Chapter 6

FRIENDSHIP

By : Han Kang Woo

Cast : Xi Luhan, Oh Sehun, Exo Member, etc.

Main Cast : HunHan

Genre : Romance

Warning : BL (Boys Love), Banyak Typo, FF ini hanya pinjam nama saja

Rated : T

DLDR

= Happy Reading =

O…O…O…O…O…O…O…O…O

o

o

o

o

Suasana seakan mencekam. Baru saja Luhan menyatakan perasaannya yang tersimpan selama 3 tahun lamanya. Matanya mencoba menatap mata Sehun, dengan kedua tangan yang terulur memegang sebuah coklat khusus untuk namja tampan itu.

Masih hening.

Sehun belum memberikan tanggapannya. Namja cadel itu memperlihatkan ekspresi yang sulit ditebak. Matanya agak menyipit, sedikit tajam.

Sedangkan Luhan merasakan kelegaan karena berhasil mengungkapkan perasaannya secara langsung, kini dia hanya harus menunggu tanggapan Sehun.

"Maaf, jika aku harus jujur. Aku tidak bisa menyimpan rasa ini lebih lama... Aku...aku sangat menyukaimu Sehun ah." ulang Luhan, disertai desahan panjang. Dia untuk kesekian kalinya berkeringat dingin, terutama dibagian dahi dan telapak tangan.

Pertaruhan cinta seorang Xi Luhan ditentukan hari ini.

Menunggu, menunggu dan masih menunggu.

Lalu...

Sehun menggeleng pelan, kemudian membalik tubuhnya. Namja itu berlalu alias pergi tanpa mengucapkan apa apa. Tap tap tap. Dia meninggalkan Luhan.

Deg.

Tertusuk sangat dalam, Luhan memandang siluet Sehun yang menghilang dibalik pintu. Tidak terasa air matanya jatuh, menetes.

Tes tes tes.

"Hiks hiks hiks..." Luhan terisak isak pelan, kedua tangannya yang memegang coklat untuk Sehun semakin bergetar hebat.

Namja China itu merosot, duduk dengan ditopang kedua lututnya. Sehun meninggalkannya tanpa jawaban, tanpa kepastian, semua terasa menggantung.

'Sehun tidak menanggapinya. Sehun pasti membenciku... Ya Tuhan... Aku menghancurkan persahabatan ini... Hiks hiks..." batin Luhan, matanya seketika memerah, cairan bening itu terus jatuh, membasahi pipinya.

Cintanya ditolak tanpa jawaban oleh Sehun. Semuanya terasa hampa, dunianya seakan runtuh dan hancur. Semua hilang, semua sirna.

Luhan menggenggam erat coklat untuk Sehun ditangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menghapus pelan air matanya yang keluar. Dia mencoba tegar dan kuat, walau sulit.

Perlahan namja bermata rusa itu berdiri, dia melangkahkan kakinya pelan. Air matanya tumpah lagi, namun dia lekas menghapusnya dengan punggung tangannya. Dia ingin pulang, ingin pergi.

Tanpa menunggu lagi, namja itu berlari, menerobos pintu ruang vokal yang sedikit membuka. Tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, dia memilih keluar dari sekolah melalui pintu belakang. Pesta perpisahan sekolah yang penuh seremonial dan hiburan jelas tidak diikutinya. Dia terus berlari, sambil menahan perih dihati.

Luhan pulang sambil membawa duka nestapa.

o

o

o

o

O...O...O...O

Luhan membenamkan wajahnya dibantal kesayangannya. Dia menangis sejadi jadinya, kadang berteriak untuk menumpahkan dan melepaskan rasa kecewa dan lukanya.

"Arggghhhh..." Luhan berteriak keras, lalu menyumpal mulutnya dengan ujung bantal. Dadanya naik turun.

Lalu hening.

Isakan namja itu masih terdengar sesekali. Dia mencoba bermeditasi singkat ala China, agar perasaannya kembali normal.

"Semua salahku...salahku. Seharusnya aku tidak mencintai Sehun, seorang namja yang tidak bisa kugapai, sahabatku sendiri." gumam Luhan, lirih.

