The Tales of King

.

Rated : T

Genre : Fantasy/Crime

Pairing : NaruFem!Sasu; ItaFem!Kyuu; GaaSaku; KibaHina

.

Naruto—story and character made by Masashi Kishimoto, fanfiction ini hanya diperuntukkan untuk kesenangan belaka. Tidak ada keuntungan yang didapatkan dari pembuatan cerita ini.

.

Summary : Bagi Uzumaki Naruto—seorang anak berusia 10 tahun—yang baru saja kehilangan ibu dan keluarga satu-satunya, dan tidak mengetahui siapa ayahnya adalah hal yang mengejutkan untuk menemukan semua orang di Konohagakure membungkuk padanya.

Mengetahui ayahnya adalah raja dari kerajaan besar bernama Konohagakure dan ia memiliki kakak perempuan bernama Namikaze Kyuubi, semua itu seolah menjadi cerita Cinderella untuknya. Namun, ia adalah seorang laki-laki di kisah ini.

.

.

"Aku ingin menjadi tentara wanita pertama yang akan menyabet 4 bintang di bahuku."

Semua orang tampak menoleh pada seseorang yang berbicara diantara kesibukan belajar mereka di salah satu sekolah dasar di Sunagakure. Gadis berambut panjang raven dengan mata onyx itu menatap kearah sang guru dengan tatapan datar dan juga tegas. Sementara beberapa orang mencoba untuk menahan tawanya dan berakhir dengan lemparan buku dari yang berbicara.

"I—itu adalah cita-cita yang bagus Satsuki-chan, tetapi berbeda dengan kerajaan Konohagakure, tempat kita memang kecil, namun sangat aman dari peperangan melawan Amegakure," Satsuki memalingkan wajahnya dengan wajah merengut, "—kita berusaha untuk menghindari peperangan. Itulah sebabnya tidak ada pengiriman tentara keluar Suna. Bahkan laki-laki sekalipun."

"Hn…"

"Sekarang—Uzumaki-kun?"

Sang guru menoleh pada salah satu anak yang tampak menutup matanya dan menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala. Terlihat tidak peduli dengan apapun yang dikatakan oleh sang guru yang tampak masih mencoba tersenyum padanya.

"Uzumaki-kun? Apa cita-citamu?"

"Tidak ada," sebuah jawaban singkat, anak itu tersenyum sinis masih menemukan bahwa jendela diluar itu lebih menyenangkan daripada pelajaran yang ada didalam kelas, "aku tidak punya cita-cita. Hanya ingin menjalankan hidupku ini dengan santai, dan mengakhirinya dengan damai. Aku bukan Satsuki -chan yang bahkan tidak bisa dianggap perempuan bahkan hanya dengan mendengar cita-citanya saja."

Anak-anak sekelas tertawa, dan sebuah buku tebal terlempar kearah Naruto yang segera ditangkapnya.

"Perang itu terlihat seru, tetapi lebih baik tidak terlibat langsung karena seperti yang Shikamaru katakan, itu merepotkan."

.

.

"Bwahahaha, Plot Twist yang benar-benar hebat Naruto!"

Anak dengan rambut cokelat dan tanda segitiga terbalik dibawah matanya tertawa sambil menepuk keras punggung anak berambut kuning. Mengaduh pelan, anak berambut kuning itu hanya tersenyum lebar dan menyenderkan punggungnya di kursi.

"Aku benar-benar mengatakan itu kok. Lagipula siapa yang mau menjadi tentara, selain Satsuki-chan tentu saja."

"Dobe, aku lebih baik daripada kau yang tidak punya cita-cita. Memangnya kau benar-benar mau menjalani kehidupan seperti itu? Membosankan, tidak seru, terlebih karena kau tidak punya kelebihan yang bisa diambil tidakkah kau mencoba untuk menjadi hal yang berguna?" Beberapa panah imajiner menusuk kearah Naruto yang membungkuk dengan tubuh gemetar.

