A/N:

Hei minna-san! *lambai2 semangat* saya author baru grees fandom ini. Jujur saja saya gak ngikutin seri anime naruto begitu lengkap, masalah hashirama dan madara saja sebenarnya saya dengar dari teman (lihat tapi menclong2) jadi maaf kalau ada yang beda dari orisinilnya

Basic storynya saya dapat dari Akira1008-san

Aah...hampir lupa...

WARNING: CROSS GENDER, sedikit Typo, gaje, ketidak cocokkan setting dengan animenya dan OOC

Pairing : Hashimara/ FEMALE Madara.

OXO

Tanpa sadar aku melakukannya

.

.

.

.

.

Hanya karena ia memintaku

.

.

.

.

.

.

Aku melakukannya

.

.

.

.

.

Bukannya seharusnya ada cara

Yang lebih baik ?

.

.

.

.

.

"...kau tak perlu menyesalinya. Bukannya aku yang menggodamu ?"

Seorang wanita meletakkan segelas teh di atas meja kayu, di depan seorang pria berambut panjang yang terlihat depresi memandangi kedua tangannya yang terlipat di atas meja tersebut

"hei!, lihat aku" nada wanita itu menajam setelah diabaikan oleh sahabatnya. Ya, seharusnya mereka adalah sahabat, teman masa kecil, tapi semenjak malam itu hubungan mereka berubah menjadi rumit.

Malam itu, Madara, wanita cantik yang sekarang berada di sampingnya itu mengajaknya melakukan itu. Meski hanya kekalutan sementara karena kesedihan yang mendalam karena Izuna mati,Hashirama menerimanya, ia tak bisa menahan hasratnya sebagai laki-laki untuk menolak wanita yang selama ini selalu di cintainya.

Malam yang dingin waktu itu menjadi kenangan yang manis namun menyakitkan,seolah mereka mamadu kasih di sebuah gua yang di luar sana sedang badai salju. Tak seharusnya mereka bersama, mereka memang tak ditakdirkan bersama namun karena kekalutan mereka melakukannya

.

.

.

.

.

.

Dan semuanya sekarang menjadi rumit

.

.

.

.

.

.

Sudah ada sebulan semenjak malam itu, dan sekarang Madara hamil muda. Sebagai laki-laki sudah kewajiban Hashirama untuk menikahinya dan menjadi ayah untuk anak dalam kandungan tersebut.

Dia senang hati akan melakukannya, dia mencintai Madara, dia mencintai bayi itu juga. Tapi sekali lagi, ini bukan takdir mereka .

Sebagai calon pemimpin klan Senju yang terhormat dan yang terkuat. Yang di masa depannya nanti akan diharapkan memimpin sebuah desa impian, Konoha. Ia harus menikahi seorang wanita dan wanita tersebut bukanlah Uchiha Madara yang dicintainya ini, melainkan Uzumaki Mito

Dengan bergabungnya Senju dan Uzumaki akan membuat penopang desa semakin kuat. Dari awal ini sudah di rencanakan oleh para tetua untuk keberhasilan membangun desa, itu keberhasilan mereka tapi bukan keberhasilan seorang Hashirama Senju yang ingin menggapai cita-citanya untuk membagun sebuah keluarga kecil bahagia bersama wanita yang ia cintai

"Hashirama!" panggil Madara masih dengan suara menusuk "ini kesalahanku, kau tak perlu memikirkannya aku tahu selama ini Senju dan Uchiha saling bentrok untuk menjadi yang terkuat ,tapi sekarang hanya pikirkan untuk membangun desa! Bahkan Uchiha juga ingin mengurangi korban penduduk sipil. Kita harus membangun desa yang damai"

"Madara" akhirnya Hashirama mendongak ke atas menatap wajah cantik Madara yang mencemaskannya "asal kau tahu. Malam itu, aku tak menyesalinya " sambungnya r seraya tersenyum lembut "yang kupikirkan sekarang bukan bagaimana menutupi hal tabu ini. Aku memikirkan bagaimana caraku mendapatkanmu. Aku mencintaimu" tuturnya tegas namun masih lembut

