pergi ke rumah Edgar melalui Apparte. Mereka tidak menggunakan floo karena jaringan floo meraka memang di setting untuk tidak dapat menerima maupun mengirim orang.

Walaupun keduanya menghilang dari pandangan Peter, namun dia tidak segera menutup pintunya. Dia hanya terdiam dan tenggelam dalam pikirannya, memandangi jalanan yang telah kosong. Saat ini dia sedang berpikir keras, apakah dia harus melakukan ini atau tidak. Namun setelah beberapa lama, akhirnya dia memutuskan apa yang akan dilakukannya.

"… Tidak akan ada kesempatan lain lagi. Inilah kesempatan terbaik.." Peter bergumam dengan suara sangat lirih.

"Paman Peter, apa ingin berdiam di sini terus? Apa paman Peter tidak ingin masuk?" Harry bertanya sambil menarik-narik baju Peter.

Peter yang tersadar dari lamunannya segera tersenyum pada Harry. Sambil berjongkok agar sejajar dengan pandangan Harry, Peter berkata. "Harry, paman tadi melupakan sesuatu. Apa Harry bisa menjadi anak yang baik dan menunggu paman di kamar Daniel? Paman ingin keluar sebentar. Tidak lama, hanya sebentar. Nanti paman akan menemuimu lagi di kamar Daniel. Bagaimana?"

Harry diam tidak menjawab. Dia memandangi Peter dengan mata hijaunya. Beberapa saat kemudian, Harry akhirnya menganggukkan kepalanya dan segera berlari ke arah kamar Daniel. Peter menghela nafas panjang. Dia tidak menyangka dapat dibuat bergidik oleh anak berumur. Ketika mereka saling berpandangan tadi dia merasa sepertinya Harry dapat membaca pikirannya.

Setelah melihat Harry menaiki tangga, Peter segera mengambil jubahnya di gantungan jubah dan bergegas pergi keluar rumah.

Dari jendela kamar Daniel, Harry dapat melihat pamannya Peter bergegas keluar dari halaman dan kemudian ber apparate menuju ke entah kemana. Perasaan Harry menjadi tidak enak. Entah kenapa dia merasa seperti ada yang aneh dengan pamannya itu. Namun Harry tidak ingin memikirkan hal itu lebih lama dan memilih untuk bermain bersama adiknya.

-MC-

+Triiiiinggg.. CRAAANNGGG+

Harry terkaget dari tempatnya. Suara ini berbeda dengan suara bel yang biasanya. Bergegas dia segera bangkit dari duduknya dan berlari ke arah jendela. Di sana, dia melihat pamannya Peter sedang berjalan masuk bersama seseorang yang menggunakan jubah dan kerudung kepala berwarna hitam.

Orang berkerudung itu berjalan pelan di depan paman Peter. Dan ketika mereka sampai di tengah halaman, tiba-tiba saja orang itu mendongakkan wajahnya ke arah Harry. Di sana Harry melihat seorang pria yang kurus dan putih seperti tengkorak dengan dua buah mata berwarna merah. Ketika mereka saling bertatapan, seketika itu juga Harry merasa merinding di sekujur tubuhnya.

Pria itu tersenyum kepada Harry. Berbeda dengan senyum kedua orang tuanya yang penuh kehangatan dan mampu membuat dirinya merasa aman. Bagi Harry, senyum orang itu terlihat sangat dingin dan menusuk. Seketika itu juga Harry langsung mengetahui, bahwa orang yang ada di halamannya itu adalah penyihir jahat. Dan sesuai janjinya kepada Mummy nya, Harry harus melindungi Daniel dari penyihir jahat itu.

"My Lord." Peter Pettigrew memanggil tuannya yang tiba-tiba berhenti di tengah-tengah halaman.

"Pettigrew.. Siapa anak yang ada di jendela itu?" Tom Riddle, atau yang sekarang disebut Lord Voldemort, bertanya kepada Peter sambil menunjuk ke arah anak kecil yang sedang memandangnya dari jendela lantai atas.

Peter mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat Harry sedang memandangi mereka berdua. "Itu adalah anak sulung dari James dan Lily, My Lord. Namanya Harry Potter."

"Harry Potter.." Voldemort mengucapkan nama itu pelan sambil terus memandang Harry. "Bulan berapa anak itu lahir, Pettigrew?"

Peter berpikir sejenak. "Seingatku bulan September, My Lord. Apakah ada sesuatu dengan anak itu, My Lord?"