"Kau punya hal yang ingin disampaikan Satsuki -chan?"

"Tidak. Hanya sedikit menceramahi orang bodoh yang tidak punya cita-cita."

"Oh, terima kasih sudah mengingatkan pengecut."

"Lebih baik seperti itu daripada sok berani dan akhirnya malah mati konyol bukan?"

Dan serang menyerang kalimat terdengar dari keduanya. Dan sebenarnya, tentu saja itu adalah pemandangan biasa dari kelas 4 Sekolah Dasar di Sunagakure. Sementara itu, ketiga temannya yang lain tampak tersenyum sambil menghela napas.

"Tidak akan heran kalau suatu hari mereka akan saling suka."

Dan semuanya mengangguk setuju.

.

.

"Selamat sore obaa-san!"

Naruto berjalan kearah rumah tetangga mereka yang berada di salah satu rumah sederhana yang ada disana. Menemui perempuan berambut hitam panjang yang mirip dengan Satsuki disana. Uchiha Mikoto—ibu dari Satsuki yang sudah berteman dengan ibunya sejak dulu.

"Bagaimana sekolahmu hari ini Naruto-kun?"

"Tetap—"

"Membuat masalah dengan mengatakan tidak ingin punya cita-cita dan mengejekku yang ingin menjadi tentara seperti Ita-nii," Satsuki berjalan begitu saja melewati ibunya yang menyapa Naruto didepan rumah mereka, dan masuk ke dalamnya.

"Satsuki! Maaf karena kelakuannya Naruto-kun," Mikoto tertawa canggung dan Naruto hanya menggeleng sambil tersenyum, "—sudah 2 minggu sejak Kushina… wafat. Apakah kau yakin tidak ingin tinggal dengan kami Naruto-kun?"

"Okaa-san tidak meninggal! Dia hanya pergi dan akan kembali! Makanya aku akan menunggu di rumah," Naruto menggelengkan kepalanya dan tampak mantap mengatakan satu hal yang membuat Mikoto menatapnya sedih.

Sebuah penculikan yang tidak berjejak membawa sebuah nama menjadi korban. Uzumaki Kushina—ibu dari Naruto dan satu-satunya keluarga dari Naruto diculik dan dianggap tewas 2 minggu yang lalu setelah sebuah paket berisi sebuah jari manis tangan berdarah dan cincin platinum polos disana dikirimkan dan dialamatkan di rumah kediaman Uzumaki.

Beruntung saat itu Uchiha Fuugaku—ayah dari Satsuki dan juga kepala badan intelegent internasional yang membuka paket itu. Naruto masih berusia 10 tahun, dan jika ia melihat itu tentu sebuah trauma mendalam akan benar-benar dirasakannya.

Walaupun keluarga Uchiha sudah berusaha untuk mengatakan pada Naruto jika Kushina sudah tewas, sepertinya anak itu tidak menerima kematian ibunya. Dan menolak permohonan pengasuhan dari Fuugaku.

"Naruto-kun—"

"Ah sudah sore, aku tidak bisa meninggalkan rumah terlalu lama!" Naruto tersentak seolah menghentikan perkataan dari Mikoto, "sampai jumpa besok Mikoto-baa-san!"

Dan Naruto berlalu sebelum Mikoto bisa mengatakan apapun lagi. Ia hanya menghela napas, menatap kearah Naruto yang semakin berjalan jauh hingga tidak terlihat. Tidak menyadari jika seseorang berjalan dan mendekatinya.

"Mikoto…?"

Perempuan itu menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya. Dan matanya segera membulat sempurna saat melihat siapa yang ada disana.

"Ka—kau?!"

.

.

"Tadaima…"

Naruto membuka pintu sambil berbicara seperti itu, seolah ia inginkan seseorang menjawabnya seperti biasa. Seperti sebelum kejadian 2 minggu yang lalu. Namun, pada akhirnya tidak ada yang menjawab dan hanya ada lorong rumah yang gelap dan kesunyian yang menyesakkan.