Wajah Madara memerah mendengarnya. Ini pertama kalinya ia mendengar pengakuan Hashirama, aneh memang, mereka yang bersahabat dari kecil sampai sedewasa ini tak mengerti perasaan satu sama lain

"a...aku juga" balas Madara sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang semakin memerah di balik rambut hitam bergelombangnya "kau pikir kenapa aku melakukannya denganmu jika aku tidak punya...perasaan..seperti ini..."

Hashirama tersenyum senang mendengar balasan tersebut, ia segera berdiri dan memeluk wanita yang dicintainya itu "takdir memang kejam, tapi...apa yang akan kau lakukan Madara ?"

"...tidak tahu, tapi...kita tidak punya pilihan bukan?" Madara membalas pelukan erat tersebut "aku senang kau menghadiahiku anakini sebelum kau akan menikah dengan Mito"

"aku tidak ingin meninggalkanmu, meski ribuan orang akan menghinaku, mencaci makiku, membenciku, atau bahkan jika Konoha tidak akan menjadi desa impian"

"jangan berkata begitu...itu tanggung jawabmu kau tak akan bisa kabur darinya dan lebih baik tidak "

OXO

Uzumaki Mito. Wanita yang tak kalah cantik dari Madara. Berbeda dengan Madara yang terlihat lembut, ia terlihat tegas dan juga elegan. Rambutnya berwarna merah dan lurus, selalu di ikat menjadi dua dan dibuat bola di masing-masingnya

Seharusnya wanita secantik itu mendapatkan cinta yang sesunguhnya dari seorang pria, bukan dari Hashirama, pria yang akan mencintainya secara terpaksa. Sambil menggandeng Hashirama ia tak tahu kalau tunangannya itu telah menghamili wanita lain

"minggu depan...minggu depan kalian akan menjadi suami-istri yang paling berkuasa di Konoha"

Benar saja, Hashirama sudah terlantik menjadi Hokage pertama dan sekarang telah dipahatkan wajahnya ke tebing gunung di balik kantor desa

Meski di sampingnya berdiri Mito, meski saat ini para pak tua dan bu tua berbicara tanpa henti di depannya. Tak satu katapun ia memasukkannya dalam pikirannnya, pikirannya di penuhi oleh Madara. Wanita cantik berambut panjang sepundak yang memiliki kebiasaan memutar rambut hitam bergelombangnya itu dengan jari saat ia berpikir atau gelisah. Bibir mungil merah mudanya itu selalu tersenyum padanya atau mungkin cemberut saat Hashirama melakukan sesuatu yang tak di senanginya. Saat sakura berguguran ia akan mendongak ke atas sambil berputar menikmati pemandangan pink dan biru langit di atasnya. Kulitnya seputih salju dan lembut selembut sutera Hashirama masih ingat sensasinya saat menyentuhnya malam itu

Menikahi orang selain Madara sungguh menyakitinya, dan suatu saat nanti mungkin akan menyakiti Mito, karena ia tak akan bisa memberikan cintanya pada wanita berambut merah tersebut

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tak hanya Hashirama yang harus menikahi orang tak dicintainya. Kehamilan Madara di ketahui oleh keluarganya, seperti biasa Uchiha yang elit tak ingin nama baiknya tercemar meraka segera menjodohkan Madara dengan Hikaku

Hikaku baik dan lembut padanya. Berbeda dengan Hashirama yang ingin melawan takdirnya, Madara justru akan menerimanya dengan tangan terbuka dan mensyukurinya, ia bersyukur ia telah di jodohkan dengan Hikaku

" sakit..tidak seharusnya pak tua itu memukulmu sekeras itu bukan?" Hikaku menempelkan sapu tangan basah pada pipi kiri Madara yang memerah "dia menamparmu kuat sekali "