Dia berpikir lama, sangat lama, hampir sejam lamanya. Ditatapnya barang barangnya yang sudah di kemas, karena besok sore dia sudah harus pulang ke Tiongkok, kampung halamannya.

Setelah mendesah beberapa kali, akhirnya Luhan memantapkan dirinya.

"Baiklah. Aku akan melupakannya. Hari ini juga aku akan pulang." Luhan berkata pada dirinya sendiri, meyakinkan diri dengan pilihannya.

Brrt.. Brtt.. Tiba tiba ponselnya bergetar pelan, ada pesan yang masuk. Bukan hanya pesan, namun panggilan juga. Telefon dari Kyungsoo yang sedari tadi berbunyi sama sekali tidak diangkatnya.

Luhan meraih ponselnya, membuka menu pesan dan membaca pesan dari Kyungsoo :

'Luhan, kau dimana? Aku baru saja ke ruang vokal, tapi kau tidak ada. Sehun juga menghilang. Apa semuanya lancar?' begitu isi pesan Kyungsoo.

Luhan mendesah lagi, jari jemarinya bergerak slow dan mengetikkan balasan.

'Maaf Kyungsoo. Semua baik baik saja. Hari ini juga aku memutuskan pulang ke China. Aku tidak akan melupakan persahabatan kita berenam.' balas Luhan.

'Apa? Pulang? Bukankah jadwal pesawatmu besok?'

'Maaf Kyungsoo. Tapi aku sudah memutuskan hari ini pulang. Aku sudah mengecek jadwal pesawat Seoul - Beijing hari ini dan masih ada yang kosong.'

'Luhan, ada apa ini? Kenapa mendadak begini. Jelaskan padaku? Apa Sehun menolakmu? Apa kata Sehun? Jelaskan Luhan.' Kyungsoo mendadak panik, pesannya beruntun.

'Tidak ada apa apa Kyungsoo. Maaf, Aku harus siap siap. Aku menyayangi kalian semua.' Send. Itu adalah pesan terakhir Luhan, namja itu dengan berat hati menonaktifkan ponselnya.

Setetes air mata kembali melinangi pipi Luhan, dia lagi lagi menghapusnya dengan cepat. Harus tegar. Harus.

Persahabatan lebih penting dari pada rasa cinta. Itu prinsipnya selama ini, prinsip yang membuatnya bertahan selama 3 tahun, bertahan mencintai Sehun diam diam, bertahan untuk tidak jujur dengan perasaannya, bertahan dan terus bertahan. Hingga akhirnya beberapa jam yang lalu dirinya mengungkapkan semua rasa itu, rasa yang tersimpan dalam dalam. Namun apa yang didapatkannya? Sehun malah meninggalkannya tanpa jawaban.

'Aku harus pergi, dan melupakan cinta ini.' Luhan memantapkan diri, untuk kesekian kalinya.

o

o

o

o

O...O...O...O

Bandara Internasional Incheon merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia. Banyak warga pribumi dan warga asing berlalu lalang di bandara modern tersebut, baik yang akan berangkat maupun yang baru saja tiba. Di bandara itulah kini Luhan berada. Dia memutuskan membawa satu tas ransel saja yang hanya berisi beberapa helai pakaian dan berkas berkas penting pendidikannya. Sedangkan barang lainnya ditinggalkan di rumah sewaannya.

Namja China itu nampak duduk disebuah kursi khusus pengantar, dia belum masuk ke loket penukaran tiket. Entah mengapa kakinya terasa berat melangkah. Dia memegang erat ponselnya yang dioffkan. Tidak ada yang bisa menghubunginya.

Ditangan lainnya, dia memegang coklat yang bungkusannya mulai kusut karena terlalu sering diremas. Coklat khusus untuk Sehun, yang sama sekali tidak diterima oleh namja cadel itu.

Lagi lagi air mata Luhan meleleh, dia mendadak melankolis lagi. Namun cepat cepat menghapusnya. Teringat lagi moment momentnya bersama Sehun, namja yang disayang dan dicintainya. Moment ketika dia dan Sehun berciuman sebanyak dua kali, moment saat memegang daerah kelakian Sehun, saat dia memperhatikan Sehun berdance dalam keadaan berkeringat dan sangat seksi. Juga berbagai moment moment kebersamaan lainnya yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup.