"…kaa-chan, kapan pulang…"

TOK! TOK! TOK!

"Kaa-chan!" Naruto menoleh saat mendengar suara dari pintu dibelakangnya. Dengan segera, ia berbalik dan menggeser pintu geser disana untuk menyambut siapapun yang datang meskipun ia tidak tahu apakah itu ibunya atau tidak.

Benar saja, beberapa orang tampak berdiri dengan senyuman yang aneh, membuatnya mundur selangkah.

"Si—siapa kalian?"

"Apakah kau Uzumaki Naruto-kun?" Naruto mengangguk dan menelan ludahnya dalam-dalam, "—kami dari dinas sosial mendengar jika ada seorang anak dibawah usia 17 tahun tinggal sendiri. Kami ingin membawany ke panti sosial…"

"Ti—tidak! A—aku harus menunggu kaa-chan!"

"Kami mendapatkan informasi jika ibumu sudah meninggal. Tidak ada yang bisa kau tunggu," salah seorang dari mereka tampak menggenggam erat tangan Naruto dan membuatnya semakin takut dan memberontak.

"Le—lepaskan aku! Kaa-chan… kaa-chan belum meninggal! Aku akan menunggunya!"

"Kami tidak bisa meninggalkanmu sendiri Uzumaki-kun, tidak tanpa wali sah yang bisa menjagamu."

"Lepaskan aku! Kaa-chan!" Naruto menutup matanya dan berteriak sambil menarik tangannya agar ia tidak dibawa oleh orang-orang itu. Sebelum ia bereaksi, seseorang sudah berdiri dibelakang orang-orang itu dan menahan bahu pria yang menggenggam erat bahunya.

"Ia punya wali yang sah…" Saat pria itu menoleh, ia menemukan seorang pria berambut kuning dengan mata biru, mirip seperti Naruto yang menatapnya dingin dan tajam, "—aku adalah ayahnya…"

"Ka—kau…"

"Naruto-kun, kau tidak apa-apa?!" Mikoto yang berlari dibelakang pria itu tampak segera menghampiri. Sementara pria-pria itu tampak berdecih sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan mereka bertiga sendirian.

"B—Baa-san…"

"Tidak apa-apa, kau sudah baik-baik saja Naruto-kun…" Mikoto memeluk Naruto dengan erat dan menenangkannya yang masih gemetar. Sementara dari bahu Mikoto, Naruto menatap pria yang menyelamatkannya tadi. Naruto bukan anak yang bodoh, ia bahkan sadar jika pria itu sangat mirip dengannya.

"A—anooo…"

"Ah," Mikoto melepaskan pelukannya dan menatap kearah Naruto dan pria itu, "—aku ingin kau bertemu dengan seseorang Naruto-kun…"

Naruto memiringkan kepalanya.

"Namanya adalah Namikaze Minato—"

"Raja dari kerajaan Konohagakure?!" Naruto menatap dengan tatapan berbinar kearah Minato. Mikoto menatap dengan tatapan kaget karena volume dan juga pengetahuan Naruto namun ia hanya menghela napas dan mengangguk.

"Ya, dan dia kemari untuk menjemputmu…"

"Menjemputku?"

"…dia adalah ayahmu Naruto-kun…"

.

.

"Kau akan pergi?"

Satsuki membulatkan matanya saat melihat Naruto yang keluar dari rumahnya dengan membawa beberapa tas yang ia yakini berisikan pakaian dan semua barang yang ia butuhkan untuk pindah. Naruto mengangguk dengan wajah merengut, namun menoleh pada Minato yang tersenyum padanya.

"Siapa dia?"

"…ayahku," Satsuki mengerutkan dahinya. Mengingat memori jika Naruto tidak pernah dikatakan memiliki ayah, dan ibunya juga tidak menikah. Hanya sebuah cincin di jari manis, namun tidak ada ikatan pernikahan, "sepertinya…"

"Naruto-kun, kau tidak percaya pada obaa-san?!"