"aku pantas mendapatkannya..." Madara tak banyak bergerak, membiarkan tunangannya mengompres pipinya "ia pasti marah sekali...sampai sekarang...aku memalukkan bukan? Seharusnya kau juga menamparku, aku membuatmu harus menikahi wanita ak jelas sepertiku"

"maaf" lanjutnya dengan suara lirih dan lemah

"ayah bayi itu Hashirama bukan?" Hikaku tersenyum tipis "kau bukan wanita tak jelas, buktinya aku tahu siapa ayah bayi yang dalam perutmu itu. Dan..aku tak keberatan menerimamu apa adanya "

"aku senang kau jujur..dan aku tak akan pernah menganggapmu hina, Madara"

Begitulah. Hikaku sangat baik padanya, Madara tak punya alasan untuk menolak pertunangan mereka, ia bukan perempuan yang percaya dengan adanya dongeng yang berakhir dengan indah. Ayolah, di dunia ini tak ada yang seberuntung Bella (Beauty adn the Beast) atau Ariel (Mermaid)

Kedua heroine itu hampir saja tak mendapatkan cinta sejati mereka namun dengan usaha keras mereka memang jika tak berusaha melawan rintangan di depan kita tapi ia hanya berusaha menghadapi kenyataan

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

OXO

"selamat..."

Rasanya jantungnya akan meledak saja, rasanya dadanya sakit sekali. Orang pertama yang mendekatinya dan menyelamatinya adalah Uchiha Madara

"semoga kalian berbahagia" sambung Madara sambil tersenyum tipis pada Hashirama yang memucat

"terima kasih" balas Mito tersenyum ramah di sisi Hashirama "kedengar kalian juga akan menikah minggu depan"

Madara hanya tetap tersenyum tak menjawab pertanyaan wanita berambut merah itu, sebagai gantinya Hikaku menjawabnya "iya, begitulah" ia tersipe sambil mengusap belakang lehernya

Tak ada yang tahu selain Uchiha dan Hashirama jika Madara sedang hamil, jadi pernikahan mereka di depan publik adalah normal

"maaf, bisa kau ikut denganku sebentar Hikaku ?" tampaknya Hashirama tak tahan lagi "aku ingin berbicara sebentar denganmu"

"..." senyum Hikaku menghilang dan digantikkan pandangan mata yang tajam, setajam pisau. Bukan berarti ia tak menyukai ajakan Hashirama tapi ia sedang membalas tatapan Hashirama yang tajam dan juga dingin padanya. Beberapa detik mereka saling menatap seperti itu sampai akhirnya si Hikaku tersenyum tipis sambil mengangguk "baiklah"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kira-kira apa yang ingin dibicarakannya ?

Mata Madara mengikuti mereka berdua sampai di depan pintu lalu tersenyum pada Mito yang masih di depannya "bukannya tidak baik meninggalkanmu sendiri di sini?" ia membelai pipinya sendiri dengan elegan "kebiasaan buruknya tak pernah hilang untuk tidak mengerti perasaan wanita"

"hmm...begitulah dia, terlihat sangat dingin" Mito mengangguk kecil "selama aku berjalan-jalan dengannya ...dia selalu berjalan cepat"

"...dia...membiarkanmu di belakang ?" wajahnya menunjukkan wajah kebinggungan, jujur saja Hashirama itu tipe pria yang lembut tak mungkin membiarkan pasangannya berada di belakang "kenapa tidak kau mengomelinya ?"

"hahaha...wajahmu seperti mengatakan kalau kau tak pernah melihat Hashirama seperti itu. Meski kau baru saja mengoloknya kalau dia tidak mengerti perasaan wanita "

"ya, dia tidak mengerti perasaan wanita. Tapi...dia baik"

"aku tahu itu..."

.

.

.

.