"Tidak-tidak, aku hanya penasaran saja." Voldemort menjawab sambil tetap memandang Harry. Dia merasa anak ini spesial. Apa spesialnya, dia tidak tahu. Namun instingnya mengatakan bahwa anak ini benar-benar spesial. Mungkin dia bisa mempertimbangkan untuk mengambil anak ini dan kemudian membesarkannya pada salah satu pengikutnya? Bellatrix mungkin?

"Ayo Pettigrew." Dengan sinyal lambaian tangannya Voldemort kembali berjalan untuk masuk ke dalam rumah keluarga Potter.

"Yes, My Lord." Peter dengan setia mengikuti langkah tuannya.

Setelah memasuki rumah, Voldemort melihat sekelilingnya. Rumah ini cukup besar walaupun sebagai villa. Barang-barangnya pun cukup elegan. Sepertinya Potter memang memiliki selera yang cukup tinggi.

Setelah melihat sekelilingnya selama beberapa saat, Voldemort segera naik ke lantai atas untuk menuju ke kamar Daniel Potter. Di sana, dia mendapati Daniel Potter sedang terduduk di tempat tidur bayinya dan Harry Potter yang berdiri di antara dirinya dan targetnya. Sepertinya anak sulung keluarga Potter ini bermaksud melindungi adiknya dari Lord Voldemort.

Voldemort dan Harry saling berpandangan satu sama lain.

"Siapa kamu? Apakah kamu penyihir jahat yang akan menyakiti Daniel? Harry tidak akan membiarkanmu menyakiti Daniel! Harry akan melin.."

Tanpa ada peringatan, hanya dengan jentikan tongkatnya Voldemort segera mengirim Harry terbang ke pojok kamar.

Harry yang mendapati dirinya tiba-tiba terbang dan akan menghantam dinding kamar segera memanggil magic nya dan membuat dinding itu menjadi lunak. Akibat aksinya, Harry mampu menghindari cedera serius yang harusnya terjadi bila dia tidak dengan sigap menggunakan sihirnya. Namun walaupun dia tidak cedera tetap saja badannya sakit dan kepalanya pusing akibat menghantam dinding dengan kecepatan tinggi. Akhirnya, Harry harus berbaring sejenak untuk mengembalikan kondisi tubuhnya.

Di sudut matanya, dia melihat paman Peter hanya menonton sejenak dan kemudian bergegas pergi keluar dari pintu kamar Daniel.

"Daniel Potter.. Sebenarnya aku tidak ingin mempercayai ramalan itu. Bagaimana mungkin anak yang baru berumur satu tahun bisa mengalahkanku, Lord Voldemort? Tapi sayangnya, aku tidak ingin membiarkan ancaman tumbuh dan menjadi duri dalam dagingku. Oleh karena itu.." Voldemort berjalan ke samping tempat tidur Daniel, mengangkat tongkatnya dan mengarahkannya ke arah Daniel Potter.

"TIDAK!" Harry berteriak sambil mengangkat tangannya. Dia menggunakan seluruh kekuatan sihirnya untuk membuat benda-benda yang ada di dalam kamar melayang dan kemudian melesat ke arah penyihir jahat itu.

Voldemort yang tidak menyangka akan di serang dengan berbagai macam barang hanya bisa terkejut. Namun keterkejutannya itu hanya berlangsung sejenak. Dengan menjentikkan tongkatnya, sebuah barrier pelindung transparan tercipta di sekelilingnya. Barrier itu menahan semua laju barang-barang dan menghentikan mereka di udara.

Setelah barang-barang itu berjatuhan, Voldemort menurunkan tongkatnya dan mengalihkan perhatiannya ke arah Harry.

Anak ini kah yang tadi menyerangku? Sebuah Accidental magic ataukah…

Voldemort yang mengfokuskan perhatiannya ke arah Harry tidak menyadari bahwa saat ini terdapat sebuah vas bunga yang sedang melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Dengan suara 'prak' keras vas itu menghantam kepala Voldemort dan pecah berkeping-keping.

"Damn!" Voldemort yang tidak menyangka akan mendapatkan serangan kejutan segera terhuyung mundur dan menabrak kusen pintu.

Harry yang melihat serangannya sukses mengenai penyihir jahat segera berlari ke arah Daniel dan mengeluarkan Daniel dari tempat tidurnya. Sambil terseok-seok Harry membawa Daniel ke pojok ruangan dan membentengi Daniel dengan menggunakan badannya.