"Aku hanya ingin bertemu dengan kaa-chan! Kau berjanji akan membawaku pada kaa-chan bukan?" Naruto menatap kearah Minato dengan tatapan kesal. Minato sama sekali tidak keberatan dengan tatapan itu dan masih tersenyum.

"Tentu, akan lebih aman menunggu denganku. Ibumu sudah tahu jika kau akan ikut denganku Naruto," Minato menepuk dan mengusap kepala Naruto yang membulatkan matanya sebelum memalingkan dan menepis tangan Minato. Minato hanya tersenyum kaku dan menghela napas, "—terima kasih untuk semuanya Mikoto, karena sudah menjaga Naruto."

"Tentu, kalau ia ingin kembali dan bermain dengan Satsuki aku akan menyambutnya dengan senang hati."

Naruto dan Satsuki saling bertatapan, tidak mengatakan satu patah katapun selama beberapa saat sebelum Satsuki menghela napas, "jadi kau benar-benar akan pergi?"

"Aku harus menunggu kaa-san, dan kurasa aku tidak akan pergi terlalu lama," Naruto terkekeh dan menatap Satsuki yang memalingkan wajahnya dari Naruto, "—jangan merindukanku! Aku hanya akan pergi sampai ibuku pulang! Lagipula, aku sama sekali tidak tertarik tinggal di tempat penuh perang seperti Konoha!"

Dalam beberapa saat, baik Minato maupun Mikoto tampak saling bertatapan dengan wajah sedih. Namun Minato hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanda Mikoto tidak perlu mengatakan apapun.

"Benar juga, dunia akan terbalik jika kau bisa bertahan 1 hari saja ditengah perang seperti itu."

Naruto mengangguk meyakinkan Satsuki, namun mereka kembali berdiam diri hingga kedua tangan Naruto bergerak. Menyentuh kedua pelipis Satsuki, dan mengecup dahinya pelan. Sebagai tanda perpisahan, dan membuat semua orang terdiam.

"Aku akan kembali, tenang saja!"

.

.

"Bagaimana sekolahmu sampai saat ini Naruto?"

"Tidak ada yang istimewa…"

"Kau makan teratur dan tidak pernah menghabiskan uang hanya untuk makan ramen kan?"

"Semenjak kaa-chan pergi, aku selalu melakukannya, tetapi Mikoto-baa-chan selalu melarang dan menarikku untuk makan di rumahnya."

"Sepertinya kau dekat dengan Satsuki?"

"Dia hanya teman kecilku karena Mikoto-baa-chan, Itachi-nii-chan, Fuugaku-jiji selalu baik padaku."

"Bukan karena kau menyukainya?"

Dan sebuah pertanyaan absurd membuat Naruto menoleh pada Minato yang tertawa sambil menggaruk dagunya dengan telunjuknya. Saat ini, Naruto sudah berada di perbatasan antara Sunagakure dan juga Konohagakure. Dan pembicaraan hanya terjadi sepihak saat Minato selalu yang bertanya dan Naruto menjawab seadanya.

"Kau tidak ingin menanyakan sesuatu?"

"Hanya satu, kalau kau memang ayahku—kenapa kau tidak pernah ada?" Naruto memang baru berusia 10 tahun, namun ia selalu mengerti jika ibunya selalu menangis diam-diam jika ia menanyakan tentang ayahnya. Hingga ia memutuskan untuk melupakan sosok ayah yang selalu membuat ibunya menangis.

"Kau akan mengerti mulai sekarang Naruto…" Naruto hanya mengerutkan dahinya dan menatap Minato yang hanya tersenyum sedih. Minato menggerakkan tangannya, menarik Naruto dan membuatnya meletakkan kepalanya dipangkuan pria itu, "—tidurlah, aku akan membangunkanmu saat kita tiba. Kakashi, aku ingin kau mempercepat laju kendaraan."