.

.

.

.

Dia baik. Aku tahu itu

Kuharap dia tidak akan mencampakkan Mito atau membuat Hikaku mencampakkanku

Bodoh. Aku lupa bagaimana dia sellau keras kepala dan pantang menyerah

Mungkin dari dulu aku menjauhi tipe sepertinya

Mito, selain cantik juga sebenarnya menyenangkan. Ia bisa berdiri dengan si rambut merah itu selama berjam-jam, mengobrol dengannya. tak enak hati untuk iri pada wanita sebaik Mito

Selama perjalanan pulang Madara masih saja bisa membicarakan topik yang di bicarakannya dengan Mito tadi, meski Hikaku tak terlalu meresponnya. Sungguh tak biasanya Hikaku mengabaikannya seperti ini

"Hashirama mengatakan sesuatu ?" tanyanya agak tajam karena bosan diabaikan

"tidak...dia tidak mengatakan hal yang khusus" jawab Hikaku masih menghadap depan, tak melirik Madara sedikitpun

"..." wanita yang diabaikan dari tadi merasa geram dan kesal. Ia mengulurkan tangannya menarik lengan Hakama Hikaku "tunggu, dia mengatakan sesuatu bukan?" nadanya semakin mendalam, memaksa pria yang lebih tinggi darinya itu untuk menoleh padanya "katakan padaku !" mintanya memerintah "agar aku bisa menamparnya saat aku bertemu dengannya...jika dia mengatakan sesuatu yang bodoh. Tentangku ataupun tentangmu"

Hikaku menelan ludahnya sendiri saat bertatap mata dengan Madara. Saat pujaan hatinya seperti ini membuatnya gagap dan canggung "mm...sungguh tidak ada " ia mengulangi jawabannya sambil tersenyum tipis. Siapapun juga akan tahu kalau ia berbohong ada sinar tidak kejujuran yang menyala dari matanya

Madara mendengus penuh kekesalan "baiklah" ia membuang mukanya dan kembali berjalan mendahului tunangannya. Ingin rasanya Hikaku berlari megejar dan memeluk wanita yang sedang merajuk itu, karena saat Madara seperti ini terlihat manis menurutnya

Aku tahu...kalau dia sebenarnya masih belum menyerah untuk melawan takdirnya

Mengejarku ? ooh ayolah untuk apa mengejar wanita sepertiku ? Mito juga wanita yang baik. Apa masalahnya ?

Pikirnya, hanya itu yang bisa dipikirkannya saat mendapati Hikaku yang seperti ini. Mungkin, mereka berdua sedang membicarakan dirinya

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

OXO

"...LEPASKAN AKU!" Madara menarik paksa tangannya dari cengkraman Hashirama "APA YANG KAU PIKIRKAN?" saat tangannya terbebas dari cengkraman pria yang tidak kalah kesal darinya itu, ia mengosok pergelangan tangannya yang nyeri "APA KAU SUDAH GILA?"

"lalu apa yang harus kulakukan?"

Daripada Madara Hashirama terlihat lemah dan putus asa. Ia menunduk membiarkan Madara membentaknya, dia tahu kalau ini bodoh dan gila, dia yang sekarang adalah suami orang menarik tunangan orang lain seperti ini

Besok lusa giliran Madara yang akan menikah dan setelahnya ia akan menjadi istri orang. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam sampai ke luarnya, tentu ia tak akan pernah menginginkannya

Tampaknya pujaan hatinya itu sudah muak sekali dengan kelakuannya dan akhirnya— "...ini bukan urusanmu"— membalas ketus Madara tajam sekali "aku tahu hubungan kita begitu mendalam tapi...kau pikir aku tak membencinya ?" ia memegang erat kerah kimononya "kau pikir, kau pikir, aku tak sedih ? oke kau adalah ayah dari anak ini. Tapi kita tak bisa bersama meski saat inipun kita mati bersama! Kau suami Uzumaki Mito sekarang dan aku! Tunangan Uchiha Hikaku dan besok lusa adalah pernikahan kami!" ia menghela nafas untuk mengambil jeda "lalu apa yang ingin kau lakukan sekarang dengan menarikku masuk ke dalam hutan seperti ini? Membawaku lari bersamamu ?"