"Bocah Sialan!" Voldemort mengutuk sambil memegangi kepalanya. Di pelipisnya terlihat bercak darah akibat pukulan dari vas itu. Walapun dia kesal, namun di sisi lain dia juga merasa sedikit senang. Sepertinya kecurigaannya terbukti benar, bocah ini walaupun masih kecil namun telah mampu mengendalikan magicnya dengan sangat baik. Dengan sedikit pelatihan yang cukup dia bisa menjadi salah satu pengikutnya yang paling kuat.

Setelah menghilangkan sedikit pusing di kepalanya, Voldemort segera mencari keberadaan bocah itu. Voldemort menemukan bocah itu berdiri di sudut ruangan dan merentangkan tangannya untuk melindungi adiknya.

"Minggir kau bocah! Aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu. Jika kau masih tetap menghalangiku, akan kubunuh kau bersama adikmu." Voldemort berkata sambil berjalan pelan ke arah kedua bocah itu.

"Tidak! Harry sudah berjanji kepada Mummy untuk melindungi Daniel dari penyihir jahat. Kau penyihir jahat cepat pergi dari sini!" Harry berkata dengan keras kepala.

Kepala Voldemort kembali berdenyut. Aku tidak punya waktu untuk meladeni hal ini. Walaupun aku sayang dengan bakat yang bocah ini miliki, tapi waktuku di sini sangat terbatas.

"Baiklah, kau yang memaksaku bocah. Avada kadavra." Voldemort mengarahkan killing curse nya ke arah kepala Harry.

==Nearby Malicious Spell Detected==

==User has been Targeted by Malicious Spell==

==Executing Emergency Shield==

==Shield Activated=

Pikiran Harry dalam sekejap menjadi kosong. Tidak ada awan tidak ada angin, secara tiba-tiba dia memasuki mode trance. Sambil mengangkat tangan kanannya, dengan pandangan serta suara yang kosong Harry berkata,

"..Rho.. Aias!"

Sebuah perisai transparan tercipta di antara Lord Voldemort dan Harry Potter. Perisai itu berbentuk 7 buah kelopak bunga yang mengelilingi sebuah lingkaran. Bersamaan dengan munculnya perisai itu, tercipta pula 7 buah lapisan barrier yang mengelilingi Harry dan Daniel.

Bola cahaya hijau dari killing curse, Avada Kedavra, yang keluar dari tongkat Voldemort menghantam lapisan barrier itu dengan suara 'GONG' yang keras.

Voldemort yang cukup terkejut karena bocah di depannya ini lagi-lagi memperlihatkan sebuah magic yang terkontrol, menaikkan sebelah alisnya. Tapi walaupun dia cukup terkejut, namun dia sama sekali tidak khawatir dengan lapisan barrier yang tiba-tiba tercipta di depannya. Itu karena, semua masyarakat sihir tahu bahwa tidak ada shield magic yang dapat menahan killing curse. Tanpa disadari pemiliknya, sebuah senyum sinis tercipta di bibir Voldemort.

Namun senyum sinisnya berubah menjadi kerutan ketika mendapati bahwa killing curse nya masih tertahan oleh lapisan barrier tersebut dan tidak ada tanda-tanda magicnya akan menembus. Malah, dia melihat kekuatan magic dari killing curse perlahan-lahan mulai memudar.

Harga diri Voldemort terusik. Merasa tidak ingin dikalahkan oleh magic dari seorang bocah kecil, Voldemort menghimpun sebagian besar kekuatannya dan menyalurkannya pada killing curse kedua yang dia arahkan untuk menumpuk dengan killing curse pertamanya.

Killing curse dengan kekuatan yang lebih besar ini terlihat lebih sukses dari sebelumnya karena berhasi menghancurkan dua buah barrier sekaligus. Walaupun akhirnya kembali tertahan oleh barrier ketiga.

Emosi Voldemort memuncak. Bagaimana mungkin bocah ini mampu menahan kekuatan magicnya! Dengan menggunakan seluruh energinya Voldemort kembali meluncurkan killing curse ketiganya. Berbeda dari sebelumnya, magic spell Voldemort kali ini berwarna hijau pekat dengan diameter bola cahaya yang juga lebih besar.

Dengan seketika, killing curse ini mampu menghancurkan barrier ke-tiga dan ke-empat serta meretakkan barrier lapis ke-lima.