"Baiklah Yang Mulia."

Naruto ingin memberontak, namun entah kenapa…

.

.

Kehangatan itu yang ia rindukan selama 2 minggu—sama seperti saat ini.

.

.

"Selamat datang Yang Mulia, kami sudah menunggu kedatangan anda dan pangeran."

Naruto hampir melompat kaget saat melihat bagaimana para butler dan juga maid berbaris dibalik pintu depan sebuah istana. Ia hampir mengira kalau ini adalah istana yang sering ia lihat sebagai pajangan di pintu masuk Disneyland yang pernah ia temui dengan ibunya.

Namun tentu bedanya adalah saat ini, istana itu bisa dibuka dan semua orang yang bertemu dengannya selalu membungkuk hormat. Beberapa orang berseragam militer memang berjaga dengan siaga didepan pagar istana, benar-benar ketat hingga mungkin seekor kecoapun tidak akan mungkin bisa masuk ke dalamnya.

"Namaku adalah Uzumaki Naruto, salam kenal!" Naruto meninggikan suaranya secara tidak sadar, membuat semua butler dan juga para maid terkejut mendengarnya. Minato mencoba menahan tawa, sementara Kakashi berdehem berusaha untuk menyadarkan sang raja.

"Kau tidak perlu kaku Naruto, aku akan memperkenalkan butler yang akan membantumu mulai sekarang," Minato menoleh pada salah satu butler berpakaian kemeja dengan rompi hitam, berambut hitam dikuncir dan luka dibagian hidungnya.

"Dia adalah Umino Iruka, jika ingin meminta apapun kau bisa mengatakan padanya."

"Selamat datang di istana Konohagakure pangeran, saya akan melayani anda mulai sekarang."

Naruto sedikit canggung hingga mencoba bersembunyi dan menatap Iruka yang masih tersenyum ramah. Sikap semua orang membuatnya benar-benar tegang, dan ia tidak suka itu. Sementara ayahnya memperkenalkan satu per satu maid, Naruto hanya diam mendengarkan tanpa menyentuh apapun bahkan ayahnya.

"Ada seseorang yang aku ingin kau temui."

"Sia—"

"KELUAR KERIPUT JELEK! APA-APAAN KAU SEENAKNYA MEMBUKA KANCING PAKAIANKU!" Suara itu membuat semuanya menoleh pada lantai dua lorong yang terlihat dari ruangan depan nan luas disana. Gadis berambut merah panjang dengan mata berwarna orange dan pupil tajam tampak marah mencoba untuk menutupi pakaian yang kancingnya terbuka sebagian.

"Kyuu, kecilkan suaramu—kau bisa membuat kakekmu serangan jantung lagi." Minato tertawa seolah itu adalah sesuatu yang biasa.

"SALAHKAN TUTOR MESUM YANG AYAH BERIKAN PADAKU! DIA MENGINTIP DAN AKAN MELAKUKAN HAL YANG TIDAK BENAR SAAT AKU AKAN MENGGANTI PAKAIAN!" Naruto tampak semakin bersembunyi saat mendengar suara yang bisa ia bandingkan dengan suara ibunya saat marah.

"Aku tidak pernah berani untuk melakukan itu pada anda tuan putri," suara bariton itu cukup membuat Naruto menoleh dengan mata membulat. Ia kenal dengan suara itu, hingga seorang pria dengan pakaian militer khas Konoha itu kini berdiri disamping gadis berambut merah panjang itu, "tetapi pakaian yang anda gunakan tidak pantas dengan status anda."

"Memangnya aku peduli?! Aku bukan seorang puteri yang hanya ingin dianggap putri hanya karena pakaian dan kekayaanku!" Gadis itu menepis tangan pemuda itu saat pemuda itu mencoba untuk menyentuhnya lagi, "otou-san! Kau tahu jika ada peraturan—"

"Peraturan kerajaan pasal 23 ayat 7 dengan amandemen tahun 2015. Bahkan para pengawal tidak boleh menyentuh sama sekali anggota kerajaan selain itu dalam keadaan berbahaya."