Ooh Kami-sama ini benar-benar pertengkaran batin bagi mereka berdua, teruatama untuk Hashirama. Tampak Hashirama semakin merunduk dan termenung setelah mendengar semua ungkapan hati Madara. Dia tahu kalau wanita lembut di depannya ini sedang marah , bukan ,bahkan murka sekarang, tentu bukan untuk dirinya kemurkaan tersebut melainkan masih takdir mereka

"geez...sudahlah" Madara menghela nafas dan mengulurkan tangannya menyentuh pipi Hashirama "jika di kehidupan kita kali ini kita tidak berjodoh, kita bisa menunggu kehidupan yang lain" tangan putihnya yang halus itu meluncur dari pipi lalu ke dagu, mengangkat pelan kepala Hashirama "Hikaku pria yang baik, terdengar kejam memang kalau dia pantas menggantikanmu. Tapi...ya, aku bersyukur jika dia yang akan menjadi suamiku" ungkapnya seraya tersenyum lembut dan itu adalah yang paling lembut yang pernah dilihat Hashirama "jadi...kau tak perlu mengkhawatirkanku. Kau tahu, aku adalah wanita yang kuat"

*greeb!*

Tanpa berkata apapun Hashirama memeluk Madara seerat mungkin, tanpa sadar ia meneteskan air matanya. Aah dia yang sekarang adalah Hokage dan dia adalah lakilaki benar-benar kalah telak dengan wanita dalam pelukannya ini. Memang, pria tak akan pernah tahu kalau sebenarnya wanita lebih tegar dan kukuh dari pada pria

"bersyukurlah kau membawaku ke dalam hutan. Tak akan ada yang melihat ini" gumam Madara, juga membalas pelukan Hashirama "aku tak akan meminta permintaan yang egois padamu...tapi untuk sekali saja aku ingin memintanya" ia menutup matanya dan mendongak "bisa kau menciumku seperti malam itu ?"

"..." si pria tak mengatakan apapun dan segera melumat bibir mungil si wanita

.

.

.

.

.

.

Ciuman perpisahan...

.

.

.

.

.

.

.sekali lagi, mereka merasakan perasaan yang membingungkan ini

.

.

.

.

.

Hal yang manis

Tapi juga...

.

.

.

.

.

.

Pahit

.

.

.

.

.

.

.

Dan dengan berat hati dan seluruh penyesalan di muka bumi, saya nyatakan fanfiction ini

BERSAMBUNG...

A/N :

Kiranya bakalan jadi one-shot tapi malah ditengah jalan buntu dan akhirnya sampai sinilah hubungan mereka . Saya mempublish fanfiction ini untuk mengetahui apa kesan dan pesan readers saat membaca fic ini (ya, saya tahu ini amburadul) terutama untuk jalan ceritanya, ayolah sudah saya bilang saya masih tak begitu mengerti bagaimana jalan cerita NARUTO seutuhnya (seperti bagaimaana hubungan Senju dan Uchiha, bagaimana adik Madara mati dsb) . Jadi mohon maaf sebesar-besarnya. Yaa..saya membuang setting aslinya dan membuatnya seenak jidat di sini :p

Saya harap ada review. Yang tersusun dari kritk dan saran. Ya! Saya butuh keduanya...

THX FOR READING !

Dan spesial untuk Akira-san :

Mengecewakan ? hahahaha saya benar-benar minta di saat bolong begini memang kepala ini memang minta di penggal /eh jangan ekstrim tuh/ baiklah dipukul. Ya, semoga masih bisa menambah asupannya yaa~