'Paling tidak, aku sudah berusaha dan menyatakan perasaanku.' Luhan membatin, mata rusanya memandang coklat ditangannya. Desahannya terdengar lagi.

Hampir setengah jam lamanya, Luhan duduk sambil melamun. Terdengar samar suara pemberitahuan salah satu maskapai penerbangan, bahwa sebentar lagi pesawat akan berangkat. Itu adalah pesawat yang rencananya ditumpangi oleh Luhan.

Namja itu berdiri dengan gerakan sangat lambat, lunglai. Dia menyampirkan dan memperbaiki posisi tasnya. Detik detik kepergiannya meninggalkan Korea Selatan semakin dekat. Dan otomatis meninggalkan kenangan dan cintanya.

'Selamat tinggal Sehun ah... Aku akan selalu mencintaimu, walau kita tidak bersama.' batinnya, kepedihan dan sakitnya semakin terasa.

Namja China itu menarik nafas sebanyak beberapa kali, seperti biasa. Keputusannya untuk pergi tidak bisa diubah lagi. Dia akhirnya melangkah menuju gate yang telah ditentukan, langkah berat.

Hingga beberapa saat, terdengar seseorang yang meneriakinya dari jauh.

"Luhan... Luhan...!"

Teriakan itu semakin keras. Luhan terdiam sejenak, dia sangat mengenali suara itu. Suara yang selama ini selalu disukainya, suara unik nan cadel yang selalu membuatnya bahagia. Dia menoleh cepat.

"Se.. Sehun ah." gagapnya, seakan tidak tidak percaya dengan penglihatannya.

Si peneriak itu ternyata adalah Sehun.

Sehun berlari dengan kencang, dia menerobos dan menabrak beberapa orang yang berpapasan dengannya. Dia bersyukur karena Luhan mendengar teriakannya. Hingga akhirnya dia sampai tepat didepan si namja.

"Hosh.. Uff, syukurlah... Aku kira... Aku sudah terlambat." Sehun berkata sambil menormalkan nafasnya yang hampir habis.

"Sehun ah... Kau..." Luhan masih tidak percaya bahwa sosok pemuda yang dicintainya sekarang tepat didepannya, nyata.

Mereka berdua saling tatap, lama. Belum sempat Luhan mengucapkan apa apa, Sehun sudah melayangkan ciuman maut ke bibirnya. Ciuman mendadak yang tidak terduga.

Chuup.

"Hmmff..."

Sehun mencium Luhan ditengah keramaian orang yang hilir mudik. Namun Sehun sama sekali tidak peduli. Dia hanya ingin mencium bibir seseorang yang beberapa jam lalu mengungkapkan perasaan padanya.

Ciuman itu hanya berlangsung beberapa detik saja, namun menyisakan kesan sangat mendalam. Terutama bagi Luhan, rasa kegetnya sama sekali belum hilang. Sehun melepaskan ciumannya.

"Aku juga mencintaimu Luhan ah." kata Sehun. Kalimat yang ditunggu tunggu itu akhirnya terucap juga.

"Ap..apa?" mata rusa Luhan membulat sempurna.

"Aku juga mencintaimu, menyukaimu, menyayangimu. Aku adalah kekasihmu sekarang Luhan ah." Sehun memperjelas balasan cintanya. Balasan yang seharusnya diucapkannya saat di ruang vokal sekolahnya.

Deg.

Luhan mencoba memperjelas pendengarannya, alat dengarnya tidak salah, Sehun baru saja mengucapkan pernyataan cinta. Kata cinta itulah yang sejak dulu ditunggunya. Mendadak dia bergetar lagi, dadanya bergemuruh.

"Sehun ah, ak..aku... Kenapa sekarang...kau..." Luhan ingin bertanya dan memastikan, namun suaranya hilang.

"Aku tahu... Aku seharusnya mengatakan ini lebih awal. Tapi... aku senang karena bisa mengatakannya, sebelum semuanya terlambat." ujar Sehun cepat cepat, dia memegang kedua pipi Luhan, lembut. Beberapa orang yang melintas ada yang memotret moment momentnya, namun dia sama sekali tidak peduli.