"Aku tahu kau mengetahui itu! Kau pemuda aneh 18 tahun yang menghapal seluruh pasal dan peraturan kerajaan setebal 1000 halaman! Dan kenapa kau masih melakukannya?!"

"Apa yang anda lakukan itu sudah cukup berbahaya untuk mengundang para pria hidung belang untuk menyerang anda tuan putri," gadis itu mengeratkan kepalan tangannya dengan thick mark jelas terlihat di kepalanya.

"Yang kulihat saat ini pria mesum yang kutahu adalah pemuda berkeriput dengan rambut panjang yang diikat. Tidak ada yang lainnya."

"Aku akan mencoba mencarinya, apakah anda bisa lebih spesifik untuk menggambarkannya?" Dan gadis itu tampak gemetar hebat tubuhnya menahan amarah. Tidak pernah sadar dan tidak pernah peduli jika Naruto dan yang lainnya sedang menonton mereka.

"Ita-nii!" Naruto berlari, dan Minato membiarkannya. Ia tahu jika Naruto akan cukup tenang jika ada satu orang yang ia kenal. Beruntung Itachi—kakak tertua dari Satsuki yang berusia 18 tahun dan merupakan tentara berbintang 3 termuda dan tentara jenius dengan sejuta taktik yang bisa ia pikirkan dalam sekejap.

"Naruto?" Dan Itachi tidak sempat terkejut saat Naruto berlari dan menubruknya hingga Itachi hampir jatuh. Kali ini gadis berambut merah itu yang terkejut dengan pemandangan didepannya, "—aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini."

"Untung saja ada Ita-nii! Tetapi kenapa Ita-nii ada disini?"

"Sejak 1 tahun yang lalu aku sudah menjadi pengawal sekaligus tutor dari putri pertama kerajaan Konohagakure—Namikaze Kyuubi," Itachi tersenyum sambil mengusap kepala Naruto dan menggendongnya.

"Eh?"

"Aku akan memperkenalkannya padamu Naruto, dan kurasa kau sudah kenal dengan Itachi, jadi—" Minato tersenyum sambil menepuk pundak gadis berambut merah disampingnya, "—namanya adalah Namikaze Kyuubi. Putriku yang berusia 17 tahun, dan tentu saja dia adalah kakak perempuanmu. Dan Kyuu, jagalah Naruto mulai sekarang karena dia adalah adikmu."

"Haaaaaah?!"

To Be Continue

Hay-hay, ketemu lagi setelah sekian lamaaa! Ceritanya saya dengan telatnya demen sama kira-kira 5 scene dari dorama King 2 Hearts terlebih jadi pengen bikin ffic yang temanya kerajaan. :')

Ini bakal ada dua scene—yang scene pertama untuk cerita tentang kehidupan Naruto saat masih kecil dan pisah sama Satsuki, dan satu scene lagi itu nanti pasti dia sudah gede. Yang ini mungkin bakal agak lama dan belum ada romance antara Naruto sama Satsuki.

Tapi untuk Itachi sama Kyuubi ;) sudah ada walaupun belum kelihatan bener.

Note : untuk ffic dua-duanya yang lain saya hiatusin sampai waktu yang tidak ditentukan ya ^^; entah kenapa saya jadi kurang sreg sama NaruHina ataupun ToneHina :) jadi, jangan review buat minta lanjut yaaa~~~ #siapayangminta?

.

.

Let's Play Some Game!

Kalau saya dapat minimal 10 Review (yang ga cuman bilang lanjut dan sejenisnya) sampe jam 7 malam besok, kalau kalian mau saya bakal publish chap selanjutnya besok jam 7 malam.

.

Kalaupun ga sampe sana ga papa kok—tapi agak lama publishnya :3 dan kalaupun mau ga dilanjutin saya bakal manut aja *bows*

.

Kripik dan Saran?