Harry Potter yang masih sedang dalam keadaan trance tidak menunjukkan ekspresi apapun di wajahnya. Namun ketika retakan di barrier ke-lima semakin besar, dia tiba-tiba menggenggamnkan telapak tangannya. Saat itu juga, ketiga barrier terakhir segera menghilang dan terserap ke dalam kelopak-kelopak bunga.

Dengan diiringi suara deru, killing curse yang tadinya tertahan oleh barrier segera melesat cepat dan menghantam ke perisai kelopak bunga.

Voldemort yang menduga bahwa perisai kelopak bunga itu juga akan pecah seperti barrier-barrier sebelumnya sama sekali tidak menyangka kalau perisai itu malah menyerap killing curse nya dan sesaat kemudian memuntahkan kembali killing curse nya itu ke arah dirinya.

Sama sekali tidak punya kesempatan menghindar, pantulan killing curse itu menghantam tubuh Voldemort dan menghancurkan tubuhnya dari dalam. Voldemort merasa tubuhnya seperti tercabik-cabik oleh jutaan pedang secara bersamaan. Dan tidak lama kemudian, killing curse itu meledak dengan sebuah ledakan yang besar yang secara instan menghacurkan seluruh tubuh Voldemort dan membawa serta sebagian besar villa keluarga Potter.

Harry yang berada paling dekat dengan titik ledakan terlempar keluar dari rumah akibat tekanan dari ledakan dahsyat itu. Sedangkan Daniel Potter yang terlindungi oleh Harry dan berada di pojok rumah hanya terhempas sedikit dan kepalanya terbentung dinding rumah hingga dia tak sadarkan diri.

Peter Pettigrew yang mendengar suara 'GONG' pertama kali sebenarnya ingin sekali melihat ke arah kamar. Namun dia takut menggangu tuannya dan akan mendapatkan hukuman dari Tuannya itu. Oleh karena itu dia terus bersabar menunggu di ruang tamu.

Tapi alangkah kagetnya dia ketika beberapa saat kemudian terjadi sebuah ledakan hebat yang mengguncang rumah temannya. Merasa ada yang tidak beres, Peter segera bergegas naik ke lantai atas. Sesampainya di sana dia langsung terpekik histeris ketika mendapati sebagian besar kamar ini luluh lantak dan hancur berantakan. Pandangan matanya menyapu seluruh kamar yang luluh lantak itu. Di pojok kamar, dia melihat Daniel kecil sedang terduduk seperti tanpa nyawa. Namun dia tidak dapat menemukan Harry dan tuannya.

Setelah Peter mengamati kamar itu lebih lanjut selama beberapa saat, baru dia menemui keberadaan tuannya. Atau lebih tepatnya sisa dari keberadaan tuannya.

Hati Peter tercekat. Keringat dingin mengucur deras di punggungnya. Apa yang baru saja terjadi? Apakah mungkin bocah-bocah itu mengalahkan tuannya? Itu tidak mungkin! Bahkan Dumbledore pun tidak mampu mengalahkan tuannya, bagaimana mungkin bocah-bocah itu sanggup melakukan apa yang Dumbledore tidak bisa lakukan.

Kemudian tiba-tiba Peter tersadar. Ini bukanlah saatnya memikirkan hal itu. Saat ini dia harus cepat bergegas keluar dari rumah ini. Tidak, dia harus keluar dari Magical Britain dan kabur keluar negeri. Di sini dia hanya akan diburu oleh Orde karena pengkhianatannya dan juga oleh Death Eater karena dialah yang membawa Tuan mereka menuju ke kematiannya.

Peter segera memungut tongkat sihir Voldemort yang tergeletak di samping jubahnya dan kemudian segera berlari keluar dari rumah. Tidak sampai 5 meter dari rumah Potter, Peter mendengar suara 'POP' yang saling bersahutan. Ini berarti banyak anggota orde yang datang kemari. Merasa ciut nyali, Peter segera berubah menjadi tikus dan berlari melesat ke arah sungai. Dia yakin di sana dia tidak akan diketemukan. Dia bisa berdiam diri di sana hingga suasana kembali tenang, atau mengikuti aliran sungai ini dan kemudian ber apparate ketika sudah jauh.

==Warning! User Mana Capacity below Treshold==

==Preparing Emergency Mana Transfer==

==…==

==Overruled by Administrator==

==Emergency Mana Transfer Command is Terminated==

-MC-

Bersambung di Chapter 2 : Malam dimana semua itu dimulai, part 2 (The Boy-Who-Lived).

Upload : 21 November 2015. (Next update : 1-2 Minggu)