Luhan membuka mulutnya, berusaha keras mengucapkan sesuatu, namun kembali gagal. Wajahnya memerah dengan hebat, coklat ditangannya hampir saja terjatuh.

Kerumunan orang disekeliling Luhan dan Sehun semakin banyak saja, banyak yang mengira jika Luhan dan Sehun sedang syuting film Boys Love. Jadi banyak yang menonton dan juga memotret. Beberapa orang tua harus menutupi mata anaknya agar tidak melihat adegan dewasa itu. Salah seorang petugas bandara yang melintas, langsung menegur Sehun dan Luhan.

"Hei anak muda. Apa kalian tidak sadar. Orang orang memperhatikan kalian." ucap si petugas bandara paruh baya, dia menepuk bahu lebar Sehun.

"Ah, maaf ahjussi. Kami akan segera pergi." Sehun memandang berkelililing, dan benar saja, banyak orang yang menjadikan mereka tontonan. Dia membungkuk beberapa kali kepada si petugas bandara. Minta maaf.

Kemudian tanpa aba aba, namja cadel itu langsung menggendong Luhan ala bridal style. Gendongan mendadak itu lagi lagi membuat Luhan kaget bukan main.

"Se.. Sehun ah, apa yang kau lakukan..."

"Tentu saja membawamu pulang. Kau milikku sekarang." jawab Sehun, seraya tersenyum tampan. Otot otot lengannya menonjol saat menggendong. Dia menerobos kerumunan orang orang dan langsung mengarah ke pintu keluar.

Beberapa orang yang menonton bertepuk tangan, tidak terkecuali yeoja yeoja disana yang banyak beraegyo, adegan yang diperlihatkan Sehun itu menurut mereka sangat sweet sekali. Adegan yang sangat langka mereka saksikan di tempat umum.

Sehun melangkah nyaris berlari, dengan Luhan dalam gendongannya. Wajah Luhan semakin memerah saja, namun yang jelas dia sangat senang dan bahagia. Tidak menyangka jika Sehun mengejarnya dan membawanya pulang.

Sehun harus berusaha keras agar keluar dari bandara, maklum saja, bandara internasional Incheon sangat luas. Dia harus melewati banyak orang yang rata rata memandang kearahnya.

Luhan tampak seperti yeoja desa yang akan melahirkan muda, sedangkan Sehun nampak seperti suami setia yang membawa istrinya ke rumah sakit.

"Se.. Sehun ah... Kau belum menjelaskan banyak hal padaku." akhirnya Luhan mendapatkan suaranya.

"Menjelaskan apa?" Sehun bertanya balik, senyuman tidak lepas dari wajahnya.

"Banyak, sangat banyak. Aku masih tidak mengerti." Luhan berujar, meminta penjelasan dan jawaban.

Sehun memelankan langkahnya, dia menarik nafas panjang. Namja itu sangat paham maksud Luhan. Terutama pertanyaan kenapa dia pergi tanpa mengatakan apa apa saat di ruang vokal sekolah.

"Baiklah. Pertama tama, aku ingin minta maaf karena meninggalkanmu di ruang vokal. Sebenarnya aku tidak bermaksud meninggalkanmu... Waktu itu, aku...aku sangat senang. Aku bahagia karena kau menyatakan cintamu. Sangat bahagia."

"Tapi kenapa kau pergi?"

"Aku ke toilet. Aku mendadak ingin buang air setelah kau menyatakan perasaanmu. Aku langsung gugup, dan jika aku gugup, maka aku langsung ingin buang air. Terdengar konyol, tapi itulah aku." jelas Sehun, jujur, tidak bohong.

"Be..benarkah? Kau hanya ke toilet?" Luhan masih tidak percaya.

"Tentu saja. Tidak mungkin waktu itu aku mengatakan : 'hei tunggu dulu, aku ke toilet dulu'. Aku tidak mungkin mengatakan itu." tambah Sehun.

Astaga, Luhan benar benar salah sangka.

"Beberapa menit kemudian aku kembali, tapi kau sudah menghilang. Aku tidak membawa ponsel, jadi aku tidak bisa menghubungimu. Aku terus mencarimu di sekitar sekolah, tapi kau tetap tidak ada." terang Sehun lagi.

Pantas saja waktu itu Kyungsoo mengatakan jika namja itu tidak melihat Sehun lagi setelahnya, batin Luhan.

"Aku langsung pulang setelah itu. aku sama sekali tidak mengikuti pesta perpisahan sekolah hingga usai. Aku juga membiarkan Jongin bersama yang lain tampil, tanpaku. Aku menuju rumah kontrakanmu, tapi terkunci. Aku kira kau mungkin di rumah Kyungsoo. Aku menelfon Kyungsoo dengan terlebih dahulu mengambil ponselku di rumah dan namja itu mengatakan jika hari ini kau ingin pulang. Aku langsung panik. Dan mengejarmu kesini... Dan syukurlah, aku tidak terlambat." ungkap Sehun lagi, panjang lebar.

Luhan mendengarkan pertanyaan dan pengakuan Sehun tanpa menyela, matanya mendadak berkaca kaca, dia terharu sekaligus bahagia. Tubuhnya terguncang pelan karena masih dalam gendongan Sehun.

"Ta..tapi... Aku masih tidak paham... Kenapa kau bisa menerima cintaku?" tanya Luhan, seakan masih tidak percaya.

Sehun tersenyum lagi, kali ini dia menghentikan langkahnya.

"Aku mencintaimu sejak lama, namun aku takut dan tidak berani mengatakannya." ungkap Sehun, mengungkapkan rahasia yang selama ini disimpannya rapat.

"Apa? Ka..kau mencintaiku se..sejak..."

"Sejak pertama kita bertemu, sejak pertama aku melihatmu dan sejak pertama kita bersahabat. Sejak itulah aku jatuh cinta padamu... Namun seperti yang kukatakan, aku tidak berani mengatakannya." Sehun semakin memperjelas semuanya. Sekarang segalanya menjadi terang benderang.

Luhan membeliakkan mata rusanya, sama sekali tidak menyangka jika Sehun mempunyai perasaan yang sama kepadanya. Ya Tuhan, semuanya sama sekali tidak terduga dan terprediksi. Air mata bahagianya ingin tumpah.

"Kau ingat ciuman itu. Aku tidak mungkin memenuhi permintaanmu menciumku jika aku sama sekali tidak punya perasaan kepadamu. Sejak ciuman itulah, aku sedikit yakin kau mungkin punya rasa juga padaku. Aku selalu ingin dekat denganmu... Apa kau tidak sadar." Sehun bertutur lagi, dibarengi dengan senyuman tampan yang terus diperlihatkannya.

Ya Tuhan, Sehun bukannya tidak peka, namun dia terlalu takut menyatakan perasaannya. Itu juga yang dirasakan Luhan. Mereka sama. Setali tiga uang. Polos polos manja.

"Dan kemarin malam aku mendengar kau menyebutku terlalu tampan. Apa memang wajahku setampan apa?" Sehun tertawa kecil.

"Ja..jadi, kemarin malam kau tidak tidur?"

"Tentu saja tidak. Aku hanya pura pura." Sehun 'cengengesan'.

"Dan tanganmu yang memeluk pinggangku..."

"Yap, itu sengaja. Aku memang ingin memelukmu."

Tambah lagi pengakuan yang membuat Luhan tidak bisa berkata kata. Namun masih ada satu pertanyaan yang mengusiknya, dan sekarang dia harus memperjelasnya.

"Dan bagaimana pernikahanmu dengan seseorang? Apa tetap akan dilaksanakan?" tanya Luhan, sangat pelan, seperti bisikan.

"Maaf, pernikahan itu tidak ada. Hanya karanganku saja. Aku bohong, aku hanya ingin melihat ekspresi wajahmu dan... Awww, itu sakit Luhan ah." Sehun menjelaskan dengan cepat, lalu tiba tiba menjerit pelan, karena Luhan mencubit dadanya, tepat bagian nipple.

"Tega... Kau tega berbohong mengenai pernikahan itu. Kau tahu, aku menangis semalaman mendengar berita itu. Kau jahat." Luhan memukul pelan dada Sehun, pukulan manja.

"Maaf, aku senang melihat ekspresi tidak senang dan cemburumu waktu itu... Aww... Kau mencubit terlalu keras."

"Biar saja." Luhan memukul pelan dada Sehun lagi, hatinya sangat lega. Sepertinya sebentar lagi tangisan bahagainya akan pecah.

Sekarang semuanya sudah semakin jelas dan terang. Sehun membalas cinta Luhan, karena namja itu sudah sejak lama juga merasakan perasaan yang sama. Cinta mereka bertaut, walau awalnya ada sedikit kesalahpahaman yang ternyata disebabkan oleh 'Toilet'.

"Bagaimana? Apa kau sudah tenang?" tanya Sehun, lembut. Dia memandang mata rusa Luhan. Syahdu.

"Ya, ta..tapi aku ingin memeluk dan menciummu lagi Sehun ah." jawab Luhan, tidak terasa air mata bahagianya tumpah juga. Cairan bening yang sejak tadi ditahannya itu akhirnya menetes.

"Jangan menangis. Aku tidak ingin melihat mata indahmu itu memerah. Kau bisa memeluk dan menciumku kapan saja... Sampai kau puas dan lelah. Tapi bukan di bandara ini." Sehun menjelaskan sembari memandang berkeliling.

"Dimana?"

"Yang pasti di negara ini, di kota Seoul. Kau tidak akan pulang dulu." jawab Sehun.

"Tapi aku tidak bisa menunggu..." ucap Luhan, wajahnya memerah lagi.

"Baiklah, satu ciuman lagi ditempat ramai seperti ini sepertinya tidak masalah." angguk Sehun, seraya memajukan wajahnya.

Dia meraih bibir Luhan yang sangat dekat dengan wajahnya. Mereka berciuman lagi, memagutkan dan menyatukan bibir mereka. Menyesap dan menekan dalam dalam. Dengan lidah saling silat dan isap, merasakan rasa saliva masing masing. Lagi lagi mereka tidak memperdulikan orang orang yang hilir mudik dan memperhatikannya. We Dont care.

"Aku mencintai dan menyayangimu Luhan ah. Maukah kau menjadi kekasihku?" Sehun menembak Luhan setelah melepaskan ciumannya. Nafasnya hangat.

"Aku juga mencintaimu Sehun ah. Sangat sangat mencintaimu, dengan sepenuh jiwa dan ragaku. Aku ingin menjadi kekasihmu, selamanya." jawab Luhan, sangat bahagia. Akhirnya dia bisa mendapatkan cinta seorang Oh Sehun. Utuh hanya untuknya.

Sehun tanpa kenal lelah dan letih, kembali melangkahkan kakinya. Luhan yang ada dalam dekapan dan gendongannya tersenyum bahagia. Sehun akan membawa Luhan kembali ke Seoul, ke rumah sewaan. Mereka akan menjalani kisah cinta mereka disana.

Sepertinya Luhan harus meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk tinggal lebih lama di Korea Selatan, mungkin sebulan, setahun, dua tahun, tiga tahun atau mungkin selamanya.

Kisah itu berakhir indah. Happy ending.

o

o

o

o

o

o

o

END

O...O...O...O...O...O...O

Akhirnya FF ini mencapai endingnya. Kalian semualah yang membuat FF ini terus lanjut dan mencapai klimaksnya, terutama Review dan komentarnya. Karena Review kalianlah yang menjadi moodbooster untuk terus melanjutkan FF ini. Jadi aku ucapkan terima kasih tidak terhingga.

Sekali lagi aku menekankan bahwa aku hanya ingin meramaikan dunia fanfiction di Ffn, dengan membuat FF dengan 3 main cast utama, yaitu Kaisoo, Chanbaek dan Hunhan. Tidak ada maksud melecehkan idol idol yang namanya dipinjam dalam pembuatan FF. Dan terutama aku buat FF untuk menghibur pembaca dan membuat pembaca senang. Aku juga selalu fast update untuk menyenangkan dan menghargai review kalian.

Baiklah, Sampai jumpa dilain kesempatan chingu semua. Review chap ini ya...

Salam

Han Kang Woo